Etika Wayang Berdasar Atas Mistik Dalam Kaidah Ketuhanan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13
Pes —Penyunting =~ MUTIARA DATAM. SASTHAJAWA EDISI4 Fenyanting: >! ar lan (tas) 2018 © opt serana Dot Her Saroes Sass Sia deans stra eg srs we Steerer ati a al Jrctehaaan Noa Pa 0 Yat, Te. HF. 8233799 ‘E-mu: iptabersamagroup@ereil.com “e ee 278i +5 1842050 {stig Dolan eran ak cpa nd oleh unangniog Dla ergy td mampernnyac stain amr bhuntanps soon ar gene KATA PENGANTAR penelitian para dosen dan dibei judul Muriara Dalam Kary Sasiraedisi 1,2 dan 3 masing-masing ditebitkan pada tahun. 3013, 2015 dan 2017. Pada buku Mura Dalam Karya Sastra ‘dil pertama meniikberatkan hasil peneltin dosen Program Stu Sasirt Jawa pada karyackarya berjeis sata dan Golo. Sedang ‘buku Mutiara Dalam Kary Sasa edisi 2 dan 3 menitiberakan pada bidang sas, filologi, dan linguist, sementara edisi 4 yang ‘kan diterbitkan Kali ini eri penelitin-penelitian dosen Program Studi Sasa Jawa yang melipti bidang keilmuan sastra dan linguist. Dalam buku ini dsajikan 14 judul penclitan, 12 judul peneltan dari dosen Program Studi Sasta Jawa, satu judul dari osen Pendidian Bahasa Daerah, Fakultas Bahasa dan. Seni ‘Universitas Negeri Yogyakarta dan satu judul dai pene di Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta, Adapun judul-judul tersebut alah “Buhasa Champ di Vietnam (Studi Komparatif dengan Babast Java)” oleh Heendrokumoro; “Variasi Dialektal Nama-Nama Penganan_ i Daerah Istimewa Yogyakarta” oleh Daru insti; "Kompleksitas dan FeksbiliasRealiasi Bunyi Vokal Bahasa Jawa” oleh Sulistyowati dan “Fungsi Kutipan Berbahasa Sansekerta dalam Unarakinda” yang dituis oleh Yosephin Apriasai Rahayu. Peneltian-peneitian tereebut merupakan peneltian —bidang linguist, adapun peneltan bidang sasira alah “Legenda Esologis Nusa Kembang dalam Seat Ajipamssa Tahun 1862 M” yang dituls oleh Anung Tedjowirawan; “Certs Watugunung dalam ‘Serat Babat Jeerra Selahardt” oleh Akhrad Nugroho; "Cii-Citi ‘Wanita dalam Sérar Candrawarna” oleh Sumarsih; *“Kakawin Indranijaya Wake Penulisan dan Caturpurasirtha dials oleh pst Studi Sastra Jawa telah menerbikan_ kumpolan Socharto Mangkusoedarmo; “Bunga dalam Sasta Panji dari Masa ‘ke Masa: Telaah Fungsi dan Maknanya dalam Kehidupan Masyarakat Jawa” dus oleh Wisma Nugraha Christianto dan Rudy Wiratama; “Filka Wayang Berdasar tas. Mistik dalam Keidah Ketuhanan” oleh Afendy Widayat, “Menggali Wacane dalam Prinbon Pamivahaning Agesang” olch Wisien Widyawati Rabayu; “Sumber-Sumber Pustaka Sejarah Seni Pertunjukan di Jawa: Menelusuri Tokoh dan Karyanya" ditulis oleh Djarot Hens Santosa; “Deus Ee Machina dalam Rubik “Wacan Bocah’ Kalawarti Djaka Lodang Eaisi Juli, Agustus, September 2018” oleh Ratun Unioro; “Mempertimbangkan Kembali Jejak Sejtrah Perkembangan Wayang Kulit Purwa Gaya Yogyakarta” oleh R. Bima Slamet Raharja. Dari penclitian di aus, kiranya pembaca dapat memilih: penelitian-peneltian yang bermanfat base una referensistaypun ingin menikmati basil yang diksi oleh para nei yang mungkin dapat dijadikaninspirasi untuk melanin, enelitian yang lebih mendalam. Abhimya saya sebagai Ketua Program Studi Sasa Java ‘mengucapkan terima Kasih kepada para penelii dan penyunting buku ini, Mudsh-modaban di mest-masa mendatang penelitian-- peneltian seperti ini lebih semarak dan berkualias, ‘Youyakara, ONGBEIOI8 ‘Ketua Program Stidi Sata Jawa Sri Ratna Saktiulya DAFTAR ISI ‘Kata Pengantar y Daftar Is BAHASA CHAMP DI VIETNAM (STUDI KOMPARATIF DENGAN BAHASA JAWA) Hendrokumoro 1 VARIASI DIALEKTAL NAMA-NAMA PENGANAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Daru Winar B KOMPLEKSITAS DAN FLEKSIBILITAS REALISAS! BUNYI VOKAL BAHASA JAWA, Sulsyowat : me FUNGSI KUTIPAN BERBAHASA SANSEKERTA DALAM UTTARAKANDA, Yosephin Apriastut! Rahayu. 46 LEGENDA ETIOLOGIS NUSWA KEMBANG DALAM SERAT AIPAMASA TAHUN 1862 M Anan Tedjoninasa ns o (CERITA WATUGUNUNG DALAM SERAT B4B47 JEJERIRA SELAHARD! Ablamad Nugroho es 2 CIRL-CIRI WANITA DALAM SERAT CANDRATTARNA Sumarsih 109 KAKAWIN INDRAWHAYA WAKTU PENULISAN DAN CATURPURUSARTHA Socharto Manghusoedarn0 sn - 2 BUNGA DALAM SASTRA PANJI DARI MASA KE MASA: ‘TELAAH FUNOSI DAN MAKNANYA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT JAWA Wisma Nugraka Christiano, Rudy Wiratam M9 V PTIKA WAYANG BERDASAR ATAS MISTIK DALAM KAIDAHKETUHANAN, Afendy Widayat. 166 MENGGAL! WACANA DALAM PRIMBON PAMI#AHANING AGESANG Wiwien Widyawati Raayu. 18 SUMBER-SUMBER PUSTAKA SEJARAH SENL PERTUNIUKAN DI JAWA: MENELUSURI TOKOH DAN KARYANYA Djarot Hera Santosa 208 BUS BX MACHINA DALAM RUBRIK "WACAN BOCA" KALAWARTI DJAKA LODANG EDISIJULL, AGUSTUS, SEPTEMBER 2018 Ratun Unioro, . 2 ‘MEMPERTIMBANGKAN KEMBALI JEIAK SEIARAH, PERKEMBANGAN WAYANG KULIT PURWA GAYA, YOGYAKARTA Bina Slamet Raharja 23 BAHASA CHAMP DI VIETNAM (Studi Komparatif dengan Bahasa Jawa) ‘Hendrekumoro ‘Prod Staten Seva Dopartemen Bahasa dan Sestra FIBUGM. Mutiara dalam Sastra fawa (Edist4) 1 LENKA WAYANG BERDASAR ATAS MISTI DALAM KAIDAH KETUHANAN. bal fd diet 166 Mutlara dalam Sastra Jawa (Bdisi 4) menggusakan tentok pertnjukan drama, teruams sekali yang borupa wayang kali, Pertunjukan wayeng kulit, pade umamnya sirampitkan dalam pengenisn-penggalaneevita yang seing discbut Inkoa, Seni drama wayang purwa mesyuguhkan maka ‘cfalsafuhin yang bersfit menyeluru, babkan juga Kefilsafaban ari bagian-bogian cerita atau bagian-bagian pertunjukan yang ada, yg dapat dicetahui dan dibayati meal laon-lakon i, ‘Weyang pura senantiasa menyampaikan pesan-pesenIuhur ‘yang dapat menjed acuan kehidupan schari-bari, Mulyono (1982; 12), menutiskan bahwa wayang menyajikan berbagai Puts muta filosofis yang bukan saja untuk persembahyangan, roeditas, Pendidikan, pengetahusn, hiburan, etapi juga menyodiakan yanyian, lukisan estets' dan imajinas! sastawi unl petuah- pstuah religius yang mampu mempesona dan monggetarkan ja ‘manusia yang mendengarkannya. Hal yang sesuai dengan its juga siniis oleh Haryanio (1992: 2), yang menyatakan babira pergclaran wayangsenaatiasa mengtnding nilai hidup seta ‘chidupan Tusur yang dalam setigp akhir cerita ate dakonnya Imemenangkan kebaikan dan mengalahkan Kejahstan, Hal yang dlmikian itu merupaken salah sata ajaran moral dalam wayang, bola dalam Kehidupan ini pevbuata baiklah yong akan ung, sedanglan perbuatan ahat akan selalu menerima kekalahan, Wayang purwa, pads dewssa ini berkembang pesst baile dalam bentuk tertalis maupan yang telap berkembong melalui Jsun. Melaui jalur tertulis aniara len telah mula dilakukan ‘ransliteastcert-cerita wayang dan juga terdapat bentuk-bentle Iris dalam kupasanupasaisinya. Wayeng, melalui jal lisan ‘et disebarkan oleh para dalang dan orang-orang tu Yang sudah tea banyak tentang eertaaya, Kegiatan ity hinggn saat ini masih ‘erlangsung secaraturun-temurun. Jaur isan ditunjang dengan bexbagai media elekronik, baik media audio maupun audiovisual, ingga saat int berbagaipertuyjukan telah direkam sejak lama, salah sstunys adalah pertunjukan-perunjlan oleh dalang-daang \ersohor, seperti Ki Hadi Sugita, Ki Nartasabda, Ki Anom Suroto, Ki Manted Sudarsono, Ki Entus Susmono, dan Ki Timbul Haiprayitno, Mutiara dalam Sastra Jawa (Edisi 4) 167 ‘Sumbersumber cerita powayangan, yang tertulis maupun yang disampaikan secara lisn oleh para dalang, brik secara Jangsung maupua tidak, secara utuh maypua sebagian, akhimya, akan diaeu dalam pemniasan lakon-akom wayang beikuinya. Baik sumber-sumber cerita tertlis maupun sumber lisan yang sudah dipentaskan, dapat dikaji dan bahkan dikembangksn, atari Jin dalam rangka mewartakan tuntunanaya yang berupa nla rmorainya, yang pada gilimnnya akan tetap berpengaruh pada Perla masyarakat pendukungaya. Sistem sosial pada masyarakat Jawa banyak mengsjarkan| ailai-nilsi moral melalui Komunikasi simbotik. Demian balaya dengan wayang, yang merupaken bahasa simbol kehidupan yang lebih bersifit robaniah daripada jasmaniah. Jika orang melibat pergelaran wayang, secara ideal yang dlthat bukan saja \wayangnya, melaiskan masalsh yang frsrt dalam lakon wayang iw (Malyono, 1978: 15-16), Masaish efika yang disampatkan dllam lakon wayang, aniara sin terdapat dalam cota dramatknya, Salah” satu unsur wayang purva, yang berupa cerita dramatik, tidak lan adalah Karya sista. Cota wayang, sebagai ‘arya sasira, memilki citi Kesastraan yang dominan, yaa citi stetkkesusasteraannya. Conia wayang menganitprisip-pinsip cestedkatimus, seperti; prinsip Kescimbangsn, —Kesatuan, Keeteraturan, menckankan keindaban rasa, dan sokaligus menjadi cnsikloped hidup (Nurgiyantoro, 1998: 28). Cerita wayang pemoh dengan berbagai karakerstik tokoh-tokobnya. Tidak betlebihan bila wayang juga iden dengan alat pendidikan harater, sbogat sunt represenasi dari salah satu ksraktersik budaya kesmuran, yyakni Khususnya budaya Jawa, yang disampaikan oleh seorang along, ‘Secara tradisi, istilah dang atau dalam tulisen Jawa sthaleng, juga sing dimaknai sebagai bentuk jarwa dhosok ate ‘mak singkatan, yakai dori kata ngudhal pévulang, yang Berar membeberian ajaran Kebaikan. Sudah temestinya bile dhalang Derkewajiban memberikan pinvuang pada masysrakat. Orang, ‘dengan menyenangi wayang. dan semakin sering mendepatcan 168 Mutiara dalam Sastra Jawa (Edisi 4) pulang yang berupa sjaran-sjaran moral, darapkan karakterya Semakinterbentuk menjadi baik. Hal semacam ini sesuat dengan proses pendiikan karakter, seperti yang didefinisikan oleh Koesoeno (2012:56),bahwa karaker merupakan kondisidinamis struktur anopologs individ, yang tidak sekedar beshent ats ‘terminasi drtinya, melainkan jugn sebuah usa untuk bidup somakin intogral mengatsi determinasi alam dalam disinya demi roses penyempumaan diinya (erus-menerus. Kazakter bukanls Produk yang sidah jadi, tapi merupakan proses, sekaligus asi, yang ts menenis berlagsung menuju ke Kesempurnaan Masyarakat pendukung, wayang sedikit banyak akan mendapat sraman rohani dengan menggelu drama wayang. ‘Sudah dirumuskanbahwa wayang parva sebagai pertugjulan, becisi fontonan, tuntunan dan tatanan. Wayang, ebogai fonionan, telah tori sek jaman dabulu hingga dewasa in, Pertunjukan’ waysng dapat difonton oleh semua lapisan ‘asyaraket, bik fon miupun muda, baik cendckiawan, org biasa, maupun lain-laianys, Kandungan tantunan wayang sangat Jas dan beragar, mola dar ila reigius,flsath, sampat yang bras, misalaya: isi budi poker untuk menuntun sikap dan perlaka manucia. Tugasdelang dtuntt manpu menjaikan pentas| ‘wayang sebagai tontonan sekaligus tatanan dan tuntunan untuk ‘enyampaikan pesan-pesan mora. Perhal tatanan yang sangat penting dalam pagelarn wayang adalah pathet. Pathet adalah ‘shapan perglaran yang mengendung male tahap hidup manusia, ‘asa muda, dewas dan tu, dengan sogalapemasalahanhidup yang Aihadapinye (Soichin, 2011: 12-14), ‘Certa dari Mahabharata dan Ramayana dicptakan Kembali ‘menjadi bent lakon-lakon, dalam sajian wayang purwa yang ipenteskan pada suatu pertunjkan. Wayang pura, dalam sekal pemuajukan yang sring dischutlakon,sccar trast dibagi dalam becberape adegan. Seiap adegan memiiki Kekhususan isinya ‘asing-masing, meskipun demikian setiap adegan juga dapat dist dengan berbagei mustin nilainils, termasukrila-ailss moral (Suryadi Ws, 1984: 43-50). ‘Mutiara dalam Sastra Jawa (Edis! 4) 169 Secara kris, nila-nilai moral dikaji dalam rengka ike Permasalshan yang perlu dikemukaksn lebih jauh adalah, eka ‘wayang yang berdasaratasmistik, daira lakon Banjaran Anoman sajian Ki Timbul Hadiprayio, Dasarpertimbangaanya, bahwe (1) Ki Timbul Hadiprayitmo, semasa hidupaya merapakan delang tersohor dengan kepiawaiansya menysmpaikan tontouan,tatanah, an tununan, sehingn betbagai bagian piwulang-nya dapat diterima secarabaik oleh para penontonnya. (2) Lakon Banjaran Anoman mengambil tokob utara Anoman, yang digambadan sohagai kera tetpi sangat menekankan tangging jawab, sexta balk ‘bud pekertinya yang merupakan bagian dai kajian etka HASIL DAN PEMBAHASAN ‘Lakon Banjaran Anoman Sajian Ki Timbut Fadiprayiing akon foyron pad nine meveariakan Boga oh Wwayang purwe. Lakon banjaran teatu sija dapat menyangkat brag sumber cerita wayang pura, karena isi lakon banfaran yang betupa biografitokoh wayang parva. depat menyanglet besbagaifakon yang menampillan tokoh yang besanglostan. Lakon ‘baniaran juga dapat bersumber dari cerita-certa pewayengan pada ‘mas Jawa Kuna, dari buku-bula yang berbehasa Jawa Baru yang liyaini sebagai sumber ceria wayang purwa, stay dari Iskon- lakon yang peraah dipentasan, Jenis lakon banjaran raulsi muncul pada tahun 1970-an yang dirinis oleh Ki Nartosbdo, Jenis lakon. banjaran, lal ‘mengalami perkembangan torus hingga saat ini dik oleh pare slang, baik gaya Surakarta maupun goya Yogyakarta. Kelas ‘enengeh dalam masyarakatlh yang menentukan Kegemarennya ‘menonfon memilh lakon jes Banjaran (Sutisno, dle, 2009: 24- 26). Jenis cerita berstuktur Danjaran soja lama dipaks, ferutama oleh dalag rvat, Ketien menampilken fakon ‘Murwakala, Wal itu dapat dilhat dari segi slur certany antara lakon jenis banjaran dengan lakon Murwakala yang temyata dapat disjaarkan. Keduanya, secara kronologis menceritakan perjalanan Iidup seorang tokoh wayang, yait sejak masa Kelshirannya, mesa 170 Mutiara dalam Sastra Java (Bist 4) dewasanys, perkawinanays, Kejayaanoys, esaktianaya smpat dengan peristva kematiannya (Suvsno, dkk, 2009: 24-25). Setiap akon, termasak talon Banjaran Anonsan, akan memberikan Kontibusinya baik secara langsung maupun tidak langsung, pada Kehidupan pecinta wayang. Lakon Bavjaran oman ssiian Ki Timbul Hadiprayimo, mencertakan tentang ‘oko Ancmas, roulei dari Kelahiannya, berbagst kejadian- ‘jadian pening yang dalam: dalam kehidapan Anoman, hinggs Kkematiannya, Cerita tentang Anoman tersebut, berhubungan ‘dengan berbagai cerita wayang. Cerita tentang kelshiran Anoman, tentang pengabdiannya kepada Prsbu Rama sampa terkalabkannya kerajaan Alengka bersumber ds cerita Ramayana. Certa tentang, ‘Anoman yang bethubungan dengan para tokoh Pandawa, hersumber dari cerita Mahabharata, Corita Anoman yang betbubumgzn dengan tokoh Prabu Jaysbays di kerajan Mamenang sampai Kematian Anoman bersumber dari ceria dalam wayang smadya tik datam Wayang Purwa Hasyim Amir (1991: 16-17), menyatakan bahwa wayang ppurwa di Jawa dapat dipakai sebagai sumber penearan nlai-nili, ‘ermasuke permasalaban ctika, Karena di dalamaya terdapat berbogaiajran dan nila tis yang bersumber dari berbagai sistem ‘isa, etka serta agama. Ajaran dan nian tis itu memenuhi persyaratan secara objeltif dan krts yakni dapat dipakai oleh bangsa Indonesia dan terbuktiKeluhurannya Karen telah Tolos dar berbagai pengetesan dengan tetap dipslainys ajaran-ajaran das nila itu oleh bangsa Indonesia dan jaman-ke jan, Lakon wayang dengan becbagai tema, pada umumaya memang meaggunakn fekaik penyampaian pesansecaa simbolik, Jena wayang itu sendiri merupakan karya seni yang bersfat simbolik. Jalan cerita wayang yang berupa urutan adegan jug sda berst emanat secarasimbolik, namun juga tidak tetutup ‘Kemungkinan penyampaian pesan secara angsung atu eksplisit, nara Iain yang biasunya disampian oleh dalang melalui seorang pendeta kepada Kesstria, setelah adegan gara-gara. Setiap tokoh Mutiara dalam Sastra Jawa (Edisi 4) 171

Anda mungkin juga menyukai