Anda di halaman 1dari 7

AGENDA SETTING

BERITA HARIAN MEDIA INDONESIA DAN INDO POS

BULAN NOVEMBER 2008

Oleh :

Yudi Nur

0306015065

Program studi ilmu komunikasi

Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

Universitas muhammadiyah prof. dr. hamka

Jakarta 2009
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sedikit kilas balik ke tahun 1992, kolumnis walter lippman mengatakan bahwa media
memiliki kemampuan untuk menciptakan pencitraan-pencitraan ke hadapan public McCombs
and Shaw melakukan analisis dan investigasi terhadap jalannya kampanye pemilihan
presiden pada tahun 1968, 1972, dan 1976. Pada penelitiannya yang pertama (1968), mereka
menemukan dua hal penting, yakni kesadaran dan informasi. Dalam menganalisa fungsi
agenda setting media ini mereka berkesimpulan bahwa media massa memiliki pengaruh yang
cukup signifikan terhadap apa yang pemilih bicarakan mengenai kampanye politik tersebut,
dan memberikan pengaruh besar terhadap isu-isu apa yang penting untuk dibicarakan.
Asumsi utama dan pendapat-pendapat inti agenda setting merupakan penciptaan
kesadaran publik dan pemilihan isu-isu mana yang dianggap penting melalui sebuah berita.
Dua asumsi mendasar dari teori ini adalah, (1) pers dan media tidak mencerminkan
realitas yang sebenarnya, melainkan mereka membentuk dan mengkonstruksi realitas
tersebut. (2) media menyediakan beberapa isu dan memberikan penekanan lebih kepada isu
tersebut yang selanjutnya memberikan kesempatan kepada publik untuk menentukan isu
mana yang lebih penting dibandingkan dengan isu lainnya. Sedikit banyaknya media
memberikan pengaruh kepada publik mengenai isu mana yang lebih penting dibandingkan
dengan isu lainnya. Salah satu aspek yang paling penting dari konsep agenda setting ini
adalah masalah waktu pembingkaian fenomena-fenomena tersebut dalam artian bahwa tiap-
tiap media memiliki potensi-potensi agenda setting yang berbeda-beda satu sama lainnya.
Pendekatan ini dapat membantu kita untuk menganalisa kecenderungan-kecenderungan suat
media misalnya dalam hal komunikasi politik mereka.1
Media massa memang tidak dapat mempengaruhi orang untuk mengubah sikap, tetapi
media massa cukup berpengaruh terhadap apa yang dipikirkan orang. Ini berarti media massa
mempengaruhi persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting. Bila media massa
selalu memuat nama seseorang, maka orang itu akan cenderung dianggap penting. Bila surat
kabar memuat pernikahan seorang ratu, maka pernikahan itu akan menjadi bahan
pembicaraan khalayak pula (Rakhmat, 2000: 200).
Peranan atau terpaan media massa terhadap masyarakat itu sangat besar. Secara sadar
atau tidak sadar, pola hidupnya sudah dikendalikan oleh media massa. Gamble dan Gamble
(2001 dalam Rakhmat, 2000: 14) menyebutkan banyak orang menghabiskan waktunya
sekitar tujuh jam untuk mengkonsumsi media massa di tengah kesibukan pekerjaannya.
Media massa merupakan sebuah kekuatan besar yang sangat diperhitungkan. Dalam
berbagai analisis tentang kehidupan sosial, ekonomi, dan politik, media sering ditempatkan
sebagai salah satu variable determinan, terlebih dalam posisinya sebagai suatu institusi
1
http;//aingkries.blogspot.com/2007/09/teori-agenda-setting.html
informasi dapat pula dipandang sebagai faktor yang paling menentukan dalam proses-proses
perubahan sosial, budaya dan politik.
Pers sebagai salah satu bentuk media, tentu saja mengimplikasikan fungsi mediasi antara
masyarakat dengan dunia jurnalistik sebagai salah satu jenis kegiatan dari komunikasi massa
yang membakukan tata cara pelaksanaan pers mencari dan menyebarkan informasi, selalu
mengembangkan berbagai teknik peliputan dan pendistribusian muatan pesan yang
dipengaruhi dan sekaligus merefleksikan realitas kultur masyarakat.
Sebagai saluran penyampai informasi, media massa memiliki kemampuan untuk
memutuskan apa yang harus diliput, bagaimana cara meliput, dan menampilkannya dalam
surat kabar.
Menurut teori agenda setting media massa memiliki kegiatan menyusun, memunculkan
isu, dan menempatkan isu tersebut dengan tujuan untuk mempengaruhi apa yang dianggap
penting oleh khalayak. Asumsinya adalah bahwa media menyaring berita, artikel, atau tulisan
yang akan disiarkannya. Secara selektif, gatekeepers seperti bagain penyuntingan, redaksi,
bahkan wartawan sendiri menentukan mana yang pantas diberitakan dan mana yang harus
disembunyikan. Dengan kata lain media massa merupakan isi dari segala jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang ingin diketahui jawabannya. Hal ini sesuai dengan teori agenda
setting bahwa setiap peristiwa atau isu diberi bobot tertentu dalam penyajiannya (ruang
dalam surat kabar, waktu pada televisi dan radio) dengan menonjolkan (ukuran judul, letak
pada surat kabar, frekuensi pemuatan, posisi dalam surat kabar) suatu permasalahan dan
mengesampingkan yang lain (Rakhmat, 2000: 299).
Wener J. dan James W. mengutip pendapat Kurt dan Gladys Engel tentang agenda setting
bahwa media massa mengarahkan perhatian khalayak kepada isu-isu tertentu. Media massa
secara teratur dan berkesinambungan mengarahkan dan mempengaruhi setiap individu
pengkonsumsi media untuk berpikir, mengetahui, dan mempunyai perasaan tertentu terhadap
suatu objek (should think about; know about; have feeling about) (Tankard, 1998: 266).
Asumsi-asumsi ini menunjukkan bahwa ketika media memberikan penonjolan dan
teknik-teknik tertentu terhadap pemberitaan tentang sesuatu objek, berarti media hendak
membentuk persepsi khalayak bahwa isu tersebut merupakan hal yang penting (Seto,
2006:39). Contoh dari penentuan agenda (agenda setting) berasal dari pengungkapan korupsi
dari jurnalisme Amerika. Lincoln Steffens (1931) menggambarkan dalam autobiografinya
dalam sebuah bab yang berjudul “Saya Membuat Gelombang Kejahatan.” Steffens bekerja
untuk surat kabar New York, Evening Post. Dia mengatakan bahwa selalu ada banyak berita
kejahatan yang diceritakan di ruang bawah tanah kantor polisi yang tidak dilaporkan dalam
surat kabar. Suatu hari dia memutuskan untuk melaporkan salah satu berita yang melibatkan
keluarga terkenal. Ketika berita ini terbit, Jake Riis, Reporter polisi untuk Evening Sun,
ditanya surat kabarnya mengapa dia tidak mempunyai berita tersebut. Riis harus menemukan
berita kejahatan lain untuk mengimbanginya. Segera setelah itu, semua surat kabar New
York bekerja untuk menemukan berita kejahatan mereka sendiri agar tidak ketinggalan dari
surat kabar lainnya. Mereka bahkan menulis ulang kejahatan satu sama lain dengan berbagai
penambahan. Hasilnya adalah peningkatan tajam dalam kejahatan yang dilaporkan di surat
kabar yang dianggap sebagi “gelombang kejahatan”, dan juga menerima penghargaan karena
menghentikannya ketika dia menemukan bahwa “gelombang kejahatan” benar-benar
disebabkan oleh Steffens dan Riis (Tankard, 2007: 261-262).
Dalam contoh Steffens, publik, juga pejabat publik, menjadi melihat kejahatan sebagai
isu penting hanya karena berita kejahatan lebih sering dimuat dalam surat kabar. Itu adalah
penetuan agenda yang sedang bekerja. Dalam contoh ini, kita lihat kemungkinan tindakan
penentuan agenda – perhatian pada sebuah isu yang menyebabkan isu itu diangkat dalam
nilai pentingnya kepada publik (Tankard, 2007: 262).
Berikut ini adalah beberapa contoh penelitian agenda setting dalam table 1.1 :
Tabel 1.1
Contoh penelitian agenda setting

NO. NAMA PENELITI FOKUS PENELITIAN HASIL TEMUAN


1. Chaim H. Eyal Peranan Surat Kabar Inkonsistensi dalam
http:// dan Televisi dalam konsep dan pengukuran
ekawenats.blogspot.com/ Agenda Setting. Analisis parsial
2007/01/peranan-surat- mengenai Content (isi)
kabar-dan-televisi- televisi
dalam.html Penjelasan alternatif
2. Tjipta Lesmana, Pengamat Mengkaji Teori Teori agenda setting
Politik Agenda Setting. yang dikembangkan oleh
http://mediaindonesia.com Elihu Katz, intinya,
mengatakan bahwa the
media is very powerful.
3. Forum Jurnalis Perempuan Mendorong Isu Jurnalisme Sebagai
(FJP) Perempuan Sebagai Arena “Pacuan kuda”
http:// Agenda Setting Media Mendorong Agenda
buntomijanto.wordpress.com Pers. Setting Perempuan di
/2008/04/07/mendorong-isu- Media Pers
perempuan-sebagai-agenda-
setting-media-pers/

Menurut Straubhaar, bahwa agenda setting merupakan salah satu pendekatan untuk
memahami isi dari fokus media massa akan informasi (Seto, 2006:37).
Teori Agenda Setting dimulai dengan suatu asumsi bahwa media menyaring berita,
artikel atau tulisan yang akan disiarkan. Karena pembaca memperoleh kebanyakan informasi
melalui media massa maka agenda media berkaitan dengan agenda masyarakat yang akan
diketahui dengan menanyakan kepada anggota masyarakat tentang apa yang dipikirkan dan
apa yang dibicarakan orang lain atau apa yang dianggap sebagai masalah yang tengah
menarik perhatian masyarakat (Rakhmat, 2000:299).
Asumsi agenda setting ini memiliki kelebihan karena mudah dipahami dan relatif mudah
untuk diuji. Dasar pemikirannya adalah diantara berbagai topik yang dimuat di media massa,
topik yang mendapat lebih banyak perhatian dari media akan menjadi akrab bagi
pembacanya dan akan dianggap penting dalam suatu periode waktu tertentu, dan akan terjadi
sebaliknya bagi topik yang kurang mendapat perhatian media. Perkiraan ini dapat diuji
dengan membandingkan hasil dari analisis isi media secara kuantitatif dengan perubahan
dalam pendapat umum yang diukur melalui survey pada dua (atau lebih) waktu yang berbeda
(Djuarsa, 1998: 199-200).
Teori ini akhirnya berkembang dan banyak riset dilakukan untuk membuktikan hipotesis
teori ini. Pada 1972 misalnya, teori ini digunakan untuk meriset efek kampanye presiden di
Noth California. Hasilnya, media cetak terbukti mendukung hipotesis riset agenda setting
sedangkan media elektronik hasilnya tidak mendukung. Kurt Lang pada 1983 juga telah
melakukan pengujian yang sama, hasilnya mereka menyimpulkan bahwa pemberitaan media
memang menjadi variable penentu yang mempengaruhi apa yang dianggap penting dan
dibicarakan publik.
Fungsi penentuan agenda media mengacu pada kemampuan media, dengan liputan berita
yang diulang-ulang, untuk mengangkat pentingnya sebuah isu dalam benak publik.
Peneliti Gladys Engel Lang dan Kurt Lang (1983) meneliti hubungan antara pers dan
opini publik selama krisis Watergate dan menemukan bahwa gagasan asli penentu agenda
perlu untuk menjelaskan babak yang rumit dalam sejarah Amerika. Mereka mengajurkan
agar konsep penentuan agenda diperluas menjadi konsep pembentukan agenda, proses
kolektif dimana media, pemerintah, dan publik saling mempengaruhi satu sama lain dalam
menentukan isu-isu yang dianggap penting.
Di Indonesia begitu banyak media cetak maupun elektronik sehingga kita dapat dengan
mudah memperoleh informasi. Akan tetapi berita-berita yang disajikan masih banyak yang
belum sesuai dengan publik (kepentingan publik), terkadang media hanya mementingkan
para pemilik modal semata. Disinilah peneliti menjawab pertanyaan tentang apakah media di
Indonesia sudah memberikan informasi sesuai atau belum dengan agenda publik.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Surat Kabar Media Indonesia dan Indo Pos di
dalam meneliti agenda media karena kedua media tersebut mempunyai perbedaan target
pasar. Media Indonesia adalah surat kabar nasional dan target pasarnya adalah menengah ke
atas, sedangkan surat kabar Indo Pos adalah surat kabar lokal dan target pasarnya adalah
menengah ke bawah. Dengan adanya perbedaan tersebut peneliti bermaksud untuk melihat
apakah berita surat kabar khususnya ke masyarakat, apakah sudah sesuai atau belum dengan
agenda publik dalam memperoleh informasi atau berita.
Berdasarkan hal itu maka penelitian ini mencoba menelaah agenda setting media dan
publik dengan analisis isi dan survei pada pemberitaan di Surat Kabar Media Indonesia dan
Indo Pos.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas, maka rumusan masalah ini adalah sebagai berikut : “Apakah
Agenda Media sudah sesuai atau belum dengan Agenda Publik?” khususnya yang berada di
wilayah Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat.
1.3. Tujuan Penelitian

Ingin mengetahui Agenda Media yang ditampilkan Surat Kabar Media Indonesia dan
Indo Pos apakah sudah sesuai atau belum terhadap Agenda Publik yang berada di wilayah
Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat.

1.4. Signifikansi Penelitian


1.4.1. Signifikansi Akademis

Secara akademis penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat pada


pengembangan Ilmu Komunikasi khususnya yang berkaitan dengan studi tentang agenda setting
sehingga dapat melihat keberlakuan teori agenda setting pada media cetak di Indonesia.

1.4.2. Signifikansi Metodologis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian tentang
Agenda Setting yang menggunakan pendekatan kuantitatif, khususnya metode Analisis Isi
Kuantitatif mengenai agenda media dan agenda publik, karena dengan analisis isi kuantitatif
peneliti dapat mengukur kedua agenda tersebut.

1.4.3. Signifikansi Sosial

Secara sosial penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi Media
Indonesia dan Indo Pos untuk selalu mementingkan berita-berita yang berpihak pada
kepentingan publik atau masyarakat.

1.5. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN, terdiri dari : Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah,


Tujuan Penelitian, Signifikansi Penelitian (akademis, metodologis, dan sosial). Kelemahan
dan Keterbatasan Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II KERANGKA PEMIKIRAN, Menggunakan Pendekatan Paradigma Positivism,


Pengertian Komunikasi, Unsur-unsur Komunikasi (Sumber, Komunikator, Pesan, Channel
(Saluran), Penerima, (Receiver), Efek, Fungsi Komunikasi, Tujuan Komunikasi, Komunikasi
Msssa, Karakteristik Komunikasi Massa, Ciri-ciri Komunikasi massa (Efek Komunikasi
Massa model Lasswell, Stimulus – Respon), Teori Agenda Setting, Media Massa (Surat
Kabar, Berita), Kerangka Konsep, Hipotesis Teoritis.
BAB III METODOLOGIS PENELITIAN, terdiri dari: Pendekatan dan Jenis Penelitian
(Metode Analisis Isi, Metode Survei), Operasional Konsep, Hipotesis Riset, Populasi dan
Sampel, Pemilihan Media, Teknik Pengambilan Sampel, Unit Pengamatan, Teknik
Pengumpulan Data, Definisi Operasional, Kategorisasi, Teknik Analisis Data.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN : dalam bab ini akan
disajikan hasil penelitian dan pembahasannya.

BAB V PENUTUP : Kesimpulan dan Saran.

1.6. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian

Ada beberapa kelemahan dan keterbatasan dalam penelitian ini berkaitan dengan metodologi
dan teknis penelitian. Di antaranya adalah :
1. Media yang dijadikan objek penelitian, hanya ada di bagian arsip atau perpustakaan
media.
2. Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis isi kuantitatif yang hanya mengetahui
perbandingan antara agenda media dengan agenda publik. Tentang penulisan berita dan
penyajian beritanya tidak dapat diteliti secara mendalam.

Anda mungkin juga menyukai