Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmannirahim,
“Sesungguhnya dibalik kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila
kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguhsungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhan-mu
hendaknya kamu berharap.‖ (QS. Al-Insyira, 6-8)KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
karunia dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan tugas mata
pelajaran sosiologi ―Pengaruh Tindakan Bullying Terhadap Kesehatan
Mental pada Remaja sesuai dengan waktu yang direncanakan. Sholawat
serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi besar
Muhammad SAW.
Dalam menyusun tugas ini, kami menyampaikan ucapan terimakasih
karena banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………...……… 1

DAFTAR ISI ...................................................................................................... 2

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 3


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan tujuan terpenting dalam pembangunan di

setiap negara dan menjadi suatu proses untuk proses pembentukan

perilaku peserta didik ke arah yang lebih baik lagi. Menurut

Undang-undang dasar No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (SISDIKNAS) pada pasal 1 yang berisi bahwa ―Pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara‖.

Adanya pendidikan maka seseorang mampu mengembangkan

potensi dirinya agar dapat menyelesaikan suatu permasalahan dalam

kehidupan di kemudian hari dengan bekal ilmu dan keterampilan yang

sudah di dapatkan melalui proses pendidikan. Pendidikan karakter

penting ditanamkan bagi siswa untuk membentuk seseorang menjadi

pribadi yang baik (Herwina Bahar, 2018:24).

Pada dasarnya tiap-tiap individu manusia adalah unik, satu sama


lain berbeda dari yang lainnya. Jadi tiap-tiap manusia selalu

mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat tersendiri yang membedakannya dari

manusia-manusia lainnya. Dari keunikan tersebut, seringkali dalam

kehidupan sehari-hari terjadi hal-hal atau perbuatan yang menyimpang

antara kelompok sebaya.

Kelompok sebaya seharusnya lingkungan kedua setelah keluarga,

yang berpengaruh besar bagi kehidupan individu. Kelompok sebaya

menyediakan suatu lingkungan, yaitu tempat teman sebayanya dapat

melakukan sosialisasi dengan nilai yang berlaku, bukan lagi nilai yang

ditetapkan oleh orang dewasa, melainkan oleh teman seusianya dan

tempat dalam rangka menentukan jati dirinya, namun apabila nilai yang

dikembangkan dalam kelompok sebaya adalah nilai atau perilaku

negatif, maka akan menimbulkan bahaya bagi perkembangan

jiwa individu.

Salah satu bentuk perilaku negatif yang terjadi dikalangan remaja

adalah bullying, kasus bullying terus meningkat pada masa anak-anak

hingga remaja. Konsep bullying diartikan sebagai suatu bentuk dari

perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja untuk menjahati atau

membuat individu merasa kesusahan, terjadi berulang kali dari waktu

ke waktu dan berlangsung dalam suatu hubungan yang tidak terdapat

keseimbangan kekuasaan maupun kekuatanMeningkatnya kasus

bullying tidak terlepas dari pihak pihak yang terlibat dalam tindak

bullying, seperti pelaku, korban, pelaku-korban, dan pengamat atau

yang dikenal dengan sebutan bystanders (Olweus dalam Firsta Faizah,

2017:77)
Pelaku bullying berkaitan dengan karakteristik ataupun sisi afek

negatif dalam dirinya, diantaranya yaitu adanya kecemasan, depresi,

cenderung memiliki kepribadian antisosial, dan juga memiliki risiko

tinggi dari putus sekolah, serta pada masa dewasanya nanti pelaku

bullying lebih banyak memiliki masalah dengan pekerjaannya dan juga

sulit mempertahankan hubungan romantis dalam jangka panjang

dengan pasangannya.1 Pelaku bullying tidak hanya berkaitan dengan

dengan psychological distress, akan tetapi juga berkaitan dengan

psychological well-being sebagai afek positif dalam diri individu, hal ini

sesuai dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa pelaku

bullying merasa dirinya kurang bahagia dibandingkan dengan siswa

lainnya yang tidak terlibat dalam bullying (Olweus dalam Firsta Faizah,

2017: 78-80).

Menurut ahli Dr. Jalaluddin dalam bukunya ―Psikologi Agama‖

menyatakan bahwa ―Kesehatan mental merupakan suatu kondisi

batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman dan

tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat

dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi

(penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan.

Mental sehat manusia dipengaruhi oleh faktor internal dan

eksternal. Keduanya saling mempengaruhi dan dapat menyebabkan

mental yang sakit sehingga bisa menyebabkan gangguan jiwa dan

penyakit jiwa. Masalah yang sering terjadi pada perkembangan

intelektual dan emosional remaja adalah ketidakseimbangan antara


keduanya. Kemampuan intelektual mereka telah dirangsang sejak awal

melalui berbagai macam sarana dan prasarana yang disiapkan di

rumah dan di sekolah dengan berbagai media.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nindya Alifian Muliyasari

tahun 2019 dengan judul ―DAMPAK PERILAKU BULLYING

TERHADAP KESEHATAN MENTAL ANAK (STUDI KASUS DI MI

MA’ARIF CEKOK BABADAN PONOROGO)‖, memberikan hasil

bahwa bentuk perilaku bullying verbal yang terjadi di MI Ma’arif Cekok

Babadan Ponorogo yaitu memfitnah korban dan orang tua korban,

mengejek, mengancam, dan berkata kotor. Sedangkan bentuk bullying

fisik yang terjadi yaitu memukul, mengambil barang, dan mencubit.

Dampak bullying terhadap kesehatan mental yaitu korban bullying

menjadi pendiam, lemas, takut saat bertemu dengan pelaku, lelah

dengan perlakuan pelaku terhadap dirinya, menjadi sangat pemurung,

dan juga tidak bersemangat dalam belajar. Upaya sekolah dalam

mengurangi perilaku bullying yaitu menasehati, menegur, memberikan

pendidikan agama sejak dini kepada siswa, memberikan pendidikan

karakter yang kuat melalui kegiatan pembelajaran, mengisi waktu

luang dengan sesuatu yang bermanfaat misalnya ektrakurikuler

pramuka, hadroh, dan tahfidz Al-Qur’an.

Penelitian yang dilakukan oleh Firsta Faizah tahun 2017 dengan

judul ―BULLYING DAN KESEHATAN MENTAL PADA REMAJA

SEKOLAH MENENGAH ATAS DI BANDA ACEH‖, memberikan hasil

bahwa keterlibatan remaja sebagai pelaku bullying berkaitan dengan


permasalahan kesehatan mental, dimana dalam hasil penelitian ini

ditemukan terdapat hubungan negatif dan signifikan antara bullying

dengan kesehatan mental pada remaja Sekolah Menengah Atas di

Banda Aceh.

Penelitian yang dilakukan Yuliana tahun 2020 dengan judul

―DAMPAK BULLYING TERHADAP TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI

SISWA (Studi di MTs Laboratorium UIN STS Jambi)‖, memberikan

hasil bahwa ada dua bentuk bullying yang terjadi di Madrasah

Laboratorium Kota Jambi, diantaranya adalah kasus bullying verbal

dan bullying fisik. Akan tetapi kasus yang marak terjadi di sekolah

adalah kasus bullying verbal, di karenakan kebanyakan siswa

melakukkan bullying tersebut adalah untuk ajang lelucuan bagi mereka

dan teman-teman yang memang sering melakukan bullying. Bullying

verbal yang sering dilakukan oleh siswa adalah dengan sengaja

mengolok-olok, menggosip, mengejek dengan penyebutan nama

orang tua, mencemooh, dan lainnya. Jika kasus bullying ini tidak

ditangani dengan tepat bisa membuat siswa yang menjadi pelaku

bullying akan semakin merasa kuat.

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Hanifatur Rizqi tahun 2020


dengan judul ―DAMPAK PSIKOLOGIS BULLYING PADA

REMAJA‖, memberikan hasil bahwa Perlakuan bullying yang diterima

oleh korban bullying menyebabkan gangguan secara fisik maupun

psikologis, korban bullying mengalami ketidak percayaan diri dan

gangguan dalam bersosialisasi. Itulah sebabnya, pentingnya

penanganan dalam menghadapi bullying di lingkungan pendidikan,


salah satunya adalah dengan pemberian edukasi tentang kekerasan

pada remaja.‖

Penelitian Laili Nur Hidayati tahun 2021 dengan judul

―Psychological Impacts On Adolescent Victims Of Bullying:

Phenomenology Study‖, memberikan hasil bahwa semua responden

menjadi korban bullying. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada

berbagai macam dampak psikologis yang muncul pada remaja korban

bullying, seperti isolasi sosial, harga diri rendah, dan juga korban

merasa depresi.

Tindakan bullying sudah terjadi dan dilakukan oleh beberapa anak

di MADRASAH ALIAYAH NEGERI (MAN) 1 MAKASSAR. Salah satu

tidakan yang dilakukan yaitu dengan mengolok-olok siswa lain dan

menyebutkan nama orang tuanya. Tentu hal ini tidak dibenarkan oleh

pihak manapun. Melihat adanya peristiwa perilaku bullying, seperti

mengejek pada siswa kelas X rata-rata terjadi pada kaum laki-laki yang

belum adanya upaya penanganan khusus tindakan yang dilakukan

oleh pihak lingkungan sekolah (hanya berujung maaf-maafan saja).

Maka dari itu, peneliti akan melakukan penelitian untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh tindakan bullying terhadap mental anak.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis

melakukan penelitian berjudul ―PENGARUH TINDAKAN BULLYING

TERHADAP PERKEMBANGAN MENTAL ANAK SEKOLAH DI

MADRASAH ALIAYAH NEGERI (MAN) 1 MAKASSAR.


B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu:

1. Seberapa besar pengaruh bullying terhadap perkembangan

mental siswa-siswi di Madrasah Aliayah Negeri (MAN) 1

Makassar?

2. Bagaimana upaya guru dalam menanggulangi kasus bullying

yang terjadi di Madrasah Aliayah Negeri (MAN) 1 Makassar.

C. Tujuan Penelitian

Berlandaskan rumusan masalah, maka tujuan yang dimaksud:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh bullying terhadap

perkembangan mental siswa-siswi di Madrasah Aliayah Negeri

(MAN) 1 Makassar.

2. Untuk mengetahui upaya guru dalam menanggulangi kasus

bullying yang terjadi di Madrasah Aliayah Negeri (MAN) 1

Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada

sejumlah pihak sebagai berikut:

1. Secara Teoritis:

Memberikan masukan dan mengetahui hubungan perilaku

bullying terhadap perkembangan anak tingkat sekolah dasar.

2. Secara Praktis:
a. Bagi Sekolah
Menjadikan sebuah informasi bagi sekolah tersebut atau

lainnya mengenai pengaruh bullying terhadap perkembangan

mental anak di SD Negeri Pamulang Indah.

b. Bagi Guru

1) Memberikan masukan dalam penanganan siswa/i yang

terkena bullying dapat merugikan perkembangan mental

bagi dirinya sendiri.

2) Meningkatkan pemahaman bagi guru untuk dapat lebih

tanggap terhadap masalah di kelas.

3) Memberikan pemahaman bagi siswa/i mengenai

berinteraksi yang baik kepada setiap teman sebaya

sehingga kemampuan interaksi sosial siswa dapat

meningkat.

c. Bagi Siswa

1) Memberikan informasi bagi siswa/I tentang perilaku

Bullying yang dapat merugikan perkembangan mental bagi

dirinya sendiri bahkan orang lain.

2) Memberikan pemahaman bagi siswa/i mengenai interaksi

yang baik kepada setiap teman sehingga kemampuan

interaksi sosial siswa/i dapat meningkat.

3) Memberikan pemahaman tentang pengaruh perkembangan

mental anak yang terjadi akibat bullying.

d. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memahami seberapa jauh pengaruh

bullying terhadap perkembangan mental anak di SD Negeri

Pamulang Indah.

e. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

pustaka sebagai literatur bagi penelitian lainnya yang relevan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

a. Landasan Teori

Perilaku Bullying merupakan sebuah situasi dimana telah

terjadi penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilakukan

oleh perseorang ataupun kelompok (Sejiwa, 2008:2).

Penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan dilakukan berbagai

pihak yang kuat tidak hanya secara fisik saja tetapi juga secara

mental. Bullying digunakan untuk menjelaskan berbagai perilaku

kekerasan yang sengaja dilakukan secara terencana oleh

seseorang atau sekelompok orang yang merasa lebih berkuasa

terhadap seseorang atau sekelompok orang yang merasa tidak

berdaya melawan perlakuan ini (Djuwita dalam Mashar, 2011:3).

Istillah bullying dipahami dari kata bull yang diambil dari

Bahasa Inggris mempunyai arti banteng yang suka menanduk dan

pihak pelaku bullying bisa disebut bully (Sejiwa, 2008:2). Bullying

merupakan situasi dimana seseorang yang kuat menekan,

memojokan, melecehkan, menyakiti, seseorang yang lemah

dengan sengaja dan berulang-ulang.

Perilaku bullying merupakan tekanan serta intimidasi terus

menerus yang dilakukan untuk menyakiti seseorang secara fisik

maupun emosional (Meggit, 2013:174). Berdasarkan beberapa


penbertian dari bullying diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

perilaku bullying merupaka suatu tindakan yang negatif yang

bersifat menekan korbannya serta terjadi berulang kali dan dapat

dilakukan secara verbal maupun non-verbal sehingga

membuat kondisi seseorang menjadi tertekan, terkucil,

trauma dan merasa tidak nyanan serta dapat merusak kesehatan

mental yang dilakukan oleh pihak yang lebih kuat kepada pihak

yang lemah.

b. Bentuk-bentuk Bullying

Mengemukakan bahwa bentuk perilaku bullying lebih sering

berupa gangguan yang ditunjukkan secara individu dalam bentuk

gangguan-gangguan ringan dan komentarkomentar yang

berbahaya (Wharton, 2009:7). Hal tersebut apabila dibiarkan akan

menjadi sesuatu yang berbahaya karena tindakan bullying akan

meningkat menjadi tindakan yang yang lebih agresif. Aksi bully

biasanya mencakup penyerangan dan kebencian yang disengaja,

korban yang lebih lemah dengan pelaku, dan hasil atau dampak

yang selalu menyakitkan serta membuat korban tertekan dan

terluka (Meggit, 2003:2).

Perilaku bullying dikelompokkan menjadi perilaku bullying

verbal (non fisik) yaitu yang terjadi dalam mental atau psikologis

dan perilaku bullying nonverbal (fisik). Perilaku bullying secara fisik


atau nonverbal merupakan tindakan yang dilakukan dengan kontak

langsung terhadap fisik korban dan dapat dilihat seperti melakukan

kekerasan contohnya menginjak, menampar serta melempar

dengan barang sedangkan perilaku bullying secara nonfisik atau

verbal merupakan tindakan yang dilakukan dengan perkataan atau

ucapan yang dapat terdeteksi karena bisa terdeteksi karena bisa

tertangkap indra pendengaran kita seperti mengucilkan, menghina,

menjuluki, memaki, mempermalukan di depan umum, menuduh,

menyoraki, memfitnah dan meneriaki (Sejiwa, 2008:2).

Menurut Astuti (2008: 22) mengemukakan bahwa

bentuk- bentuk dari perilaku bullying yaitu:

1) Fisik (Non Verbal)

Bentuk tindakan bullying secara fisik seperti

menjambak rambut, menendang, memukul,

mengintimidasi korban, menonjok, mendorong, mencakar

korban.

2) Non Fisik (Verbal)


Bentuk tindakan bullying secara verbal misalnya

pangillan yang meledek, pemalakan, pemerasan,

mengancam atau berkata yang menekankan akan

menyebarluaskan kejelekan korban serta intimidasi.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat

disimpulkan bahwa bentuk-bentuk perilaku bullying terdiri

dari perilaku verbal atau non verbal yang artinya


semuanya sama-sama akan berdampak negatif serta

dapat mengganggu kesehatan mental bagi korbannya.

c. Penyebab Perilaku Bullying

Ada dua faktor penyebab perilaku bullying yaitu

kepribadian dan situasional. Faktor kepribadian terjadi karena

pengaruh dan pola asuh orang tua terhadap anak. Sementara

itu situasional kecenderungan untuk mengikuti (Hidayah,

2011:4).

d. Dampak Perilaku Bullying

Langkah-langkah mengembangkanmodel pembelajaran

diantaranya (Suprijono, 2016:57-58):

1) Ditetapkannya tujuan. Tujuan ditetapkan untuk spesifikasi

umum, tujuan perorangan maupun tujuan kelompok.

2) Standar kualitas keberhasilan.


3) Ditetapkannya aturan evaluasi termasuk proses serta

hasil.

4) Analisis situasi dan kondisi yang terkait dengan tujuan

pencapaian.

5) Membuat urutan hirarki dari belajar demi mencapai tujuan

pembelajaran.

6) Membuat pilihan aktivitas belajar guna mengantisipasi

kemungkinan kegiatan belajar yang telah ditetapkan.


7) Mengatur waktu guna menyelesaikan setiap kegiatan

belajar.

B. Kerangka Berpikir

Perilaku bullying merupaka suatu tindakan yang negative yang

bersifat menekan korbannya serta terjadi berulang kali dan dapat

dilakukan secara verbal maupun non-verbal sehingga membuat kondisi

seseorangmenjadi tertekan, terkucil, trauma dan merasa tidak nyaman

serta dapat merusak kesehatan mental yang dilakukan oleh pihak yang

lebih kuat kepada pihak yang lebih lemah.

Perkembangan mental tiap individu berbeda dan mengalami

dinamisasi dalam perkembangannya. Karena pada hakikatnya

manusia dihadapkan pda kondisi dimana ia harus menyelesaikannya

dengan beragam alternatif pemecahannya. Adakalanya, tidak sedikit

orang yang pada waktu tertentu mengalami masalah-masalah

perkembangan mental dalam kehidupannya.

Anak adalah anugerah dari Tuhan dan wajib diberikan

pelayanan yang baik dari segi materil dan pendidikan. Karakter anak

harus ditanamkan sejak dalam kandungan hingga ia tumbuh dewasa

melalui pendidikan yang ditempuh. Menurut Herwina Bahar

(2013:213), pengajaran pada dasarnya untuk menyatukan materi ke

dalam mata pelajaran dalam satu tema. Pembelajaran akan terjadi

secara aktif apabila topik sesuai dengan kurikulum yang ada.


Guru dan orang tua wajib membantu anak untuk melanjutkan

hidupnya sebagai pelajar agar ia dapat melihat dunia dengan cara

pandang dan pemikiran yang realistis dan real. Pertumbuhan anak

bukan hanya ketika lahir ke dunia, namun semasa di dalam kandungan

juga anak melakukan banyak perubahan.

Gambar 2.1
Kerangka Berpikir

Pengaruh Bullying

Fisik:
Non Fisik:
1. Mudah malu di
1. Sulit percaya pada
depan umum.
orang lain.
2. Mudah takut.
2. Muncul perasaan
3. Depresi, sehingga sedih, kesepian.
bisa menyebabkan
bunuh diri.

Adapundampak dari perilaku


bullyingini membuat
anak sedih dan stress
yang mengganggu perkembangan
mental, sehingga dapat menghambat perkembangan
belajarnya di rumah maupun di sekolah.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini yaitu penelitian


kualitatif. Secara umum, dalam kegiatan penelitian ilmiah, ada dua
pendekatan yang umum digunakan, yakni pendekatan kuantitatif dan
kualitatif. Dalam studi kuantitatif, studi menggunakan data mentah
dalam bentuk numerik, yang diproses secara statistik untuk menarik
kesimpulan dari hipotesis.
Mengutip informasi di website Depdiknas, pendekatan kualitatif itu
berperspektif emik. Dimana dari sudut pandang emik adalah bentuk
pendekatan penelitian kualitatif yang menggunakan data berupa narasi,
detail cerita, ekspresi, dan hasil konstruksi dari responden atau
informan. Data dapat diperoleh dari teknik pengumpulan data berupa
wawancara yang mendalam dan observasi.adapun penelitian kualitatif
adalah suatu proses penelitian untuk memahami fenomena manusia
atau sosial dengan menciptakan gambaran yang menyeluruh dan
kompleks yang disajikan dalam kata-kata, melaporkan pandangan
terperinci yang di peroleh dari sumber informan,serta di lakukan dalam
latar seting ilmiah.
Adapun penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif
yang bertujuan untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai kondisi
sosial dan proses atau hubungan, sesuai dengan fenomena dan
kenyataan sosial dari sebuah kelompok. Dan menggunakan serta
menguraikan data sesuai dengan situasi yang terjadi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian

Penelitian ini diteliti di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1

Makassar yang berlokasi di Jalan Talasalapang Nomor 46,

Gunung Sari, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar, Sulawesi

Selatan 90221.
17

2. Waktu Penelitian

Penulis melakukan penelitian di berbagai kelas. Penelitian ini

dilaksanakan 20 Oktober 2023 , bertepatan dengan pembelajaran

semester genap tahun ajaran 2023/2024.

B. Metode Penelitian

1. Observasi

Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data dimana

penelitian atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang

mereka saksikan selama penelitian. Dimaksudkan suatu cara

pengambilan data melalui pengamatan langsung terhadap situasi atau

peristiwa yang ada dilapangan.

2. Wawancara

Merupakan percakapan yang berlangsung secara sistematis dan

terorganisasi yang dilakukan oleh peneliti sebagai pewawancara

(interviewer=iter) dengan sejumlah orang sebagai responden atau yang

diwawancarai (interviewee=itee) untuk mendapatkan sejumlah

informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3. Dokumentasi

Menurut Suharsini Arikunto, metode dokumentasi ialah metode

Mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan,buku,

transkip,surat kabar, prasasti,majalah,notulen rapat, agenda serta foto-


foto kegiatan. 7 Metode dokumentasi dalam penelitian ini, dipergunakan

untuk melengkapi data dari hasil wawancara dan hasil pengamatan

(observasi).Metode dokumentasi, merupakan teknik pengumpulan data

dengan mempelajari data-data yang telah didokumentasikan. Dari asal

katanya, dokumentasi, yakni dokumen, berarti barang-barang tertulis Di

dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-

benda tertulis, seperti buku-buku, majalah peraturan-peraturan,

dokumen, notula rapat, catatan harian, dan sebagainya.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PROFIL SEKOLAH

Penulis melakukan penelitian di Madrasah Aliayah Negeri (MAN) 1

Makassar yang berlokasi di Jalan Talasalapang Nomor 46, Gunung Sari,

Kecamatan Rappocini, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Akreditasi sekolah ini sudah A dengan jumlah guru kurang lebih sebanyak 90

kepala.

B. VISI & MISI

1. Visi

MEMILIKI , IPTEK, IMTAQ YANG DI DASARI NILAI ISLAM, MAMPU

BERSAING

SECARA GLOBAL, DAN DAPAT DIAPLIKASIKAN DALAM MASYARAKAT .

2. Misi

1. MENINGKATKAN PELAYANAN PEMBELAJARAN DENGAN PENGETAHUAN


ILMU DAN KEISLAMAN.

2. MEMBERIKAN PENGHAYATAN, KEIMANAN DAN KETAQWAAN TERHADAP


ISLAM DAN NILAI BUDAYA.

3.MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN BIMBINGAN DAN KETERAMPILAN


SECARA EFEKTIF DAN EFISIEN AGAR SISWA DAPAT BERKEMBANG
SECARA OPTIMAL .

4. MENUMBUHKAN SEMANGAT JUANG MENJADI YANG TERBAIK KEPADA


WARGA SEKOLAH.
5. MENYIAPKAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG MAMPU MENJADIKAN
MENGAPLIKASIKAN, NILAI-NILAI ISLAM, DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT.

C. Hasil Penelitian

Berdasarkan wawancara yang telah kami lakukan dari penelitian kami bullying
memiliki batasan cukup luas ,tak sekedar tindakan kekerasan fisik.Bullying berasal dari
kata “bully”,yaitu suatu kata yang mengacu pada pengertian adanya ancaman yang
dilakukan seseorang terhadap orang lain. Selain gangguan fisik,korban bullying juga
akanmengalami gangguan psikis,berupa stres,karena bullying biasanya berlangsung
dalam waktuyang lama.Dengan demikian, bullying pada hakikatnya adalah “ tindakan
menggunakan kekuatan ataupun kekuasaan, untuk melukai seseorang maupun
kelompok, secara fisik, mental, serta verbal,sehingga menyebabkan korbanya merasa
tertekan, trauma, dan tak berdaya”. Maka berlangsungnya bentuk kekerasan ini dalam
dunia pendidikan,yang diakui atau tidak hingga kini masih saja terus terjadidi negeri
kita, jelas merupakan pelanggaran Hak Anak secara kasat mata,sehingga mesti segera
diakhiri.

Dengan demikian pendidikan pendidikan sesungguhnya tidaklah identik dengan


prosesmemasukkan sesuatu dari luar ke dalam, melainkan justru sebaliknya proses
memunculkan sesuatu dari dalam ke luar.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah melakukan analisis dan pembahasan, maka dapat dibuat

kesimpulan bahwa tindakan bullying berkorelasi positif dan signifikan dengan

perkembangan mental. Artinya semakin tinggi tingkat bullying maka semakin

tinggi tingkat perkembangan mental menyimpang yang dimiliki siswa atau

sebaliknya. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan, yaitu ada hubungan

positif antara tindakan bullying dan perkembangan mental dapat diterima. Hasil

dari uji hipotesis ini adalah ada hubungan positif antara tindakan bullying

terhadap perkembangan mental.

B. SARAN

Berdasarkan hasil yang telah didapat, peneliti mengajukan beberapa saran

sebagai berikut : 1. Bagi Siswa semua itu memiliki derajat yang sama di mata

Allah SWT, sehingga kita tidak boleh melakukan bullying karena belum tentu

yang direndahkan oleh kita itu lebih buruk dari kita. Ukuran tinggi derajat

seseorang dalam pandangan islam bukan ditentukan oleh nenek moyangnya,

kebangsaannya, wana kulit, bahasa dan jenis kelamin yang berbau rasialis.

Kualitas dan tinggi derajat seseorang ditentukan oleh ketaqwaannya yang

ditunjukkan oleh prestasi kerjanya yang bermanfaat bagi manusia.


2. Bagi Wali Murid / Orang Tua

Perkembangan mental pada anak dipengaruhi oleh lingkungannya, oleh

karenanya pemantauan dari orang tua ketika anak berada pada lingkungan

rumah, maupun guru atau wali murid ketika anak sedang berada di

lingkungan sekolah. Jangan sampai anak mendapatkan tindak perundungan

yang akan mengganggu perkembangan mental anak, yang bisa saja

berdampak pada mental yang menyimpang, sehingga anak bisa menjadi

pelaku perundungan atau bullying kepada temannya.


DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Elliyil. (2020). Metode Belajar Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.

Arikunto. (1995). Dasar-dasar Umum Metodologi dan Pengajaran Nilai Moral


PVCT. Bandung: Lab Pengajaran PMP IKIP Bandung.

Agustina, Nora. (2018). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: Deepublish.

Bahar, Herwina. (2013). PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN TERPADU DALAM


PENDIDIKAN KARAKTER. Jurnal Teknodik. Vol 17, No 2, hal: 209-225.

Bahar, Herwina., Iswan. (2018). PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER


PERSPEKTIF ISLAM DALAM ERA MILLENIAL IR 4.0. Seminar Nasional
Pendidikan Era Revolusi. Hal:21-42. Efendi, Justin. (2020). Pendidikan
Anak Usia Dini. Depok: Rajawali Pers.

Faizah, Firsta.dkk. (2017). Bullying dan Kesehatan Mental Pada Remaja Sekolah
Menengah Atas di Banda Aceh. Vol. 3, No.1, hal: 77-83.

Fakhriyani, Diana Vidya. (2017). Kesehatan Mental. Jawa Timur: Duta Media.

Faizah, Firsta. (2017). BULLYING DAN KESEHATAN MENTAL PADA


REMAJA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI BANDA ACEH. Vol 3
No 1.

Hanurawan, Fattah. (2012). STRATEGI PENGEMBANGAN KESEHATAN MENTAL


DI LINGKUNGAN SEKOLAH. PSIKOPEDAGOGIA, Vol. 1,
No. 1.

Hidayati, Laili Nur. (2021). Psychological Impacts On Adolescent Victims Of


Bullying: Phenomenology Study. Media Keperawatan Indonesia,
Vol 4 No 3.

Ibda,Fatimah. (2015). Perkembangan Kognitif:Teori Jean Piaget. Vol.3, No.1,hal: 27-


38.

Susanto, Ahmad. (2014). Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.


Susanto, Ahmad. (2018). Pendidikan Anak Usia Dini Konsep dan Teori. Jakarta: PT
Bumi Aksara.

Syaodih, Nana. (2009). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Yus, Anita. (2015). Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.

Rizqi, Hanifatur. (2020). DAMPAK PSIKOLOGIS BULLYING PADA REMAJA. Jurnal


Kesehatan Wiraraja Medik

Anda mungkin juga menyukai