Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM MATERIAL TEKNIK

HEAT TREATMENT

Oleh:
Willy Suhada
122170101

Asisten Praktikum:
Widi Reeh Adi Agung
120170059

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
LAMPUNG SELATAN
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perlakuan panas atau Heat treatment adalah proses pemanasan dan
pendinginan material logam atau paduan untun mengubah sifat fisiknya.
Seperti kekerasan, kekuatan, ketahanan aus dan keuletan. Ini adalah Teknik
yang penting dalam insustri manufaktur, terutama dalam pembentukan atau
pembuatan komponen besi, mesin, baja dan produk logam lainnya. Tujuan
utama dalam perlakuan panas ini adalah untuk meningkatkan kualitas dan
kinerja material serta untuk mengetahui perubahan sifat mekanik, khususnya
perubahan kekerasan dari beberapa logam yang mengalami proses perlakuan
panas dan pendinginan dengan menggunakan berbagai media pendingin.

Perlakuan panas adalah aspek penting dalam rekayasa material dan


manufaktur, karena kemungkinan produsen untuk menciptakan material
dengan sifat yang sesuai dengan kebutuhan pengaplikasian tertentu. Dengan
pemahaman tersebut tentang perlakuan panas, kita dapat mengaplikasikannya
kedalam konteks industry dan rekayasa material. Sifat-sifat logam yang
terutama sifat mekanik yang sangat dipengaruhi oleh struktur mikrologam
disamping posisi kimianya, contohnya suatu logam atau paduan akan
mempunyai sifat mekanik yang berbeda-beda struktur mikronya saat diubah.
Dengan adanyanya pemanasan atau pendinginan dengan kecepatan tertentu
maka bahan-bahan logam dan paduan memperlihatkan perubahan strukturnya.
Perlakuan panas adalah proses kombinasi antara proses pemanasan atau
pendinginan dari suatu logam atau paduannya dalam keadaan padat untuk
mendapatkan sifat-sifat tertentu. Untuk mendapatkan hal ini maka kecepatan
pendinginannya dan batas temperature sangat menetukan.
Beberapa jenis perlakuan panas yang umum meliputi pengerasa (hardening),
pelunakan (annealing), normalisasi (normalizing), dan tempering. Masing-
masing dari itu memiliki tujuan yang yang berbada tergantung pada sifat yang
diinginkan dalam material akhir. Sifat-sifat mekanik yang dihasilkan ini
didukung oleh mikro struktur yang terbentuk setelah perlakuan panas. Sruktur
mikro tersebut antara lain distribusi fasa feris, ferit, perlit, martensit dan fasa
transformasi lainnya. Adapun proses heat treatment melibatkan tiga tahapan
utama, yaitu:
a. Pemanasan
Material yang dipanaskan ke suhu tertentu, suhu ini dapat bervariasi
tergantung pada suhu tertentu untuk material dan hasil yang diinginkan.
b. Pemeliharaan suhu
Material dipertahankan pada suhu tertentu untuk jangkan waktu yang telah
ditentukan. hal ini memungkinkan distribusi panas yang merata dalam
material.
c. Pendinginan
Material yang diinginkan dengan cepat atau lambat, tergantung pada jenis
perlakuan panas yang dilakukan. Proses pendinginan ini dapat dihasilkan
perubahan sifat material yang diinginkan.

Ilmu perlakuan panas merupakan ilmu yang sangat penting dalam


pembelajaran memperbaiki sifat mekanik suatu material. Pada dasarnya
konteks dari material teknik itu sendiri merupakan suatu disiplin ilmu yang
melibatkan pembentukan, penguatan, perlindungan, perbaikan dan
menganalisa suatu material agar layak digunakan dalam kehidupan sehari-
hari. Sifat mekanik material adalah salah satu factor yang mendasari
pemilihan bahan dalam suatu perencanaan. Dapat diartikan sebagai respon
atau perilaku yang diberikan berupa gaya, torsi atau gabungan keduanya.
Adapun sifat mekanik pada material antara lain:
a. Kekeerasan merupakan kemampuan material untuk menahan deformasi
plastis lokal akibat penetrasi di permukaan.
b. Kekuatan merupakan kemampuan material untuk menahan deformasi
plastis secara menyeluruh.
c. Keuletan merupakan kemampuan material untuk menahan deformasi
plastis maksimum sampai material itu patah.
d. Kelentingan merupakan besarnya energi yang diserap material selama
deformasi elastis berlangsung.
e. Ketangguhan merupakan besarnya energi yang diserap material sampai
patah.
f. Modulus elastisitas.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun beberapa tujuan dari praktikum Heat Treatment kali ini adalah
sebagai berikut:
a. Melakukan proses pengerasan metode quenching pada baja karbon,
menguji kekerasan hasil perlakuan panas dan menguji kekerasan hasil
perlakuan panas.
b. Membuktikan pengaruh media pendinginan dan laju pendinginan
terhadap kekerasan pada material baja.
c. Menganalisa hasil perlakuan panas.
d. Menguji kekerasan hasil perlakuan panas.
e. Menguji kekerasan hasil perlakuan panas Mampu mengetahui proses dari
analisis struktur mikro
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mengenal Perlakuan Panas (Heat treatment) pada Baja Karbon


Setiap material tentu memiliki berbagai sifat, salah-satunya adalah sifat
mekanik. Sifat mekanik adalah sifat yang muncul akibat adanya pembebanan
mekanik, salah-satu sifat mekanik dari suatu material adalah kekerasan
(Hardeness). Pada dasarnya kekerasan (Hardeness) merupakan kemampuan
material untuk menahan beban yang berasal dari luar. Sifat ini diamati dan
juga diubah sesuai dengan kebutuhan dan metode-metode tertentu. Salah satu
metode yang digunakan untuk mengubah tingkat kekerasan suatu benda
adalah dengan Heat treatment. Perlakuan panas ialah salah satu perlakuan
pada material yang melibatkan pemanasan dan pendinginan dalam suatu
siklus tertentu, digunakan untuk meningkatkan kinerja material dengan cara
memodifikasi struktur mikro san sifat mekanis dari material tersebut,
sehingga diharapkan dengan adanya perlakuan panas ini, material menjadi
berdaya guna serta dapat memenuhi tuntunan aplikasinya.

Perlakuan panas adalah salah satu proses pemanasan dan pendinginan logam
dalam kondisi padat untuk mengubah sifat-sifat fisis logam tersebut. Baja
dapat dikeraskan sehingga tahan aus dan kemampuan memotong meningkat,
atau baja dapat dilunakkan untuk memudahkan pemisahan lebih lanjut.
Melalui perlakuan panas yang tepat, tegangan dalam dapat dihilangkan, besra
butir diperbesar atau diperkecil, ketangguhan ditingkatkan atau dapat
dihasilkan suatu permukaan yang keras di sekelilingi inti yang ulet. Untuk
memungkinkan perlakuan panas yang tepat, susunan kimia baja harus
diketahui karena perubahan komposisi kimia, khususnyakarbon karena dapat
mengakibatkan perubahan sifat-sifat fisis. (Bahri, 2018)
Perlakuan panas adalah sebuah kombinasi antara proses pemanasan atau
pendinginan dari suatu logam atau paduannya dalam keadaan padat untuk
mendapatkan sifat-sifat tertentu. Untuk mendapatkan hal itu maka kecepatan
pendinginan dan batas temperatur sangat menentukan. Pada perlakuan panas
terdapat empat proses, yaitu: annealing, normalizing, quenching dan
tempering. (Wijayanti, Nur Baity, Rohmah, & Zaenuri, 2020)
2.2 Pengerasan (Hardening)
Proses Hardening atau pengerasan baja adalah suatu proses pemanasan
logam sehingga mencapai batas austenit yang homogen. Untuk
mendapatkankehomogenan ini maka austenit perlu waktu pemanasan yang
cukup.selanjutnya secara cepat baja tersebut dicelupkan ke dalam media
pendingin,tergantung pada kecepatan pendingin yang kita inginkan untuk
mencapai kekerasan baja. Pada waktu pendinginan yang cepat pada fase
austenit tidak sempat berubah menjadi ferit atau perlit karena tidak ada
kesempatan bagi atom-atom karbon yang telah larut dalam austenit untuk
mengadakan pergerakan difusidan bentuk sementit oleh karena itu terjadi
fase mertensit, ini berupa fase yang sangat keras dan bergantung pada
keadaan karbon. Martensit adalah fasa metastabil terbentuk dengan laju
pendinginan cepat, semua unsur paduan masih larut dalam keadaan padat.
Pemanasan harus dilakukan secara bertahap (preheating) dan perlahan-
lahan untuk memperkecil deformasi ataupun resiko retak. Setelah
temperatur pengerasan (austenitizing) tercapai, ditahan dalam selang
waktu tertentu (holding time) kemudian didinginkan cepat. Pada dasarnya
baja yang telah dikeraskan bersifat rapuh dan tidak cocok untuk
digunakan. Melalui temper, kekerasan dan kerapuhan dapat diturunkan
sampai memenuhi persyaratan. Kekerasan turun, kekuatan tarik akan
turun, sedangkan keuletan dan ketangguhan akan meningkat. Pada saat
tempering proses difusi dapat terjadi yaitu karbon dapat melepaskan diri
darimartensit berarti keuletan (ductility) dari baja naik, akan tetapi
kekuatan tarik,dan kekerasan menurun. Sifat-sifat mekanik baja yang telah
dicelup, dan ditemper dapat diubah dengan cara mengubah temperatur
tempering. (Manulang, 2020)

2.3 Tempering
Tempering adalah pendinginan dan pemanasan ulang logam yang mengeras.
Tempering dibagi menjadi tiga tahap ketika suhu turun di bawah suhu kritis
untuk jangka waktu yang lama:
a. Pendinginan pada suhu rendah (150–300 °C). Tujuannya adalah untuk
mengurangi kerapuhan baja dan tegangan kusut. Alat bor dan alat potong
adalah contoh alat kerja yang belum berpengalaman. banyak ketegangan
b. Pendinginan pada suhu sedang (300-500 °C). Konsep Ini meningkatkan
keuletan,sekaligus menurunkan kekerasan. Metode ini berlaku untuk alat
kerja tugas berat alat seperti palu, pahat, dan pegas
c. Pengerasan pada suhu tinggi (500-650 °C). Tujuannya adalah untuk
mempertahankan kehalusan sambil mencapai keuletan yang tinggi. Metode
ini digunakan untuk roda gigi, poros dan batang penggerak. Diantara yang
lain. (Adipura & Nafi, 2022)
2.4 Annealing
Proses annealing atau melunakkan baja adalah prose pemanasan baja diatas
temperatur kritis (732°C) selanjutnya dibiarkan beberapa lama sampai
temperatur merata disusul dengan pendinginan secara perlahan-lahan sambil
dijaga agar temperatur bagian luar dan dalam kira-kira sama hingga diperoleh
struktur yang diinginkan dengan menggunakan media pendingin udara.
Annealing terdiri dari 3 proses, yaitu:
1. Fase recovery
Fase recovery adalah hasil dari pelunakan logam melaluipelepasan cacat
kristal (tipe utama dimana cacat linear disebut dislokasi) dan tegangan
dalam.
2. Fase rekritalisasi
Fase rekritalisasi adalah fase dimana butir nucleate baru dan tumbuh
untuk menggantikan cacat- cacat oleh tegangan dalam.
3. Fase grain growth (tumbuhnya butir)
Fase grain growth (tumbuhnya butir) adalah fase dimana mikrostruktur
mulai menjadi kasar dan menyebabkan logam tidak terlalu memuaskan
untuk proses pemesinan. Adapun tujuan dari proses anneling diantaranya,
yaitu:
a. Melunakkan material logam.
b. Menghilangkan tegangan dalam/sisa.
c. Memperbaiki butir-butir logam.

2.5 Normalizing
Normalizing adalah suatu pemanasan logam hingga mencapai fase austenit
yang kemudian didinginkan secara perlahan-lahan dalam media pendingin
udara. Hasil pendingin ini berupa perlit dan ferit namunhasilnya jauh lebih
mulus dari anneling. Prinsip dari normalizing adalah untuk melunakkan
logam.

Gambar 2. 1 Proses Normalising


Sumber: (V.B Sardi, 2018)

Namun pada baja karbon tinggi atau baja paduan tertentu dengan ini belum
tentu memperoleh baja yang lunak. Mungkin berupa pengerasan dan ini
tergantung dari kadar karbon. Adapun tujuan dari proses Normalizing antara
lain:
a. Untuk melunakkan logam
b. Memperbaiki struktur butir
c. Meningkatkan sifat mampu mesin setelah penempaan (forging) dan
rolling
d. Meningkatkan ukuran butir
2.6 Quenching
Tujuannya merubah mikro struktur baja sedemikian rupa sehingga diperoleh
mikro struktur martensit yang keras. Penggunaannya untuk semua macam alat
perkakas dan beberapa bagian mesin yang penting khususnya untuk yang
mendapatkan beban berat (seperti roda gigi, cam shaft, pegas). Prosesnya baja
dipanaskan sampai suhu kritis, kemudian ditahan pada suhu tersebut beberapa
saat (sesuai dengan dimensi dan bentuknya) dilanjutkan dengan
pendinginan dengan cepat. (SUKMANA, 2017)

Pada proses quenching, media pendingin sangat berpengaruh pada struktur


logam serta kemampuan mekanik yang dicapai oleh logam tersebut. Menurut
media pendinginnya, quenching dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Quenching air
Air adalah media yang paling banyak digunakan untukquenching, karena
biayanya yang murah, dan mudahdigunakan serta pendinginannya yang
cepat. Air khususnya digunakan pada baja karbon rendah yang
memerlukan penurunan temperatur dengan cepat dengan tujuan
untukmemperoleh kekerasan dan kekuatan yang baik. Airmemberikan
pendinginan yang sangat cepat, yangmenyebabkan tegangan dalam,
distorsi, dan retakan.
b. Quenching dengan media oli
Oli sebagai media pendingin lebih lunak jika dibandingkan dengan air.
Digunakan pada material yang kritis, antara lain material yang mempunyai
bagian tipis atauujung yang tajam. Karena oli lebih lunak, maka
kemungkinanadanya tegangan dalam, distorsi, dan retakan kecil. Oleh
karena itu medium oli tidak menghasilkan baja sekeras yang dihasilkan
pada medium air. Quenching dengan media air akan efektif jika
dipanaskan pada suhu 30-60˚C.
c. Quenching dengan media udara
Quenching dengan media udara lebih lambat jika dibandingkan dengan
media oli maupun air. Material yang panas ditempatkan pada screen.
Kemudian udara didinginkan dengan kecepatan tinggi dialirkan dari bawah
melalui screen dan material panas. Udara mendinginkan material panas
lebih lambat dari daripada medium air dan oli. Pendinginan yang lambat
kemungkinan adanya tegangan dalam dan distorsi. Pendinginan udara pada
umumnya digunakan pada baja yang mempunyai kandungan paduan yang
tinggi.
d. Quenching dengan media air garam
Air garam adalah media yang sering digunakan pada proses quenching
terutama untuk alat-alat yang terbuat dari baja. Beberapa keuntungan
menggunakan air garam sebagai media adalah suhunya merata pada air
garam, proses pendinginan merata pada semua bagian logam, tidak ada
bahaya oksidasi, karburisasi, atau dekarburisasi selama proses pendinginan

2.7 Holding time


Holding time dilakukan untuk mendapatkan kekerasan maksimum dari suatu
bahan pada expositions solidifying dengan menahan pada temperatur
pengerasan untuk memperoleh pemanasan yang homogen sehingga struktur
austenitnya homogen atau terjadi kelarutan karbida ke dalam austenite, difusi
karbon dan unsur paduannya. Pedoman untuk menentukan holding time dari
berbagai jenis baja pada yang umum diantaranya sebagai berikut:
a. Baja Kontruksi dari Baja Karbon dan Baja Paduan Rendah yang
menganding karbida yang mudah larut diperlukan holdng time yang
singkat, 5-15 menit setelah mencapai temperature pemanasannya dianggap
sudah selesai.
b. Baja Kontruksi dari Baja Paduan Menengah dianjurkan menggunakan
holding time 15-25 menit, tidak tergantung ukuran benda kerja.
c. Low Alloy Tool Steel memerlukan holding time yang tepat agar kekerasan
yang diinginkan dapat tercapai. Dianjurkan menggunakan 0,5 menit per
millimeter tebal benda, atau 10-30 menit.
d. High Alloy Chrome Steel membutuhkan holding time yang paling panjang
diantarannya semua baja perkakas, juga tergantung pada temperature
pemanasannya.juga diperlukan kombinasi temperature dan holding time
yang tepat biasannya dianjurkan menggunakan 0,5 menit per millimeter
tebal benda dengan minimum 10 menit, maksimum 3 jam.
e. Hot Work Tool Steel, mengandung kabrida yang sulit larut , baru akan larut
pada suhu 1000 C. pada temperature ini kemungkinan terjadinnya
pertumbuhan butir sangat besar, karena itu holding time harus dibatasi, 15-
30 menit.
f. High Speed Steel memerlukan temperature pemanasan yang sangat tinggi
1200 C - 1300 C. untuk mencegah terjadinya pertumbuhan holding time
diambil hanya beberapa menit saja. Adapun perlakuan panas kimiawi
dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Corburizing
Cara ini sudah lama dikenaloleh orang sejak dulu. Dalam cara ini, besi
dipanaskan di atas suhu dalam lingkungan yang mengandung karbon,
baik dalan bentuk padat, cair ataupun gas. Beberapa bagian dari cara
kaburasi yaitu kaburasi padat, kaburasi cair dan karburasi gas.
2. Nitriding
Nitriding adalah pengerasan permukaan yang dipanaskan sampai ±
510°c dalam lingkungan gas alkali selama beberapa waktu.

2.7 Diagram Fe-Fe3C


Diagram kesetimbangan fasa Fe-Fe3C adalah alat penting untuk
memahami struktur mikro dan sifat-sifat baja karbon,suatu jenis logam
paduan besi (Fe) dan karbon (C). Diagram Fasa Fe–Fe3C juga merupakan
dasar pembuatan baja dan besi cor dalam pengecoran logam. Karbon larut di
dalam besi dalam bentuk larutan padat hingga 0,05% berat pada temperatur
ruang. Baja dengan atom karbon terlarut hingga jumlah tersebut
memiliki alpha ferrite pada temperatur ruang. Pada kadar karbon lebih dari
0,05% akan terbentuk endapan karbon dalam bentuk hard intermetallic
stoichiometric compound (Fe3C) yang dikenal sebagai cementite atau
carbide. Selain larutan padat alpha-ferrite yang dalam kesetimbangan dapat
ditemukan pada temperatur ruang terdapat fase-fase penting lainnya, yaitu
delta-ferit dan gamma-austenite. Logam Fe memiliki struktur kristal
berbeda pada temperatur berbeda. Pada Fe murni, misalnya, alpha-ferrite
akan berubah menjadi gamma-austenite saat dipanaskan melewati
temperatur 910° C. Pada temperatur yang lebih tinggi, mendekati 1400 ° C
gamma-austenite akan Kembali berubah menjadi delta-ferit. (Alpha dan
Delta) Ferit dalam hal ini memiliki struktur kristal BCC sedangkan
(Gamma) Austenite memiliki struktur kristal FCC.

Gambar 2. 2 Diagram Fe-Fe3C


Sumber: Laboratorium Rekayasa Material

Sistem eutektik merupakan campuran senyawa kimia yang yang


membeku atau melebur pada suatu suhu yang lebih rendah daripada titik
lebur dari campuran senyawa yang sama dengan rasio berbeda dan juga
titik lebur dari masing-masing senyawa itu sendiri. Tidak semua paduan
biner memiliki titik eutektik.

Komposisi eutectoid terdapat pada 4,3 % (berat) karbon (17 % atom) dan
suhu eutectoid adalah 1148°C. Besi cor berada di daerah eutektid karena
rata- rata mengandung 2.5 % – 4 %. Pada bagian diagram antara 700°C-
900°C dan daerah karbon antara 0%-1% ini mikrostruktur baja dapat diatur
dan dan disesuaikan dengan keinginan. Diagram fasa Fe-Fe3C
menampilkan hubungan antara temperatur dengan kandungan karbon
selama proses lambat. Dari diagram fasa diperoleh informasi-informasi
penting yaitu antara lain:
a. Fasa yang terjadi pada komposisi dan temperatur yang berbeda dengan
kondisi pendinginan lambat.
b. Temperatur pembekuan dan daerah-daerah pembekuan paduan Fe-C
bila dilakukan pendinginan lambat.
c. Temperatur cair dari masing-masing paduan.
d. Batas-batas kelarutan atau batas kesetimbangan dari unsur karbon pada
fasa tertentu.
e. Reaksi-reaksi metalurgis yang terjadi, yaitu reaksi eutektik, peritektik
dan eutektoid.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

c.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Heat Treatment kali
ini adalah sebagai berikut:
1. Laboratory Chamber Furnace carbolite CWF 1300

Gambar 3. 1 Laboratory Chamber Furnace carbolite CWF 1300


Sumber: Laboratorium Rekaya Material
2. Media Pendingin

Gambar 3. 1 Media Pendingin (kanan) air dan (kiri) oli


Sumber: Laboratorium Rekaya Material
3. Finger Gloves

Gambar 3. 3 Finger Gloves


Sumber: Laboratorium Rekaya Material

4. Tang Crusible

Gambar 3. 4 Tang Crusible


Sumber: Laboratorium Rekaya Material

5. Crusible Cylinder
Gambar 3. 5 Crusible Cylinder
Sumber: Laboratorium Rekaya Material
6. Baja karbon AISI 1045

Gambar 3. 6 Baja Karbon AISI 1045


Sumber: Laboratorium Rekaya Material

3.2 Prosedur Praktikum


Adapun prosedur kerja pada praktikum Heat Treatment kali ini adalah
sebagai berikut:
a. Menyiapkan 3 sampel material baja dan media pendinginan air dan oli.
b. Memastikan membaca prosedur cara penggunaan alat sebelum praktikum
cara menghidupkan, cara penggunaan dan cara mematikan alat.
c. Baja yang digunakan yakni AISI 1045 berbentuk plat Tebal 5 mm.
d. Menghidupkan Chamber Furnace Carbolite Gero CWF 1300.
e. Mengatur SP°C pada suhu 800°C, SPrr OFF, Holding time tI 30 menit.
f. Menggunakan alat-alat keselamatan seperti finger gloves dan tang crusible
pada saat memasukkan dan mengeluarkan material dari Chamber Furnace
Carbolite Gero CWF 1300.
g. Mengeluarkan ketiga sampel yang telah di panaskan
1. Mendinginkan sampel pertama di suhu ruangan.
2. Memasukkan sampel kedua langsung ke media pendingin air
3. Memasukkan sampel ketiga langsung ke media pendingin oli.
h. Me-reset Chamber Furnace Carbolite Gero CWF 1300 ke setting default.
Lalu matikan alat.
i. Setelah dingin, membersihkan permukaan sampai rata dan halus.
j. Setelah selesai praktikum,merapihkan, membersihkan dan mengembalikan
alat-alat yang digunakan.
c.2 Prosedur Penggunaan Alat
Adapun prosedur penggunaan alat dalam praktikum Heat Treatment kali ini
yaitu mesin Chamber Furnace Carbolite Gero CWF 1300 sebagai berikut:
a. Pastikanlah alat alat menyambung dengan listrik dan grounding (maks 1
volt) terpasang.
b. Sebelum menggunakan alat ini, pakailah finger glover dan alat-alat
keselamatan lainnya.
c. Gunakanlah cruisible cyilinder dalam keadaan baik.
d. Gunakanlah tang cruisible untuk memasukkan dan mengeluarkan cruisible
cylinder.
e. Menekan tombol ON untuk menghidupkan alat.
f. Menekan tombol Menu>Arrow Keys>SPrr untuk mengatur temperatur
dan SPrr digunakan untuk mengatur kecepatan kenaikan suhu.
g. Kemudian pilih metode (t1, t2, t3, t4 dan t5) yang akan digunakan dengan
menekan 1,5 detik pada tombol Menu.
h. Metode t1 (Type 1) maka ketika waktu mencapai setpoint, maka timer
akan langsung menghitung mundur dan setelah habis maka furnace secara
otomatis akan mati, pada home display muncul ‘End’.
i. Metode t2 (Type 2) maka ketika tombol ditekan timer akan langsung
menghitung mundur dan ketika waktu habis furnace secara otomatis akan
mati tanpa memperhatikan telah setpoint atau belum, pada home display
muncul ‘End’.
j. Metode t3 (Type 3) maka Ketika tombol ditekan, timer akan langsung
menghitung mundur dan Ketika waktu habis, switch pada furnace
menyalakan daya ke elemen sehingga type ini dapat digunakan untuk
menunda pemanasan awal.
k. Metode t4 (Type 4) hmapir mirip dengan t1 namun saat waktu habis maka
furnace secara otomatis ke control manual, pada home display muncul
‘End’.
l. Metode t5 (Type 5) hmapir mirip dengan t2 namun saat waktu habis maka
furnace secara otomatiss ke normal tanpa memperhatikan telah setpoint
atau belum, pada home display muncul ‘End’.
m. Seelah memilih type-type, kemudia tekan tombol Menu>t1(contoh)> set
waktu holding.
n. Kemudia tekanah tombol timer dan lampu timer akan menyala.
o. Untuk mereset type, telan 1,5 detik tombol Timer sampai muncul r5t
p. Tombol OFF digunakan untuk mematikan alat.
q. Kembalikanla alat-alat yang telah digunakan dan pastikan daya listrik telah
tercabut.
r. Isi log book sesuai penggunaan alat.
BAB IV
PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data


Adapun pengumpulan data yang didapat pada saat pratikum persiapan material
yaitu:
Tabel 4.1 Lembar Kerja Praktikum

1. Chamber Furnace 2. Sampel pendinginan annealing

3. Sampel pendinginan 4. Sampel pendinginan Quenching


Normalizing
Tabel 4.2 Lembar Kerja Heat Treatment
No Preheat Holding Temperatu Holding Heat Cooling
(N/Y) Pre r Temp Rate Method
Heat Austenisas Austenisas (℃/𝑠)
(menit) i (℃) i (menit)
1. 300℃ 30 menit 800℃ 70 menit 0, 166 Quenching
2. 300℃ 30 menit 800℃ 70 menit 0, 166 Anealing
3. 300℃ 30 menit 800℃ 70 menit 0, 166 Normalizin
g
Spesimen : Carbon Steel Medium
Alat : Laboratory Chamber Furnace
Merk : Carbolite Gero CWF 1300

4.2 Pengolahan Data


a. Diagram CCT untuk AISI 1045

Gambar 4.1 Diagram CCT Untuk AISI 1045


Sumber: Laboratorium Rekayasa Material
b. Diagram Fasa Fe-Fe3C

Gambar 4.2 Diagram Fasa Fe3C


Sumber: Laboratorium Rekayasa Material

c. Diagram Holding Time

Gambar 4.3 Diagram Holding Time


Sumber: (https://www.researchgate.net/figure/Typical-heat-treatment-
cycle_fig2_333143239)
d. Diagram Pendinginan
Oli

Air

Udara

Gambar 4.4 Diagram Proses Pendinginan


Sumber: (http://garispandang.blogspot.com/2011/03/diagram-cct.html#)
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis
Heat Treatment merupakan suatu proses mengubah sifat logam dengan cara
mengubah struktur mikro melalui proses pemanasan dan pengaturan
kecepatan pendinginan dengan atau tanpa merubah komposisi kimia logam
yang bersangkutan. Tujuan prosesnya untuk menghasilkan sifat-sifat logam
yang diinginkan. Perubahan sifat logam dari proses tersebut dapat mencakup
keseluruhan bagian dari logam atau sebagainya.

Heat Treatment memiliki macam-macam proses yaitu, Hardening adalah


perlakuan panas terhadap logam dengan sasaran meningkatkan kekerasan
alami logam. Tempering merupakan suatu proses pemanasan logam setelah
dikeraskan pada temperature tempering (dibawah suhu kritis).
Annealingadalah perlakuan panas logam dengan pendinginan yang lambat
yang berfungsi untuk memindahkan tekanan internal atau untuk mengurangi
dan menyuling struktur kristal (melibatkan pemanasan di atas temperature
kritis bagian atas). Normalizing merupakan perlakuan panas logam di sekitar
40˚C di atas batas kritis logam, kemudian ditahan pada temperature tersebut
untuk masa waktu yang cukup dan dilanjutkan dengan pendinginan pada
udara terbuka. Quenching atau pencelupan adalah pemanasan sampai kira-
kira beberapa derajat diatas temperature tinggi. Proses Quenching dilakukan
pendinginan secara cepat dengan menggunakan media pendinginan air,
didiamkan dalam tungku, dan udara. Kemampuan suatu jenis media dalam
mendinginkan specimen bisa atau dapat berbeda-beda.
Material yang telah diproses heat treatment dengan metode quenching akan
memiliki sifat kekerasan yang tinggi. Sifat material tersebut dapat berubah
yaitu dilakukan dengan pemanasan baja hingga batas austenite dan kemudian
di ikuti dengan proses pendinginan cepat menggunakan media pendingin air,
oli, atau air garam. Sehingga bertransformasi secara parsial, membentuk
struktur martensit. Struktur yang terbentuk dari media pendingin air,oli dan
udara ialah struktur martensit yang terbentuk karena proses pendinginan non
equilibrium yang cepat atau bisa lebih cepat pada temperature austenisasinya.

Media pendingin air dan oli menghasilkan struktur mikro berupa martensit
dan retained austenite. Martensit adalah fasa metastabil yang terbentuk saat
austenit didinginkan sangat cepat, dimana pengendapan karbida ditekan. Hal
ini terjadi saat baja karbon ataupun baja paduan rendah yang didinginkan
dengan cepat. Sedangkan pada pendinginan udara struktur yang dihasilkan
adalah ferrit dan perlit karena temperatur austenisasi ini sangat penting
sebagai dasar pembentukan fase lain sehingga pada heat treatment
membutuhkan temperatur austenisasi untuk perubahan strukturnya yang
memiliki temperatur lebih tinggi.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Heat Treatment kali
ini adalah sebagai berikut:
a. Proses pengerasan pada baja karbon dapat dilakukan dengan tahapan
perlakuan panas yang dilakukan dengan metode Quenching dengan
menggunakan mesin atau alat Furnace yaitu dengan tahap memasukkan
spesimen kedalam mesin dan tahap pemansannya sebagai berikut: yang
pertama adalah tahap pemanasan Tempering yaitu dengan pemanasan
logam pada suhu dibawah suhu kritis, yang kedua Annealing yaitu
pemanasan logam dengan pendinginan yang lambat, dan yang ketiga
Normalizing yaitu pemanasan logam dengan temperature yang berada
diatas titik kritis dengan pemanasan mencapai suhu Austenit kemudian di
dinginkan dengan metode Quenching menggunakan media pendingin
seperti air, oli dan suhu ruangan atau udara terbuka, sehingga pengerasan
dapat terjadi dengan sendirinya (Holding Time).
b. Spesimen hasil perlakuan panas mendapatkan kekerasan yang hampir
mendekati maksimum, karena dipanaskan hingga mencapai suhu atau
temperatur Austenit, sehingga akan mendapatkan bentuk atau struktur
Kristal Martensit. Martensit memiliki struktur mikro yang keras, kuat,
dan paling getas. Struktur kritaslnya berbentuk BCT (Body Centered
Tetragonal), hal ini menyebabkan pergerakan dislokasi yang terjadi pada
Kristal sangat sulit terjadi karena jalurnya sangat sedikit. Oleh karena itu,
pengujian kekerasan hasil perlakuan panas mendapat dan material.
c. Pada proses heat treatment ini kita dapat menganalisis hasil perlakuan
panas terhadap baja karbon.
d. Kita dapat menguji hasil dari perlakuan panas yang sudah dilakukan pada
beberapa metode, yaitu metode quenching, annealing dan normalizing.
e. Praktikan dapat mengetahui cara menggunakan alat sesuai dengan
prosedur, mulai dari menghidupkan perangkat computer, lalu
menghidupkan alat, meletakkan benda uji pada alat, dan kemudian
melakukan pengamatan.

6.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, adapun beberapa saran untuk
praktikum selanjutnya yaitu sebagai berikut :
a. Pada saat sebelum melakukan praktikum, hendaknya kita membaca modul
terlebih dahulu.
b. Pada praktikum ini praktikan diharapkan bisa mengimplementasikannya
pada kehidupan kita.
c. Praktikan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai proses-proses
tersebut agar kita di dunia kerja tidak kewalahan.
Pada saat praktikum ini, praktikan harus serius agar kita tidak tertinggaln
dengan hal materi dan proses-proses yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Adipura, A., & Nafi, M. (2022). ANALISA PENGARUH HEAT TREATMENT


TEMPERRING DENGAN . Prosiding Senakama, 205.
Bahri, S. (2018). ANALISA PERILAKU PANAS TERHADAP BAJA KARBON NS
1045. ACEH: Universitas Tjut Nyak Dhien.
Manulang, R. (2020). Laporan Heat Treatment . Jakarta: Raflan Manulang.
SUKMANA, J. (2017). ANALISIS UJI KETAHANAN LELAH BAJA KARBON
SEDANG AISI 1045 DENGAN PERLAKUAN PANAS FULL ANNEALING
MENGGUNAKAN ALAT ROTARY BENDING. LAMPUNG: JAYA
SUKMANA.
V.B Sardi, S. J. (2018). Pengaruh Normalizing dengan Variasi Waktu Penahanan
Panas (Holding Time) Baja ST 46 Terhadap Uji Kekerasan, Uji Tarik,
dan Uji Mikrografi. Jurnal Teknik Perkapalan, vol 6 (1), 145.
Wijayanti, A., Nur Baity, P. S., Rohmah, R., & Zaenuri, M. (2020). Analisa
Perlakuan Panas terhadap Bahan logam Tembaga. Surabaya: Cecep Adi
Rohadi.
LAMPIRAN

1. Foto saat praktikum


2. Screenshoot jurnal
3.

Anda mungkin juga menyukai