Laporan Praktikum Heat Treatment
Laporan Praktikum Heat Treatment
HEAT TREATMENT
Oleh:
Willy Suhada
122170101
Asisten Praktikum:
Widi Reeh Adi Agung
120170059
Perlakuan panas adalah salah satu proses pemanasan dan pendinginan logam
dalam kondisi padat untuk mengubah sifat-sifat fisis logam tersebut. Baja
dapat dikeraskan sehingga tahan aus dan kemampuan memotong meningkat,
atau baja dapat dilunakkan untuk memudahkan pemisahan lebih lanjut.
Melalui perlakuan panas yang tepat, tegangan dalam dapat dihilangkan, besra
butir diperbesar atau diperkecil, ketangguhan ditingkatkan atau dapat
dihasilkan suatu permukaan yang keras di sekelilingi inti yang ulet. Untuk
memungkinkan perlakuan panas yang tepat, susunan kimia baja harus
diketahui karena perubahan komposisi kimia, khususnyakarbon karena dapat
mengakibatkan perubahan sifat-sifat fisis. (Bahri, 2018)
Perlakuan panas adalah sebuah kombinasi antara proses pemanasan atau
pendinginan dari suatu logam atau paduannya dalam keadaan padat untuk
mendapatkan sifat-sifat tertentu. Untuk mendapatkan hal itu maka kecepatan
pendinginan dan batas temperatur sangat menentukan. Pada perlakuan panas
terdapat empat proses, yaitu: annealing, normalizing, quenching dan
tempering. (Wijayanti, Nur Baity, Rohmah, & Zaenuri, 2020)
2.2 Pengerasan (Hardening)
Proses Hardening atau pengerasan baja adalah suatu proses pemanasan
logam sehingga mencapai batas austenit yang homogen. Untuk
mendapatkankehomogenan ini maka austenit perlu waktu pemanasan yang
cukup.selanjutnya secara cepat baja tersebut dicelupkan ke dalam media
pendingin,tergantung pada kecepatan pendingin yang kita inginkan untuk
mencapai kekerasan baja. Pada waktu pendinginan yang cepat pada fase
austenit tidak sempat berubah menjadi ferit atau perlit karena tidak ada
kesempatan bagi atom-atom karbon yang telah larut dalam austenit untuk
mengadakan pergerakan difusidan bentuk sementit oleh karena itu terjadi
fase mertensit, ini berupa fase yang sangat keras dan bergantung pada
keadaan karbon. Martensit adalah fasa metastabil terbentuk dengan laju
pendinginan cepat, semua unsur paduan masih larut dalam keadaan padat.
Pemanasan harus dilakukan secara bertahap (preheating) dan perlahan-
lahan untuk memperkecil deformasi ataupun resiko retak. Setelah
temperatur pengerasan (austenitizing) tercapai, ditahan dalam selang
waktu tertentu (holding time) kemudian didinginkan cepat. Pada dasarnya
baja yang telah dikeraskan bersifat rapuh dan tidak cocok untuk
digunakan. Melalui temper, kekerasan dan kerapuhan dapat diturunkan
sampai memenuhi persyaratan. Kekerasan turun, kekuatan tarik akan
turun, sedangkan keuletan dan ketangguhan akan meningkat. Pada saat
tempering proses difusi dapat terjadi yaitu karbon dapat melepaskan diri
darimartensit berarti keuletan (ductility) dari baja naik, akan tetapi
kekuatan tarik,dan kekerasan menurun. Sifat-sifat mekanik baja yang telah
dicelup, dan ditemper dapat diubah dengan cara mengubah temperatur
tempering. (Manulang, 2020)
2.3 Tempering
Tempering adalah pendinginan dan pemanasan ulang logam yang mengeras.
Tempering dibagi menjadi tiga tahap ketika suhu turun di bawah suhu kritis
untuk jangka waktu yang lama:
a. Pendinginan pada suhu rendah (150–300 °C). Tujuannya adalah untuk
mengurangi kerapuhan baja dan tegangan kusut. Alat bor dan alat potong
adalah contoh alat kerja yang belum berpengalaman. banyak ketegangan
b. Pendinginan pada suhu sedang (300-500 °C). Konsep Ini meningkatkan
keuletan,sekaligus menurunkan kekerasan. Metode ini berlaku untuk alat
kerja tugas berat alat seperti palu, pahat, dan pegas
c. Pengerasan pada suhu tinggi (500-650 °C). Tujuannya adalah untuk
mempertahankan kehalusan sambil mencapai keuletan yang tinggi. Metode
ini digunakan untuk roda gigi, poros dan batang penggerak. Diantara yang
lain. (Adipura & Nafi, 2022)
2.4 Annealing
Proses annealing atau melunakkan baja adalah prose pemanasan baja diatas
temperatur kritis (732°C) selanjutnya dibiarkan beberapa lama sampai
temperatur merata disusul dengan pendinginan secara perlahan-lahan sambil
dijaga agar temperatur bagian luar dan dalam kira-kira sama hingga diperoleh
struktur yang diinginkan dengan menggunakan media pendingin udara.
Annealing terdiri dari 3 proses, yaitu:
1. Fase recovery
Fase recovery adalah hasil dari pelunakan logam melaluipelepasan cacat
kristal (tipe utama dimana cacat linear disebut dislokasi) dan tegangan
dalam.
2. Fase rekritalisasi
Fase rekritalisasi adalah fase dimana butir nucleate baru dan tumbuh
untuk menggantikan cacat- cacat oleh tegangan dalam.
3. Fase grain growth (tumbuhnya butir)
Fase grain growth (tumbuhnya butir) adalah fase dimana mikrostruktur
mulai menjadi kasar dan menyebabkan logam tidak terlalu memuaskan
untuk proses pemesinan. Adapun tujuan dari proses anneling diantaranya,
yaitu:
a. Melunakkan material logam.
b. Menghilangkan tegangan dalam/sisa.
c. Memperbaiki butir-butir logam.
2.5 Normalizing
Normalizing adalah suatu pemanasan logam hingga mencapai fase austenit
yang kemudian didinginkan secara perlahan-lahan dalam media pendingin
udara. Hasil pendingin ini berupa perlit dan ferit namunhasilnya jauh lebih
mulus dari anneling. Prinsip dari normalizing adalah untuk melunakkan
logam.
Namun pada baja karbon tinggi atau baja paduan tertentu dengan ini belum
tentu memperoleh baja yang lunak. Mungkin berupa pengerasan dan ini
tergantung dari kadar karbon. Adapun tujuan dari proses Normalizing antara
lain:
a. Untuk melunakkan logam
b. Memperbaiki struktur butir
c. Meningkatkan sifat mampu mesin setelah penempaan (forging) dan
rolling
d. Meningkatkan ukuran butir
2.6 Quenching
Tujuannya merubah mikro struktur baja sedemikian rupa sehingga diperoleh
mikro struktur martensit yang keras. Penggunaannya untuk semua macam alat
perkakas dan beberapa bagian mesin yang penting khususnya untuk yang
mendapatkan beban berat (seperti roda gigi, cam shaft, pegas). Prosesnya baja
dipanaskan sampai suhu kritis, kemudian ditahan pada suhu tersebut beberapa
saat (sesuai dengan dimensi dan bentuknya) dilanjutkan dengan
pendinginan dengan cepat. (SUKMANA, 2017)
Komposisi eutectoid terdapat pada 4,3 % (berat) karbon (17 % atom) dan
suhu eutectoid adalah 1148°C. Besi cor berada di daerah eutektid karena
rata- rata mengandung 2.5 % – 4 %. Pada bagian diagram antara 700°C-
900°C dan daerah karbon antara 0%-1% ini mikrostruktur baja dapat diatur
dan dan disesuaikan dengan keinginan. Diagram fasa Fe-Fe3C
menampilkan hubungan antara temperatur dengan kandungan karbon
selama proses lambat. Dari diagram fasa diperoleh informasi-informasi
penting yaitu antara lain:
a. Fasa yang terjadi pada komposisi dan temperatur yang berbeda dengan
kondisi pendinginan lambat.
b. Temperatur pembekuan dan daerah-daerah pembekuan paduan Fe-C
bila dilakukan pendinginan lambat.
c. Temperatur cair dari masing-masing paduan.
d. Batas-batas kelarutan atau batas kesetimbangan dari unsur karbon pada
fasa tertentu.
e. Reaksi-reaksi metalurgis yang terjadi, yaitu reaksi eutektik, peritektik
dan eutektoid.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
4. Tang Crusible
5. Crusible Cylinder
Gambar 3. 5 Crusible Cylinder
Sumber: Laboratorium Rekaya Material
6. Baja karbon AISI 1045
Air
Udara
5.1 Analisis
Heat Treatment merupakan suatu proses mengubah sifat logam dengan cara
mengubah struktur mikro melalui proses pemanasan dan pengaturan
kecepatan pendinginan dengan atau tanpa merubah komposisi kimia logam
yang bersangkutan. Tujuan prosesnya untuk menghasilkan sifat-sifat logam
yang diinginkan. Perubahan sifat logam dari proses tersebut dapat mencakup
keseluruhan bagian dari logam atau sebagainya.
Media pendingin air dan oli menghasilkan struktur mikro berupa martensit
dan retained austenite. Martensit adalah fasa metastabil yang terbentuk saat
austenit didinginkan sangat cepat, dimana pengendapan karbida ditekan. Hal
ini terjadi saat baja karbon ataupun baja paduan rendah yang didinginkan
dengan cepat. Sedangkan pada pendinginan udara struktur yang dihasilkan
adalah ferrit dan perlit karena temperatur austenisasi ini sangat penting
sebagai dasar pembentukan fase lain sehingga pada heat treatment
membutuhkan temperatur austenisasi untuk perubahan strukturnya yang
memiliki temperatur lebih tinggi.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Heat Treatment kali
ini adalah sebagai berikut:
a. Proses pengerasan pada baja karbon dapat dilakukan dengan tahapan
perlakuan panas yang dilakukan dengan metode Quenching dengan
menggunakan mesin atau alat Furnace yaitu dengan tahap memasukkan
spesimen kedalam mesin dan tahap pemansannya sebagai berikut: yang
pertama adalah tahap pemanasan Tempering yaitu dengan pemanasan
logam pada suhu dibawah suhu kritis, yang kedua Annealing yaitu
pemanasan logam dengan pendinginan yang lambat, dan yang ketiga
Normalizing yaitu pemanasan logam dengan temperature yang berada
diatas titik kritis dengan pemanasan mencapai suhu Austenit kemudian di
dinginkan dengan metode Quenching menggunakan media pendingin
seperti air, oli dan suhu ruangan atau udara terbuka, sehingga pengerasan
dapat terjadi dengan sendirinya (Holding Time).
b. Spesimen hasil perlakuan panas mendapatkan kekerasan yang hampir
mendekati maksimum, karena dipanaskan hingga mencapai suhu atau
temperatur Austenit, sehingga akan mendapatkan bentuk atau struktur
Kristal Martensit. Martensit memiliki struktur mikro yang keras, kuat,
dan paling getas. Struktur kritaslnya berbentuk BCT (Body Centered
Tetragonal), hal ini menyebabkan pergerakan dislokasi yang terjadi pada
Kristal sangat sulit terjadi karena jalurnya sangat sedikit. Oleh karena itu,
pengujian kekerasan hasil perlakuan panas mendapat dan material.
c. Pada proses heat treatment ini kita dapat menganalisis hasil perlakuan
panas terhadap baja karbon.
d. Kita dapat menguji hasil dari perlakuan panas yang sudah dilakukan pada
beberapa metode, yaitu metode quenching, annealing dan normalizing.
e. Praktikan dapat mengetahui cara menggunakan alat sesuai dengan
prosedur, mulai dari menghidupkan perangkat computer, lalu
menghidupkan alat, meletakkan benda uji pada alat, dan kemudian
melakukan pengamatan.
6.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, adapun beberapa saran untuk
praktikum selanjutnya yaitu sebagai berikut :
a. Pada saat sebelum melakukan praktikum, hendaknya kita membaca modul
terlebih dahulu.
b. Pada praktikum ini praktikan diharapkan bisa mengimplementasikannya
pada kehidupan kita.
c. Praktikan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai proses-proses
tersebut agar kita di dunia kerja tidak kewalahan.
Pada saat praktikum ini, praktikan harus serius agar kita tidak tertinggaln
dengan hal materi dan proses-proses yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA