Anda di halaman 1dari 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/322794297

Buku Pengembangan Diri Islami, Kepengaturan, dan Ideologi Islam

Article in Jurnal Komunikasi Indonesia · July 2017


DOI: 10.7454/jki.v2i2.7836

CITATIONS READS

2 14,063

1 author:

Hariyadi Hariyadi
Universitas Jenderal Soedirman
5 PUBLICATIONS 27 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Doctoral Thesis View project

All content following this page was uploaded by Hariyadi Hariyadi on 12 February 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Volume II JURNAL
Nomor 2 KOMUNIKASI
Oktober 2013
ISSN 2301-9816 INDONESIA

Buku Pengembangan Diri Islami, Kepengaturan,


dan Ideologi Islam
Hariyadi

Abstrak/Abstract
Buku pengembangan diri islami adalah buku-buku yang memberikan saran kepada anak-
anak muda mengenai bagaimana berperilaku atau bertindak sesuai dengan ajaran Islam.
Buku-buku ini ditulis dengan uraian yang ringan dan bahasa sehari-hari, seperti yang di-
gunakan oleh buku gaya hidup sekuler dan pengembangan diri untuk remaja. Dengan
menggunakan perspektif Foucauldian, studi ini menemukan bahwa, seperti halnya buku
pengembangan diri di Amerika, buku pengembangan diri islami juga dapat dikategori-
kan sebagai sebuah bentuk ‘pengaturan’. Para penulis buku pengembangan diri islami
menggunakan teknologi manusia dalam wacana pengembangan diri untuk menanamkan
nilai-nilai tertentu. Selain itu, ditemukan pula bahwa wacana buku pengembangan diri is-
lami berkaitan dengan ideologi tertentu dari gerakan tarbiah. Gerakan Islam kontemporer
tersebut sedang populer di Indonesia dan banyak penulis buku pengembangan diri islami
berasal dari gerakan ini.

Islamic self-help books are books that advise young people how to behave or act in accor-
dance with Islamic teachings. They are written in friendly, colloquial language, like ‘secu-
lar’ lifestyle and self-help books for youth. Using a Foucauldian perspective, I found that,
as with self-help books in America, Islamic self-help books in Indonesia could be catego-
rised as a form of ‘governmentality’. The authors of Islamic self-help books employ hu-
man technologies of the self-help discourses in the endeavour to nurture particular values.
I also found that the discourses of the Islamic self-help books resonate not only with the
American self-help books but also with a particular ideology of the Tarbiyah movement,
the increasingly prominent contemporary Islamic movement in Indonesia, to which many
Islamic self-help writers belong.

Kata Kunci/Keywords
Buku, Islam, pengaturan, pengembangan diri

Book, Islam, governmentality, self-help

Universitas Jenderal Soedirman Pendahuluan

D
Jl. HR Boenyamin 708 Purwokerto
alam artikel ini, buku yang dibahas adalah
harryhariyadi@gmail.com buku pengembangan diri islami di Indonesia,
terutama yang ditujukan bagi remaja. Buku
pengembangan diri islami merupakan percampuran
dari publikasi islami dan buku pengembangan diri.
Pertama, didiskusikan kemunculan genre buku
pengembangan diri yang berawal dari Amerika. Ke-
mudian, didiskusikan peran penting yang dimain-
kan oleh para aktivis muslim; terutama kelompok
Forum Lingkar Pena (FLP), dalam mengembang-
kan buku pengembangan diri di Indonesia. Setelah
itu, dikaji wacana buku-buku pengembangan diri is-
lami. Artikel ini dibuat berdasarkan kerja lapang-
an yang dilakukan di Jakarta dan Bandung selama

99
Hariyadi, Buku Pengembangan Diri Islami, Kepengaturan, dan Ideologi Islam
November 2010-Maret 2011, sehingga buku-buku abad keduapuluh. Tema-tema buku pengembangan
yang dianalisis dalam artikel ini adalah buku-buku diri bervariasi mulai dari psikologi populer, pelatih-
yang dibaca oleh para informan (mahasiswa/i). Un- an motivasional, dan saran-saran manajemen sam-
tuk menganalisisnya, digunakan pendekatan Fou- pai kesuksesan personal dalam bisnis. Namun, se-
cauldian yaitu ‘kepengaturan’ (governmentality). bagian besar buku-buku ini serupa dalam struktur
Saat dilakukan analisis, ditemukan kaitan kuat dan gaya selingkung, serta banyak pula yang men-
antara wacana buku pengembangan mandiri isla- gandung kemiripan topik (Eaton, 1981, h. 32; Hilkey,
mi dengan ideologi jemaah tarbiah, sebuah gerakan 1997, h. 13). Banyak buku jenis ini memperkenalkan
Islam budaya-sosial-politik populer di Indonesia. penulisnya secara personal dan menggunakan gaya
tertentu seperti penyebutan orang pertama bagi pen-
Buku Pengembangan Diri di Amerika ulis dan orang kedua bagi pembaca, pertanyaan re-
toris, ekslamasi dan ragam bahasa slang. Taktik ini
Menurut Campbell dan Smith (2003, h. 177), da- digunakan untuk membuat pembaca menerima atau
lam banyak kasus, istilah ‘pengembangan diri’ telah menyetujui bahwa penulis mengetahui permasalah-
digunakan sebagai sinonim dari ‘biblioterapi’.1 Se- an dengan baik, dan tentu saja mengetahui solusi le-
cara umum, buku pengembangan diri menyajikan pe- bih baik dari yang diketahui pembaca. Mereka juga
nyimpangan perilaku dalam kehidupan sehari-hari, membangun hubungan personal antara penulis dan
menyajikan identifikasi dan empati, memberikan ha- pembaca. McGee (2005, h. 18) menunjukkan bahwa
rapan dan gagasan, menawarkan nasihat konkret hampir semua buku pengembangan diri dalam studi-
serta teknik untuk memecahkan atau meringankan nya mendefinisikan pembaca mereka sebagai kelom-
persoalan (Norcross, 2000, h. 370). Wilson dan Cash pok yang tidak cakap dan menawarkan isi buku se-
(2000, h. 120) berpendapat bahwa setiap tahun, juta- bagi solusi.
an orang beralih ke buku-buku ini untuk mendapat Dari survei literasi singkat yang dilakukan, dite-
nasihat, gagasan, dan inspirasi dalam menyelesaikan mukan bahwa banyak peneliti menghubungkan bu-
masalah mereka baik personal maupun interperson- ku-buku ini dengan isu-isu kesehatan mental dan
al. Menurut mereka, buku-buku pengembangan diri psikologis, bukan dengan moralitas dan religi. Meski-
yang mendorong prinsip ‘lakukan sendiri’ mulai tum- pun McGee (2005, h. 5) berpendapat bahwa tradisi
buh pesat pada tahun 1970an. Sejak saat itu, buku- menulis tentang saran-saran peningkatan diri bi-
buku tersebut mulai menarik perhatian segmen pem- sa dilacak mundur ke masa mulai beredarnya injil
baca yang besar di Amerika Serikat, tempat genre Johannes Gutenberg pada tahun 1456. Genre buku
buku pengembangan diri, motivasi, peningkatan pengembangan diri sejatinya berasal dari Ameri-
mandiri, atau manual kesuksesan berkembang pesat. ka Serikat, yakni dimulai dari publikasi tahun 1870
Meski populer, buku-buku pengembangan diri telah yang disebut Hilkey (1997, h. 3) sebagai ‘manual ke-
banyak dikritik karena kekurangannya yang men- suksesan’ – berupa karya-karya non-fiksi didaktis,
dasar, yakni menerjemahkan nilai-nilai yang ber- setebal buku, dengan janji akan menunjukkan cara
asal dari dunia industri ke dalam tataran yang lebih mendapatkan kesuksesan dalam hidup. Menurut Li-
personal di ranah privat (McGee, 2005, h. 176). Nilai- chterman (1992, h. 421), Hilkey (1997, h. 48) dan Mc-
nilai industri, seperti memaksimalkan keuntungan, Gee (2005, h. 17), literatur pengembangan diri um-
mungkin tidak tepat untuk hubungan interpersonal umnya menyajikan karakter khas budaya Amerika:
seperti di dalam keluarga atau antar-teman. Buku- swa-intervensi, kemungkinan tanpa batas, dan ke-
buku pengembangan diri juga menawarkan kepada sukesan materi personal. Simonds (1992, h. 4) ber-
pembacanya solusi individu meskipun seringkali per- pendapat bahwa karakteristik budaya ini tumbuh
masalahan mereka sejatinya merupakan masalah so- dari pandangan peningkatan diri kaum puritan pa-
sial, ekonomi dan politis (McGee, 2005, h. 182). Para da abad ketujuhbelas, kebaikan Kristiani, serta
penulis buku tersebut nampak mengasumsikan bah- ganjaran duniawi lainnya. Saat dilanda kesulitan,
wa “diri” kian terisolasi dan bahwa pengembangan masyarakat Amerika biasanya beralih kepada buku-
diri utamanya adalah usaha individual. Selain itu, buku pengembangan diri untuk inspirasi, saran spe-
penulis buku-buku motivasi menutup kesempatan sifik mengenai bagaimana menjalankan hidup mer-
pembaca untuk memahami bahwa persoalan atau eka, dan mendapakan keyakinan saat menghadapi
kehilangan yang dialami adalah bagian dari ketida- transformasi besar (McGee, 2005, h. 17). Philip (2007,
kadilan sosial bersifat sistematis. Oleh sebab itulah, h. 3) menyatakan bahwa genre buku pengembangan
sebagai contoh, di dalam wacana buku-buku pengem- diri hanyalah satu dari sekian banyak media dengan
bangan diri, kemiskinan adalah hasil dari kemalasan wacana pengembangan diri; yang lainnya bervari-
dan kebodohan individual, dan buku-buku pengem- asi mulai dari kaset audio, CD/VCDs, program TV,
bangan diri ada untuk membantu agar orang-orang sampai kebijakan pemerintah. Penulis buku-buku
tidak lagi malas atau bodoh. pengembangan diri biasanya mencari sumber dari
McGee (2005, h. 11) menyatakan bahwa genre ini kalangan psikolog, mengingat semakin banyak psiko-
adalah sebuah sektor di industri penerbitan Ameri- log yang mengambil peran sebagai pemandu di sega-
ka yang meluas secara dramatis pada dekade akhir la area, dari pendidikan sampai perilaku ekonomi (Il-
louz, 2008, h. 51).
Meski banyak penulis mengaitkan saran pengem-
1 Biblioterapi, atau membaca untuk terapi, adalah metode bangan diri dengan isu kesehatan mental dan psiko-
terapeutik yang sudah digunakan sejak zaman Yunani
Kuno. Metode ini digunakan untuk memberikan informasi,
logis, Johnson dan Johnson (1998) menemukan
mendapatkan pandangan, memancing diskusi, menumbuhkan bahwa para profesional kesehatan mental religius
kesadaran, dan menyediakan solusi (Campbell & Smith, 2003, menyarankan klien mereka menggunakan buku-bu-
h. 178). ku pengembangan diri yang dengan gamblang me-

100
Jurnal Komunikasi Indonesia, Volume II, Nomor 2, Oktober 2013

nampilkan karakteristik religi. Hilkey (1997, h. 14) baca bagian ringkasan, perkenalan atau kesimpulan
menyatakan, kaitan antara buku pengembangan di- dari sejumlah buku ini, dapat disimpulkan bahwa bu-
ri dengan religi sangatlah dekat hingga buku manu- ku-buku tersebut menyajikan pengetahuan praktis
al kesuksesan sudah menyerupai buku yang paling mengenai cara mengimplementasikan prisip-prinsip
serius dan poupuler di antara buku-buku lainnya, islami dalam kehidupan sehari-hari, seperti apa yang
yakni injil. Woodstock (2002, h. 48-49) menambah- dipraktikkan oleh Rasullullah SAW.
kan bahwa banyak buku pengembangan diri telah se- Masuknya buku-buku nasihat ke toko-toko buku
jak lama ditulis oleh tokoh religius, terutama dalam di Indonesia dimulai sejak pertengahan 1990an dan
bentuk sub-genre dari literatur pengembangan diri, buku pengembangan diri islami mulai muncul tepat
buku-buku pengembangan diri psiko-religi. Anker setelah era reformasi pada akhir tahun 1990an. Mes-
(1999) juga menulis mengenai bagaimana pemimpin ki begitu (sepanjang pengamatan penulis, red), be-
agama mengadvokasi tulisan-tulisan pengembangan lum ada karya akademis mengenai kemunculan bu-
diri bertema agama sebagai cara untuk mengelak- ku-buku pengembangan diri di Indonesia, terlebih
kan tantangan sekuler. Jadi, ‘kemenangan’ literatur lagi yang mengangkat orientasi ideologis dari buku
pengembangan diri yang profesional, sekuler, dan pengembangan diri religius. Bahkan, studi menge-
berbasis kesehatan mental atas manual pengembang- nai naiknya gerakan pengembangan diri di Indonesia
an diri berbasis religi tidaklah menyeluruh ataupun pun belum pernah dilakukan.
berlangsung lama (McGee, 2005, h. 19-20). Dengan
kemunculan fundamentalisme agama di banyak tem- Wacana dan Ideologi
pat di dunia, nilai-nilai religi tradisional dan moral Buku Pengembangan diri Islami
tetap terjalin dan sangat berpengaruh dalam genre
buku-buku pengembangan diri. Ada beberapa wacana utama dan menonjol yang
ditelaah di bagian ini. Ditemukan kesamaan ideo-
Buku Pengembangan Diri di Indonesia logis antara apa yang disajikan dalam buku dengan
ideologi dari gerakan budaya-politis yang lebih luas
Saat ini, buku-buku pengembangan diri yang yang disebut dengan ‘jamaah tarbiah’.
dijual di toko buku mana pun di Indonesia akan
menunjukkan betapa luas area yang diberikan – ban- Tema-tema buku pengembangan diri islami
yak di antaranya berasal dari Amerika. Namun, rak-
rak buku pengembangan diri tidak hanya berisi bu- Bagaimana seseorang bisa mentransformasi diri-
ku Amerika non-religi yang sudah diterjemahkan. nya dan terlahir sebagai orang yang lebih baik, yang
Banyak juga buku yang menyampaikan pengetahu- siap menghadapi tantangan masa depan, merupakan
an praktis melalui hikmah agama atau menjawab tema yang sering muncul dalam buku-buku pengem-
masalah sehari-hari melalui panduan keagamaan. bangan diri islami. Dari telaah yang telah dilakukan,
Salah satu contohnya adalah seri La Tahzan (Don’t wacana trasnformasi diri diperlihatkan oleh Change
be Sad) yang ditulis oleh penulis Arab Saudi terkenal Now: Jurus Duahysat Muslim Huebat! yang diterbit-
Aidh bin Abdullah al Qarni. Indonesia sendiri tidak kan oleh kelompok Era Muslim pada 2010. Penulis-
kekurangan penulis buku pengembangan diri. Sama nya, Rahman Hanifan, berpendapat bahwa remaja
halnya dengan literatur pengembangan diri di Ameri- muslim seharusnya meninggalkan segala kesalahan
ka, beberapa penulis populer buku pengembangan di- masa lalu dan membuka lembaran yang baru.
ri di Indonesia, seperti Tung Desem Wa-ringin, Mario Penulis buku ini menyatakan, karena era kontem-
Teguh, dan Gde Prama, tidak secara eksplisit menga- porer selalu ditandai
cu kepada pengajaran agama, melainkan menawar- oleh perubahan dan
kan nilai-nilai moral universal. Lalu, ada pula penu- karena anak muda
lis yang menawarkan nilai-milai islami yang kentara. adalah pemilik masa
Contohnya adalah Abdullah Gymnastiar, yang lebih depan, maka anak-
dikenal sebagai Aa Gym (“Aa” adalah “kakak lelaki”). anak muda perlu sa-
Buku AA Gym yang merupakan dakwah televisi ser- dar dan membuat
ta kepribadiannya telah menarik kaum muslim dan perubahan dalam
non-muslim. Hoesterey (2009) menyebut Aa Gym ti- kehidupan mereka.
dak hanya sebagai penulis buku pengembangan diri, Kehidupan adalah
tetapi juga ‘suhu’ pengembangan diri karena nasihat- semacam perjalan-
nya telah dipasarkan oleh berbagai media, mulai dari an, sehingga setiap
buku, dakwah publik, pelatihan motivasional dan ko- orang perlu arahan.
lom rutinnya di surat kabar, sampai radio dan sta- Jika anak muda i-
siun TV. ngin sukses, mereka
Ada ribuan buku yang tersedia di pasar yang bisa harus bangun dari
dikategorikan sebagai ‘buku pengembangan diri isl- “tidur”, mentrans-
ami’. Sangat mudah untuk menemukan judul-judul formasi diri, dan
seperti Beginilah Nabi Berwudhu, Sunnah-Sunnah melakukan yang ter-
Yang Dilupakan, Bagaimana Menerapkan Hukum Gambar 1. Sampul buku baik. Jika mau men-
Allah dan Dengan Al Qur’an Masuk Islamlah Mere- Change Now! jalani hidup dengan
ka. Semua judul ini diterbitkan oleh Darus Sunnah, baik, mereka harus
satu di antara banyak penerbit baru. Namun, judul- mengetahui tujuan hidup dan mengarahkan hidup
judul serupa dapat pula ditemukan di dalam daftar sesuai dengan tujuan tersebut. Al Qur’an telah ber-
buku terbitan penerbit islami lainnya. Setelah mem- bicara mengenai tujuan hidup seorang muslim, dan

101
Hariyadi, Buku Pengembangan Diri Islami, Kepengaturan, dan Ideologi Islam
kitab suci ini harus, dalam kata-kata sang penulis, waktu, untuk bersikap positif terhadap hal-hal yang
memandu segala transformasi yang mereka jalani. mereka hadapi, dan untuk membuat rencana seder-
Gaya ilustrasi buku ini menyerupai manga (komik hana yang mudah untuk dilakukan sebagai langkah
Jepang). Meski begitu, gambar buram sebuah mas- awal sebelum membuat dan melakukan rencana yang
jid di latar belakang menunjukkan kepada pembaca lebih kompleks. Konsep manajemen waktu dan kecer-
bahwa buku ini bukanlah komik Jepang, melainkan matan dalam melangkah ini sangat mirip dengan
buku islami. Tulisan di sepanjang buku jelas meng- sistem manajemen waktu Steven Covey, yang secara
gunakan istilah-istilah dalam bahasa gaul, antara khusus menunjukkan instruksi terperinci mengenai
lain istilah gw (aku), loe (kamu), BeTe (bad mood), doi cara mengatur waktu sesuai dengan peran dan ni-
(pacar atau cowok idola, tergantung pemakaian), ge- lai tertentu yang dimiliki seseorang (McGee, 2005, h.
to (begitulah, seperti itulah; tergantung pemakaian), 153). Kemudian, konsep bahwa ‘manusia masa lalu’
dan ngepren (berteman). Gaya ini merupakan contoh akan menyalahkan orang lain dan ‘manusia masa de-
bagaimana anak muda kontemporer menggunakan pan’ akan melihat kepada dirinya saat mereka meng-
bahasa. Mereka berimprovisasi dari standar
bahasa Indonesia yang ada untuk membuat
bahasa mereka sendiri.2
Menurut Smith-Hefner (2003), bahasa ga-
ul adalah ragam bahasa yang banyak digu-
nakan oleh anak muda Indonesia. Dasarnya
adalah bahasa Indonesia, namun ragam baha-
sa ini juga meminjam kata dari bahasa Indo-
nesia informal dan bahasa Inggris. Ragam ini
mengekspresikan isi hati, pikiran dan aspirasi
kaum urban muda Indonesia. Saat ini penggu-
naan bahasa gaul telah melampui komunikasi
lisan, karena banyak buku dan majalah untuk
anak muda, dan (sebagian besar) ditulis oleh
orang muda, yang menggunakan ragam ba-
hasa gaul. Bahasa gaul dalam buku pengem-
bangan diri islami juga menggunakan bahasa
Arab seperti insya Allah (dengan seizin Al-
lah SWT) dan iqab (penalti), serta ada kalan-
ya mencampurkan bahasa Arab dengan baha- Gambar 2. Sampul buku Upgrade Yourself dan Let's Go!
sa Indonesia informal, seperti alhamdulillah Muslim Muda Berani Beda
banget. Pencampuran bahasa Indonesia dan
bahasa Arab dan juga bahasa Inggris adalah satu di hadapi kesulitan dan kemalangan, mirip dengan per-
antara banyak bukti bahwa budaya kaum muda In- nyataan Simonds (1992, h. 45) bahwa banyak buku
donesia telah sedemikian terhubung dengan moder- pengembangan diri di Amerika mendorong pembaca
nitas Barat (disimbolkan oleh bahasa Inggris) sekal- untuk menyalahkan diri sendiri.
igus dengan gelombang kenaikan Islam. Wacana lainnya yang diekspresikan dalam buku
Hal serupa muncul dalam buku pengembangan di- pengembangan diri islami adalah bagaimana men-
ri lainnya, Upgrade Yourself atau Tingkatkan Dirimu jadi muslim yang lebih baik dan berbeda. Sebuah bu-
(2007) oleh Lukman Hakim. Buku ini berbicara men- ku pengembangan diri islami yang ditulis oleh Fad-
genai bagaimana manusia, terutama anak-anak mu- lan Al Ikhwani pada 2009, Let’s Go! Muslim Muda
da, dirancang oleh Tuhan untuk menjadi ‘manusia Berani Beda, menyampaikan wacana untuk mendu-
masa depan’. Buku ini menyimpulkan bahwa kaum kung setiap anak muda muslim untuk menjadi orang
muda tidak boleh berhenti mencoba meningkatkan yang berbeda.
diri mereka. Penulis buku ini membedakan antara Dengan sampul yang menarik, menampilkan
‘manusia masa lalu’ dengan ‘manusia masa depan’. gambar remaja lelaki muslim bermain papan pelun-
Bentuk pertama dianggap sebagai kelompok berkua- cur – simbol gaya hidup Barat – di sebuah area mas-
litas rata-rata, tidak istimewa, dan selalu menyalah- jid, penulis jelas menyasar pembaca muda. Menurut
kan orang lain ketika mereka menghadapi kesulitan. penulisnya, Fadlan Al Ikhwani, anak muda penuh
Sementara itu, bentuk kedua memiliki tujuan jangka dengan energi dan antusiasme; alangkah sia-sia jika
panjang dalam kehidupan, tidak pernah mengeluh- kedua kualitas ini tidak digunakan untuk kebaikan.
kan orang lain, mempertahankan pandangan posi- Ia menyarankan bahwa menjadi orang yang berbe-
tif mengenai masa depan, dan yang paling penting, da sama dengan menjadi lebih baik dari orang lain-
selalu berusaha mengembangkan diri. Penulis men- nya. Penulis buku ini juga menambahkan bahwa un-
dorong pembaca muda untuk tidak menyia-nyiakan tuk menjadi orang yang berbeda, kaum muda muslim
harus menghabiskan waktu senggangnya dengan
melakukan hal yang berguna bagi diri dan agama-
2 Jika merujuk kembali kepada tulisan penulis di sampul
nya. Buku ini merekomendasikan kaum muda mus-
belakang, ada dua istilah: huebat and duahsyat. Dalam bahasa
lim agar berkomitmen mengambil ‘langkah-langkah
Indonesia baku, ejaan yang seharusnya digunakan penulis kecil’ menuju pribadi yang lebih baik, dan berbeda
adalah “hebat” dan “dahsyat”. Namun, Hanifan memilih dengan yang lainnya. Langkah-langkah demikian
menambahkan huruf ‘u’ ke dalam kedua kata tersebut untuk dapat bervariasi mulai dari menunaikan shalat li-
menegaskan nuansa “hebat” dan “dahsyat.” ma waktu, membuat rencana dan menjalaninya se-

102
Jurnal Komunikasi Indonesia, Volume II, Nomor 2, Oktober 2013
cara konsisten, hidup tertata, menggunakan jilbab dan lebih baik dibanding perempuan yang tidak ber-
(bagi perempuan), sampai dengan mengelola stres. hijab.
Saran-saran ini menyerupai pendekatan Stephen Co- Buku Beauty is Easy (2008) oleh Widiyah juga
vey (1989, h. 169) yang mendorong pembacanya un- menempatkan usaha mempercantik diri sebagai ba-
tuk ‘memulai dengan akhir’. Covey juga memperke- gian sangat penting dalam membuat seorang muslim
nalkan teknik manajemen waktu yang berdasarkan perempuan berbeda.
pembedaan antara kegiatan yang genting/penting Buku ini mendeskripsikan bagaimana perempuan
dengan tidak genting/tidak penting. Buku ini tidak bisa (atau, tepatnya, sebaiknya) memiliki mata, ram-
hanya menggunakan pendekatan Covey, tetapi but, bibir, kulit dan tangan yang cantik, serta mem-
juga mengutip Megatrend 2000 dari buat tubuh mereka lebih ramping. Penulis buku
John Naisbitt untuk menyatakan ini menyatakan, usaha untuk mem-
bahwa di seluruh dunia ada kecende- percantik bagian-bagian tubuh harus
rungan ‘ketersesatan jiwa’. Ikhwani dipahami seba-gai metafora memper-
menyatakan cara mengatasi keter- cantik ‘di bagian dalam’. Misalnya, ia
sesatan ini telah diberikan Tuhan menyatakan bahwa mata yang indah
kepada kaum muslim: anjuran un- bisa menunjukkan kecantikan diri ser-
tuk berdoa sebanyak mungkin di ta jiwa yang hebat, karena orang lain
setiap waktu senggang, serta tidak dapat melihat kepribadian seseorang
hanya pada saat membutuhkan melalui ma-tanya. Oleh sebab itu, pent-
jawaban atas persoalan kita. Di si- ing untuk menjaga mata agar tidak me-
ni, penulis buku ini seolah telah lihat sesuatu yang tidak berguna, dan
menggunakan wacana Barat un- tidak diguna-kan untuk melakukan
tuk menegaskan ajaran-ajaran Is- hal terlarang, seperti menggoda. Buku
lam. tersebut adalah contoh dari yang dise-
Sebuah buku berjudul Be Pe- but Jones (2010, h. 92) sebagai meluas-
De, Please!, semakin jauh meng- nya gagasan ‘kecantikan spiritual’ yang
angkat wacana untuk menjadi dipromosikan oleh gaya hidup islami dan
orang yang lebih baik dan berbe- media mode untuk muslim perempuan
da. Buku ini ditulis pada tahun Gambar 3. yang taat. Ide ini telah populer di kalan-
2010 oleh Fachmy Casofa, diter- Sampul buku Be PeDe, gan kaum muda Indonesia. ‘Kecantikan
bitkan oleh salah satu penerbit Please! spiritual’ dipandang memiliki makna lebih
buku Islam paling populer, Ge- dalam dan lebih menarik dibanding lawan-
ma Insani Press. nya, ‘kecantikan sekuler’ (Jones, 2010, h. 105).
Dari ilustrasi sampul depan, dengan tampilan
fisik karakter gambar yang sekali lagi menyerupai Kepengaturan dan buku pengembangan diri islami
manga, terlihat jelas bahwa buku tersebut ditujukan
bagi pembaca muslim perempuan. Di sini, didiskusikan buku-buku
Membandingkan Be PeDe, Please! pengembangan diri sebagai teknik ‘pen-
dengan Let’s Go, bisa dilihat bah- gaturan’ yang merupakan perpektif
wa para penulisnya telah memper- Foucauldian. Kepengaturan adalah seni
tahankan bias jender konvension- kepemerintahan, strategi menata indivi-
al. Buku Let’s Go menampilkan du, dan sebuah ‘teknologi politik’ untuk
remaja lelaki muslim beraktivitas menata masyarakat. Dalam pendekat-
olahraga – menggambarkan bah- an Foucauldian, secara umum peme-
wa lelaki selalu berada dalam pe- rintah dipahami tidak sebagai institu-
ran aktif. Sedangkan, buku Be Pe- si negara, melainkan sebagai ‘penuntun
De, Please! menampilkan sosok perilaku’ (condut of coduct), dan meng-
remaja perempuan muslim dalam acu pada berbagai bentuk yang memi-
pose duduk, seolah perempuan se- liki keragaman dari sisi waktu, metode,
lalu menahan diri dan pasif. Penu- subjek dan skala (Burchell, 1996, h. 19;
lis Be PeDe, Please!, seorang lela- Gordon, 1991, h. 2). Foucault (1982, h.
ki, menyatakan bahwa lelaki yang 224-225) menjelaskan bahwa ada em-
paling pantas untuk dicintai oleh pat bentuk utama teknologi3 yang digu-
seorang perempuan muslim adalah nakan manusia untuk memahami dan
mereka yang mendedikasikan diri mengatur diri sendiri. Keempat ben-
untuk dakwah. Lelaki demikian- Gambar 4. Sampul buku tuk teknologi tersebut adalah teknolo-
lah yang akan mampu memandu Beauty is easy gi produksi, teknologi sistem tanda,
perempuan untuk menjadi mus- teknologi kekuatan, dan teknologi diri.4
lim yang lebih baik. Pandangan ini menempatkan le- Teknologi terakhir mengacu pada bagaimana setiap
laki pada posisi le-bih tinggi – sebagai muslim yang
lebih baik dan berpengetahuan – dibanding perem-
puan. Penulis buku ini menyarankan kepada pemba- 3 Di sini, teknologi merujuk kepada semua cara yang digunakan
canya bahwa untuk menjadi berbeda dan lebih baik, individu untuk memperbaiki dirinya, kehidupannya, serta
seorang perempuan muslim harus menjaga tampilan aspirasi dan norma yang menuntunnya (Rose, 1999, h. 95).
fisiknya, dan bahwa, bagi penulis buku ini, seorang 4 Foucault (1982, h. 225) menegaskan bahwa hampir tidak
perempuan muslim yang berhijab jelas lebih berbeda mungkin untuk memisahkan satu teknologi dari yang lain.

103
Hariyadi, Buku Pengembangan Diri Islami, Kepengaturan, dan Ideologi Islam
individu berperilaku terhadap diri sendiri. Semua budaya global – sebagaimana dipelajari oleh Rose
teknologi ini menjadi sarana bagi setiap individu, (1999).5 Melalui beragam media, termasuk buku, ka-
sendiri maupun dengan bantuan orang lain, untuk set audio, CD, DVD, koran, website, radio, dan TV,
mengambil sejumlah tindakan atas diri dan jiwa, disiplin ‘psi’ memberitahukan cara membentuk dan
pikiran, perilaku dan eksistensi. Tindakan ini dilaku- menyelaraskan cita-cita dan aspirasi individu serta
kan guna mengubah seseorang agar dapat meraih menghubungkan individu dengan tujuan yang lebih
rasa bahagia, kesucian, kebijakan, kesempurnaan luas seperti konsumsi, pemasaran, efisiensi, morali-
ataupun kekekalan. Perlu dicatat bahwa kebahagia- tas dan tatanan sosial. Hazleden (2003, h. 424-425)
an individu bukan hanya tujuan pemerintah dan in- menunjukkan bahwa buku motivasi diri menyajikan
dividu itu sendiri, tetapi juga merupakan instrumen, sebuah ‘wacana terapi’ yang bertujuan untuk mem-
hasil – sebuah persyaratan untuk kelangsungan bangun individu yang mengendalikan teknologi diri,
hidup dan perkembangan negara (Foucault, 1981, h. seperti pengetahuan diri, penentuan pengaturan di-
158). Oleh karena itu, teknologi diri sangat terkait ri, dan disiplin diri. Meskipun demikian, teknik moti-
dengan teknologi kekuasaan. Teknologi kekuasaan vasi diri yang disediakan oleh buku-buku itu sendiri
menentukan perilaku individu dan mengarahkannya adalah sebentuk pemerintahan; di dalamnya, aparat
untuk tujuan tertentu atau untuk menuju dominasi pengetahuan menunjukkan cara hidup dan kehidu-
(Foucault, 1982, h. 225). Kepengaturan adalah nama pan tertentu bagi semua pembaca. Rimke (2000, h.
yang diberikan Foucault untuk merujuk kepada ke- 73) berpendapat bahwa semua manusia mengalami
adaan saat teknologi kekuasaan dan teknologi diri masalah psikologis di berbagai tingkatan, tetapi de-
bertemu. ngan cukup banyak bimbingan yang ditawarkan oleh
Selanjutnya, Miller dan Rose (2008, h. 15) mengem- literatur motivsasi, mereka harus mampu mengata-
bangkan argumen Foucault dengan menyatakan bah- si masalah mereka sendiri. Pada akhirnya, literatur
wa ‘kepengaturan’ memiliki dua aspek yang menon- motivasi diri berjanji bahwa teknik yang disajikan-
jol: rasionalitas pemerintahan dan teknologi. Di sini, nya idealnya menghasilkan warga negara yang har-
rasionalitas mengacu pada proses memaknai penga- monis dengan masyarakat di tempat mereka tinggal.
laman serta penataan benda dan manusia menurut Literatur pengembangan pribadi juga menekankan
kategori tertentu. Teknologi dipahami sebagai seke- pada pentingnya teknologi diri untuk dipelajari oleh
lompok aparat, metode, lembaga atau instrumen yang semua individu, karena inilah hal terbaik untuk diri
diperlukan untuk menuntun perilaku. Agar dapat sendiri, serta bagi masyarakat luas.
terlaksana, rasionalitas membutuhkan teknologi un- Buku pengembangan diri sekuler telah dipan-
tuk berdaya guna (Miller dan Rose, 2008, h. 16). Stu- dang sebagai bentuk kepemerintahan. Sebagian be-
di yang dilakukan oleh Rose (1999) serta Miller dan sar dari buku ini menempatkan diri sebagai wadah
Rose (2008) menunjukkan betapa mendalam gagas- transformasi terapeutik yang utama, terkadang satu-
an ‘pengaturan’ di era modern maupun postmodern, satunya, dan memerintahkan pembaca untuk beker-
dan betapa beragamnya bentuk ‘pengaturan’- mulai ja (Hazleden, 2003, h. 416). Pengasuhan diri adalah
dari lembaga pemasyarakatan, praktek pengakuan kegiatan yang harus dilakukan oleh pembaca dalam
dalam Kristen, organisasi filantropi, serikat buruh, rangka menciptakan pola baru perilaku dan tanggap-
masyarakat yang ramah, pelayanan kesejahteraan, an emosional yang lebih disiplin. Secara umum, buku
dan lembaga keagamaan, sampai dengan keahlian pengembangan diri memberitahu pembaca bahwa pe-
‘psi’ (psikologi, psikoterapi, psikiatri). doman moral seseorang pun harus diarahkan secara
Mengikuti argumen Rose (1999) bahwa pengeta- internal (Woodstock, 2009, h. 176). Buku pengem-
huan ‘psi’ adalah bentuk kepemerintahan. Penge- bangan diri sekuler di masyarakat Barat sejalan de-
tahuan ‘psi’ memobilisasi berbagai teknologi untuk ngan nilai rasionalitas yang digaungkan dalam de-
ditindaklanjuti dan mencapai tujuan tertentu dari mokrasi liberal Barat (Rimke, 2000; Hazleden, 2003):
perilaku manusia. Oleh karena itu, dalam pemiki- individu ditinggikan atas kelompok sosial dan tidak
ran Foucauldian, keahlian ‘psi’ bukan sekadar ke- ada rujukan kepada Wujud Tertinggi (Tuhan).
mampuan negatif yang membatasi dan menghancur- Meskipun supremasi pengetahuan diri terkandung
kan subjektivitas, tetapi juga positif - membentuk juga di dalam buku pengembangan diri berlandaskan
dan memproduksi subjektivitas. Rose (1999, h. 3) me- agama, namun buku-buku ini selalu dengan jelas me-
nyatakan bahwa pengetahuan ‘psi’ telah diguna-kan nyatakan bahwa seseorang tidak dapat mengendali-
oleh para ahli subjektivitas untuk ‘merekayasa ulang’ kan diri tanpa iman dan tanpa bimbingan dari otori-
jiwa manusia modern. Pengetahuan ‘psi’ memuncul- tas keagamaan. Berbeda dengan buku sekuler, buku
kan cara-cara baru dalam berpikir dan bertindak atas agama mengidentifikasi bahwa keterpisahan pemba-
keyakinan pribadi, keinginan, aspirasi, ambisi, dan ca dengan Tuhan adalah sumber petaka; keluhan du-
hubungan sosial, dan berkontribusi terhadap dekon- niawi tentang jurang tersebut hanyalah konsekuensi
struksi tatanan yang ada. Pengetahuan ‘psi’ penting dari kegagalan individu untuk menjembatani jurang
di masa modern/postmodern, karena menyediakan itu melalui iman (Woodstock, 2002, h. 49). Dalam bu-
cara kontemporer untuk diatur dan sarana bagi indi- ku pengembangan diri berlandaskan agama, seruan
vidu memerintah dirinya sendiri (Rose, 1999, h. 10). untuk kemandirian telah diperluas untuk mencakup
Rimke (2000, h. 63) dan Hazleden (2003, h. 414) ketergantungan pada Tuhan: tanpa iman, segala se-
berpendapat bahwa saran motivasi diri yang terkan-
dung dalam banyak media adalah jenis lain dari kepe-
merintahan yang menggunakan disiplin ‘psi’. Saran 5
Rimke (2000, h. 63) menjelaskan disiplin ‘psi’ sebagai memiliki
motivasi tersebut memanfaatkan tidak ha-nya da- otoritas budaya sebagai bentuk pengetahuan ahli. Dengan
ya tarik yang mendunia terhadap disiplin ‘psi’, teta- demikian, motivasi diri adalah perpanjangan logis dari 'budaya
pi juga kemunculan ‘keahlian psi’ yang menjadi tren modern berorientasi psi'.

104
Jurnal Komunikasi Indonesia, Volume II, Nomor 2, Oktober 2013
suatunya tidak berarti (Simonds, 1992, h. 151). Di In- diri islami mendeskripsikan pesan Al-Qur’an dan Ha-
donesia, wacana pengembangan diri menggandeng dits serta temuan studi ilmiah. Deskripsi ini berkai-
psikologi pop transnasional - yang mencakup cinta- tan dengan beberapa aspek keberhasilan pribadi,
diri dan pengasuhan diri - serta doktrin Islam - yang kesehatan, atau kesejahteraan. Ada banyak contoh,
menunjukkan Nabi Muhammad sebagai teladan salah satunya adalah:
moral yang utama dari kebajikan di masyarakat dan
model untuk kosmopolitanisme muslim (Hoesterey, Nabi telah berjanji bahwa jika seseorang ba-
2012, h. 39-41). Wacana pengembangan diri islami di ngun di tengah malam untuk salat, ia akan
Indonesia mengintegrasikan psikologi Barat – tanpa merasa jauh lebih segar di pagi hari, lebih se-
anjuran sekulernya - dengan ajaran-ajaran dari Al- hat dari sebelumnya, dan memiliki sema-
Qur’an dan cerita-cerita sang Nabi (Hoesterey, 2009, ngat untuk menghadapi tantangan apa pun
h. 54). Dengan demikian, buku pengembangan diri is- pada hari tersebut. Hal ini telah dibuktikan
lami memiliki perbedaan dengan buku pengembang- oleh penelitian yang dilakukan oleh Moham-
an diri sekuler, serta persamaan. mad Sholeh, dosen di Institut Agama Islam
Dari empat teknologi utama wacana pengembang- Negeri Surabaya, untuk doktor dalam Kedok-
an diri yang berkaitan dengan keahlian ‘psi’ seper- teran di Universitas Surabaya. Penelitian-
ti dikemukakan Rose (1996), teknologi merupakan nya menemukan bahwa seorang muslim yang
aspek kepemerintahan: mengkategorikan subjekti- melakukan salat tengah malam secara rutin
vitas, mengukur subjektivitas, membangun otoritas dan benar akan bebas dari infeksi dan kanker
etika, dan teknik diri. Secara singkat akan dijelas- (Al Ikhwani, 2009, h. 26).
kan kategori ini untuk melihat bagaimana keahlian
‘psi’ digunakan dalam beberapa buku pengembangan Dalam contoh ini, Al Ikhwani memberikan infor-
diri islami. masi kepada pembaca tentang betapa pentingnya
Pengkategorian subjektivitas berkaitan dengan salat tengah malam. Salat tidak hanya meletakkan
cara bagaimana pembaca dapat dikategorikan. Be- seseorang ke dalam golongan orang yang beriman,
berapa buku menggunakan istilah psikologi pop, se- berbudi luhur, dan taat tetapi juga membuat orang
mentara yang lain menggunakan istilah-istilah aga- tersebut lebih sehat secara fisik dan psikologis.
ma. Buku Upgrade Yourself (2007) memperkenalkan Teknologi ini terdiri dari tindakan mengukur ke-
istilah “gampang menyerah” (quitter), “pekemah” salehan, sebagaimana dibuktikan melalui prak-
(camper) dan “pendaki” (climber), dan mengaitkan ke- tik salat. Kesalehan merupakan aspek subjektivitas
tiganya dengan prestasi individu. Tipe quitter adalah pembaca. Pelaksanaan salat menjadi penting karena
orang yang selalu ingin bersantai dan tidak peduli mengaktifkan (dan mendata) kesalehan – bisa jadi,
tentang pencapaian. Kategori ini meliputi siapa sa- inilah yang dijelaskan Rose (1996, h. 26), mengi-
ja yang malas dan tidak bersedia untuk mengem- kuti Foucault, sebagai normalisasi atau menjadikan
bangkan diri. Camper mengacu pada rata-rata orang penilaian sebagai sesuatu yang objektif (objectifying
yang ingin bekerja, tapi tidak terlalu keras, dan ti- judgements).
dak ingin mencapai sesuatu yang lebih baik. Istilah Teknologi ketiga yang digunakan dalam buku
climber menggambarkan seseorang yang selalu ingin pengembangan diri Islam, yaitu membangun otoritas
mengembangkan diri, yang tidak pernah berhenti be- etis, berhubungan dengan cara penulis pengembang-
lajar dan selalu ingin menjadi lebih baik. Contoh lain an diri muslim menyampaikan nasihatnya – tidak
dari pengkategorian subjektivitas adalah buku-buku hanya bersifat otoritatif dan sah, tetapi juga bereti-
Change Now! (2010) dan Let’s Go! (2009). Buku-bu- ka. Buku-buku tersebut memberikan nasihat kepada
ku ini menjelaskan secara panjang lebar perbedaan pembaca atas dengan berbagai isu, termasuk hubung-
antara keimanan dan keingkaran untuk menjauhkan an pribadi, kepercayaan diri, masalah keluarga, dan
para pemuda muslim dari kekeliruan. Orang beriman cinta. Dalam memberikan nasihat tersebut, beberapa
adalah yang menjadikan Tuhan sebagai tujuan uta- penulis menampilkan diri sebagai pemilik pengeta-
ma, sedangkan orang-orang yang ingkar adalah me- huan yang bersikap netral, baik pengetahuan ilmiah
reka yang tidak menunjukkan komitmen kepada Tu- atau agama. Secara gamblang, penulis menjelaskan
han. Mungkin saja, orang ingkar adalah juga kaum bahwa ia tidak ingin mendikte tindakan pembaca,
muslim, tetapi mereka tidak melaksanakan perintah karena penulis hanyalah memaparkan temuan il-
dasar Islam: salat, zakat, dan berpuasa selama bulan miah ataupun pesan-pesan religiusnya. Pembacalah
Ramadhan. Buku-buku ini tidak menyebutkan dua yang harus memutuskan langkah apa yang terbaik
prinsip dasar lainnya: syahadat (pernyataan keiman- bagi dirinya. Misalnya, Hanifan (2010, h. 14) menu-
an kepada Allah dan kepercayaan kepada Nabi Mu- lis:
hammad) dan haji, mengingat mungkin, prinsip per-
tama sulit disaksikan (pembacaan syahadat hanya Dalam buku ini, saya tidak ingin mendikte An-
disaksikan saat seorang non-muslim masuk Islam) da bahwa Anda harus melakukan itu atau ini.
dan prinsip kedua membutuhkan kemampuan finan- Saya hanya ingin berdikusi tentang perubah-
sial yang tinggi untuk dipenuhi. an. Saya berbagi dengan Anda apa yang saya
Teknologi kedua dalam buku pengembangan di- tahu dari membaca beberapa artikel, buku,
ri Islami, mengukur subjektivitas, berhubungan er- dan, tentu saja Alqur’an dan Hadits. Apa yang
at dengan yang pertama. Teknologi ini menyang- Anda lakukan dengan pengetahuan itu bergan-
kut bagaimana pembaca didorong untuk mengukur tung pada kepentingan Anda sendiri.
dan menghargai perilaku mereka sendiri, dan meli-
hat apakah mereka termasuk kategori tertentu. Dari Dalam contoh ini, penulis menggambarkan diri-
semua buku tersebut, para penulis pengembangan nya sebagai seorang ahli, menciptakan jarak antara

105
Hariyadi, Buku Pengembangan Diri Islami, Kepengaturan, dan Ideologi Islam
dirinya dan pembaca dalam rangka membangun oto- dup. Perencanaan ini haruslah dimulai dengan pon-
ritas etis. Dengan hanya mendorong pembaca untuk dasi dan perkara-perkara yang sederhana, misalnya
menggunakan informasi dari beberapa sumber yang tidak gampang menyerah, percaya diri, meningkat-
diakui, ia menetapkan dirinya di atas pembaca dan kan kualitas ritual keagamaan dan berlaku ikhlas.
“mengizinkan” pembaca untuk menentukan apa yang Dalam hal ini, keahlian psiko-religius terkait erat
paling tepat untuk dirinya. dengan praktik etika seseorang, sehingga praktik in-
Penulis lain memilih untuk meyakinkan pembaca dividu seorang muslim – seperti salat – menjadi objek
bahwa pesan yang disampaikan berasal dari peng-al- dari pengetahuan psiko-religius.
aman pribadi, meskipun menggunakan ajaran agama
dan pengetahuan ilmiah untuk menggambarkan per- Buku pengembangan diri islami: sebuah kultur dari
jalanan pribadi mereka menuju perubahan. Misal- gerakan Jemaah Tarbiah?
nya, Widiyah (2009) menulis tentang bagaimana ia
dan keluarganya berhasil pulih setelah perusahaan Perkembangan buku pengembangan pribadi is-
ayahnya bangkrut akibat pengkhianatan oleh teman lami adalah bagian dari gerakan sosial keagamaan di
ayahnya, dan mereka harus menjual hampir semua Indonesia yang disebut Jemaah Tarbiyah. Gerakan
yang mereka miliki untuk menutup hutang. Keluar- ini mencakup tidak hanya budaya dan agama, teta-
ga tersebut menerima saran dari mentor Islam dan pi juga politik. Menurut Jung (2009, h. 202), tarbiah
termotivasi oleh kisah sukses pribadi dari beberapa mengacu pada seluruh proses pendidikan yang meng-
tokoh masyarakat terkenal. Hikmah yang didapat- arahkan seseorang untuk berubah menjadi muslim
kan penulis dari pengalamannya kemudian dituang- yang lebih baik. Kata ini juga merupakan agenda
kan untuk pembaca: bahwa keikhlasan penuh kepa- politik untuk membangun masyarakat Islam me-
da Tuhan akan meredam kegelisahan jiwa. Setelah lalui proses evolusi: memelihara individu, memben-
itu, penulis mengajak pembaca agar lebih kreatif tuk keluarga dan kemudian membangun generasi ba-
dalam mencari jalan keluar dari masalah mereka. ru muslim (Permata, 2010, h. 13). Kailani (2010, h.
Gaya penulisan buku pengembangan pribadi ini 72) berpendapat bahwa Jemaah Tarbiah berasal dari
sejalan dengan temuan Simonds (1992, h. 121): lit- kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Dewan Dak-
eratur pengembangan diri saat ini hampir telah wah Islamiyah Indonesia (DDII), tapi itu adalah mo-
sepenuhnya meninggalkan gaya narasi murni pro- del setelah Ikhwanul Muslimin, Ikhwanul Muslimin
fesional yang kaku, yang menjadi ciri sebagian be- Mesir yang didirikan oleh Hasan Al Banna.6 Hubung-
sar buku pengembangan diri sebelum tahun 1980an. an langsung antara gerakan pendidikan di Indonesia
Woodstock (2009, h. 328) menunjukkan bahwa pen- dengan Ikhwanul Muslimin di Mesir adalah sebuah
galaman pribadi, berdasarkan keberhasilan transfor- bukti akan pentingnya pemikiran Al Banna yang
masi individu, adalah salah satu tema utama dalam berkaitan dengan pendidikan jamaah ini, termasuk
klaim para penulis buku pengembangan diri atas pula adanya penekanan akan keshalehan pribadi dan
pengetahuan dan kemampuan mereka menolong pembentukan kelompok-kelompok kader Islam (Bub-
pembaca. Melalui klaim, penulis dapat membangun alo, Fealy, & Mason, 2008, h. 52-53). Hubungan an-
otoritas etis. Pada gilirannya, otoritas etis penulis tara Ikhwanul Muslimin dan Jamaah Tarbiah begitu
pengembangan diri mendorong pembaca untuk mem- jelas, sebagaimana pemimpin-pemimpin DDII begitu
bandingkan pengalamannya sendiri dengan penulis, aktif memperkenalkan pemikiran ‘Islam kaffah’ ala
dan menilai apakah isi tulisan akan bermanfaat bagi Ikhwanul Muslimin, yang sangat terkenal di antara
mereka. Singkatnya, teknologi memungkinkan penu- para aktivis pemuda muslim di kampus. Meski-
lis Muslim pengembangan diri untuk menyajikan sa- pun anggota Jamaah Tarbiah tidak mendeklarasi-
ran mereka sebagai etika, sejauh itu didasarkan pa- kan diri memiliki hubungan dengan Ikhwanul Mus-
da kepentingan terbaik dari pembaca. limin, pelatihan keislaman dan orientasi keagamaan
Penulis pengembangan diri islam juga menjabar- mereka sangat mirip dan mereka pun tidak me-
kan beragam “teknologi diri”, yakni teknologi ke- nampik hubungan mereka dengan Ikhwanul Musli-
empat dari Rose sebagai cara untuk mengatur se- min (Machmudi 2006, h. 136).
cara langsung perilaku setiap individu. Semua buku Gerakan tarbiah terdiri dari liqa, pertemuan ke-
pengembangan diri muslim memotivasi para pem- lompok kecil para pemuda Islam aktivis di kampus
baca untuk melaksanakan segala bentuk ritual di (Jung, 2009, h. 201).7 Pada awalnya, pada tahun
dalam Islam, termasuk perkara-perkara yang tidak
wajib, seperti salat dhuha dan tahajud. Dalam buku-
nya, Widiyah (2009) mengutarakan berbagai teknolo-
gi diri – utamanya adalah untuk berhati-hati dengan 6
Syamsuri (2009, h. 99) berpendapat bahwa Ikhwanul Muslimin
ucapan dan tata cara berbicara. Rasa menghargai di- adalah salah satu organisasi dakwah terbesar di dunia.
ri akan nampak dari apa yang kita katakan dan cara Organisasi ini didirikan pada tahun 1928 dengan hanya seratus
penyampaiannya. Penulis lainnya, Casofa (2010) anggota di awal tahun, namun saat ini memiliki pengikut di
menegaskan bahwa seorang wanita haruslah mem- semua negara-negara Arab maupun di Afrika Utara. Saat
perhatikan penampilan dan perilakunya. Penampil- ini, Ikhwanul Muslimin merupakan organisasi oposisi politik
an baik dan perilaku baik dari seorang wanita mus- terbesar di banyak negara Arab. Pendirinya Al Banna, adalah
lim akan memberikan kesan baik di mata orang lain. salah satu tokoh yang pertama berpengaruh internasional
yang menganjurkan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 2011
Kesan baik itulah yang akan menghasilkan rasa hor- pemilihan parlemen di Mesir, Partai Kebebasan dan Keadilan
mat terhadap wanita muslim tersebut. yang didirikan oleh Ikhwanul Muslimin memenangkan
Hakim (2007), Al Ikhwani (2009), dan Hanifan mayoritas kursi di parlemen. Pada 2012, Ketua Partai,
(2010) menyerukan pembaca untuk meningkatkan anggota terkemuka Ikhwanul Muslimin, Muhammad Murky,
diri dengan membuat perencanaan detail dalam hi- memenangkan pemilihan presiden.

106
Jurnal Komunikasi Indonesia, Volume II, Nomor 2, Oktober 2013
1980an, gerakan ini tidak berjalan secara terang- dengan partai lain seperti Partai Kebangkitan Bang-
terangan, namun pada 1990an kegiatan gerakan sa (PKB) dan atau Partai Amanat Nasional (PAN),
tarbiah mulai dilakukan secara terbuka (Bubalo, yang - paling tidak secara resmi - tidak memiliki
Fealy, & Mason, 2008, h. 53-54). Beberapa aktivis- hubungan dengan dua organisasi Islam terbesar di
nya mendirikan Nurul Fikri, sebuah organisasi yang Indonesia, NU dan Muhammadiyah,11 PKS tidak me-
menawarkan bantuan studi untuk siswa SMA dalam mutuskan hubungan dengan Jemaah Tarbiah. Salah
persiapan ujian pendaftaran universitas (Permata, satu alasannya adalah karena Jemaah Tarbiah bu-
2008, h. 25-26). Baik Permata (2006, h. 26) maupun kan organisasi formal, melainkan gerakan, sehingga
Jung (2009, h. 202) berpendapat bahwa setelah mem- tidak ada yang dapat menghubungkan keduanya se-
buka kegiatan mereka kepada publik dan merekrut cara pasti, sekaligus tidak ada yang bisa secara res-
lebih banyak pengikut melalui Nurul Fikri, serta me- mi melarang adanya hubungan tersebut. Faktor lain
lalui majalah Islam seperti Sabili, Ummi, Saksi, dan adalah, sebagaimana dinyatakan Jung (2009, h. 215),
Tarbawai, jumlah aktivis muda tarbiyah mulai ber- PKS perlu mempertahankan hubungannya dengan
tumbuh dan hingga tingkat tertentu, menjadi domi- aktivis muda muslim untuk mempertahankan sum-
nan di kampus-kampus dengan mendirikan KAMMI ber-sumber rekrutmen.
atau Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia.8 Gerakan tarbiah tidak terbatas pada bidang poli-
Setelah 1994, untuk menggalang kesadaran politik di tik, tetapi juga berkembang di kancah budaya. Hal
antara para anggotanya, Jemaah Tarbiah mengada- ini terlihat dari pembentukan organisasi sastra, Fo-
kan program pendidikan politik dengan melibatkan rum Lingkar Pena (FLP). Helvy Tiana Rosa, Asma
beberapa akademisi terkenal seperti Arbi Sanit dan Nadia, dan Mutmainah mendirikannya pada tahun
Deliar Noer (Jung, 2009, h. 202). 1997 dengan tujuan mengembangkan minat mem-
Saat Reformasi terjadi di Indonesia, mantan akti- baca dan menulis di kalangan muslim muda (Arnez,
vis mahasiswa yang berafiliasi dengan gerakan tar- 2009, h. 48-49). Helvy Tiana Rosa dalam Arnez (2009,
biah - beberapa dari mereka memegang gelar univer- h. 51) menyatakan bahwa kegiatan mereka adalah
sitas dari negara-negara Barat - membentuk partai bagian dari dakwah, menyebarkan ajaran Islam me-
politik Islam, Partai Keadilan (PK) pada tahun 1998, lalui tulisan. Arnez (2009, h. 53-54) menunjukkan
yang kemudian berganti nama menjadi Partai Ke- bahwa FLP memiliki hubungan kuat dengan PKS.
adilan Sejahtera (PKS) pada tahun 2002 (Permata, Situs PKS turut menyebarkan informasi tentang
2008, h. 26; Permata, 2010, h. 16-17; Jung, 2009, h. publikasi FLP dan beberapa blog anggota FLP meng-
203).9 PK dan PKS menikmati debut sensasional di akui bahwa FLP adalah sayap PKS di bidang budaya.
kancah politik Indonesia – menempati peringkat di Helvy Tiana Rosa dan Izzatul Jannah (pendiri lain
sepuluh besar partai politik teratas dalam tiga pe- FLP) sempat membangun karir politik mereka di
milihan umum berturut-turut: 1999, 2004 dan 2009. PKS (Kailani, 2008, h. 69). Kemampuan FLP untuk
Identitas Islamnya yang terbuka yang memicu kon- mendirikan cabang di seluruh negara pun didukung
troversi, dan banyak pengamat politik berkomentar oleh jaringan Jemaah Tarbiah yang telah berdiri se-
bahwa partai ini merupakan bagian dari gerakan be- jak tahun 1990an. Hubungan antara buku pengem-
sar untuk mempromosikan pemahaman yang lebih bangan diri islami dan gerakan tarbiah cukup kuat,
literal terhadap Islam; beberapa khawatir bahwa PK/ mengingat banyak penulis pengembangan diri is-
PKS pada akhirnya akan mencoba memperkenalkan lami yang diasuh oleh FLP selama bertahun-tahun.
syari’ah (hukum Islam), yang dianggap bertentangan Salah satu penulis buku-buku yang dibahas di atas,
dengan pluralitas masyarakat Indonesia.10 Berbeda anggota FLP, Rahman Hanifan, mengucapkan teri-
ma kasih kepada teman-temannya di PKS dalam ha-
laman persembahan buku Change Now (2009, h. 5).
Ucapan serupa juga dapat ditemukan dalam buku-
buku karya penulis lain (juga anggota FLP).
7
Liqa adalah kelompok studi kecil, yang terdiri dari 5-7 orang, Kaitan ideologis antara buku-buku pengembang-
setiap kelompok diawasi oleh seorang mentor. Mereka an diri islami dan gerakan tarbiah juga terlihat dalam
mempelajari Islam bersama-sama, dan saling membantu, baik tema dan bahasa yang digunakan dalam buku-buku
dalam kegiatan kampus dan di aspek lain dari kehidupan tersebut. Buku-buku ini dikhususkan untuk mem-
masing-masing. bangkitkan kesadaran beragama, dan bukan men-
8 KAMMI berawal sebagai kelompok kecil di kota-kota di Jawa
pada tahun 1990an. KAMMI semakin besar pada tahun 1999,
gangkat masalah di bidang yurisprudensi. Dengan
Tiga tahun kemudian anggota KAMMI telah menempati posisi demikian, tema mereka sejalan dengan apa yang di-
strategis dalam badan-badan mahasiswa di kampus, termasuk usung oleh gerakan tarbiah. Tak satu pun dari buku
sebagai ketua Badan Eksekutif Mahasiswa. Kisah serupa terjadi yang dibahas di sini menyebutkan kebutuhan untuk
pada banyak kampus di Indonesia. KAMMI juga memainkan
peran penting saat terjadi protes mahasiswa di seluruh bagian
negara pada periode Januari – Maret 1998, yang pada akhirnya
melengserkan Presiden Soeharto setelah berkuasa 32 tahun,
meskipun, pada kenyataannya, peristiwa ini lebih merupakan 10
Sebenarnya hanya dalam beberapa kasus PKS terlibat dalam
hasil rancangan politik dan bukan contoh kekuatan rakyat. penyusunan peraturan daerah syari'ah yang terkait. Penulis
9
Shihab dan Nugroho (2009, h. 235) menulis bahwa dalam setuju dengan Jung (2002, h. 210) dan Mahmud (2006, h. 191-
dokumen resmi, partai membuat referensi yang jelas terhadap 201) bahwa PKS cenderung untuk membiarkan pihak lain
partai Masyumi yang dilarang Presiden Soekarno dan melakukan 'islamisasi', tetapi mereka mendukung di latar
mendorong para pemimpin untuk membentuk DDII. Pada belakang.
paragraf-paragraf sebelumnyadalam artikel ini telah disebutkan 11
Almarhum Abdurrahman Wahid dan Amien Rais masing-
bahwa anggota DDII sangat aktif dalam mengembangkan masing mendirikan PKB dan PAN. Wahid adalah ketua NU,
Jemaah Tarbiah. dan Rais adalah pemimpin Muhammadiyah.

107
Hariyadi, Buku Pengembangan Diri Islami, Kepengaturan, dan Ideologi Islam
menerapkan hukum Islam di depan umum. Machmu- PKS dan anggota tarbiah lainnya (Machmudi, 2006;
di (2006, h. 167) menunjukkan bahwa karakteristik Kailani, 2009 dan 2010). Keberhasilan gerakan tar-
yang khas dari gerakan tarbiah adalah komitmennya, biah mengembangkan syariah di kalangan anak mu-
di atas segalanya, untuk totalitas Islam yang melipu- da melalui buku pengembangan pribadi islami ma-
ti semua aspek kehidupan manusia, dan penekanan sih harus ditinjau, karena tidak semua anak muda
pada kesadaran beragama. Dalam menanggapi ma- muslim membacanya. Faktanya, sebagian anak mu-
salah syariah, PKS, yang kerap dituding sebagai pi- da hanya senang membaca fiksi, baik dari genre Is-
hak yang menyebarluaskannya, telah berusaha un- lam atau lainnya.
tuk membuat syariah lebih diterima dalam kehidupan
sehari-hari dan menggunakan istilah dakwah, bukan Kesimpulan
syariah. Tentu saja syariah tidak ditinggalkan, teta-
pi mereka telah mencoba untuk menghindari peng- Dalam tulisan ini, telah ditunjukkan bagaimana
gunaan istilah tersebut. Demikian pula semua bu- buku pengembangan diri islami di Indonesia meru-
ku pengembangan pribadi Islam yang dianalisis ini pakan replika buku pengembangan diri Amerika dari
membahas pemaknaan spiritual atas semua kegiatan segi isi, meskipun ada pencampuran dengan ajaran
duniawi dalam lingkup Islam. Tulisan-tulisan dalam Islam untuk menghasilkan hibrida. Wacana buku
buku tersebut menekankan kebajikan individu dan pengembangan diri berkaitan dengan gerakan Islam
kemurnian, praktik syariah dalam kehidupan sehari- kontemporer yang semakin menonjol di Indonesia.
hari (tanpa menyebutkan kata syariah), dan meng- Gerakan tersebut, yang diikuti oleh banyak penulis
hubungkannya dengan kebutuhan orang-orang mu- pengembangan diri islami, mempromosikan penerap-
da. Sebagai contoh: para penulis Change Now! dan Be an syariah dalam kehidupan sehari-hari umat Islam
PeDe, Please! mendorong orang muda untuk berlatih Indonesia, terutama kaum muda, meski tidak selalu
salat baik wajib dan tidak wajib untuk menjaga kese- menyebutkan label syariah. Penerbitan buku-buku
hatan spiritual dan fisik. Dalam buku Let’s Go! Mus- pengembangan pribadi islami - banyak yang ditulis
lim Muda Berani Beda dan Upgrade Yourself, penu- oleh anggota FLP - dengan teknologi manusia dalam
lis buku meminta pemuda muslim untuk menyadari wacana pengembangan diri, dapat menjadi sarana
kesalahan mereka dan mengejar tujuan hidup den- mencapai tujuan gerakan, yakni melakukan dakwah
gan bim-bingan Al Qur’an dan Hadits. Istilah yang melalui tulisan, kepada kaum muda muslim di Indo-
digunakan penulis buku dalam karya-karya mereka nesia. Namun demikian, masih diperlukan waktu un-
untuk menyebutkan rekan adalah ikhwan (pria) dan tuk melihat tercapai tidaknya tujuan tersebut.
akhwat (perempuan): istilah ini juga digunakan oleh

Daftar Pustaka

Al Ikhwani, Fadlani. (2009). Let’s Go! Muslim Muda Berani Muda (Let’s Hakim, Lukman. (2007). Upgrade Yourself. Surakarta: Era Intermedia
Go! Young Muslims Dare to be Different). Yogyakarta: Book Hanifan, Rahman. (2010). Change Now: Jurus Duahsyat Muslim
Magz Pro-U Media. Huebat! (Change Now: The Great Movement from the Great
Anker, Roy M. (1999). Self-Help and Popular Religion in Modern Muslim). Yogyakarta: Pro U Media.
American Culture. Westport: Greenwood Press. Hazleden, Rebecca. (2003). Love Yourself: The Relationship of the
Arnez, Monika. Dakwah by the Pen. Indonesia and The Malay World, Self with Itself in Popular Self-Help Texts. Journal of Sociology,
Vol.37 No.107, Maret, h. 45-64. Vol.39 (4), h.413-428.
Bubalo, Anthony; Fealy, Greg; & Mason, Whit. (2008). Zealous Hilkey, Judy. (1997). Character is Capital: Success Manuals and
Democrats: Islamism in Egypt, Indonesia and Turkey. Double Manhood in Gilded Age America. Chapel Hill: The University
Bay: Lowy Institute for International Policy. of North Carolina Press.
Burchell, Graham. (1996). “Liberal Government and Techniques of the Hoesterey, James B. Sufis and Self-Help Gurus: Islamic Psychology,
Self” dalam Andrew Barry, Thomas Osborne & Nikolas Rose, Religious Authority, and Muslim Subjectivity in Contemporary
Foucault and Political Reason: Liberalism, Neo-Liberalism and Indonesia. Thesis for the Degree of Doctor Philosophy at the
Rationalities of Government. London: UCL Press Limited. University of Wisconsin-Madison.
Campbell, Linda F & Smith, Thomas P. (2003). Integrating Self-help Illouz, Eva. (2008). Saving the Modern Soul: Therapy, Emotions, and
Books into Psychotherapy. JCLP/In Session: Psychotherapy in the Culture of Self-Help. Berkeley: University of California
Practice, Vol.59 (2), h. 177-186. Press.
Casofa, Fachmy. (2010). BePeDe, Please! (Be Confident, Please!). Johnson, Brad and Johnson, William. (1998). Self-Help Books
Depok: Gema Insani. Used By Religious Practitioners. Journal of Counselling and
Covey, Stephen R. (1989). The Seven Habits Of Highly Effective Development. Volume 76, Fall, h.459-466.
People : Restoring The Character Ethic. Melbourne: Business Jowett, Garth & O’Donnell, Elizabeth. (2012). Propaganda &
Library. Persuasion. Thousand Oaks: SAGE.
Eaton, Gale. 1981. Self-Help Book with Problems of Their Own. SLJ Jung, Eunsook. (2009). Taking Care of the Faithful: Islamic
School Library Journal, February, h.32-33. Organizations and Partisan Engagement in Indonesia. Thesis
Foucault, Michel. (1981). “The Political Technology of Individuals” for the Degree of Doctor of Philosophy at the University of
dalam Luther H. Martin (ed), Technologies of The Self: A Wisconsin-Madison.
Seminar with Michel Foucault (h.145-158). Amherst, The Jones, Carla. (2010). Images of Desire: Creating Virtue and Value
University of Massachusetts Press. in an Indonesian Islamic Lifestyle and Magazine. Journal of
______________. 1982. “Technologies of the Self” in Michel Foucault, Middle East Women Studies, Vol.6, No.3 (Fall), h.91-117.
Ethics, Subjectivity and Truth: The Essential Works of Michel Kailani, Najib. (2009). Kami Adalah Mujahidin Berpedang Pena: Studi
Foucault 1954-1984. Volume One (edited by Paul Rabinow), h. Gerakan Forum Lingkar Pena Yogyakarta (We Are Mujahidin
222-251. New York: The New Press. with the Pen as Our Sword: A Study of Yogyakarta Pen Circle
Gordon, Colin. (1991). “Governmental Rationality: An Introduction” Forum Movement). Thesis for Master Degree in Anthropology
dalam Graham Burchell, Colin Gordon & Peter Miller (eds.), at Universitas Gadjah Mada.
The Foucault Effect: Studies in Governmentality with Two ------------------. (2010). “Muslimising Indonesian Young peoples: The
Lectures by and An Interview with Michel Foucault (h.1-52). Tarbiyah Moral and Cultural Movement in Contemporary
Hertfordshire: Harvester Whesatsheaf. Indonesia” dalam Permata, Ahmad-Norma and Kailani, Najib,

108
Jurnal Komunikasi Indonesia, Volume II, Nomor 2, Oktober 2013
Islam and the 2009 Indonesian Elections, Political and Cultural and-events/apsa/refereed-papers/political-theory/phillip.pdf,
Issues: The Case of the Prosperous Justice Party (PKS). diakses pada tanggal 28 April 2012.
Bangkok, IRASEC, h.71-94. Rose, Nikolas. (1996). Inventing Our Selves: Psychology, Power, and
Lichterman, Paul. (1992). Self-Help Reading as a Thin Culture. Media, Personhood. Cambridge: Cambridge University Press.
Culture, and Society, 14, h.421-447. ____________. (1999). Governing the Soul: The Shaping of the
Machmudi, Yon. (2006). Islamising Indonesia: The Rise of Jemaah Private Self, Second Edition. London: Free Association Books.
Tarbiyah and The Prosperous Justice Party. Thesis for the Shihab, Najwa & Nugroho, Yanuar. (2009). The Ties That Bind: Law,
Degree of Doctor of Philosophy at the Australian National Islamisation and Indonesia’s Prosperous Justice Party (PKS).
University. Australian Journal of Asian Law, Vol.10 (December), h.233-
McGee, Micki. Self-Help, Inc.: Makeover Culture in American Life. 267.
New York: Oxford University Press. Simonds, Wendy. (1992). Women and Self-Help Culture: Reading
Miller, Peter & Rose, Nikolas. (2008). Governing the Between The Lines. New Brunswick: Rutgers University Press.
Present:Administering Economic, Social and Personal Life. Smith-Hefner, Nancy J. (2007). Young people Language, Gaul
Cambridge: Polity Press. Sociability and the New Indonesian Middle Class. Journal of
Norcross, John C. (2000). Here Comes The Self-Help Revolution in Linguistic Anthropology, 17:2, h.184-203.
Mental Health. Psychotherapy: Theory, Research, Practice Syamsuri, Ahmad R. (2009). Gerakan Dakwah Ikhwanul Muslimin
and Training, Vol.37, h.370-377. dan Dakwah di Indonesia (The Proselytization Movement of
Permata, Ahmad-Norma. (2008). Ideology, Institutions, Political Ikhwanul Muslimin and Proselytization in Indonesia). Jurnal El
Actions: Prosperous Justice Party (PKS) in Indonesia. ASIEN, Hikmah, Vol.1, No.2 (May), h.99-108
Vol.109, October, h.22-36. Widiyah, T. (2008). Beauty is Easy. Jakarta: Studia Press.
--------------------------------. (2010). “Islam and the 2009 Indonesian Wilson, Dawn M & Cash, Thomas F. (2000). Who Reads Self-Help
Elections, Political and Cultural Issues: the Case of the Book? Development and Validation of the Self-Help Reading
Prosperous Justice Party” dalam Permata, Ahmad-Norma & Attitudes Survey. Personality and Individual Difference. 29,
Kailani, Najib (eds). Islam and the 2009 Indonesian Elections, h.119-129.
Political and Cultural Issues: The Case of the Prosperous Woodstock, Louise. (2005). Vying Constructions of Reality: Religion,
Justice Party (PKS). Bangkok: IRASEC. Science, and “Positive Thinking” in Self Help Literature.
Philip, Brigid. (2007). Governing liberal subjects: Foucault, Psychology Journal of Media and Religion, Vol.4:3, h.155-178.
and self-help books. http://arts.monash.edu.au/psi/news-

109

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai