Anda di halaman 1dari 6

ISBN : 978-623-7297-51-2

ANALISA ERGONOMI ALAT TENUN DENGAN METODE QUICK


EXPOSURE CHECKLISTDI PABRIK PAULINA TEXTILE KOTA
PADANGSIDIMPUAN

Suliawati, Tri Hernawati, Tiara Anggriani Siregar


Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Islam Sumatera Utara
Jln. Sisingamangaraja. Teladan. Medan-Indonesia 20217
suliawati1964@gmail.com; trihernawati@ymail.com; tiarat983@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa tingkat resiko ergonomi yang terjadi akibat yang di
timbulkan dari alat tenun bukan mesin (ATBM) yang digunakan, dengan menggunakan metode Quick Exposure
Checklist (QEC). Dalam penelitian ini analisis yang dilakukan yaitu pada bagian anggota tubuh seperti,
punggung (statis), punggung (bergerak), Bahu / lengan, pergelangan tangan, dan leher. Hasil analisis ergonomi
dengan mengunakan metode Quick Exposure Checklist (QEC) menunjukan hasil yang di dapat dari nilai
Exposure Score pada punggung kategori tinggi yaitu 34, pada bagian bahu/ lengan kategori tinggi yaitu rata –
rata 33, pergelangan tangan kategori tinggi yaitu 36 dan leher memiliki kategori sangat tinggi yaitu 16, artinya
pada saat menenun, ke-empat anggota tubuh ini memiliki tingkat resiko cedera yang tinggi. Nilai Exposure level
berada diantara 50% sampai 69%. Lebih tepatnya nilai rata – rata pekerja saat menenun menggunakan ATBM
adalah sebesar 67,4%. Hal ini menunjukan perlu penelitian lebih lanjut dan dilakukan perubahan pada alat
tenun yang digunakan di Pabrik Tenun Paulina Textile.

Kata Kunci : Ergonomi, Alat Tenun, Quick Exposure Checklist, Textile

I. PENDAHULUAN jangka panjang akan menimbulkan kelelahan kronis


dan rasa sakit pada anggota- anggota tubuh tadi. Hal
Kain tenun merupakan etnik khas Indonesia ini tentu saja akan mengakibatkan pekerja cepat
warisan budaya yang terus menerus dikembangkan. lelah (Mufti, 2013).
Kota Padangsidimpuan merupakan salah satu Kota Untuk itu diperlukan pendekatan ergonomi
yang sedang dalam proses Pengembangan industri dari Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang
kain tenun sebagai salah satu etnik budaya dari digunakan tersebut. Fokus dari ergonomi adalah
Kota Padangsidimpuan. Kain tenun yang akan manusia dengan interaksinya terhadap peralatan,
dikembangkan merupakan kain tenun dengan motif produk, fasilitas, prosedur dan lingkungan pekerja
salak yang merupakan ikon Kota Padangsidimpuan serta kehidupan sehari-hari dimana penekanannya
(Dinas Koperasi, UKM, Perindag Kota adalah faktor manusia (Kubangun, 2010). Pekerjaan
Padangsidimpuan, 2021) yang tidak ergonomis akan menyebabkan
Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) merupakan ketidaknyamanan, biaya tinggi, penurunan
alat tenun yang digunakan untuk membuat kain performa, efisiensi, daya kerja, dan kecelakaan
tenun dengan anyaman yang sederhana dan cara (Rizqiansyah, 2017).
pengoperasiannya membutuhkan tenaga manusia.
Untuk mengoperasikan ATBM dibutuhkan tenaga II. TINJAUAN PUSTAKA
yang kuat agar menghasilkan gerakan – gerakan
menenun terutama pada tangan dan kaki. 2.1 Kain Tenun dan Alat Tenun Bukan Mesin
(Wartiono, 2015). Kain tenun merupakan kain yang dihasilkan
Pada pembuatan kain tenun, postur kerja dari bahan yang dibuat dari benang (kapas, sutra,
dilakukan secara terus-menerus serta dalam durasi dan sebagainya) dengan cara memasukkan bahan
yang panjang sehingga berakibat fatal apabila tidak secara melintang pada lusi. Dalam proses
diberikan perhatian yang serius (Andriani, 2016). pembuatannya tentunya membutuhkan alat tenun.
Pekerjaan ini mengharuskan pekerja melakukan Alat tenun bukan mesin (ATBM) merupakan salah
postur kerja yang berisiko seperti menjangkau satu alat tenun yang terbuat dari rangka kayu yang
(reaching), memutar (twisting), dan menekuk cara penggunaanya dilakukan dengan tenaga
(bending). Postur kerja seperti ini merupakan manusia. Caranya yaitu penenun dengan posisi
postur janggal. Postur janggal dapat menyebabkan duduk menggerakkan tangan dan kaki secara
stress mekanik pada otot, ligamen, dan persendian sinergis terhadap alat sehingga dihasilkan kain
(Yosineba, 2020). Juga dapat menyebabkan tenun (Intani, 2010).
ketidaknyamanan dan nyeri pada tubuh operator
diantaranya pada punggung, pinggang, bokong, 2.2 Ergonomi
pantat, pada tangan kiri, pergelangan tangan kiri, Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani,
kaki kiri dan kanan dan sebagainya yang pada yaitu terdiri atas kata dasar “Ergon” yang berarti

222 SEMNASTEK - UISU 2022


ISBN : 978-623-7297-51-2

bekerja, dan “Nomos” yang artinya hukum alam, menjadi perumusan masalah dari penelitian ini
sehingga dapat didefinisikan sebagai studi tentang adalah sebagai berikut:
aspek-aspek manusia dan lingkungan kerjanya yang 1. bagaimana resiko ergonomi dari alat tenun yang
ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, digunakan oleh pabrik tenun Paulina Textile
engineering, manajemen dan desain/perancangan Kota Padangsidimpuan ?
(Sulaiman, 2016). 2. Bagaimana kelayakan alat tenun yang
digunakan oleh pabrik tenun Paulina Textile
2.3 Antropometri Kota Padangsidimpuan?
Menurut Wignjosoebroto (2017), istilah
antropometri berasal dari “anthro“ yang berarti 3.2 Pengumpulan Data
manusia dan “metri“ yang berarti ukuran. Secara Tahap pengumpulan data penelitian ini adalah
definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai pengisian Kuesioner QECberupa pertanyaan
suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran menyangkut kondisi kerja saat proses kerja
dimensi tubuh manusia meliputi daerah ukuran, berlangsung dan apa yang dirasakan oleh pekerja
kekuatan, dan aspek lain dari gerakan tubuh. ketika melakukan pekerjaanya. Kuesioner akan
diberikan dan diisi oleh peneliti dan pekerja,
2.4 Gerakan dan Postur Kerja kemudian akan disajikan dalam bentuk tabel
Studi gerakan adalah analisa terhadap rekapitulasi data kuesioner. Kemudian observasi
beberapa gerakan bagian badan pekerja dalam langasung kondisi alat tenun dan lingkungan
melakukan pekerjaannya. Tujuan dari studi gerak pabrik, antropometri pekerja, proses produksi kain
adalah untuk mengurangi atau menghilangkan tenun, kondisi postur kerja pekerja saat menenun
gerakan yang kurang efektif agar mendapatkan dan dokumentasi postur kerja.
gerakan yang cepat dan efektif (Andriani, 2016).
Sedangkan Postur kerja adalah suatu tindakan yang 3.3 Pengolahan Data
diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan Setelah data diperlukan dianggap cukup, maka
(Sulaiman, 2016). Postur kerja yang tidak alamiah dilakukan pengolahan data menggunakan metode
seringkali dilakukan dalam suatu proses kerja quick exposure checklist yaitu:
namun seringkali kesadaran dalam hal itu masih 1. Mengolah data kuesioner yang telah diambil
kurang sehingga terjadi kelelahan dan cidera pada untuk menghitung exposure score pada setiap
otot. Tentunya dalam dalam hal ini sangat anggota tubuh yang diamati: punggung,
merugikan bagi sebuah perusahaan yang bahu/lengan, pergelangan tangan, dan leher.
diakibatkan oleh tidak maksimalnya kinerja dari Tingkat risiko terjadinya cedera pada anggota
seorang operator yang mengalami keluhan (Wijaya, tubuh berdasarkan dari nilai exposure score
2019). berikut ini:

2.5 Quick Exposure Chechklist Tabel 1. Exposure Score


Quick Exposure Checklist (QEC) adalah salah Exposure Score
satu metode pengukuran beban postur yang pertama Score Low Moderate High Very High
Punggung
kali diperkenalkan oleh Li dan Buckle pada tahun 8 – 15 16 – 22 23 – 29 29 – 42
(Statis)
1999. Quick Exposure Checklist (QEC) digunakan Punggung
dalam menilai terhadap risiko kerja pada pekerja 10 – 20 21 – 30 31 – 40 41 – 56
(bergerak)
yang berhubungan dengan gangguan otot di suatu Bahu/
10 – 20 21 – 30 31 – 40 41 – 56
tempat kerja. Metode QEC ini berupa penilaian Lengan
dengan menggunakan kuesioner yang harus Pergelangan
10 – 20 21 – 30 31 – 40 41 – 46
diisikan dari dua sudut pandang yang berbeda yaitu Tangan
Leher 4–6 8 – 10 12 – 14 16 – 18
pengamat dan operator terhadap suatu pekerjaan
tertentu.
Menurut Brown dan Li pada tahun 2003 2. Menghitung exposure level untuk menentukan
(dalam Widyarti, 2016), Exposure score dihitung tindakan apa yang dilakukan berdasarkan dari hasil
berdasarkan bagian tubuh dengan mempertimbang perhitungan total exposure score. Perhitungan nilai
kan ± 5 kombinasi atau interaksi, contohnya postur exposure level (E) dengan rumus sebagai berikut:
𝑋
dengan gaya atau beban, pergerakan dengan gaya 𝐸 % = × 100%
atau beban, durasi dengan gaya atau beban, postur 𝑋𝑚𝑎𝑘𝑠
dengan durasi serta pergerakan dengan durasi Di mana :
E = Exposure level
III. METODELOGI PENELITIAN X = Total skor yang diperoleh dari penilaian
terhadap postur
3.1 Lokasi Penelitian dan Perumusan Masalah Xmaks = Total skor maksimum untuk postur kerja.
Lokasi pada penelitian ini adalah di Usaha Pemberian skor (Xmaks = 162) apabila tubuh
Tenun Paulina Textile Kota Padangsidimpuan pada adalah statis. Untuk pemberian skor maksimum
bulan September 2021 – Selesai.Adapun yang

SEMNASTEK - UISU 2022 223


ISBN : 978-623-7297-51-2

(Xmaks = 176) apabila dilakukan manual material Tabel 4. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Pekerja
handling (Widyarti, 2016).
Tindakan yang harus diambil berdasarkan
Pekerja/ Pertanyaan
nilai yang dihasilkan dalam perhitungan exposure Operator a b c d e f g
score dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:
1 a1 b3 c2 d2 e3 f2 g2
Tabel 2. Action Exposure Level
Total Exposure Action 2 a1 b3 c2 d2 e3 f2 g2
Level
< 4o % Aman 3 a1 b3 c2 d2 e3 f2 g3
40 – 49 % Perlu pemelitian lebih lanjut
50 – 69 % Perlu penelitian lebih lanjut
4.2 Pengolahan Data
dan dilakukan perubahan
≥ 70 % Dilakukan peneletian dan
Berdasarkan rekapitulasi jawaban kuesioner
prubahan scepatnya pada masing – masing pekerja kemudian dihitung
nilai exposure score- nya, dimana exposure score
IV. ANALISA DAN EVALUASI dihitung untuk masing – masing bagian tubuh
seperti punggung, bahu/lengan, pergelangan tangan,
Pada tahap analisa ini akan diuraikan hasil maupun pada leher tampak pada Tabel 6. Dari hasil
yang diperoleh dari pengolahan data untuk perhitungan lembar skor Exposure QEC tersebut
diterapkan dalam pemecahan masalah sehingga kemudian akan diperoleh rekapitulasi hasil
lebih mudah dipahami. Sedangkan evaluasi perhitungan Exposure Score pada lembar score
dilakukan untuk menilai dan menganalisis kembali QEC terlihat pada tabel berikut:
hasil pemecahan masalah yang diberikan, juga
Tabel 5. Rekapitulasi Exposure Score
digunakan untuk menilai apakah baik/ layak atau
tidak. Nilai Exposure Score
Anggota tubuh yang Saat Menenun
4.1 Pengumpulan dan Pengolahan Data diamati Pekerja Pekerja Pekerja
Pengumpulan Data 1 2 3
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini Punggung (statis) - - -
meliputi gambaran postur kerja pekerja saat Punggung
mengoperasikan alat tenun bukan mesin (ATBM) 34 34 34
(bergerak)
di pabrik tenun Paulina Textile. Bahu/ lengan 34 30 34
Pergelangan tangan 36 36 36
Leher 16 16 16
Total Exposure
120 116 120
Score

Untuk itu dapat dihitung nilai Exposure level


dari pekerja yaitu sebagai berikut :

1. Pekerja 1
𝑋
𝐸 % = × 100%
𝑋𝑚𝑎𝑘𝑠

Gambar 1. Posisi Saat Menenun 120


𝐸 % = × 100%
176
Dan data kuesioner QEC peneliti dan pekerja
yang disajikan ke dalam tabel hasil rekapitulasi 𝐸 % = 0,682 × 100%
kuesioner peneliti dan pekerja yang disajikan ke
𝐸 % = 68,2%
dalam Tabel 3 berikut:
2. Pekerja 2
Tabel 3. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Peneliti 𝑋
Pergelangan 𝐸 % = × 100%
Pekerja / Punggung Bahu/ Lengan Leher 𝑋𝑚𝑎𝑘𝑠
Tangan
Operator
A B C D E F G 116
1 A2 B5 C2 D3 E1 F3 G2 𝐸 % = × 100%
176
2 A2 B5 C2 D2 E1 F3 G2
3 A2 B5 C2 D3 E1 F3 G2 𝐸 % = 0,659 × 100%

𝐸 % = 65,9%

224 SEMNASTEK - UISU 2022


ISBN : 978-623-7297-51-2

3. Pekerja 3 diatas merupakan alasan tingginya total exposure


𝑋 score yang diperoleh.
𝐸 % = × 100% Kemudian dari tabel 6 pengolahan data maka
𝑋𝑚𝑎𝑘𝑠
diperolah nilai exposure rata – rata untuk menenun
120 dan usulan perbaikannya yaitu sebagai berikut :
𝐸 % = × 100%
176
Tabel 8. Exposure Level ATBM Pabrik Tenun
𝐸 % = 0,682 × 100% Paulina Textile
Stasiun Rata-Rata Tindakan
𝐸 % = 68,2% Kerja Exposure
Level
Berikut ini merupakan rekapitulasi hasil Menenun 67,40% Perlu penelitian
perhitungan Exposure level untuk setiap pekerja lebih lanjut dan
pada Pabrik Tenun Paulina Textile disajikan dalam dilakukan
tabel 7. perubahan
terhadap alat
Tabel 7. Rekapitulasi Exposure Level tenun
Rata –
Stasiun Exposure rata Tabel 8, di atas menunjukkan bahwa perlu
Objek Tindakan
Kerja Level Exposure penelitian lebih lanjut dan melakukan perubahan,
Level atau perbaikan terhadap alat tenun bukan mesin
Pekerja 1 68,20% (ATBM) pada Pabrik Tenun Paulina Textile karena
Perlu penelitian lebih beresiko cedera yang tinggi yaitu sebesar 67,4 %.
lanjut dan dilakukan Perubahan ini diperlukan untuk mencegah terjadi
Pekerja 2 Menenun 65,90% 67,40%
perubahan terhadap bahaya ergonomi sehingga dapat terhindar dari
alat tenun kecelakan kerja atau kerugian fisik dan mental
Pekerja 3 68,20%
pekerja. Hal – hal yang perlu dikaji kembali dan
dilakukan penelitian lebih lanjut pada Pabrik Tenun
V. ANALISA DAN EVALUASI Paulina Textile ini, yaitu durasi kerja yang
diterapkan pabrik untuk para pekerja, waktu
Dari hasil pengolahan data maka dapat dilihat istirahat pekerja, jangkauan terjauh dari batang
tabel 5 menunjukkan posisi punggung pekerja pemukul terhadap tempat duduk pekerja saat
berada dalam keadaan bergerak selama proses gerakan mendorong dan menjangkau, frekuensi
menenun memperoleh Nilai Exposure pada kerja tinggi dan berulang – ulang, berat batang
punggung pekerja 1,2,3 sebesar 34. Artinya tingkat pemukul yang didorong dan ditarik oleh pekerja
resiko terjadinya cedera pada punggung termasuk berulang - ulang, tinggi posisi tenun pada Alat
dalam kategori tinggi. Hal ini dikarenakan posisi Tenun Bukan Mesin (ATBM) terhadap tempat
punggung agak membungkuk dan sering bergerak duduk pekerja, jarak letak kain tenun terhadap leher
pada saat bekerja. Sedangkan untuk bahu atau pekerja saat membuat motif tenun,dan cahaya di
lengan exposure pada pekerja 1 dan 3 bernilai 34 sekitar Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) terhadap
yang artinya beresiko tinggi cidera, sementara mata pekerja saat melihat motif dan benang tenun,
untuk pekerja 2 bernilai 30 yang artinya tingkat juga perlu penelitian lebih lanjut mengebai kondisi
resiko cedera nya berada dalam kategori sedang. lingkungan pabrik yang mendukung proses
Bahu/ lengan adalah anggota tubuh yang bergerak produksi.
terus dan berulang – ulang selama menenun. Posisi Dari pengkajian hal – hal diatas nantinya dapat
bahu/ lengan pekerja pada saat menenun berada diperoleh solusi perbaikan ataupun modifikasi
sejajar dada. Pada pergelangan tangan exposure rancangan baru dari alat tenun bukan mesin
score pekerja 1,2,3 bernilai 36, artinya posisi (ATBM) yang lebih ergonomis untuk digunakan
pergelangan tangan dari ketiga pekerja tenun pekerja di Pabrik Tenun Paulina Textile Kota
beresiko cedera tinggi. Posisi pergelangan tangan Padangsidimpuan.
pekerja lurus, tangan memegang batang pemukul
ATBM. Durasi bergeraknya tangan sangat sering VI. KESIMPULAN
dan berulang sama seperti gerakan bahu/ lengan.
Saat mendorong dan menarik batang pemukul juga Berdasarkan perumusan masalah, pengolahan
diperlukan tenaga. data dan hasil analisis dan evaluasi yang dilakukan
Kemudian untuk leher pekerja 1,2,3 juga maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
bernilai sama yaitu 16. Posisi leher pada nilai 1. Nilai Exposure Score pada bagian punggung
tersebut beresiko sangat tinggi terjadinya cidera. kategori tinggi yaitu 34, pada bagian bahu/
Hal ini dikarenakan leher menekuk saat membuat lengan kategori tinggi yaitu rata – rata 33,
motif tenun, saat melihat benang apakah ada yang pergelangan tangan kategori tinggi yaitu 36 dan
terputus dan kesalahan lainnya. Dari penjelasan leher kategori sangat tinggi yaitu 16. Artinya
pada saat menenun keempat anggota tubuh

SEMNASTEK - UISU 2022 225


ISBN : 978-623-7297-51-2

tersebut memiliki tingkat resiko cedera yang [8] Kubangun, Hamdani. 2010. Analisis Ergonomi
tinggi bila terus dibiarkan yang dapat Pada Proses Mesin Tenun Dengan
menimbulkan penyakit, kelelahan otot dan Pendekatan Subjektifitas Pada Pt Industri
mental ataupun kecelakaan kerja. Sandang Nusantara Unit Makateks Makassar.
2. Nilai Exposure Level berada diantara 50 % Maluku: Universitas Iqra Baru. Diambil dari:
sampai 69%. Lebih tepatnya nilai Exposure https://www.neliti.com pada tanggal 16
Level dari seluruh pekerja pada saat menenun Oktober 2021 pada jam 19.24 WIB.
menggunakan ATBM ini rata – rata sebesar [9] Li, Guangyan., Peter Buckle. 1999. Evaluating
67,4%. Hal ini menunjukan bahwa perlu Change in Exposure to Risk for
dilakukan penelitian lebih lanjut dan dilakukan Musculoskeletal Disorders – a Practical Tool.
perubahan pada alat tenun bukan mesin United Kingdom: HSE.
(ATBM) yang digunakan. [10] Mufti, Dessi., Dkk. 2013. Kajian Postur Kerja
3. Alat tenun bukan mesin (ATBM) yang Pada Pengrajin Tenun Songket Pandai Sikek
digunakan pada Pabrik Tenun Paulina Textile Jurnal Ilmu Teknik Industri,Vol. 12, No. 1,
ini kurang ergonomis untuk tubuh para pekerja Juni 2013. Padang: Universitas Bung Hatta.
tenun, dapat dilihat dari nilai Exposure Score Diambil dari: https://journals.ums.ac.id pada
dan Exposure Level yang tinggi. Tetapi masih tanggal 16 Oktober 2021 pada jam 13.13 WIB.
dapat atau layak dipergunakan [11] Rizqiansyah, Moch. Zulfiqar Afifuddin., Dkk.
mempertimbangkan pengurangan durasi kerja 2017.Hubungan Antara Beban Kerja Fisik dan
dan frekuensi kerja, penambahan waktu istirahat Beban Kerja Mental Berbasis Ergonomi
pekerja, membuat perubahan atau memodifikasi Terhadap Tingkat Kejenuhan Kerja Pada
alat tenun tersebut yang lebih ergonomi dan Karyawan PT Jasa Marga (PERSERO) Tbk
kondisi lingkungan kerja. Cabang Surabaya,Jurnal Sains Psikologi Jilid
6, Nomor 1, Maret 2017, hlm 37-42. Malang:
DAFTAR PUSTAKA Universitas Negeri Malang. Diambil dari:
https://media.neliti.com pada tanggal 9
[1] Andriani, Meri., Subhan. 2016. Perancangan Oktober 2021 pada jam 14.23 WIB.
Peralatan Secara Ergonomi Untuk [12] Stanton, Neville., at all. 2005. Handbook of
Meminimalkan Kelelahan Di Pabrik Human Factors and Ergonomics Methods.
Kerupuk.Jakarta: UMJ. Diambil dari: Washington DC: CRC Press
https://jurnal.umj.ac.id pada tanggal 16 [13] Sulaiman, Fahmi., Dkk. 2016. Analisis Postur
Oktober 2021 pada jam 13.00 WIB. Kerja Pekerja Proses Pengesahan Batu Akik
[2] Anies. 2005. Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: Dengan Menggunakan Metode REBA, Jurnal
PT. Elex Media Komputindo. Teknovasi Vol 3 No 1, 2016. Medan:
[3] Anggawisastra, R., Sutalaksana, I. Z, dan Politeknik LP3I Medan. Diambil dari:
Tjakraatmadja, J. H. 2006.Teknik Tata Cara https://media.neliti.com pada tanggal 15
Kerja. Departemen Teknik Industri ITB : Oktober 2021 pada jam 11.30 WIB.
Bandung. [14] Wartiono, Totok., Dkk. 2015. Rancang Bangun
[4] David, Geoffrey., at all. 2005. Further Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) Dengan
Development of the Usability and Validity of Pengendali PLC Sebagai Alat Tenun
the Quick Exposure Check (QEC). United Mekatronika.Sukoharjo: Akademi Teknologi
Kingdom: HSE. Warga Surakarta. Diambil dari:
[5] Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan https://jurnal.animus.ac.id pada tanggal 9
Perdagangan Kota Padangsidimpuan. 2021. Oktober 2021 pada jam 13.30 WIB.
Produk Unggulan Daerah Kota [15] Widyarti, Yustina. 2016. Skripsi Analisis
Padangsidimpuan. Padangsidimpuan: Dinas Risiko Postur Kerja Dengan Metode Quick
Koperasi, UKM, Perindustrian dan Exposure Checklist (QEC) Dan Pendekatan
Perdagangan Kota Padangsidimpuan. Fisiologi Pada Proses Pembuatan Tahu
[6] Ilman, Ahmad., Dkk. 2013. Rancangan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Perbaikan Sistem Kerja dengan Metode Quick Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Exposure Check (QEC) di Bengkel Sepatu X Surakarta.
di Cibaduyut. Bandung: Itenas. Diambil dari: [16] Wignjosoebroto, Sritomo. 2017. Ergonomi:
https://itenas.ac.idpada tanggal 10 Oktober Studi Gerak dan Waktu (Teknik Analisis untuk
2021 pada jam 20.00 WIB. Peningkatan Produktivitas Kerja). Surabaya:
[7] Intani T, Ria. 2010. Tenun Gedogan Guna Widya.
Dermayon. Bandung: Balai Pelestarian [17] Wijaya, Kurnia. 2019. Identifikasi Risiko
Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung. Ergonomi dengan Metode Nordic Body Map
Diambil dari: https://media.neliti.com pada Terhadap Pekerja Konveksi Sablon Baju.
tanggal 14 Oktober 2021 pada jam 20.37 Surakarta: Universitas Al-Azhar Indonesia.
WIB. Diambil dari: https://idec.ft.ins.ac.id pada
tanggal 28 September 2021 JAm 11.23 WIB

226 SEMNASTEK - UISU 2022


ISBN : 978-623-7297-51-2

[18] Wijaya, Sidik. 2017. Skripsi Analisis Postur


Kerja Untuk Mengurangi Risiko
Musculoskeletal Disorders Menggunakan
Metode Rapid Upper Limb Assessment
(RULA)(Stusi Kasus Pada Operator
Shootblast PT ABA). Jakarta: Universitas
Bakrie
[19] Yeni. 2018. Analisis Ergonomi Beban Kerja
Fisik Terhadap Stress Dan Kinerja Karyawan
PT. Rifansi Dwi Putri Dwi. Pekanbaru: UNRI.
Diambil dari: https://jom.unri.ac.id pada
tanggal 16 Oktober pada jam 15.25 WIB
[20] Yosineba, Tiara Putri,.Dkk. 2020.Risiko
Ergonomi dan Keluhan Musculoskeletal
Disorders (MSDs) pada Pengrajin Tenun di
Palembang, Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Volume 7, No. 1.Palembang: Universitas
+Srawijaya. Diambil dari:
https://ejournal.unsri.ac.id pada tanggal 28
September 2021 pada jam 13.30 WIB

SEMNASTEK - UISU 2022 227

Anda mungkin juga menyukai