Alviya Yahya - Pengaruh Suhu Pendinginan Terhadap Mutu Fisik Ikan Tuna Salinan
Alviya Yahya - Pengaruh Suhu Pendinginan Terhadap Mutu Fisik Ikan Tuna Salinan
ABSTRAK
Indonesia memiliki sumberdaya perikanan
yang berlimpah, salah satu sumberdaya
perikanan dengan harga jual dan ekonomis
tinggi adalah ikan tuna. Tuna (Thunnus sp.)
merupakan salah satu ikan bernilai ekonomis
tinggi karena ikan tuna menyimpan banyak
kandungan yang sangat bermanfaat bagi
tubuh. Dalam penanganannya ikan tuna tidak
boleh sembarangan, karena hal itu dapat
menurunkan mutu ikan tuna. Artikel ilmiah
ini menggunakan metode penelitian kualitatif.
Metode kualitatif ini dilakukan dengan
menggali informasi mengenai pengaruh suhu
pendingin terhadap mutu fisik ikan tuna
menggunakan metode studi pustaka (study
research). Hasil yang disampaikan dalam
artikel berupa kalimat deskriptif Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa suhu
pendingin dapat mempengaruhi mutu ikan
tuna karena, naiknya suhu penyimpanan pada
ikan tuna akan menimbulkan kenaikan suhu
pada ikan tuna sendiri. Kenaikan suhu ini
dapat memicu tumbuhnya bakteri yang dapat
mempercepat proses pembusukan pada ikan
tuna, dengan pembusukan ikan tuna maka
akan menyebabkan mutu ikan tuna menurun.
Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini
adalah ikan merupakan salah satu produk
hasil perikanan dengan kualitas yang mudah
rusak, maka prosedur yang tepat harus
dilakukan saat menangani ikan tuna agar
mutunya tidak menurun. Mutu ikan tuna
segar dapat dilihat dari mata yang jernih,
bagian kulit tidak ditutupi oleh lender yang
berlebih. Ikan tuna dengan mutu yang paling
baik (top quality) tidak ditemukan cacat fisik
atau tanda tanda yang buru pada bagian tubuh
ikan suhu pendingin dapat mempengaruhi
mutu ikan tuna.
Kata kunci: Thunnus Sp, mutu, suhu
pendingin
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara
kepulauan dengan memiliki wilayah perairan
yang strategis dalam sektor perikanan.
Banyaknya perairan di Indonesia menjadikan
Indonesia memiliki sumberdaya perikanan
yang berlimpah, salah satu sumberdaya
perikanan yang memiliki harga jual dan
ekonomis tinggi adalah ikan tuna. Indonesia
sendiri terletak di antara dua samudera yaitu
Samudera Hindia dan Samudera Australia.
Kondisi yang sangat strategis ini menjadikan
perairan Indonesia cocok untuk dijadikan
migrasi bagi ikan tuna. Barata, et al. (2011),
mengatakan bahwa suhu dan kedalaman air
laut sangat mempengaruhi persebaran ikan
tuna. Menurut Firdaus, (2019), ikan tuna
banyak tersebar di berbagai wilayah perairan
Indonesia antara lain Laut Banda, Laut
Maluku, Laut Flores, Laut Sulawesi, Laut
Hindia, Laut Halmahera, perairan utara Aceh,
Barat Sumatera, Selatan Jawa, Utara
Sulawesi, Teluk Tomini, Teluk Cendrawasih
dan Laut Arafura. Banyaknya daerah
persebaran ikan tuna di wilayah perairan
Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai
salah satu produsen ikan tuna terbesar di
dunia.
Tuna (Thunnus sp.) merupakan salah
satu ikan bernilai ekonomis tinggi yang
banyak dicari di perairan Indonesia maupun
luar negeri, karena selain memiliki rasa yang
lezat, ikan tuna juga menyimpan banyak
kandungan yang sangat bermanfaat bagi
tubuh. Menurut Lombu, et al. (2015), ikan
tuna mengandung protein antara 22,6-26,2
g/100 g daging. Lemak antara 0,2-2,7 g/100 g
daging. Kandungan protein yang tinggi pada
ikan tuna sangat berperan penting dalam
penggantian sel yang rusak dalam tubuh.
Sangat banyak manfaat dari kandungan yang
ada pada ikan tuna untuk tubuh, maka
penanganan ikan tuna setelah penangkapan
akan mempengaruhi mutu dan kualitas ikan.
Zulaihah, et al. (2018), mengatakan bahwa
pada dasarnya penanganan ikan laut setelah
ditangkap terbagi menjadi dua tahap. Tahap
yang pertama adalah tahap penanganan di
atas kapal dan tahap kedua adalah
penanganan di darat. Penanganan ikan setelah
ditangkap atau dipanen memiliki peran yang
penting untuk mendapatkan hasil ikan dengan
nilai jual dan mutu yang tinggi. Penangan
ikan yang dilakukan dengan cara yang tidak
tepat dan benar maka ikan akan kehilangan
nilai jual dan mengurangi kualitas kesegaran
ataupun mutu fisik ikan. Kualitas kesegaran
ikan sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, baik terjadi secara enzimatis
bakteriologis oleh tubuh ikan sendiri maupun
karena sensorik. Terdapat beberapa metode
untuk menjaga kualitas ikan maupun mutu
fisik ikan agar ikan tetap baik dan aman
untuk dikonsumsi bagi manusia diataranya
adalah pengasapan, pendinginan,
penggaraman dan pengeringan.
Pendinginan merupakan metode untuk
menjaga kualitas ikan dengan cara
menurunkan suhu ikan dengan batasan suhu
tertentu. penanganan ikan setelah tangkap
atau pemanenan harus dilkukan secepat
mungkin dengan tujuan untuk menghindari
pengurangan mutu ikan, sehingga dibutuhkan
bahan dan media pendinginan yang sangat
cepat dan tepat dalam menurunkan suhu pada
tubuh ikan. (Deni, (2015). Pendinginan ikan
sendiri dapat dilakukan menggunakan
berbagai media pendinginan. Media untuk
pendinginan yang dapat digunakan antara lain
air tawar, air laut dan udara. Namun pada
penanganan ikan laut, media yang biasa
digunakan untuk pendinginan adalah air
tawar dan air laut dalam bentuk es.
Dalam memanfaatkan ataupun
mengonsumsi ikan tuna ada beberapa
masalah yang sering dialami yaitu mutu ikan
tuna yang kurang baik. Jika telah
mengonsumsi ikan tuna dengan mutu yang
kurang baik, akan berdampak buruk bagi
kesehatan tubuh orang yang telah
mengonsumsinya. Mutu ikan tuna yang buruk
ini dapat terjadi karena banyak faktor, salah
satu faktornya yaitu suhu penyimpanan dan
cara penanganan ikan salmon. Tujuan
ditulisnya artikel ini adalah untuk mengetahui
bagaimana pengaruh suhu pendinginan
terhadap mutu fisik ikan tuna.
Dengan membaca artikel ilmiah ini
diharapkan dapat menambah wawasan
pembaca mengenai karakteristik ikan tuna
yang layak dikonsumsi, karena sangat
disayangkan jika masih banyak orang yang
mengonsumsi ikan tuna dengan mutu yang
buruk. Dengan membaca artikel ilmiah ini
juga diharapkan dapat menambah wawasan
pembaca tentang bagaimana cara penanganan
dan penyimpanan ikan tuna dengan benar.
Selain itu dari artikel ini juga diharapkan
dapat memberi manfaat dan dapat menjadi
bahan rujukan untuk penelitian lain yang
sejenis.
Tinjauan Pustaka
Penulisan artikel ilmiah ini tidak lepas
dari jurnal-jurnal terdahulu yang sudah
melakukan penelitian sebagai bahan
pembanding dan kajian. Adapun hasil dari
penelitian-penelitian tersebut tidak terlepas
dari topik yang sedang dibahas, yaitu
mengenai pengaru suhu pendinginan terhadap
mutu fisik ikan tuna.
Ikan tuna
Berdasarkan pada jurnal yang
berjudul “Teknologi Penanganan dan
Penyimpanan Tuna Segar di Atas Kapal”
oleh Irianto, (2008), menjelaskan ikan tuna
merupakan jenis ikan laut yang termasuk ke
dalam kelompok ikan perenang cepat, bisa
dikatakan demikian karena ikan tuna dapat
berenang hingga mencapai 77 km/jam. Ikan
tuna sendiri memiliki warna daging yang
tidak sama dengan kebanyakan ikan pada
umumnya yang berwarna putih. Namun ikan
tuna memiliki daging berwarna merah muda
sampai merah tua. Perbedaan warna yang
dimiliki ikan tuna ini disebabkan karena
banyaknya kandungan myoglobin yang
terdapat pada otot ikan tuna, tidak seperti
ikan pada umumnya.
Secara umum ikan tuna mempunyai
ciri-ciri fisik antara lain, bentuk tubuh seperti
cerutu (memanjang bulat) dan torpedo
(memanjang langsing), mempunyai dua sirip
punggung, sirip depannya pendek dan
terpisah dari sirip belakang, sedangkan sirip
perutnya kecil dan bentuk sirip ekor
mempunyai cagak agak ke dalam dengan jari-
jari penyokong yang menutup seluruh ujung
hypuralnya (Dirjen Perikanan, 1996).
Metode Penelitian
Kesimpulan
Ikan tuna adalah ikan yang memiliki
nilai ekonomis tinggi dan mengandung
banyak manfaat bagi tubuh. Untuk menjaga
kualitas ikan tuna dibutuhkan cara yang baik
dan benar, dengan melakukan cara
penanganan yang tepat maka mutu fisik ikan
tuna akan terjamin bagus. Terdapat beberapa
cara dalam menangani ikan tuna dimulai dari
cara penanganan ikan tuna lepas tangkap
hingga penyimpanan ikan tuna. Pada
penyimpanan ikan tuna dibutuhkan suhu yang
optimal yaitu antara 0-4ºC, hal ini dilakukan
untuk mencegah pertumbuhan bakteri
penyebab busuk dan untuk menjaga agar
kadar histamine dalam tuna tidak melebihi
kadar maksimal. Faktor penyebab penurunan
kualitas sendiri terjadi karena faktor manusia
yang kurang pengetahuan akan penanganan
ikan. Selain faktor tersebut terdapat faktor
lain yaitu faktor yang ditimbulkan oleh ikan
itu sendiri, seperti kandungan histamine.
Perlu dilakukan penanganan ikan segar sesuai
dengan ketentuan HACCP agar ikan yang
ditangkkap tidak mengalami penurunan
kualitas.
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, pengaruh suhu pendingin pada
kualitas mutu ikan tuna sangat besar. Suhu
pendingin optimal dapat memperlambat
pembusukan yang berpengaruh pada mutu
ikan tuna. Sehingga sebaiknya para nelayan
dan pedagang pasar harus memiliki keahlian
dalam penanganan ikan tuna lepas tangkap.
Selain itu juga sebagai masyarakat awam
diharapkan dapat membedakan antara ikan
tuna segar dan busuk. Saran untuk penelitian
selanjutnya agar mengkaji lebih dalam lagi
tentang topic serupa yang sedang dibahas.
Daftar Pustaka