Anda di halaman 1dari 77

ROMANSA DAN KETIGA

Antara Aku,Kamu, Dia, dan Mereka

1
PROLOG

Waktu sudah semakin larut malam. Jalanan


begitu sepi dan sunyi. Hanya langkah kaki kita
berdua yang terdengan di jalanan tersebut.
Dengan suara krusak krusuk dari kantong plastik
berisikan nasi goreng yang sedang kita bawa.

Lalu munculnya sosok wanita yang umurnya


kurang lebih sekitar 50 tahun. Di depan rumahnya
yang agak gelap dengan lampu yang remang
remang. Bajunya menggunakan daster panjang,
dan terlihat agak lusuh.

Kita berdua jalan tanpa berkata sedikitpun.


Suasana hening sekali. Dengan sesekali melirik ke
kanan dan kiri untuk memastikan jalanan aman.
Lalu tiba tiba wanita tersebut memanggil kita
berdua.

“Mas mas, lagi apa mas?” dengan suaranya yang


agak lemah.

“Habis pulang kerja Tante”, jawabku.

“Itu bawa apa mas?” tanya dia basa basi.

2
“Nasi goreng, Tante” jawab Firda.

Perasaan kita berdua mulai was was. Apalagi


malam begitu sepi, dan kita berada di tempat
yang masih asing buat kita.

“Sini kamuh mas mampir” sambil melambai


lambai ke kita.

“Enggak deh tante, makasih” jawab kita berdua


kompak.

Lalu kita berdua melangkahkan kaki dengan


cepat, dengan ketakutan terhadap tante tersebut.
Takut di ajak untuk hal yang tidak tidak, lalu kita
di paksa memberikan uang kita, kalau tidak nanti
titit kita bisa potong. Begitulah bayangan kita
berdua saat itu. Setelah melewati rumah tersebut,
kita berdua lari terbirit birit sambil teriak
ketakutan.

3
CHAPTER 1
Jomblo
Dan
Nama

4
Sebelumnya, kenalin dulu. Nama aku Arif, jomblo
selama 17 Tahun. Oke oke, aku ulangi. Nama aku
Arif, JOMBLO 17 Tahun, Jomblo 17 tahun. Kurasa
sudah cukup puas ketawanya.

Saat ini pas lagi nulis ini sih, udah di usia 21


Tahun. Setidaknya selama 4 tahun terakhir,
kisahnya nggak terlalu ngenes seperti 17 tahun
sebelumnya lah. Mungkin itu semua karena faktor
tuntutan dari orang tua. Biasalah, namanya juga
anak 90an, dan di desa pula. Pergaulannya masih
sangat terbatas.

Sejak kecil, emang dah ditancepin di otak aku,


kalo gak boleh pacaran kalau belum lulus sekolah.
Dan seperti itulah akhirnya. Jomblo selama 17
tahun.

Dari SD sebenarnya sudah ada cewek yang aku


sukai, namanya Reni. Agak tembem, rambutnya
pendek. Kayak Dora The Explorer cuma ini versi
realnya saja. Kenal cuma pas dikelas 1 sama
kelas 2 SD saja. Setelah itu, dia pindah ke Jawa
Tengah entah alasannya apa. Padahal, baru

5
pertama lewat depan rumahnya saja sudah
seneng banget.

Namanya juga anak SD jaman dulu, cinta


cintaannya hanya sebatas suka gitu aja. Hal yang
memalukan untuk nyatakan cinta. Eiiitts, nggak
sampek disitu aja ya. Di SMP juga pernah ada
cewek yang aku sukain. Cuma ya gitu, karena
umurku masuk kedalam 5 besar yang paling
muda, jadi minder waktu deketin dia. Dia lebih
tua satu tahun dariku. Namanya Intan. Tingginya
standard lah, nggak terlalu tinggi kayak temennya
cewek lainnya.

Aku suka karena emang dia pinter sih. Modusnya


biasanya tanya soal pertanyaan apa gitu, biar bisa
deket-deket. Tapi biasanya lewat Wahyu dulu,
temen deketnya Intan ini. “Yu, rumus matem
nomor 10 ini apa yaa?” tanya ku. “Tanya Intan
aja, masih sibuk ngerjain soal bahasa Inggris nih”
Jawabnya. Emang saat itu lgi jam istirahat, dan
kebetulan dia lgi sibuk ngerjain PR, dan aku
lanjutin tugas matematika yang baru selesai
pelajarannya.

6
Ku tarik kursi yang ku pake saat itu dan berhenti
tepat di deket mejanya Intan. Senyumnya
menyapa, dan langsung membuat dag-dig-dug.
Stop, tahan tahan. Nggak boleh sampek ketahuan
ya.

“Ntan, ini rumusnya pake yang mana ya?” sambil


nunjuk soalnya.

“Oh itu” jawabnya.

Ku tunggu sesaat, dia sibuk bolak balik buku


catatannya nyari rumus di bukunya. Tulisannya
bagus, nggak kayak tulisanku yang sedikit
berantakan. Sesekali aku pandangi dia saat dia
sedang serius melototin bukunya.

“Nah, ini” sentak dia menemukan rumusnya.


Langkung ku toleh seketika dan melihat kearah
bukunya. “Ma-mana?” ya, memang saat itu masih
sedikit kaget karena tiba-tiba dia sedikit
menaikkan suaranya.

7
“Kamu masukkan ini sebagai variabelnya, lalu
kalikan dengan ini itu dan bla bla bla” jelas dia
dengan panjangnya.

Jujur saja, sebenarnya saat itu aku udah ngerti


sama soal dan jawabannya. Namanya juga modus
kan, biar bisa deket kan nggak masalah.

Kisah romansa di SMP cuma pas kelas 8 itu saja.


Selebihnya hanya sekedar tertarik saja sama
salah satu temen sekelas yang punya wajah
paling manis nan imut. Namanya Okta. Tapi
terakhir kali ketemu tahun lalu, sudah kayak
tante-tante aja sekarang.

Jomblo berlanjut sampai dimana usiaku


menginjak 17 tahun. Saat itu, aku dah kelas 3
SMK. Kisah romansa di kelas 3 ini cukup menarik.
Waktu itu, deket dengan salah satu temen
kelasku. Namanya Novia. Dia satu tahun lebih tua
dari umur aku saat itu, dan sampai sekarang
juga.

8
Hubunganku dengannya begitu dekat, dekat
banget. Namun, hanya pas lagi chating aja.
Begitu ketemu, ya biasa biasa saja. Problematika
klasik yang sering terjadi di kalangan muda saat
ini. Saat itu, di bulan Desember, dia punya pacar
namanya Agung. Dia sering curhat ke aku soal
percakapannya dengan Agung ini.

“Rif, masak ya. Dia cerita ke aku soal mantannya”


jelasnya.

“Cerita gimana?” sebagai pendengar yang baik,


ku dengerin aja ceritanya.

“Dia cerita soal mantannya sebelumnya. Katanya


kalau di kelas lagi berduaan gitu, mereka cium
ciuman gitu” lanjutnya.

“lah, ngapain cobak cerita kayak gitu”. Kata kata


ciuman merupakan hal yang tabu, terutama bagi
kalangan jomblowan dan jomblowati.

“Nggak tau Rif. Nggak Cuma sekali pula cerita


kayak gitu, dia ceritain mantan-mantannya pas
dia masih kelas 1 dan kelas 2 SMK dulu. Apaan
cobak bahas kayak gitu” jelasnya. Bayanganku,
dia lagi cerita sambil menggerutu. Emang waktu
itu, kita hanya lewat sms saja ngobrolnya.

9
“Mungkin itu modus darinya buat ajak kamu
ciuman” jawabku, meski agak kesel karena bahas
pacarnya sih. “Eh, tapi katanya, dulu Agung
waktu SMP juga satu sekolahan sama kayak kamu
kamuh, Rif. Dia juga tahu kamu kata e dulu”
lanjutnya.

“Loh iya ta? Kelas apa emang?”

“Kelas C dia”

“Wah, nggak kenal aku. Mungkin dia nggak terlalu


famous” jawabku sambil mikir. “Maklumlah, kan
dulu aku terkenal Nov, hahaha” usahaku untuk
buat suasana obrolan malam itu lebih hidup.

Malam makin larut. Saat itu, jam 10 itu udah


masuk jam malamku. Sms dengannya sambil
nahan kantuk yang melanda. Sampai akhirnya,
tau tau ayam berkokok sudah membangunkanku
untuk sholat subuh.

Jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Bel


berbunyi. Semuanya masuk ke dalam kelas
masing masing. Bangku dan bangkunya cukup
dekat. Dia dibarisan pertama, aku dibarisan

10
kedua. Jadi cukup dekat untukku kalau mau
godain dia.

Namun seperti biasa, di kelas kita jarang ngobrol.


Paling kalau lagi pelajaran aja baru ngobrol
asiknya. Sesekali, aku sama dia dikrecokin karena
beberapa kali terlihat kedekatanku dengannya
secara tidak sengaja.

Pernah suatu saat, Novia kasih „lampu hijau‟ ke


aku. Entah itu karena aku keGRan atau emang
benar-benar lagi dikadalin.

“Kayaknya aku mau putus deh sama Agung” tiba-


tiba dia sms seperti itu.

“Lah kenapa?” tanyaku, padahal dalam hati


sebenarnya seperti kabar gembira buatku saat
itu.

“Udah gak nyaman aja sama dia” lanjutnya.

“Kamu yakin?” berusaha menjadi seorang


pendengar yang baik. “pikir-pikir dulu aja coba”

11
“iya deh. Ntar kalo dah putus, kamu nembak aku,
tak terima. Hahaha” jawabnya dengan sindiran
halusnya mengenai pernyataan cintaku
sebelumnya.

“wah, senengnya” ucapku dalam hati. Entah itu


dia serius atau enggak ngomongnya. Tapi yang
penting kan aku seneng dulu, hahaha.

Satu bulan setelah sms itu, ternyata dia benar


benar putus dengannya. Dan juga saat itu
kedekatan kita berdua juga makin lengket. Tapi
aku yakin, cewek secantik dia pasti banyak yang
deketin. Yang berarti, sainganku untuk
dapatinnya juga bertambah banyak dengan kabar
putusnya dia dengan pacarnya. Tapi, tanpa
keraguan, aku tetep deketin dia aja.

Dua bulan berlalu. Ku tembak lagi dia, namun


tetep saja di tolak. Sudah beberapa kali aku
nembak dia, namun kadang tanpa jawaban.
Kurang lebih 5 kali atau 6 kali nembak dia. 2 atau
3 kali penolakan, 2 kali tanpa jawaban, dan di
akhirnya, yang terakhir itu di tembak. Dan sekali
lagi, yang TERAKHIR KALI itu di TERIMA.

12
Ntah waktu itu kita lagi ngobrolin apa. Tiba-tiba
aku selingin aja di obrolan itu “Nov, pacaran yuk”
dengan ekspresi harap harap cemas, namun tetap
stay cool.

“Hahahahaha, ayuk” jawabnya. Dengan gaya


bicara yang seolah-olah sedang bercanda.

Biar gak keGRan, aku tanya aja lagi “hahaha,


seriusan talah Nov jawabnya.”

“iya iya Rif, mau kok. Heheh” jelasnya.

Well, itulah kisah pertama kali aku dengannya


pacaran. Waktu itu kalau tidak salah, di
pertengahan tahun 2013. Beberapa bulan setelah
upacara kelulusan wisuda kita berdua.

Setelah itu, aku lanjutin sekolah di Magistra


Surabaya. Selang beberapa bulan, dia juga dapet
pekerjaan di Surabaya, di salah satu salon
kecantikan di daerah Dukuh Pakis.

13
CHAPTER 2
Romansa
Dan
Pertama

14
Dan mulai dari ini, masa Jomblo aku selama 17
tahun berakhir. Terima kasih untuk Novia yang
telah membebaskanku dari masa masa yang
ngenes tersebut.

Sebenarnya nggak ngenes ngenes amat sih,


jomblo itu kan pilihan. Apalagi kalo single, udah
sendirian, bisa jadi Album pula, kan? #eh.

Kehidupanku di Magistra, sekolah yang setahun


itu berjalan cukup gak karuan. Selain mata
pelajarannya yang GeJe, juga kurang puas
dengan materi yang berikannya.

Aku saat itu mengambil jurusan Management


Informatika. Tapi pelajarannya sebagian besar
malah soal Photoshop dan Corel Draw, dimana
mengubah yang jelek jadi cakep, dan yang cakep
tambah cakep aja.

Karena emang dasarannya nggak suka ya, jadi


mau gimana lagi. Kagak ada yang nyantol
materinya soal PS sama CD itu. So far, banyak

15
yang tanya ke aku biasanya soal materi materi
tersebut.

“Lo kan punya ijazah Desain nih, bikinin


undangan dong model kayak gini”

“Bisa bikin cover majalah gak? Nih aku sama


temen temen ada foto bagus. Editin dong biar
kayak di filem filem gitu efeknya. Bisa kan
kamu?”

Biasanya dengan alibi “Wah, maaf nih. Sibuk


sama kerjaan, jadi nggak sempet buat buatin itu
bro.” Atau alibi lainnya “Laptop aku rusak nih bro”
sambil pasang muka goblok gitu.

Sejak saat itu, aku jadi punya traumatis soal


bohong barang barang yang rusak. Laptop aku
saat ini dah benar benar rusak.

Di Magistra, aku punya 3 temen yang paling


akrab. Namanya Badaar, Janu, dan Firda. Tapi

16
paling deket ya sama Badaar dan Janu ini. Karena
waktu sekripsian sih, sama mereka berdua ini.

Badaar, kisah cintanya paling tragis dia antara


kita berempat. Pacarnya ketahuan selingkuh, dan
ketahuannya langsung di depan mata dia sendiri.
Pacarnya dan si orang Ketiga ini, berduaan di
kursi taman. Fakta mengejutkannya, tempat itu
merupakan tempat favorit antara Badaar dan
Pacarnya ini.

*Percakapan dalam bahasa jawa

“Hanc*k, ancen arek wedok iku guateli kok”,


sontak dia tiba-tiba berbicara seperti itu memecah
keheningan di tempat kita berempat Wifian.

“Loh kamuh, onok opo Dar?” Jawabku.

“Pacarku selingkuh Rif. Nguateli pek.” Dengan


nada bicaranya yang khas.

“Mangkane, nggak usah dipikir jeru jeru. Koyok


aku ngene kamuh, pacar iki nggateli, ganti nang
pacar cadangan situk e” sahut Firda, si cowok
playboy yang udah masuk stadium ketiga. Parah.

“Iyo nek awakmu Fir” jawabnya dengan nada


kesal.

17
“Wes sabar wae,mending golek anime aeh iki
kamuh. Ta dulinan game wae.” Jawabku.

“Iyo Dar, seng sabar wae” Sahut Janu.

Obrolan terus berlanjut sambil memainkan laptop


masing masing. aku asik download dan nonton
Anime. Badaar dengan game anehnya. Firda asyik
main Criminal Case, dan Janu dengan Top Eleven
Manager.

Jam sudah beranjak sore. aku pamitan pulang


duluan, karena jam segitu biasanya bemo ke arah
kos-kosanku sudah hampir tidak ada.

Diantara kita berempat, Cuma aku aja yang


pulang pergi naik bemo. Mereka bertiga
membawa motor semua. Sesekali sih nebeng
sama Firda karena emang satu jurusan, atau di
antar sama Mas Janu. Meski gak tau sih
rumahnya dia di daerah mana.

Tiap hari senin, aku punya kegiatan pribadi


setelah pulang dari Magistra. Kebetulan juga, hari

18
senin itu jadwalnya Novia libur. Waktunya apel
mingguan.

Perjalanan kurang lebih sekitar 15 menit sampai


30 menit dari Magistra, tergantung kepadatan lalu
lintas Surabaya. Apalagi di Surabaya, aku belum
ada motor. Terpaksa naik bemo kesana kemari.

Nggak ada salahnya kan kencan naik bemo ? bisa


kok romantis romantisan di atas bemo, kalo kamu
nggak malu sama penumpang lainnya.

Sampai di kos, hal yang pertama aku lakukan


adalah ngecek kerapian baju dan aroma tubuh.
Agak kecut kecut dikit sih, apalagi habis masuk
angkot yang panasnya kayak uap air mendidih.

Malahan kadang ada yang bawa barang-barang


dari pasar yang baunya campur aduk di dalam
angkot tersebut. Gak kebayang gimana aroma
perpaduan antara keringat, bau kaki, dan aroma
amis ikan. Mantap!!

19
Tapi untungnya aja, setiap kali nunggu bemo
penuh, selalu ada hiburan kecil - kecilan dari
pengamen jalanan yang suaranya kadang merdu,
kadang juga kagak bisa didengerin lagunya. Tapi
terima kasih untuk para pengamen, karena tanpa
kalian, menunggu bemo penuh akan terasa begitu
membosankan.

Ibu kos biasanya selalu standby di warung kecil di


depan kos-kosannya. Sebelum masuk, aku selalu
minta izin dulu sama ibu kos tersebut. Dan
pastinya biasanya diizinin dan langsung di suruh
masuk saja.

Kos-kosannya khusus buat cewek-cewek saja.


Betapa rapinya dibandingkan kos-kosan cowok
yang kayak kapal karam. Sepatu dan sandal
berjajar di tangga lantai 2. Emang tempat kamar
kosnya ada dilantai 2. Kurang lebih ada 6 sampai
7 kamar yang disewakan.

“Tok tok tok” suara pintu yang aku ketok.

20
“Nov... Novi...” panggilku. “Sebentar!!” suaranya
dari dalam kamarnya. Mungkin lagi beres-beres.

“Sini masuk” dia mempersilahkan masuk ke


kamarnya, tapi pintunya tetep di buka. Sengaja
emang dibuka aja biar tetangga kamar sebelah
nggak curiga.

“Bentar tak ambilin minum” dia pamit buat ambil


minum. Entah kemana dia perginya.

Sambil nunggu dia kembali, laptop dalam tas aku


keluarin. Biasanya kita berdua ngobrol sambil
nonton dan menikmatin cemilan yang dia belikan.
Setelah aku pikir-pikir, kayaknya nggak pernah
ku belikan cemilan dulu deh.

Kurang lebih lima menitan, dia kembali dengan


membawa dua minuman dingin yang dia beli di
warungnya ibu kos.

“Nih” tawarnya. Ku ambil minuman yang dia bawa


di tangan kanannya. “Makasih ya” sahutku.

Minuman dingin dengan bola bola hitam putih


yang kenyal di dalamnya. Seperti jeli, namun
lebih padat. Ukurannya hanya 150ml , yang
kadang nggak sampek lima menit sudah habis
karena emang kehausan efek panasnya Surabaya.

21
“Punya film apa?” tanya dia pecah keheningan.

“Film lama sih. Tapi lucu ini.”

“Apa judulnya?” . “I give my Fisrt kamuve to You.


Film jepang, tapi dah agak lama sih. Bagus kok”
jelasku. “Coba liat” serunya.

Ku putar film tersebut. Kita berdua nonton sambil


bercengkrama kesana kemari. Biasanya sih
ngomongin soal temennya, atau urusan
pekerjaannya. Kadang juga ngomongin soal
planning dia buat beli HP baru. Karena emang
Hpnya yang waktu itu dipake, udah butut sih.
Miris liatnya.

“Yaudah minggu depan aja kita beli di WTC. Tak


anterin kesana” Ajakku untuk beli HP baru.

“Tapi uangku cuma beberapa ratus ribu aja”


jelasnya.

“Nggak apa apa, nanti kita urunan aja”

“Hmmm,, ntar tak ganti deh uangmu ya”

22
Dua jam lebih sudah berlalu sejak kita berdua
ngobrol di kamarnya. Adzan Ashar sudah
berkumandang. Tandanya waktunya buatku
pulang sebelum kehabisan bemo nantinya. Dia
antar aku sampek di depan rumah kos-kosan
tersebut. Tak lupa aku juga pamitan ke ibu kos
yang selalu stay di warungnya.

Sambil nungguin bemo, biasanya kita smsan.


Padahal baru saja ketemu, udah berasa kangen
lagi. Mungkin emang seperti itu kalau sedang
jatuh cinta. Berasa seperti orang gila kadang.
Senyum senyum sendiri hanya dengan melihat
layar HP saja.

Satu minggu berlalu. Waktu yang di tunggu


akhirnya datang. Dan kebetulan, hari itu
kuliahnya lebur. Jadi bisa berangkat berduaan
sama dia. aku jemput dia, lalu anter dia ke WTC
Surabaya. Naik bemo, masih.

Bisa kok romantis romantisan. Seperti pegangan


tangan di bemo sambil ngobrol kesana kemari.
Perjalanannya kita habisin hanya untuk

23
mengobrol saja. Tanpa terasa, satu jam
perjalanan terlewati, akhirnya sampai juga di
tujuan. Memang dari kos-kosan jaraknya cukup
jauh sih.

“Mau beli HP apa nanti ?” tanyaku. “Entahlah,


kayak mau beli HP Samsung aja yang bermerek.
Kalau merek lain, takutnya cepet rusak”

“Yaudah, nanti kita liat liat aja dulu. Sapa tau aja
lagi ada promo” jelasku. “Iya yank”

Dari lantai dasar sampai lantai paling tinggi kita


susuri. Beberapa kali tanya ke konter buat kepoin
HP yang cocok buat dia. Sampai akhirnya sampai
kembali di lantai dasar, di gerai Samsung.
Kebetulan hari itu ada promo.

“Mas, lagi ada promo apa nih?” tanya dia ke


penjaga konter tersebut.

“Lagi ada promo, untuk pembelian di bawah dua


juta mendapatkan free memory 8GB, dan di atas
dua juta bisa mendapatkan 1 buah powerbank.”
Jelasnya si mas mas tersebut.

24
“Eh, tanya tanya o ke mas itu. Kan kamu yang
ngerti soal beginian” Bisik dia ke telingaku.

Sebenarnya aku juga nggak tau sih mau tanya


apa. Apalagi suka grogi kalo ngobrol sama orang
yang belum dikenal. Karena ada sang pacar, jadi
harus berani dong yaa.

“Mas, boleh liat spesifikasinya HP yang ini sama


yang ini?” sambil ku tunjuk salah satu HP disitu.

Hanya untuk basa basi saja sebenarnya. Toh uang


yang kita bawa juga minimalis. “Yang ini
harganya berapa mas?”

“Oh, kalau yang itu 850ribu. Kalau yang satunya


lagi harganya satu 1,1 juta.” Jelasnnya

“Mau ambil yang mana nih?” tanyaku ke Novia.

“Yang ini aja, bagus kok kayaknya.” Sambil


pasang wajah lagi mikir “tapi yang warna putih
aja kalau ada”.

“Mas, yang putih ada kan?”

“Sebentar ya, biar di cek dulu di gudang”

Kurang lebih sekitar 10 menit kita berdua nunggu


disitu. Sambil sesekali ngobrol buat rencana mau
makan dimana.

25
“Wah mas, yang putih nggak ada. Hanya ada
yang warna hitam ini saja”

“Yawes mas, nggak apa apa” sahut Novia.

Pembayarannya kita urunan. Tapi aku bilang


padanya kalau nggak usah dikembalikan
uangnya. Hitung-hitung sebagai kado yang ku
berikan buatnya meskipun nggak keseluruhan aku
yang bayarin.

Pengambilan hadiahnya ada di stand yang


berbeda. Antriannya cukup banyak saat itu.
Syarat pengambilannya, harus di foto terlebih
dahulu sebagai bukti kalau sudah beli.

Seperti biasa, kalau di depan kamera gayanya


selalu mencucu, seperti paruhnya bebek. Emang
gayanya dari dulu seperti itu kalau selfie. Dan
akhirnya, sebuah Samsung Galaxy Ace sudah
berada di tangan kita.

26
CHAPTER 3
Romansa, Kado,
dan
Pekerjaan

27
Satu bulan sebelum Nova pergi ke Surabaya, dia
ajak aku untuk ketemuan. Kebetulan waktu itu
lagi liburan di kampung halaman, dan lagi jalan
jalan sama temenku. Dia ajak ketemuan di
pinggir jalan raya, di daerah kampungnya.

Waktu itu, aku, Yahya, dan Alwi berencana buat


beli mie ayam yang konon katanya rasanya enak
tapi dengan harga yang murah. Satu motor kita
naikin bertiga, seperti cabe-cabean saja.

Kebetulan arah perjalanan kita melewati


kampungnya Nova. Jadi sekalian saja waktu itu
ketemuannya. Hubunganku dengannya saat itu
masih dirahasiakan dari teman-teman lainnya.
Hanya beberapa orang saja yang mengetahuinya.

“Ada apa Nov?” aku turun dari motor dan


nyamperin Nova yang sudah menunggu di pinggir
jalan.

“Sini sini” ajak dia akan menjauh dari dua


temenku tersebut.

“Ini ada kado buat kamu. Di terima ya”

28
“Loh kado buat apaan?” pasang muka
kebingungan.

“Wes nanti tak jelasin lewat sms saja” jelas dia


sambil nyuruh aku balik ke temen temen dan
lanjutin perjalanan.

“Yaudah, makasih ya” dengan perasaan yang


bingung, ku terima saja satu kotak kado beserta
kantong plastiknya yang berwarna belang hitam
putih tersebut.

Akhirnya kita bertiga sampai di tempat tujuan.


Ternyata jam satu siang saat itu, warung Mie
Ayam tersebut sudah penuh saja. Mungkin
memang rasanya enak, pikirku.

Kita pesan 3 mangkuk mie ayam beserta


minumnya es teh. Kurang lebih sekitar 15 menit,
pesanan kita akhirnya datang. Satu persatu
pembeli datang dan pergi.

Porsinya cukup banyak. Apalagi mendapatkan 2


butir pentol dan 1 buah tahu bakso. Lalu juga ada
suiran ayam diatasnya. Ditambah lagi dengan

29
potongan kerupuknya sebagai toping penghisan
mangkuk tersebut. Aroma sedap semakin terasa
dan membuat perut semakin keroncongan.

Apalagi cuaca sangat panas. Gelas es teh yang


kita pesan sudah berkeringat dan membasahi
meja. Cuaca sepanas ini ditambah dengan mie
ayam yang super pedas, menambah kenikmatan
dalam menyantap mie ayam tersebut. Sempat
sampai tidak kuat untuk makan lagi saking
pedasnya.

Suasanya cukup hening diantara kita bertiga.


Hanya terdengar suara motor lalu lalang di luar.
Dan suara sruputan mie yang masuk ke dalam
mulut kita. Juga suara dentingan es yang
bertubrukan ketika sedang di aduk.

“Dikasih apa tadi sama Nova, Rif?” tanya Yahya


pecah keheningan.

“Nggak tau. Belum tak buka sih”. “Emang kado


apa itu?” tanya Alwi penasaran.

“Aku aja nggak tau, ini juga penasaran kamuh”

30
“Tapi kayak e sih isinya baju deh” tebakku.

“Iya se, kok kayak e bisa di gulung gtu.” Jelas


Yahya. “Buka o Rif, buka o” sahur Alwi yang
makin penasaran.

“Hahaha, emoh. Rahasia dong. Kalau ada surat


cinta e gimana? Hahaha” jawabku sambil
bercanda.

Satu jam kita bertiga duduk sambil menghabiskan


minuman di atas meja. Siang semakin terasa
panas. Akhirnya kita pulang menuju rumah
masing-masing.

Sesampai di rumah, aku buka kado yang


Novi/Novia kasih tadi sebelumnya. aku masuk
kamar, aku tutup pintunya, dan aku buka dengan
hati yang berdebar-debar.

Memang kadang kalau sedang jatuh cinta


memang seperti itu. Hal sekecil apapun dari sang
gebetan atau pacar, bakal kamu simpen sampek
kapanpun itu. Bahkan kantong plastik dan kertas
kado yang dia pake bungkus kado tersebut aja,
aku simpen. Sampek Akhirnya di buang ibuku

31
sewaktu bersih-bersih kamar tanpa
sepengetahuanku dulu.

Isi kado tersebut sebuah kaos warna biru. Warna


kesukaan aku. Itu adalah kado pertama yang aku
dapatkan dari cewek, selain Kakakku dan Ibuku
sendiri. Sungguh tragis sekali.

Aku suka banget sama kaos itu. Maklumlah,


namanya juga dari orang yang spesial. Apalagi
dari pacar pertama, kan? Tiap kali kencan
dengannya, pasti aku pake kaos itu.

Bulan demi bulan kita berdua lewatin bersama.


Semua terasa lancar hingga akhirnya pada awal
tahun 2014, semua jadi terasa semakin menjauh.
Intensitas pacaran kita menurun. Biasanya selalu
kita sempetin untuk telfonan, bahkan dulu
sampek berjam-jam, terasa begitu panas di
telinga. Namun sekarang, telfonan sudah mulai
jarang. Apalagi ketemuan. Dulu yang awalnya
seminggu sekali, jadi dua minggu sekali, lalu jadi
sebulan sekali.

32
Di bulan ketiga, ada Job Fair di Magistra. Dimana
banyak perusahaan yang datang kesana untuk
menawarkan pekerjaan kepada Mahasiswa disitu.
Dari situ, aku dapet pekerjaan jadi seorang sales
yang menawarkan produk elektronik rumah
tangga.

Kerjaan tersebut, menuntut aku harus kerja 12


jam sampai 15 jam lebih. Apalagi kalau sedang
Roadshow ke luar pulau, bisa sebulan sampai 2
bulan. Dan, dari sini kita berdua sudah jarang
bertemu.

Perasaan dan kegalauan mulai melanda pikiran


aku. Apalagi aku mendengar kabar, kalau dia
deket dengan cowok yang rumahnya deket
dengan tempat dia bekerja. Yang konon katanya
awalnya benci, sekarang jadi deket. Tresno
jalaran soko kulino. Cinta tumbuh karena sudah
terbiasa.

Aku tau, kita berdua sama-sama sibuk. Tapi


selalu aku sempetin untuk kontak dia di setiap
kesempatan. Selalu aku sempetin, walau hanya
satu kalimat yang terkirim untuk memberikan
kabar, atau hanya sekedar menanyakan kabar.

33
Keraguan semakin tumbuh, seiring berjalannya
waktu. Teman-temannya mulai bilang ke Novia,
kalau aku keliatan nggak bahagia bersamanya. Ini
merupakan hal yang berbahaya, bahaya banget.

Salah satu faktor, cewek mutusin kamu itu, 60%


dipengaruhi oleh teman temannya dan
lingkungannya, 30% karena dirinya sendiri, dan
10% lainnya karena emang benar benar udah
nggak suka sama kamu.

Satu bulan aku di Malang, lalu satu bulan lagi di


Bali. Kita berdua masih tetap chating seperti
biasanya. Sesekali kirim Voice Note pakai aplikasi
WeChat. Kebetulan hari itu aku libur, jadi bisa
telfonan dengan dia.

“Udah pulang kerja?” tanyaku. Karena emang


waktu itu biasanya jamnya dia pulang kerja.

“Iya, ini masih beres beres. Kayaknya habis ini


mau jalan jalan nih, aku sama 3 orang lainnya.”

“Mau kemana?” sedikit penasaran.

“Mau ke kodam aja kok” jelasnya. “Di ajak Mbak


Silvia, temen kerjaku”

“Owalah, lalu yang dua lagi itu siapa?”

34
“Itu, cowok yang biasanya ke tempat kerjaku,
yang pernah suka sama aku itu. Sama pacarnya
Mbak Silvia juga”

“Ohh...” dengan sedikit menggerutu dan kesal,


“Jadi kencan gitu?”

“Enggaklah, Cuma jalan jalan biasa aja kok”,


jawabnya menjelaskan kepadaku.

“Hmm, yaudah. Coba deh lihat ke atas. Lihat


bulan purnamanya nggak disana?”

“Iya, kenapa?”

“Saat orang terpisah jauh sekalipun, mereka bisa


menjadi terasa begitu dekat saat mereka melihat
sebuah benda yang sama. Seperti saat ini yang
sedang kita lakukan”

Percakapan basa-basi kita, kurang lebih sekitar


30 menit sampai akhirnya telfonnya dia tutup.
Lalu, aku nggak mendapatkan kabarnya lagi
sampek keesokan harinya, sewaktu dia posting
fotonya di Facebook. Menjengkelkan sekali,
kadang itu yang aku rasakan.

Sewaktu di Bali, aku pernah kena sakit yang


parah banget. Seperti terkena radang di

35
tenggorokan. Mungkin penyakitku yang kambuh
lagi, persis sakitnya seperti waktu aku masih
belum kerja disini. Cuma kali ini, jauh lebih terasa
sakit, gitu aja.

Semua temen aku kerja semua. aku sendirian di


kos-kosan. Dengan kondisi suhu badan panas
banget, bahkan hanya untuk berdiri saja rasanya
udah kayak mau jatuh saja. Sarapannya pun
hanya sekedar minum energen, yang kebetulan
masih ada sisa satu bungkus.

Hingga siang pun menjelang. Lapar melanda, dan


aku harus minum obat untuk menurunkan panas
yang terasa. Obat yang aku minum Cuma obat
sakit kepala aja yang bisa kamu temuin di warung
warung biasanya. Maklum, waktu itu belum ada
uang untuk periksa ke dokter. Apalagi masih
„anak baru‟ di perusahaan tersebut yang komisi
hanya mengandalkan omset yang didapatkan
saja.

Dengan kondisi kelaparan seperti itu, aku nekat


pergi keluar jalan kaki untuk mencari makanan.
Untung saja banyak orang Jawa di daerah kos situ
yang jualan. Sambil berjalan gontai, menahan
agar badan nggak sampai terjatuh. Itu
merupakan pengalaman aku sakit yang paling
nggak mengenakkan. Banget.

36
Akhirnya satu bulan terlewati di Bali. Lalu kita
semua pindah Roadshow ke Surabaya, di East
Coast Mall. Disini aku punya kabar baik dan kabar
buruk. Kabar buruknya, satu minggu setelah
pameran, omset aku mati dan aku di suruh
training di Stand perusahaan ini yang dibuka di
PTC Mall. Kabar baiknya, Stand tersebut, aku
ketemu sama admin yang cakep dan comel,
namanya Diana. Dan untuk pertama kalinya,
mata aku selingkuh dengan memandanginya
terus.

Ngomong ngomong soal selingkuh, cowok


biasanya hanya selingkuh sekedar di mata saja.
Namun beda halnya dengan cewek, kalau
selingkuh sampai ke hati. Itulah alasan kenapa
cowok yang menjadi kepala keluarga. Karena kita
tahu, sekalipun ada yang lebih baik dari pasangan
kita, tak akan pernah bisa lebih baik dengan
pasangan kita sendiri.

Satu bulan di East Coast, kita berpindah lagi


pameran di Antrium Supermall Surabaya, dengan
lebar 1000 meter. Dan disana, aku satu pameran
sama Diana, si admin yang imut ini.

Satu minggu setelah pameran di buka, hal yang


paling nggak ku inginkan akhirnya datang juga.
Waktu itu, aku istirahat di Musholla yang letaknya

37
di lantai 3 di mall tersebut. Tiba tiba panggilan
masuk darinya, Pacar aku.

“Halo, lagi ngapain?” tanya dia.

“Lagi istirahat ini. Habis makan siang juga. Udah


makan kamu?” seperti biasa, basa basi terlebih
dahulu.

“Sudah kok. Aku ada yang ku omongin nih.”

“Wah, ngomong apaan nih? Jangan bikin deg


deg.an kayak gini dong”, tiba tiba cemas
melanda.

“Kita udahan aja ya? Kita putus...” dengan


suaranya yang pelan.

“Putus ? kenapa?” seketika semua tulang di tubuh


remuk, serasa berjalan pun takkan sanggup.

“Nggak apa apa. Maaf yaa. Semoga kamu baik


baik saja” jawabnya. Dan telepon tersebut
langsung berakhir.

Waktu itu, aku nangis. Meskipun dengan sekuat


hati aku tahan agar tidak keluar air mata. Apalagi
saat itu masih posisi sedang bekerja. Ku kembali
ke mushola lagi untuk mencuci muka, lalu
kembali bekerja untuk melupakan masalah
tersebut sejenak.

38
Kerja serasa seperti orang linglung. Nggak bisa
fokus sama sekali saat itu. Bahkan saat
berhadapan dengan customer, hanya bengong
saja saat senior yang satu tim denganku
menjelaskan produk kepada customer.

Dua hari setelah kejadian itu, aku minta untuk


libur dari aktifitas pekerjaan terlebih dahulu.
Selama dua hari tersebut juga, kita berdua sudah
tidak ada komunikasi sama sekali. aku putuskan
untuk menemuinya secara langsung.

Setelah aku fikir fikir, saat ulang tahunnya dia


sebelumnya hanya aku belikan baju dengan
sablon bertuliskan nama Panggilan kita berdua.
„Fhee‟ dan „Ara‟. Kali ini, akan ku berikan sesuatu
yang berbeda.

Sebelum ke tempat kos-kosan dia, aku sempetin


ke Mall terlebih dahulu untuk membelikan dia
sesuatu yang menarik. Ternyata benda yang aku
beli saat itu ukurannya cukup besar. Dan cukup
memalukan untuk membawanya keluar dari Mall,
seorang cowok dengan barang barang yang
cewek banget.

Sebelumnya, aku chat dulu sama dia untuk ajak


ketemuan. Kali ini, kita hanya bertemu di pinggir
jalan saja. Saat ketemupun, kita bahkan tidak
berkata apapun. Hanya satu kalimat yang terucap

39
saat memberikan kado tersebut. “Ini kado
untukmu”, “Terima kasih” jawabnya. Langsung
aku berbalik badan dan langsung segera pulang
untuk nangis lagi di kos kosan. Bahkan rencana
aku buat peluk dia untuk terakhir kalinya pun
gagal, karena betapa pedihnya patah hati
tersebut.

Memang cinta pertama itu terasa begitu indah


dan paling melekat di hati. Namun, cinta
terakhirlah yang terbaik, karena dialah yang akan
selalu bersamamu. Meskipun di hati selalu masih
ada si „cinta pertama‟ tersebut yang masih
membekas.

40
CHAPTER 4
Romansa
dan
Sekali Lagi

41
Setiap orang pasti pernah merasakan patah hati.
Entah itu patah hati dengan pacar, atau hanya
sekedar patah hati dengan seseorang yang
bahkan namanya saja kamu nggak tau. Namun,
disetiap patah hati tersebut, kita pasti akan
berubah. Entah berubah menjadi lebih baik, atau
malahan berubah ke arah buruk.

Salah satu cerita patah hati aku kali ini, pas di


kamukasi kerja. Kerja selama 12 jam sampai 15
jam seperti itu, hanya bertemu dengan orang
orang itu saja. Bahkan hanya sekedar untuk
kenalan dengan cewek lain yang lalu lalang di Mall
tersebut saja nggak bakal sempet. Alhasil, sering
terjadinya cinlok pada suasana seperti ini.

Tidak terkecuali olehku. Hal itu pun pernah aku


rasain. Setelah putus dengan Novia, rasanya aku
bisa bebas untuk deketin cewek manapun. Salah
satunya, cewek yang aku suka yaitu Diana.

Namun Diana ini, merupakan cinta aku yang


hanya lewat dikehidupan aku saat itu. Yang bisa
aku lakukan hanya melihatnya, meliriknya, dan
sesekali menggodanya. Salah satunya pas aku
lagi presentasi di PTC itu.

42
“Sebentar ya Bu, saya isi datanya dulu.” aku
permisi ke customer aku, sambil membawa
KTPnya tersebut. Lalu senior aku mulai
menjelaskan produknya. Dan kebetulan, bulpoin
aku ilang.

Langsung aku lari ke meja admin. “Mbak admin,


pinjem pulpennya ya” sambil tersenyum ke Diana.

“Yaudah, nanti kembalikan ya” sambil


memberikan bulpoin tersebut, dia senyum
padaku. Sungguh membuat hati ini meleleh.

Bulpoin merupakan senjata buat kita para sales.


Apalagi buat admin yang kerjaannya nulis terus.
Sangat penting. Jadi ketika hilang, atau
bulpoinnya habis, terasa seperti sebuah bencana.
Lebay ya?

Sering kali aku kehilangan bulpoin aku. Dan, pas


hilang itulah merupakan kesempatan aku buat
ngelihat dia dari deket dengan waktu yang agak
lama.

Dari yang awalnya senyum, kini pas aku pinjem


bulpoinnya, dia mulai memajukan bibirnya,
manyun seperti bebek saja. Kadang kita
berantem, padahal aku tau kalau itu kesalahanku.
Ya, itu salah satu usaha aku buat menjadi figuran
utama dikehidupannya, biar dia ingat sama aku.

43
Kisah aku dengannya hanya sebatas curi curi
pandang saja. Hanya cinta yang tak terbalaskan.
Kadang aku merasa patah hati saat dengar
gosipnya tentang dia deket sama cowok lain.

Satu bulan berlalu, aku satu group, di kirim untuk


pameran di Medan, Sumatra Utara. Rencana
awalnya adalah pameran di Medan selama satu
bulan saja. Disini kita mendapatkan tempat kos
yang kumuh, sangat tidak layak. Apalagi, di lantai
bawah isinya cewek cewek yang kerjanya menjual
diri mereka.

Aku disini nggak ketemu sama Diana lagi. Bahkan


hanya sekedar chat saja tidak pernah. Emang
waktu itu, aku nggak tau kontak dia sama sekali.

Di Medan, kebnyakan makanannya murah murah.


Hanya saja, setiap hari uang jajan kita habis
untuk transportasi kesana kemari.

Aku punya pengalaman paling menggelikan


seumur hidup aku. Waktu itu, aku sama Firda,
habis pulang kerja. Emang aku sama Firda ini
kerja di perusahaan ini bareng, dan kita kebetulan
satu Group.

Waktu sudah semakin larut malam. Jalanan


begitu sepi dan sunyi. Hanya langkah kaki kita
berdua yang terdengan di jalanan tersebut.

44
Dengan suara krusak krusuk dari kantong plastik
berisikan nasi goreng yang sedang kita bawa.

Lalu munculnya sosok wanita yang umurnya


kurang lebih sekitar 50 tahun. Di depan rumahnya
yang agak gelap dengan lampu yang remang
remang. Bajunya menggunakan daster panjang,
dan terlihat agak lusuh.

Kita berdua jalan tanpa berkata sedikitpun.


Dengan sesekali melirik ke kanan dan kiri. Llau
tiba tiba wanita tersebut memanggil kita berdua.

“Mas mas, lagi apa mas?” dengan suaranya yang


agak lemah.

“Habis pulang kerja Tante”, jawabku.

“Itu bawa apa mas?” tanya dia basa basi.

“Nasi goreng, Tante” jawab Firda. Perasaan kita


berdua mulai was was. Apalagi malam begitu
sepi, dan kita berada di tempat yang masih asing
buat kita.

“Sini kamuh mas mampir” sambil melambai


lambai ke kita.

“Enggak deh tante, makasih” jawab kita berdua


kompak.

45
Lalu kita berdua melangkahkan kaki dengan
cepat, dengan ketakutan terhadap tante tersebut.
Takut di ajak untuk hal yang tidak tidak, lalu kita
di paksa memberikan uang kita, kalau tidak nanti
titit kita bisa potong. Begitulah bayangan kita
berdua saat itu. Setelah melewati rumah tersebut,
kita berdua lari terbirit birit sambil teriak
ketakutan.

Kesialan pun pernah kita rasakan. Kos kosan yang


kita tinggali benar benar tidak layak sama sekali.
Bahkan pernah kejadian, sewaktu hujan begitu
deras dan kita bertiga sedang kerja. Sewaktu
pulang, kamar kos kita kebanjiran. Kasur yang
biasa kita pakai basah semuanya. Karena
kejadian itu, kita berempat masing masing
mengungsi ke tempat kos group dari Jakarta yang
memang memiliki tempat lebih bagus daripada
yang kita tempati.

Setelah kejadian tersebut, akhirnya kita berempat


memutuskan untuk mencari kos kosan lain
dengan biaya sewa dari kita sendiri. Dan
dapatkan sebuah kamar kos yang sangat bersih,
dengan kamar mandi di dalam.

Kabar buruk datang dari Manager Group aku.


Waktu itu, hanya beberapa sebelum jadwal kita
semua kembali ke Roadshow selanjutnya. Namun
kabar buruk keluar dari mulut Manager aku.

46
“Kita pameran disini diperpanjang satu bulan
lagi.”

“Loh kok diperpanjang. Katanya kita mau ke


Yogjakarta setelah dari Medan?” Tanya
supervisior teamku.

“Iya, rencana dari pusat berubah. Kita akan


diperpanjang satu bulan lagi.”

“Yahh...” seru kita para sales salesnya.

“Tapi nanti coba saya usulkan ke pusat untuk


memberikan kompensasi berupa liburan ke Danau
Toba selama 3 hari, tapi dengan syarat harus
capai ompet sekian” jelasnya menenangkan kita.

“Apaaa? Gak kebanyakan itu targetnya?” tanyaku.

“Makanya usaha dulu Rif. Kalau kalian kompak,


pasti bisa capai kok Group kita ini”

Dan akhirnya dengan terpaksa kita semua


menjalaninya. Kabar soal Diana juga sudah
pernah terdengar lagi. Namun, sepertinya Firda
diam diam deketin Diana ini.

Suatu saat di kos, Firda tanya ke aku dan Ifan


soal Diana.

“Rif, kamu naksir sama Diana gak?” tanya dia.

47
“Enggaklah, ngobrol aja jarang. Chat juga nggak
pernah. Bisa suka darimana coba?” Jawabku,
bohong.

“Kalo kamu Fan? Dulu katanya kamu pernah suka


sama Diana juga?” berganti tanya ke Ifan.

“Halah, dia waktu anak baru kamuh pernah deket


sama aku. Pernah mau aku tembak dia. Kalo aku
mau, pasti langsung diterima sama dia. Tapi
akunya aja yang nggak mau sih” Jawab dia
dengan sewot, bohong juga. aku tau kalo Ifan
juga masih suka sama Diana ini.

“Yaudah, ini soalnya lagi PDKT sama dia. Jadi


nggak ada masalah kan sama kalian” jelasnya.

“Iya, nggak apa apa kok” jawabku. Ifan asik


lanjut lihat Youtube lagi.

“Sini Rif, coba lihat. aku lagi chat sama Diana ini”
panggil aku buat pamerin chatnya dia yang udah
mulai dekat sama Diana.

“Oh... udah deket ya. Kapan kamu dapet


kontaknya?” dengan ekspresi aku yang datar.

“Ada deh,, hehehe. aku gituloh” dengan banggain


ke-playboy-annya.

48
Satu bulan berlalu. aku hanya dapet kabar soal
Diana hanya pas dia lagi pamer saja. Dan
akhirnya Group kita kembali lagi ke Surabaya.
Tim aku pameran di TP Surabaya. Dan timnya
Firda, di kirim ke Ambarrukmo Plaza, Yogyakarta.
Dan yang menjadi adminnya disana adalah Diana
ini. Cewek yang banyak ditaksir oleh cowok cowok
di tempat kerja aku.

Sesekali aku video call sama Firda, dan ada Diana


disana. Tapi aku malu banget sewaktu video call
dikasih ke Diana. Langsung aku kasihin ke Ifan
buat mereka ngobrol. Blushing.

Sewaktunya tim Yogyakarta kembali ke Surabaya,


aku dapet kabar kalau Firda jadian sama Diana.
Dan ini patah hati aku yang kedua kalinya pada
orang yang sama. Tapi aku nggak terlalu
memikirkannya. Bahkan aku belum pernah sama
sekali berusaha untuk deketin Diana ini.

Dua minggu setelah ketemu dengan Diana lagi,


Group aku di kirim ke Banjarmasin, Kalimantan.
Di Banjarmasin, aku PDKT sama Diah, salah satu
„anak baru‟ yang masih satu Group sama aku.
Tidak putih Diana, tapi Diah punya wajah yang
cukup manis. Namun, seperti biasa. Hanyalah
sebuah cinta yang bertepuk sebelah tangan.

49
September 2014, Diana resign sewaktu satu
pameran sama aku di PTC Mall, Surabaya. Sejak
saat itu, aku nggak pernah dapet kabar dari dia
lagi. Awal tahun 2015, aku resign juga dari
perusahaan tersebut dengan baik baik.

11 Januari 2015, tiba tiba Diana kirim message ke


aku lewat Facebook. Pesannya seperti ini.

Arif
Maaf aku mau tanyak sesuatu sama kamu
Aku gak tau gimana hubungin kamu karena aku
wa kamu pun sepertinya wa mu ga aktif
Makanya aku message kamuu
Kalau kamu udah baca message aku
Pliss balas yah
Terima kasih Arif..

4 Hari setelah pesan itu di kirim, baru aku baca


pesan tersebut. Karena pesan tersebut masuk ke
dalam folder spam. Maklum sih, kan belum
berteman kita di Facebook.

Setelah aku bales, dia nggak jawab sama sekali.


Sial, aku di kacangin. Satu tahun kita jarang
banget komunikasi. Hanya sebatas komentar di
Facebook, atau foto yang dia pasang di BBM.

50
Itupun, dia duluan yang invite PIN BBM aku.
Kalau gak gitu, mana mungkin kita berdua bisa
komunikasi.

November 2015, aku dapet pakerjaan di sebuah


perhotelan yang baru diresmikan. aku dapet
posisi sebagai Housekeeping, sebelum akhirnya
sekarang menjadi Sekretaris.

Desember 2015, aku dapet kabar dari Wahyu,


kalau dia putus dengan Firda. Dan aku pastiin
juga ke Firda langsung, kalau emang dah putus
mereka berdua. Seperti biasa, hanya sebatas chat
singkat, lalu nggak ada chat lagi sama sekali.

Lalu, Januari 2016, aku membuat status di BBM,


“pengen jalan jalan nih, kemana ya? Surabaya
atau Malang?”. Dan status itu di tanggepin sama
Diana. Sejak saat itulah, aku deket sama Diana.

Dua minggu setelah status itu, aku sama dia


semakin deket. Walaupun dia sudah tau maksud
aku deketin apa, dan dia masih ragu sama aku.
Hingga suatu saat, dia kasih lampu hijau ke aku.

“Kamu nggak apa apa ta deket sama aku?” tanya


dia cemas.

“Kenapa emang e?” heran, “yaa nggak apa apa


sih”

51
“Kan kamu temend deket sama Firda, ntar gara
gara kamu deket sama aku, kalian berantem lagi”
jelasnya, masih dengan perasaan cemasnya.

“Enggak apa apalah. Aku tanya langsung aja nih


sama dia ya”

“Berani kamu?” tanya dia. Belum sempat aku


jawab, aku chat ke Firda.

“Fir, udah putus beneran sama Diana?”

“Iya Rif.”

“Kenapa putus sama Diana?” tanyaku penasaran.

“Nggak tau Rif. Tiba tiba dia minta putus sama


aku. Sekarang aku deketin dia pun, dia nggak
ngerespon sama sekali” jelasnya, dengan sedih.

“Hahaha, kalo gitu, aku deketin Diana ya? kamu


nggak apa apa kan?” tanyaku.

“Iya nggak apa apa. Udah nggak ada harapan


buat aku Rif. Tau gini, dulu aku perlakuin aja
sama kayak cewek aku yang lainnya” jawabnya.

“Woloh, ojok aneh aneh nguru Fir, Serem kamuh”


jawabku sewot, “ Jadi nggak apa apa kan aku
deketin dia”

“Iya nggak apa apa kok Rif” Jawabnya.

52
Setelah itu, aku tunjukin chat aku sama Firda.
Lalu tiba-tiba Diana bilang sesuatu yang
mengejutkan buat aku.

“Duhh... aku sayang juga kamu”

Tanpa ada apa apa, tiba tiba dia bilang seperti itu.
aku pura pura bodoh saja. aku tanya balik aja.

“Saya sama siapa?” dengan wajah polos.

“Ya sama kamulah, emang sama siapa lagi”


jawabnya sewot.

“Hmmm,, mau lanjut ke tinggat yang lebih nggak


hubungan kita?” tanyaku. Blushing.

“Iya, mau Rif” jawabnya. “Pacaran yuk”, sahutku.

Dan sejak saat itu, aku sekali lagi jatuh cinta


dengan seseorang dan terbalaskan. Sekali lagi
aku pacaran. Sekali lagi aku menjalin hubungan
dengan orang lain. Dan sekali lagi, aku
mengambil jalan dimana akan merasakan patah
hati lagi.

53
CHAPTER 5
Romansa, Jarak,
dan
Ujung Jalan

54
Saat patah hati, ada beberapa tipe orang galau.
Pertama adalah tipe yang normal. Mereka akan
galau, tidak nafsu makan, dan susah untuk
senyum. Kedua adalah tipe yang unik. Mereka
secara tiba tiba ngalahin Mario Teguh kalau
sedang membuat Quote. Statusnya di BBM, FB,
IG, Twitter, Path, dan lainnya,, semua berisikan
quote soal cinta. Lama lama bakal muncul acara
TV yang judulnya “Orang Galau, Diamond Ways”
dengan pembawa acara orang galau stadium
akhir, yang penontonnya mereka yang baru sekali
atau dua kali patah hati.

Beda halnya dengan saat jatuh cinta. Ada dua


tipe orang yang sedang jatuh cinta. Pertama,
mereka yang bahagianya dibagi bagikan.
Memasang foto pasangannya di sosmed, upload
foto pasangannya di sosmed, trus bikin status
romantis tentang dia dan pacarnya. Yang liatin
orang orang jomblo, termasuk mantannya. Terus
jomblowan dan jomblowati ini mendoakan agar
mereka langgeng, padahal dalam hati berdoa
agar setiap mereka merencakan untuk kencan,
hujan bakal turun mengguyur. Kanvret banget.

Lalu yang kedua, mereka yang berpasangan


namun tidak terlalu mengeksposnya. Biasanya
hubungan mereka lebih langgeng. Yang
mengetahuinya hanya beberapa orang saja.

55
Selain itu, tidak ada orang lain yang iri akan
hubungan mereka. Resiko Cuma satu aja, nanti
pasangan kamu bakal ngaku jomblo, dan lirik
sana sini nyari gebetan baru.

Hubungan aku dan Diana berjalan dengan lancar


dan baik baik saja. Semua terasa begitu indah
dan menyenangkan. Bahkan, kita membuat
banyak rencan rencan yang akan kita lakukan di
masa depan nanti.

Contohnya saja, seperti apa nanti keluarga kita,


bagaimana kita dalam menidurkan anak kita, lalu
bermain kartu bersama. Atau rencana untuk
berbelanja sesekali untuk membeli baju baru.
Juga rencana untuk ajak Diana makan di luar
kalau dia sedang tidak mood untuk masak. Dan
sebagainya. Rencana rencana indah sudah kita
susun berdua sejak itu. Dan aku pun juga punya
rencana untuk pindah pekerjaan dan menjadi
tempat tinggal yang dekat dengan rumahnya di
Surabaya.

Hubungan kita terpisah jarak 60 Km panjangnya.


Ya, hubungan kamung Distance Relationship.
Sebuah hubungan yang paling ditakutkan
kebanyakan orang, karena jarangnya pertemuan
dan komunikasi secara langsung.

56
Tapi, sudah ku mantapkan bahwa aku bakal setia
sama Diana, dan menjalani hubungan ini dengan
memberikan kepercayaan kepadanya. Salah satu
hal yang diperlukan untuk sebuah hubungan LDR
memanglah sebuah kepercayaan.

Kita juga punya panggilan sayang yang unik.


Berawal dari chat yang lucu lucuan, berakhir
dengan panggilan yang lucu pula.

“Diana, oh Diana. Assalamuaikum”

“Waalaikumsalam. Ada apa atok Arif”

“Hahaha, kok atok? Kakek kakek dong? Tak


patututttt...” jawabku dengan kamugat di acara
Upin Ipin

“Hahaha, lah terus jawab apa dong?”

“Nggak tau, pikir aja sendiri, weekkk”. “Eh, coba


lihat foto ponakanku nih” sambil ku tunjukin
fotonya Zahwa kepadanya

“Wah.. comelnyaaaa”

“Iya dong, comel comel comel. Kayak kamu Yang,


comel kan? Hehe”

“haha, apaan cobak kamu nih. Bisa aja”

57
“Yaudah, aku panggil kamu „comel‟ aja ya Yang,
buat panggilan sayang ke kamu, hehe” tanyaku.

“Lah, terus aku panggil apa dong?” tanya dia,


bingung.

“Terserah kamu, pikirin aja sendiri. Hahaha”

“Halah, bantulah cariin nama yang pas buat


kamu”

Dan sejak saat itu, aku punya panggilan sayang


buat dia. aku panggil „comel‟. Bahkan, sampai
sekarang temen temennya juga menggunakan
panggilan „comel‟ tersebut.

Pada bulan Juli 2016, aku di ajak sama temen aku


buat kumpul kumpul. aku setujuin aja tanpa
tanya apapun. Sewaktu sudah mendekati jam
yang di tentukan, aku tanya ke temen aku.

“Rat, siapa aja yang iku?” tanyaku ke Ratna.

“Banyak Rif, nanti kita ajak Alwi, Moho, Edy,


Novia, Yustin, Astin, dan lainnya. Anak TKJ semua
pokok e” jelasnya.

58
Tempat kumpulnya ditentukan di rumahnya Astin.
Cukup jauh dari rumahku. aku datang tepat di
jam yang sudah ditentukan. aku hanya melihat
satu motor aja disana. Lalu muncullah Novia
sama Ratna dari rumah Astin.

“Sini masuk o Rif” ajak dia buat masuk ke dalam


rumah Astin.

“Loh, siapa aja yang ikut?” sambil berjalan masuk


ke dalam.

“Hanya kita berempat tok Rif. Aku, kamu, Novia,


sama Astin aja. Novi kamuh tadi wes tak suruh
sms Alwi” jelasnya, kebanyakan alasan.

“Arek arek kamuh ndak ada yang bales SMSku.


Yaudah Cuma kita berempat aja”

Karena sudah terlanjur ikut, akhirnya aku


memutuskan untuk tidak pulang. Toh, mereka
semua temen temenku sewaktu masih SMK.
Meskipun salah satunya adalah mantanku. Lalu
kita berkunjung ke rumahnya Aris, cewek, untuk
menemui anaknya yang baru berusia 1 tahun.

Sesampai disana, Aris mengajaknya untuk makan


di Lesehan Kebun Pakis, tempat suaminya
bekerja. Kita berlima pergi ke kamukasi, dan

59
memesan satu tempat beserta paket makanan
untuk lima orang.

Kita makan bersama disana. Hanya aku sendirian


cowok yang ikutan acara tersebut. Tak lupa juga,
kiita foto foto bersama. Dan aku upload foto
tersebut ke akun Instagram aku.

Dari sana, Diana marah karena aku makan


bareng tersebut sama temen temen aku.
Alasannya dia marah, karena waktu itu aku cowok
sendirian. Dan juga, disana ada mantan aku.
Apalagi foto kita berlima aku upload di sosmed.
Marahnya dia pun menjadi jadi.

Memang dia tidak marah hebat. Tapi, secara sikap


dia berubah banget, dan terlihat jelas. Bahkan,
satu bulan setelah kejadian itu, aku sempat bahas
hal itu. Dia langsung marah hebat, dan
mengungkit permasalahan kenapa dia marah.

September 2016, hari ini ulang tahun dia. aku


sengaja mau kasih surprize ke dia dengan datang
secara tiba tiba kerumahnya. Tapi, sebenarnya
aku nggak dibolehin ke Surabaya sama dia,
dengan alasan dia punya trauma dengan bulan
September dengan pacarnya sebelum
sebelumnya. Padahal September kan tidak punya
salah apa apa dengan trauma tersebut ?

60
Satu kotak kue tanpa sebuah kado, ku berikan
tepat di tempat kerjanya. Dan juga, satu kotak
biskuit stik rasa teh hijau bersama satu botol teh
susu menemani sedikit obrolan kita di teras
AlfaMart tersebut. Tak lama kemudian, aku anter
dia pulang lalu pergi kencan yang sederhana
bersamanya.

Sore menjelang, ku antar dia pulang kembali ke


rumah. Begitupun aku, melanjutkan pulang
kembali ke rumah dengan perasaan yang
menyegarkan.

Permasalahan datang silih berganti. Bahkan


sampai hampir kata putus terucap diantara kita
berdua. Selama beberapa bulan setelah kejadian
di bulan Juli sebelumnya, masalah selalu ada
menghampiri hubungan kita berdua. Hingga
puncaknya pada bulan Desember. Suasana
menjadi begitu runyam dan tidak nyaman.

Tapi, kita tetap berjuang bersama hingga sampai


di tahun 2017. Di bulan Januari, dia dipindahkan
tempat kerja ke daerah Wiyung Regency karena
Alfa sebelumnya sudah ditutup. Selama beberapa
hari, dia mendapatkan beberapa bantuan dari
cabang lain. Saat itulah dia bertemu dengan
Nanda. Selain itu, disana dia juga bertemu
dengan teman lamanya seperti Murni, dan
Lainnya.

61
CHAPTER 6
Romansa
dan
Awal yang Baru

62
Salah satu yang membuat menarik ketika
membaca buku adalah alur ceritanya. Ditambah
lagi dengan adegan lucu yang tersirat di dalam
buku tersebut. Contohnya dalam buku ini.

Buku ini memiliki kelebihan dan kekurangan.


Bahkan banyak kelebihan yang bisa kita dapatkan
setelah membaca buku ini sampai di bab ini.
Contohnya saja kelebihan kekurangan.

Lucunya, sampai di bab ini, tidak ada satu bagian


pun yang memiliki adegan lucu. Begitupun kalian
membacanya sampai di bab ini.

Salah satu faktor yang mempengaruhi fikiran


seorang wanita adalah teman temannya. Karena
wanita menggunakan perasaan, jadi mereka
sangat mudah untuk berubah ketika
mendengarkan ucapan ucapan temannya. Seperti
halnya yang sudah terjadi pada hubunganku
dengan Novia sebelumnya. Sebenarnya, saat
dengan Diana ini, hubuganku juga tak luput dari
campur tangan teman temannya.

Misalnya saja waktu bulan November kemarin. Bu


Tanti, salah satu teman kerjanya Diana,
mengajaknya untuk jalan jalan bersama dengan
pasangan masing masing. Sebelum aku

63
memberikan jawaban, aku bertanya kepada Diana
terlebih dahulu.

“Yang, itu Bu Ros ajak kita buat jalan jalan


shoping lagi. Gimana? Mau ikut?” tanyaku kepada
Diana.

“Kayak e enggak dulu deh. Apalagi tanggal tua


seperti ini” Jawab dia dengan sedikit keraguan.

“Yaudah, nggak apa apa. Aku juga mau hemat


kok” Ku coba untuk meyakinkan pilihannya
dengan menyetujuinya. “Yaudah, enggak ikut nih
ya. Aku tolak kalo gitu” lanjutku.

“Iya, gak pa pa”

Lalu, aku chat ke Bu Tanti dan Mbak Murni,


bahwa kita berdua tidak bisa ikut. Namun Mbak
Murni sedikit memaksa dan akhirnya menyerah
dengan keputusan kita berdua. Apalagi saat itu,
AM mereka akan segera tutup dan tim mereka
akan dipisah pisah. Makanya mereka mencoba
untuk memaksa kita.

Entah apa yang terjadi di AM waktu itu. Mungkin


Diana diberikan jampi jampi dari Dukun yang
menyemburkan segelas air, atau mendapatkan
rayuan maut, hingga Diana mencoba untuk

64
berbohong kepadaku. Untuk pertama kalinya, dia
berbohong.

Namun Feelingku terasa tidak enak waktu di hari


H, dimana rencana untuk Double Date tersebut
berlangsung.

PAGI

“Beneran tah kamu ini nanti nggak ikut? Kalau


mau ikut yaa gak apa apa. Nanti pulang kerja aku
langsung kesana.” Tanyaku meyakinkan dia sekali
lagi dengan keputusannya.

“Entahlah nanti siang. Enggak tau aku” jawabnya


dengan keraguan.

SIANG

“Jadi gimana nanti ?” tanyaku sekali lagi

“Kayak e aku ikutan deh” jawabnya

“Sendirian?” tanyaku, penasaran.

“Entahlah”.

“Yaudah, nanti aku temenin. Aku ikutan aja


kesana” jawabku. “Jam 6 kan kumpulnya? Aku
usahain bisa sampai disana tepat waktu”

65
“Loh, enggak usah. Udah ada temennya kok aku.
Aku pasangan sama temenku. Dia customerku
yang baik. Udah langganan sama AM gitu.”

Aku enggak terima dengan kondisi tersebut. Dan


saat itu pula, aku memutuskan untuk langsung ke
Surabaya usai pulang kerja.

Di tengah perjalanan, Diana telfon kepadaku


mencoba untuk membujukku. Yang akhirnya, dia
memutuskan untuk tidak ikut dengan acara
tersebut dengan syarat aku harus kembali ke
rumah.

Setelah itu, kita tidak berhubungan lagi selama


beberapa jam. Aku tetap melanjutkan ke
Surabaya, tanpa bilang ke Diana terlebih dahulu.
Sampai disana tepat pukul 6 sore. Dan saat itu
sepertinya dia sedang tidur.

Bingung nggak tau harus ngapain, muter muter


komlek di Lidah Wetan pun ku lakukan. Sampai
akhirnya, berhenti di pom bensin, sendirian,
termenung diam, dengan memegang handphone,
berharap mendapatkan pesan darinya.

66
Jam 7 sore, akhirnya dia membalas pesanku.
Dengan sedikit basa basi, kita ngobrol lewat chat
saja. Lalu iseng ku tunjukkan lokasiku kepadanya.

“Nih, coba lihat” Glymse, salah satu fitur di BBM.

“Loh, apa ini?” tanya dia yang memang belum


paham soal Glymse.

“Itu lokasiku saat ini. Coba lihat”

“Loh, dimana kamu? Di Surabaya?” tanya dia,


kaget.

“Iya, ehehhe. Lagi di pom bensin dekat rumah


kamu ini”

“Ya ampun, kamu ini loh. Yaudah, sini jemput


aku” jawab dia, bahagia.

Langsung ku pacu motorku ke rumahnya. Kita


ngobrol beberapa menit, sebelum akhirnya kita
berdua memutuskan untuk membeli bakso di
pinggir jalan, tempat langganan dia beli bakso.
Menyenangkan.

Januari, dia bertemu dengan Nanda. Waktu itu,


terjadi sesuatu di AM barunya Diana. Tiba tiba,
Nanda chat Diana melalui fitur Instagram.
Awalnya biasa biasa saja, lalu akhirnya Nanda
meminta PIN BBM milik Diana. Biasanya tidak

67
pernah Diana memberikan PINnya kepada orang
lain yang belum dekat, namun kali ini berbeda.
Kecurigaanku muncul.

Pertengahan Januari, tepat satu tahun hubungan


kita. Kita berdua habiskan waktu berdua di Food
Juction. Kita tukar kado juga disana. Dia
memberikan aku sebuah surat dan juga kaos
yang dia beli sendiri waktu itu.

Ada hal lucu sewaktu dia beli kaos tersebut.


Waktu itu masih jam kerjaku. Tiba-tiba, dia
telefon kepadaku menanyakan arah jalan sambil
terisak-isak menangis.

“Rif, aku nggak tau dimana. Tolong aku” tanya dia


sambil menangis.

“Loh, kamu dimana?” tanyaku,kaget.

“Enggak tau. Aku habis dari TP Mall. Pas aku


pulang, aku nggak tau jalannya” Jelasnya, terisak
isak menangis.

Aku gak tau, harus ketawa atau khawatir dulu.


Rasanya begitu menggelikan. Berangkatnya tau
jalan, pulangnya nyasar. Apalagi dia nggak bisa
baca Maps atau GPS. Jadi khawatir juga dengan
itu. Apalagi sudah malam dan dia sendirian.

68
Ternyata, waktu itu dia membelikan baju untuk
kado buat kita. Dan dia juga membeli baju buat
dia sendiri, dimana rencananya kedua baju
tersebut, akan kita pakai sewaktu kita jalan jalan
ke Wisata Bahari Lamongan.

Bodohnya, sewaktu kita kencan tersebut, aku


menanyakan perihal kedekatannya dengan
Nanda. Mungkin dia merasa tidak nyaman dengan
pertanyaanku. Dan dia tiba tiba tidak mau
menunjukkan Hpnya yang membuatku semakin
curiga. Padahal sebelumnya bukan menjadi
masalah untuk kita bertukaran HP sekedar
melihat halaman beranda sosmed masing masing.

Malam itu, berbeda.

Akhirnya, setelah perjalanan pulang, kita


berantem lagi. Ya, di hari jadi kita, kita berantem,
hebat.

Februari, awal bulan, dia jalan jalan dengan


temannya. Sewaktu ku tanya, dia menjawab
bahwa akan jalan jalan dengan temannya, ramai
ramai, cewek semua. Aku percaya, sepenuhnya.

Pertengahan Februari, aku menemui dia di AM


barunya. Kebetulan waktu itu kita ada rencana
untuk jalan jalan ke Sutos dan beberapa tempat
lainnya. Rencana aku mau memberikan dia film

69
sesuai dengan permintaannya sebelumnya. Aku
pinjam HP miliknya.

Entah malaikat mana yang membisikan di


telingaku, yang membuatku merasa gundah dan
hati terasa sakit. Padahal belum terjadi apa apa.
Aku buka Whatsapp dia, dan aku penasaran
dengan chatnya bersama Bu Tanti, tiga hari yang
lalu yang sempat ditunjukkan kepadaku oleh
Diana.

Mengejutkan, ternyata waktu itu dia keluar bedua


dengan Nanda ke Kodam. Berdua, berkencan. Aku
lihat curhatannya dia ke Bu Tanti, yang terlihat
senang dan bahagia dengan kencannya bersama
Nanda tersebut. Salah satu orang KETIGA yang
mengganggu hubungan kita, namun ini sangat
dalam.

Tanganku gemetar, bahkan berdiri saja dari


motor yang ku duduki itu saja rasanya tidak kuat.
Air mata rasanya mau turun, dengan deras. Tiba
tiba, handphone yang ku pegang terasa begitu
berat, berat sekali. Ku tekan semua emosiku, dan
ku coba untuk berfikiran secara tenang. Aku foto
semua bukti chat tersebut, untuk ku tunjukkan
kepadanya ketika dia tidak mengaku.

70
Akhirnya, dia selesai dengan pekerjaannya. Aku
antar dia kembali ke rumahnya untuk ganti
pakaian sebelum kita pergi kencan.

“Diana.... “ tanyaku, dengan suara yang berat.

“Ya, kenapa?” tanya dia.

“Aku tadi hapus akun BBMnya Nanda, aku blok.


Nggak apa apa kan?” mau nangis.

“Loh, apa apaa!!! Kenapa?? Kok bisa??”


jawabnya, histeris.

“Enggak apa apa sih, hehe. Kemarin kamu jalan


jalan sama dia kan?” tanyaku, berat.

“Enggak kok. Sama temenku cewek.” Jawabnya,


bohong.

“Aku tadi baca chat kamu sama Bu Tanti, maaf


ya”

“Iya, gak apa apa”

Suasana begitu tidak enak sekali selama


perjalanan pulang. Bahkan saat berangkat ke
Sutos, kita berdua berpura-pura seolah olah tidak
terjadi apa apa. Sangat tidak menikmati suasana
malam itu.

71
Akhirnya kita memilih makan di salah satu Junk
Food, Fast Food. Selesai makan, aku menanyakan
kembali perihal tersebut dengan cemilan kentang
goreng dan es krim di meja kita. Awalnya dia
tidak mengakui mengenai jalan bersama Nanda,
yang sampai akhirnya mengaku setelah aku
mengancamnya.

Tapi dia tidak mau itu disebut perselingkuhan,


hanya „main‟ saja. Ya, „main‟ saja.

Awal Maret, kita kencan ke Daerah Pacet,


Mojokerto. Kita jalan jalan berdua, sangat
menyenangkan. Meskipun saat itu sedikit di guyur
oleh hujan. Perjalanan terakhir kita ke pemandian
air panas, Padusan.

Kasus terulang kembali, sama seperti di bulan


Januari. Dia tidak mau memberikan Hpnya
kepadaku. Sepertinya ada yang dia rahasiakan
dariku. Perjalanan pulang, kita kembali
bertengkar hebat. Namun kita mencoba berpura
pura baik baik saja. Perjalanan berakhir di
kondangan teman dia yang sedang menikah.
Disana bertemu dengan Bu Tanti, yang awalnya
dia menyarankan untuk ke kondangan bersama
Nanda saja, daripada bersama denganku. Hal itu,
ku ketahui ketika aku mengintip saat Diana chat
dengannya.

72
Satu minggu setelah itu, dia ada janji dengan
temannya, Sasha. Hari kamis, seharian rasanya
mau marah saja tanpa sebab. Entah setan apa
yang merasaki waktu itu. Malam itu, tiba tiba
terucap kata untuk berpisah dari mulutnya. Entah
kenapa, hatiku tidak terasa sakit sama sekali.
Sama sekali biasa biasa saja mendengarnya,
hanya terbayang apa yang akan terjadi dengan
harapan harapan kita berdua.

Jum‟at, pagi pagi aku ke rumah dia untuk


mengucapkan kata pisah. Setelah mengucapkan
kata pisah, aku berencana kembali pulang.
Namun seketika berubah fikiran, aku mencoba
untuk mempertahankan dia, sekali lagi dan lagi.
Rasanya aku tak mau kehilangannya.

Aku memohon kepadanya, dengan sepenuh hati.


Aku mencoba untuk meyakinkannya, dengan
sungguh sungguh. Dan akhirnya dia mau
menerimanya. Senangnya.

Tiba tiba, mozaik saat kencan sebelumnya


terlintas di fikiranku. Seketika, langsung aku
rebut HP dia dari tangannya. Aku kabur, dan
membukanya, melihat isinya.

Hal mengejutkan apa yang dia sembunyikan. Chat


dia mesrah bersama Nanda. Juga beberapa foto
kencan dia, kemarin hari Kamis. Mereka berdua

73
kencan di Surabaya Karnival, di tempat yang
pernah kita berdua datangin juga. Dan berfoto di
tempat yang romantis, yang pernah kita pakai
untuk berfoto juga. Dia berbohong dan selingkuh,
sekali lagi. Tidak, tidak ada kata sekali lagi untuk
kali ini. Ini sudah akhirnya, begitu pikirku.

Tanpa kata, aku kembali ke rumahnya. Aku


berikan Hpnya kepada dia. Rasanya mau ucapkan
kata putus, namun saat itu ada orang tua dia
beserta tetangganya waktu itu. Aku hanya diam.

Aku berpamitan ke orang tuanya, lalu pulang


dengan perasaan kesal karena dibohongi, bukan
patah hati. Rasanya hati ini sudah sedingin es
yang dilapisi dengan besi adamantium, yang
super kuat, yang jadi cakarnya Wolverine itu.
Kokoh, nggak bakal bisa retak sama apapun.

Rasanya sudah nggak peduli lagi dengan apa


yang terjadi. Dalam hati, dia bukan siapa siapa
lagi. Gue, berubah.

Dua minggu setelah hari itu, Diana dan Nanda


akhirnya jadian. Selamat ya atas hubungan
kalian, semoga ini menjadi awal yang baru buat
kalian. Semoga bahagia selalu menyertaimu.
Aamiin.

74
Kemarin, gue chat sama Diana mengenai novel
ini. Seperti biasa, gue nanyain untuk izin
mencamtum kan dia di cerita ini. Kanvret banget,
baru gue chat, langsung dia ganti Foto Profilnya
pakai foto pacarnya. Apaan coba maksudnya?
Hahaha. Kebetulan yang menggelikan.

“Oh ya, aku iseng2 nulis, jadi kayak light novel.


Disalah satu babnya.. ada yg nyeritain soal kamu.
Jadi mau minta permisi.. kutip beberapa cerita
soal kamu”

“Apa itu”

“Insyaallah, nanti ku samarkan namanya. Dan


gitu aja, hehe”

“Emang soal apa yaa”

“Dari sebelum kenal sampek pura2 gak kenal”

“Haha Masya Alloh”

“Hahaha”

“Yg purak2 gak kenal siapa yah”

“Enggak enggak.. canda. Kan biasanya begitu.


Hbis putus,, kalo ketemu kayak liat setan. Pura2
gak kenal,, gak nyapa”

75
“itu kan di meme meme. Insya Alloh aku gak
begitu”

“Bukan, itu di film”

“wkwk. Halah sama aeh”

“Ini nyata,, pasti beda”

“Yah maksudnya aku kan gak kayak gitu”

“Intinya soal itu deh. Entahlah. Belom ketemu lagi


juga kan. Beli di tes (dibuktikan). Kalo dah jadi
(buku ini),, nanti aku kasih”

“Haha boleh kalo mau di tes. Iyya makasih”

“Haha kalo ketemu yaa. Satu dari sejuta


kemungkinan bertemu secara acak”

Setelah semua itu, ibu suka bilang ke gue, “udah


mulai gemukan ya. Gak kayak sebelumnya, dah
jahat sama ibuk, tambah kurus pula. Kebanyakan
mikir”. Terbesit senyuman di bibirku. Menandakan
sebuah keputusan yang tepat untuk gue ambil
waktu itu.

Entah apa yang bakal terjadi selanjutnya. Apakah


Nanda dan Diana akan bersama terus? Ataukah
dia nanti kembali bersamaku? Atau kita berdua

76
bakal bertemu dengan jodoh masing masing?
Nggak ada yang tau. Dan mulai saat ini, yang
pasti, gue maupun Diana, sudah berbeda. Kita
bukan orang yang sama lagi seperti saat kali gue
bersamanya. Ada sesuatu yang berubah.

77

Anda mungkin juga menyukai