Anda di halaman 1dari 4

Nama : Lidia Hutabarat

Nim : 2212411013
Mata Kuliah : Pemerolehan Bahasa
Jenis : Ujian Tengah Semester (UTS)
Kelas : PBSI 202I
Waktu : Senin, 9 Oktober 2023 / Pukul 13.00 – 14.00
Dosen : Drs. Azhar Umar, M.Pd.

Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia

B. PETUNJUK
1. Jawablah soal-soal di bawah ini dengan singkat, tepat, cermat, dan jelas!
2. Jawaban ditik rapi.
3. Jawaban dikumpulkan kepada komting dan komting mengumpulkan jawaban secara kolektif
kepada dosen pengampu MK.

C. SOAL

1. Pemerolehan bahasa dan pembelajaran bahasa merupakan dua hal berbeda namun memiliki
keterkaitan. Tuliskan pemahamanmu mengenai pernyataan tersebut disertai dengan contoh
yang konkret !
Jawaban : Menurut pemahaman saya pemerolehan bahasa adalah proses bagaimana seseorang
dapat berbahasa atau proses anak-anak pada umumnya memperoleh bahasa pertama.
Pemerolehan bahasa berlalu pada ambang sadar. Pemeroleh bahasa biasanya tidak sadar bahwa
ia tengah memperoleh bahasa. dan pembelajaran bahasa proses di mana anakmelakukan suatu
kegiatan kebahasaan sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasaan, baik di sekolah maupun di suatu
lembaga pengajara
Contoh Pemerolehan Bahasa : pada saat anak menonton film kartun, lalu ia mendengar kosa kata
“bertualang” kemudian dia mengatakan pada ibunya ingin berpetualang.
Contoh Pembelajaran Bahasa : seorang anak yang diajarkan membaca do`a sebelum makan,
disekolah oleh gurunya dan dirumah oleh orangtuanya.

2. Setiap individu memiliki kemampuan berbeda dalam pemerolehan bahasa kedua. Tuliskan
salah satu teori pemerolehan bahasa yang kamu yakini sesuai dengan pernyataan di atas dan
jelaskan alasannya.
Jawaban: Saya memilih Teori Akulturasi karena Akulturasi adalah proses penyesuaian diri
terhadap kebudayaan yang baru (Brown, 1987:129). Teori ini memandang bahasa sebagai
ekspresi budaya yang paling nyata dan dapat diamati dan bahwa proses pemerolehan baru akan
terlihat dari cara saling memandang antara masyarakat B1 dan masyarakat B2. Walaupun
mungkin tidak begitu tepat, teori ini dapat dipergunakan untuk menjelaskan bahwa proses
pemerolehan B2 telah dimulai ketika anak mulai dapat menyesuaikan dirinya terhadap
kebudayaan B2, seperti penggunakan kata sapaan, nada suara, pilihan kata, dan aturan-aturan
yang lain. Dalam teori ini, jarak sosial dan jarak psikologis anak sangat menentukan keberhasilan
pemerolehan. Beradaptasi dari teori Schumann, akulturasi akan berada pada situasi yang baik,
jika (1) Anak berada pada masyarkat tutur yang memiliki tingkat sosial sama; (2) Anak didorong
untuk berakulturasi dengan budaya bahasa Jawa Krama; (3) Budaya B1 tidak terlalu mendominasi
(4) Masyarakat tutur B1 dan B2 saling memiliki sikap positif (Bahasa Indonesia demokratis dan
bahasa Jawa Krama sopan) Adapun faktor psikologis yang harus dijaga adalah : (1) anak tidak
mengalami goncangan bahasa, seperti ragu-ragu atau bingung; (2) anak tidak mengalami
kemunduran motivasi;

3. Secara umum, anak autis akan mengalami kesulitan dalam pemerolehan bahasa, baik bahasa
pertama maupun bahasa kedua. Tuliskan bagaimana metode dan pendekatan yang dapat
dilakukan untuk mengajarkan bahasa kepada anak autis.
Jawaban: Metode TEACCH dikembangkan dan ditujukan untuk anak-anak autis dengan
terstruktur dan bersifat rutin dalam kehidupannya. Program ini menekankan anak-anak agar
dapat bekerja secara bertujuan dalam komunitasnya. Dalam tulisan Wall (2004) Eric Schopler
telah mengembangkan prinsip-psinsip kunci dalam program TEACCH antara lain a) Structured
enviorenment, b) Work schedules, c) Work systems dan d) Visual instructions.

Program TEACCH dalam kelas, setiap area akan dibedakan dari satu area ke area lainnya dengan
screens atau papan, dimana setiap area dibedakan secara signifikan pada kegiatan anak dalam
setiap area yang mengarah pada kejelasan pemahaman. Setiap individu memiliki ”work
schedule” untuk beraktifitas yang mana pada bagian awal menggunakan bentuk gambar.
(pictorial form). Dengan urutan dari atas ke bawah, setiap schedule ada nama anak dan simbol
agar memudahkan untuk dikenali anak dan juga anak mengetahui schedule mereka. Saat
kedatangan anak di sekolah atau di pusat terapi, anak mengambil gambar pertama dan menuju
ke meja (area kerja) dimana mereka mengetahui untuk mengambil aktifitas tempat kerja,
menempatkan kartu jadual ke kotak dan guru mengecek untuk melihat pada setiap area kerja
anak. Di atas meja ada kotak dengan nama anak yang ditaruh sebelah kiri meja, dimana anak
dapat mengambil kartu dan membuka. Apapun tugasnya adalah melengkapi dalam area kerja
dan ketika tugas itu komplet, kotak ditempatkan sebelah kanan meja anak sebagai indikasi sudah
selesai. Selanjutnya anak kembali ke schedule untuk mengambil gambar selanjutnya dan segera
mendapatkan ruang selanjutnya. Selama sesi terdapat perubahan kecil pada rutinitas ini dan juga
perasaan anak yang lebih nyaman dalam lingkungan sehingga senang melakukan tugas dengan
tingkat kebebasan yang cukup.

Ketika anak menjadi lebih dapat terjadual dan terstruktur berkomunikasi menggunakan media
gambar dan terdapat kata di bagian bawah gambar tersebut hingga suatu waktu sangat mudah
menggunakan hanya tulisan kata. Orang tua dapat mengadaptasi setting kelas ke dalam setting
rumah misalnya pergi tidur, gosok gigi, cuci kaki hingga berdoa. Demikian pula misalnya pergi
jalan-jalan ke pantai, mall atau ke restoran untuk makan dan minum bersama keluarga.

Pendekatan ini didesain untuk membimbing dan memberikan dukungan kepada orang tua dan
masyarakat sedapat mungkin dilakukan sesuai dengan kondisi lingkungan dekatnya. Pendekatan
ini secara luas sudah digunakan di Amerika serikat dan di negara-negara Eropa.

Problem yang nyata dalam penggunaan metode ini adalah ketika keluarga dengan anak autis
pindah dari suatu negara ke negara lain dimana negara asal lingkungannya menggunakan
pendekatan TEACCH sementara di negara yang baru mereka tinggal tidak menggunakan
pendekatan TEACCH. Problem yang nyata lainnya adalah ketika anak berpindah dari satu sekolah
yang menggunakan metode ini ke sekolah yang tidak menerapkan metode ini.

Sebagai bimbingan secara umum dapat mengikuti poin-poin yang membantu untuk memutuskan
metode berkomunikasi dan berbahasa yang akan digunakan, Jordan (2001) menuliskan sebagai
berikut: Pertama, Intelligibility, mudah dimengerti oleh pengguna. Kedua, Portability, mudah
dibawa dan mudah digunakan. Metode ini dapat digunakan secara bervariasi dalam konteks
termasuk di luar rumah tanpa membutuhkan uraian sebagai perlengkapannya. Hal ini dengan
jelas memiliki hubungan terhadap sistem yang tergantung pada perlengkapan teknologi, tetapi
juga implikasi kepada sistem simbol dan gambar. Ketiga, Copability, kecocokan atau kesesuaian.
Kecocokan/kesesuaian terhahap level bahasa pengguna, kognitif, sensorik dan keberfungsian
fisikal. Hal ini sangat sulit untuk anak autis dalam memahami tujuan berkomunikasi dan juga
penting untuk mempunyai sistem yang seseorang dengan siap memahami. Keempat, Usability,
dapat digunakan saat ini dan diprediksi pada lingkungan yang akan datang. Hal ini dapat
membantu individu berkomunikasi dengan orang lain sehingga dapat mempengaruhi kualitas
hidupnya. Kelima, Normalisation, adalah satu sistem yang mendorong dalam sosial yang inklusif.
Sebagai sistem ini akan mempertimbangkan apakah sistem ini dapat digunakan sebagai
augmentative of speech dalam mengharapkan perkembangan bahasa akan difasilitasi oleh alat
komunikasi yang digunakan atau apakah sistem itu semata-mata sebagai alternatif untuk bicara.

4. Andika adalah seorang anak berusia 4 tahun. Andika merupakan anak tunggal. Ayahnya
berprofesi sebagai karyawan BUMN dan ibunya bekerja di sebuah perusahaan multinasional.
Kesibukan orangtuanya menyebabkan Andika lebih sering di rumah bersama pengasuhnya.
Di usianya yang sudah 4 tahun, Andika cenderung bersifat introvert dan diindikasi mengalami
keterlambatan bicara (speech delay) Berdasarkan informasi di atas, silahkan analisis faktor
yang menyebabkan Andika mengalami keterlambatan bicara dan tentukan apa metode yang
dapat dilakukan untuk membantu Andika dalam pemerolehan bahasanya.
Jawaban : Speech delay adalah keterlambatan kemampuan bicara dan bahasa yang tidak
sesuai dengan usia anak. Dirumah andika jarang berbicara karena
dia hanya tinggal Bersama pengasuhnya ditambah dia jarang keluar rumah untuk
bermain Bersama anak yang seusia dengan nya sehingga andika pun tidak tahu lagi
bagaimana cara mengekspresikan dirinya dan tidak dapat mengetahui Bahasa-bahasa
baru dari lingkungan nya. Kondisi ini membuat anak tidak mampu menyampaikan
pikirannya akibat keterbatasan bahasa dan pemahaman yang dimilikinya. Speech
delay adalah kondisi yang dapat disebabkan oleh masalah pada area otak yang
mengontrol gerakan dan koordinasi bibir, lidah, serta rahang untuk mengeluarkan
suara. Kondisi ini juga kerap berdampak pada cara makan anak. Apabila tidak
ditangani, speech delay bisa menghambat perkembangan anak.
Banyak faktor yang menjadi penyebab Speech Delay, diantaranya adalah adanyan
gangguan syaraf terutama syaraf tulang belakang maupun kurangnya interaksi dengan
orang lain.
Metode yang dapat dilakukan untuk mengatasi speech delay pada kasus Andika di
atas adalah, dengan memperbanyak komunikasi dan juga interaksi yang dilakukan
dengan hati-hati. Dengan begitu, si anak akan menerima rangsangan atau stimulus
untuk mengeluarkan bahasa. Orang tua juga harus melatih fokus dan alat bicara si
anak agar terbiasa

Anda mungkin juga menyukai