Anda di halaman 1dari 10

ILMU KALAM ALIRAN MU’TAZILAH

Dosen pengampu :

Ibu Dr. Nurul Musyafa`ah, M.Pd.I

Di susun oleh:
Lya Rahmawati 230801066
Naura Amalia Putri 230801069

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI
2023
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah melimpahkan
Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya sehingga kami bisa menyusun makalah pada mata
kuliah Aswaj 1 pada Mata Kuliah Aswaja 1 yang diampu oleh Ibu Dr. Nurul
Musyafa`ah, M.Pd.I Makalah kami berisikan tentang Ilmu kalam aliran mu`tazilah.
Mudah-mudahan dengan adanya penulisan serta penyusunan makalah ini dapat
memberikan sumbangan pengetahuan kepada kita semua terutama pada Ilmu kalam
aliran Mu`tazilah. Kami menyadari kalau masih banyak kekurangan dalam menyusun
makalah ini. Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat
kami harapkan guna kesempurnaan makalah ini. Atas perhatian serta waktunya, kami
sampaikan banyak terima kasih.

Bojonegoro,
23 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................
1
C. Tujuan
Penulisan ......................................................................................................1 BAB II
PEMBAHASAN
A. Ajaran-ajaran Pokok Aliran Mu‟tazilah..................................................................2
B. Akidah ilmu kalam aliran
Mu`tazilah.......................................................................4
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan...............................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 7
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ulama Mu`tzilah Abu al-Hasan al-Khayyath dalam Kitab al-Intishar
menyatakan, tidak ada seorang pun yang berhak disebut sebagai Mu`tazili
(pengikut Mu`tazilah), hingga ia menghimpun lima ajaran : (1) Tauhid (keesaan
Allah), (2) `Adl (keadilan), (3) al-Wa`d wa al-Wa`id (janji dan ancaman), (4) al-
Manzilah baina al-Manzilatain (tempat di antara dua tempat), (5) al-Amru bi al-
ma`ruf wa an-nahyu `an al-munkar (menyeru kepada kebajikan dan mencegah
kemungkaran).
Menurut Mu`tazilah, orang yang tidak sependapat dengan mereka dalam
masalah tauhid dikategorikan sebagai orang musyrik. Sedang orang yang tidak
sependapat dengan mereka dalam masalah sifat-sifat Allah dianggap sebagai
musyabbih (orang yang merupakan Allah dengan makhluk). Sedangkan orang
yang tidak sependapat dalam masalah al-wa`du wa al-wa`id dianggap sebagai
orang Murji`ah.
B. Rumusan Masalah
1. Ajaran-ajaran pokok Mu‟tazilah
2. Akidah ilmu kalam aliran Mu`tazilah
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami Ajaran-ajaran pokok dari aliran Mu‟tazilah
2. Memahami akidah dari aliran Mu`tazilah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ajaran-ajaran Pokok Aliran Mu'tazilah


Ada lima pokok ajaran (Al-Ushul Al-Khomsah) yang menjadi prinsip utama
aliran Mu'tazilah. Kelima ajaran pokok tersebut adalah :
1. At-Tauhid (Ke-Mahaesaan Allah)
Ajaran dasar yang terpenting bagi kaum Mu'tazilah adalah At-Tauhid
atau KeMahaesaan Allah. Bagi mereka, Allah baru dapat dikatakan Maha Esa
jika Ia merupakan Zat yang unik, tiada ada sesuatupun yang serupa dengan
Dia. Oleh karena itu kaum Mu'tazilah menolak paham Anthropomerphisme,
yaitu paham yang menggambarkan Tuhan menyerupai makhluk-Nya. Mereka
juga menolak paham Beautific Vision, yaitu pandangan bahwa Tuhan dapat
dilihat oleh manusia. Satu-satunya sifat Tuhan yang betul betul tidak
mungkin ada pada makhluk-Nya adalah sifat qadim. Paham ini mendorong
kaum Mu'tazilah untuk meniadakan sifat-sifat Tuhan yang mempunyai wujud
sendiri di luar Dzat Tuhan. Menurut paham ini tidak berarti Tuhan tidak
diberi sifat-sifat. Tuhan bagi kaum Mu'tazilah tetap Maha Tahu, Maha Kuasa,
Maha Hidup, Maha Mendengar, Maha Melihat, dan sebagainya, tetapi itu
tidak dapat dipisahkan dari Dzat Tuhan, dengan kata lain sifat-sifat itu
merupakan esensi Dzat Tuhan. Adapun yang dimaksud kaum Mu'tazilah
dengan pemisahan sifat-sifat Tuhan adalah sebagaimana pendapat golongan
lain yang memandang bahwa sifat-sifat Tuhan sebagian esensi Tuhan dan
sebagian lain 7 sebagai perbuatan-perbuatan Tuhan. Bagi kaum Mu'tazilah
paham ini mereka munculkan karena keinginan untuk memelihara kemurnian
ke-Mahaesaan tuhan.
2. Al-Adl (Keadilan)
Jika dalam ajaran pertama kaum Mu'tazilah ingin mensucikan Tuhan
dari persamaan dengan makhluk-Nya, maka ajaran kedua ini mereka ingin
mensucikan perbuatan Tuhan dari persamaannya dengan perbuatan makhluk.
Hanya Tuhan yang berbuat adil seadiladilnya. Tuhan tidak mungkin berbuat
zalim.Dalam menafsirkan keadilan, mereka mengatakan sebagai berikut:
”Tuhan tidak menghendaki keburukan dan tidak menciptakan perbuatan
manusia. Manusia bisa mengerjakan sendiri segala perintah-Nya dan
meninggalkan segala larangan-Nya dengan kodrat (kekuasaan) yang dijadikan
oleh Tuhan pada diri mereka. Ia hanya memerintahkan apa yang dikehendaki-
Nya. Ia menghendaki kebaikan-kebaikan yang ia perintahkan dan tidak
campur tangan dalam keburukan-keburukan yang dilarang. Semua perbuatan
Tuhan bersifat baik. Tuhan dalam paham kaum Mu'tazilah tidak mau berbuat
buruk, bahkan menurut salah satu golongan, Tuhan tidak bisa (la yaqdir)
berbuat buruk (zhulm) karena perbuatan yang demikian hanya dilakukan oleh
orang yang bersifat tidak sempurna, sedang Tuhan bersifat Maha Sempurna.
3. Al-Wa‟ad wa al-Wa‟id (Janji dan Ancaman)
Ajaran ini merupakan lanjutan dari ajaran yang kedua tentang
keadilan Tuhan. Kaum Mu'tazilah yakin bahwa Tuhan pasti akan memberikan
pahala dan akan menjatuhkan siksa kepada manusia di akhirat kelak. Bagi
mereka, Tuhan tidak dikatakan adil jika Ia tidak memberikan pahala kepada
orang yang berbuat baik dan tidak menghukum orang yang berbuat jahat.
Keadilan menghendaki supaya orang yang bersalah diberi hukuman berupa
neraka, dan yang berbuat baik diberi hadiah berupa surga sebagaimana
dijanjikan Tuhan. Pendirian ini bertentangan dengan kaum Murji‟ah, yang
berpendapat bahwa kemaksiatan tidak mempengaruhi iman dan tak
mempunyai kaitan dengan pembalasan. Kalau pendapat ini dibenarkan, maka
ancaman Tuhan tidak akan ada artinya. Hal yang demikian mustahil bagi
Tuhan. Karena itu kaum Mu'tazilah mengingkari adanya syafa‟at 8
(pengampunan) pada hari kiamat, karena syafa‟at menurut mereka
berlawanan dengan prinsip janji dan ancaman.
4. Al- Manzilah bainal Manzilatain (posisi di antara dua posisi)
Prinsip keempat ini juga erat kaitannya dengan prinsip keadilan
Tuhan. Pembuat dosa bukanlah kafir, karena mereka masih percaya kepada
Allah dan Rasul-Nya, tetapi mereka bukan pula mukmin, karena iman mereka
tidak lagi sempurna. Karena bukan mukmin, para pembuat dosa besar tidak
dapat masuk surga dan tidak masuk neraka, karena mereka bukan kafir. Yang
adil mereka ditempatkan di antara surga dan neraka. Akan tetapi, karena di
akhirat tidak ada tempat selain surga dan neraka, maka mereka harus
dimasukkan ke dalam salah satu tempat ini. Penempatan ini bagi kaum
Mu'tazilah berkaitan dengan paham Mu'tazilah tentang iman. Iman bagi
mereka bukan hanya pengakuan dan ucapan, tetapi juga perbuatan. Dengan
demikian pembuat dosa besar tidak beriman, tidak pula kafir seperti disebut
terdahulu. Berawal dari jalan tengah yang diambil untuk menentukan posisi
orang yang melakukan dosa besar, kemudian berlaku juga dalam bidang lain.
Berdasarkan sumber-sumber keislaman dan filsafat Yunani, kaum Mu'tazilah
lebih memperdalam pemikirannya mengenai jalan tengah tersebut, sehingga
menjadi prinsip dalam lapangan berfikir (ratio). Prinsip jalan tengah ini
nampak jelas dalam usaha mereka untuk mempertemukan agama dengan
filsafat.
5. Amar Ma‟ruf Nahi Munkar (menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat
buruk).
Mengenai hal ini kaum Mu'tazilah berpendapat sama dengan pendapat
golongangolongan umat Islam lainnya. Kalaupun ada perbedaan hanya pada
segi pelaksanaannya, apakah seruan untuk berbuat baik dan larangan berbuat
buruk itu dilakukan dengan lunak atau dengan kekerasan. Kaum Mu'tazilah
berpendapat bahwa seruan berbuat baik dan larangan berbuat buruk sebaiknya
dilakukan dengan lemah lembut. Akan tetapi sewaktu-waktu, jika perlu
dengan kekerasan. Dalam sejarah, mereka menggunakan kekerasan dalam
menyiarkan ajaran-ajaran mereka. Bagi kaum Mu'tazilah, orang-orang yang
menyalahi pendirian mereka dianggap sesat dan harus diluruskan.

B. Akidah ilmu kalam aliran Mu`tazilah


Mu'tazilah merupakan sebuah kelompok yang meyakini bahwa akal lebih
tinggi daripada dalil. Bahwasanya akal itu lebih diutamakan daripada Al-qur'an
dan hadis. Apabila suatu hal tersebut dapat diterima oleh akal, maka hal tersebut
sesuai dengan sunnah. Tetapi jika pemikiran tersebut tidak sesuai dengan akal,
maka mereka menolak pemikiran tersebut, meskipun hal tersebut terdapat dalam
Al-qur'an dan hadis. Dilihat dari pemaparan tentang pemikiran mu'tazilah diatas,
bahwa akal merupakan satu-satunya sandaran pemikiran mereka.
Sedangkan golongan ahlusunnah menggabungkan metode Al-qur'an maupun
hadis dan akal dalam mencari hukum atau aturan yang benar sesuai syari'at. Bisa
dikatakan bahwa golongan mu'tazilah tidak berpegang teguh pada sunah
Rasulullah Saw. Padahal setiap muslim harus berpegang teguh pada aqidah.
Orang yang hanya berpegang pada akal akan menyimpang dari syari'at. Mereka
tidak akan mendapatkan petunjuk kebenaran jika hanya mengandalkan akalnya
saja. Karena kemampuan akal untuk berfikir mencari kebenaran itu sangatlah
terbatas.
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
1. Ajaran-ajaran pokok aliran Mu'tazilah adalah: At-Tauhid (Ke-Mahaesaan
Tuhan), Al-Adl (Keadilan), Al-Wa‟d wal Wa‟id (Janji dan Ancaman), Al-
Manzilah bain al-Manzilatain (Posisi diantara dua posisi), dan Amar ma‟ruf
Nahi Munkar (Menyuruh Berbuat Baik dan melarang berbuat jahat.
2. Mu`tazilah merupakan sebuah kelompok yang meyakini bahwa akal lebih
tinggi daripada dalil.
DAFTAR PUSTAKA
1. a7266-mu-tazilah-ina-.pdf (stainidaeladabi.ac.id)
2. Pemikiran Mutazilah di Mata Ahlusunnah Wal Jamaah Halaman 1 -
Kompasiana.com

Anda mungkin juga menyukai