Anda di halaman 1dari 4

Mengapa Awan Kelabu

Parlina, S.P.d

Mengais rezeki sebagai buruh, kadang berdagang mainan anak-anak keliling


pasar-pasar kampung, pedagang di grup jual beli apa saja online, pekerja tidak tetap
penghasilan tidak menentu. Tetapi mampu mengikat janji dengan mantap berikrar akan
selamanya tetap menyatu.

Laki-laki itu hebat, tentu dengan segala kelebihan dan kekurangan padanya, laki-
laki yang bisa dengan se-sabar itu menemaniku, mengantarkanku kemana saja aku mau,
mendampingi separuh usia hidupku dengan segala keunikan watakku serta menerima
segala kekuranganku.

Bukan lagi waktunya karena sedang menyandang bucin seperti predikat pada anak
baru gede yang sedang marak anak muda sekarang bahas di media sosial, tetapi laki-
laki kedua yang hadir dalam kehidupanku setelah secara sah di umumkan dan di daulat
ayahku untuk mengambil alih peran tanggung jawab, menggantikan ayah kandungku itu
telah hadir mengisi hati menjadi peyejuk qolbu.

Kami selalu berpegangan tangan saling menguatkan ketika lemah, saling


menopang ketika goyah dan tersandung, menyiapkan bahu yang tegak ketika aku
membutuhkan tempat sandaran. Memberikan sapaan lembut dan senyuman manis
ketika lelah nya menghampiri, disaat ia butuh dukungan. Walaupun banyak perbedaan
di antara kami, tentu akan menjadi bumbu-bumbu penyedap rasa, saling menerima
kekurangan masing- masing dengan berlapang dada, kami menyadari dari latar
belakang keluarga yang berbeda tentu berbeda kebiasaan pula.

***

“Mau makan apa hari ini?” tanya aku, “Makan ketoprak Kang Emi” jawab nya,
“Harus ketoprak Kang Emi? kenapa bukan ketoprak yang lain bukan nya masih banyak
yang jual ketoprak ? Di ibaratkan dengan masakan nusantara, sesuai selera lidah ada
yang suka pedas, suka asin suka manis, rasa nano-nano yang beragam menjadi ciri khas
budaya ini tentu begitu pula rasa-rasa yang kita alami dalam hidup menjadikan kita
semakin sabar semakin kuat saling melengkapi bahu-membahu, saling berniat bersama
mengarungi bahtera kehidupan hingga di penghujung dunia.

Bertekat bersama memposisikan diri saling menuntun, saling mengisi kekurangan


dengan kelebihan masing-masing, karena kodrat wanita disamping suami, bukan di
belakangnya, tetap bersama mengasuh, mendidik, membimbing dan membesarkan buah
hati hingga mampu berdiri di atas kaki sendiri.

Sebagai seorang Ibu menjadi akan menjadi madrasah bagi anak-anak,


sebagaimana layaknya madrasah tentu mempersipkan diri siap memfasilitasi akan
melayani menciptakan pembelajaran yang bermakna yang akan mengisi, mewarnai dan
membersamai tumbuh kembang nya, anak-anak kini sudah mulai remaja bahkan
menjelang dewasa tidak terasa waktu terus bergulir, seiring berjalannya waktu anak-
anak telah tumbuh besar dan sangat membutuhkan perhatian yang besar pula, dan
kasih sayang dari kami berdua.

Tidak Bisa terelakan juga membutuhkan biaya yang besar juga untuk pendidikan
mereka. Aku yang memang dari awal meminta izin bekerja untuk membantu menopang
ekonomi keluarga, saat ini mengambil alih segala tanggung jawab keuangan dalam
keluarga. Aku bersyukur memiliki pekerjaan, bekerja sebagai seorang guru di madrasah
yang mendapat menyetaraan ASN dengan sertifikasi inpassing, berpenghasilan setara
ASN.

Bersyukur kapada Allah SWT yang tak terhingga dan tak henti-hentinya dalam
setiap tengadahku. Tentu penghasilan yang tergolong cukup untuk makan, cukup untuk
jajan anak, bukan cukup dalam arti kata yang luas cukup mampu. Dalam kesederhanaan
hidup kami berharap anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang kuat, pribadi yang
bersahaja. Menjadi pribadi yang qona'ah. Rela menerima hasil dengan apa yang telah di
usahakan, di jauhkan dari rasa tidak puas dan rasa kurang.

Telah di contohkan baginda Rasulullah Sallallahu Walaihiwassalam hidup


sederhana adalah akhlak yang terpuji. Artinya menerima apa adanya yeng telah di
berikan oleh Allah SWT merupakan anugrah-Nya yang terindah untuk kita. Dan
menjauhakn diri dari sikap tidak puas dan menjauhkan diri dari sikap yang berlebihan.
Menerima apa adanya kekurangan dari pasangan kita, adalah bisa jadi kelebihan nya
adalah kekurangan kita. Kekurangan kita mungkin saja akan menjadi kelebihan
pasangan kita,

Kisah yang akan membuktikan kepada dunia menikah usia muda yang banyak
orang meragukan keutuhan dan kelanggengan rumah tangga pasangan menikah muda.
Tetapi aku sendiri akan menunjukan kepada saudara, kepada siapa saja yang mengira,
dan menduga bahwa tidak menjamin menikah pada usia muda, tidak mampu bertahan
lama, atau usia menikah tua atau umur cukup, pernikahan itu mampu bertahan lama,
bukan karena usia dewasa karena tidak semua melangsungkan pernikahan usia dewasa
akan mampu mempertahankan biduk rumah tanagga.

Karena mempertahankan akan lebih sulit membutuhkan ketangguhan emosional


pribadi yang stabil, kekuatan psikis, keteguhan keimanan individu. Mengapa demikian?
dalam rumah tangga ujian akan datang silih berganti kadang bagai angin semilir sepoi-
sepoi, hingga terlena, kadang hadir bagai angin topan, angin ribut akan hadir juga
cobaan dahsyat seperti gelombang tsunami dan di hadapkan dengan lembah dan jurang
terjal yang dalam.

Aku memiliki motto dalam hidup "Perjuangkan apa yang telah engkau inginkan,
dan pertahankan apa yang yang telah engkau dapatkan." Bila engkau mampu melewati
kerikil-kerikil kecil yang tajam hingga bongkahan bebatuan besar, arungilah derasnya
ombak di samudra lautan luas, jika engkau mampu melewati kata-kata hati kecil yang
mandapatkan bisikan menyesatkan selamatlah tuan sampai di tujuan. Memohon Ridho-
Mu Ya Rabb ku, atas segala sesuatu yang terjadi atas ke hendak-Mu.
Parlina

Di tulis oleh seorang perempuan desa yang besar dan bersekolah hingga menetap
di kota, menyandang gelar sarjana pendidikan bekerja sebagai guru di madrasah,
Semoga bagi siapa saja yang membaca buku ini memetik makna hikmah nya,
menjadikan suri tauladan anak cucu ku kelak di kemudian hari, boleh sesekali mampir
di akun:

Instagram : parlina_lina12

No WhatsApp : 081540040044

SERTIFIKAT ATAS NAMA: PARLINA, S.PD.

Anda mungkin juga menyukai