Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

Hubungan Stress dengan Gangguan Sistem Saraf dan Endokrin


Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Kesehatan yang diampu oleh
Dhimas Herdianta, SKM, M.Kes

Disusun oleh:

Dinda Rai Wahyuni


P17336122460
2B

D4 PROMOSI KESEHATAN
POLTEKKES BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt, yang atas rahmat dan karuniaNya
sehingga saya dapat menyelesaikan laporan resume ini tepat pada waktunya. Pada
kesempatan kali ini saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen mata kuliah Psikologi Kesehatan, pak Dhimas Herdianta SKM, M.Kes. yang
telah memberikan tugas ini. saya menyadari, bahwa laporan praktikum ini masih jauh
dari kata sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh
karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Bandung, 14 September 2023

Penyusun
PEMBAHASAN

1. Gangguan Sistem Saraf dan Endokrin


Gangguan sistem endokrin adalah suatu kelainan yang berhubungan dengan
kelenjar endokrin pada tubuh. Hal tersebut dapat menyebabkan gangguan pada
hormon yang dihasilkan sehingga terdapat kelainan pada fungsi tubuh. Kamu
mungkin mengalami gangguan pada pernapasan, nafsu makan, dan hal penting
lainnya. Sistem endokrin pada tubuh terdiri dari beberapa kelenjar, antara lain kelenjar
hipofisis dan hipotalamus di otak, kelenjar adrenal di ginjal, tiroid di leher, serta yang
berada di pankreas, ovarium, dan testis. Hormon pencernaan juga dapat dihasilkan
oleh perut, hati, serta usus. Gangguan pada sistem endokrin yang paling umum
terjadi, yaitu diabetes mellitus, akromegali, penyakit Addison, sindrom Cushing,
penyakit Graves, tiroiditis, dan lainnya. Kelainan ini memiliki gejala yang luas dan
memengaruhi banyak bagian tubuh. Selain itu, tingkat keparahan dari gangguan ini
juga berbeda-beda.

Sistem saraf dan sistem endokrin saling berhubungan erat dan keduanya
terlibat erat dalam menjaga homeostatis. Disfungsi endokrin dapat menyebabkan
berbagai manifestasi neurologis seperti sakit kepala, miopati, dan ensefalopati akut
termasuk koma. Gangguan endokrin adalah penyakit yang terkait dengan kelenjar
endokrin pada tubuh. Sistem endokrin adalah jaringan kelenjar yang menghasilkan
hormon, yang merupakan sinyal kimia yang dikeluarkan melalui aliran darah.
Hormon membantu tubuh mengatur berbagai proses, seperti nafsu makan, pernapasan,
pertumbuhan, keseimbangan cairan, feminisasi, dan virilisasi (pembentukan
tanda-tanda seks sekunder seperti pembesaran payudara atau testis) serta
pengendalian berat badan.

2. Gangguan Stress

Stres adalah perasaan yang umumnya dapat kita rasakan saat berada di bawah
tekanan, merasa kewalahan, atau kesulitan menghadapi suatu situasi. Stres dalam
batas tertentu bisa berdampak positif dan memotivasi kita untuk mencapai suatu
tujuan, seperti mengerjakan tes atau berpidato. Namun, stres yang berlebihan, apalagi
jika terasa sulit dikendalikan, dapat berdampak negatif terhadap suasana hati,
kesehatan fisik dan mental, dan hubungan kita dengan orang lain. Pengalaman
menghadapi stres pada anak tidak selalu sama dengan orang dewasa. . Di kalangan
orang dewasa, stres terkait pekerjaan sangat umum terjadi. Namun, bagi anak, stres
terjadi ketika mereka tidak bisa menghadapi situasi yang mengandung ancaman,
situasi sulit, atau situasi yang menyakitkan, antara lain:
1. Pikiran atau perasaan negatif tentang diri sendiri
2. Perubahan fisik, misalnya permulaan pubertas
3. Beban belajar, misalnya ulangan atau bertambahnya pekerjaan rumah
seiring waktu
4. Masalah dengan teman di sekolah atau lingkungan sosial
5. Perubahan besar, seperti pindah rumah, pindah sekolah, atau
perpisahan orang tua
6. Penyakit kronis, masalah keuangan di keluarga, atau kematian orang
terdekat Situasi rumah atau lingkungan sekitar yang tidak aman

3. Tanda dan gejala stres

Ketika mengalami stres, tubuh mengeluarkan hormon seperti adrenalin dan


kortisol yang menyiapkan kita untuk mengambil tindakan mendesak. Hal ini dikenal
juga dengan respons ‘melawan atau lari’. Efeknya terhadap pikiran dan tubuh anak,
antara lain:

Gejala fisik

1. Napas tersengal-sengal, berkeringat, dan jantung berdegup kencang


2. Sakit kepala, pandangan berputar, dan sulit tidur
3. Mual, gangguan pencernaan
4. Berat badan naik atau turun karena makan terlalu banyak atau sedikit
5. Rasa sakit dan nyeri, dan lebih sering sakit

Gejala emosional dan mental

1. Mudah kesal dan marah, meledak-ledak atau menarik diri dari keluarga dan
teman
2. Mengabaikan tanggung jawabnya, berkurang efisiensi kerjanya atau sulit
berkonsentrasi
3. Tekanan emosional, seperti terus-menerus merasa sedih atau mudah menangis.

Gejala-gejala ini seringkali dapat menghasilkan stres yang lebih besar lagi. Penting
bagi orang tua untuk membantu anaknya mengetahui cara-cara menghadapi situasi
stres agar anak dapat mengatasi stres segera setelah timbul.

4. Hubungan Stress dengan Gangguan Sistem Saraf dan Endokrin

Adaptasi dalam menghadapi stres merupakan prioritas utama bagi semua organisme.
Stres dapat didefinisikan secara luas sebagai gangguan nyata atau antisipasi terhadap
homeostasis atau ancaman terhadap kesejahteraan. Informasi terkait stres dari semua sistem
sensorik utama (misalnya isyarat interoseptif, seperti volume darah dan osmolaritas, dan/atau
isyarat eksteroseptif, seperti bau predator) disampaikan ke otak, yang merekrut sistem saraf
dan neuroendokrin (efektor). Respons fisiologis terhadap stres melibatkan serangkaian sistem
saling terkait yang efisien dan sangat terpelihara yang bertujuan untuk menjaga integritas
fisiologis bahkan dalam situasi yang paling menuntut sekalipun Sistem saraf otonom (ANS)
memberikan respons paling cepat terhadap paparan stres melalui lengan simpatis dan
parasimpatis nya yang memicu perubahan cepat dalam keadaan fisiologis melalui persarafan
saraf pada organ akhir. Misalnya, lengan simpati-adrenomedullary dapat dengan cepat
meningkatkan detak jantung dan tekanan darah (dalam hitungan detik) melalui eksitasi sistem
kardiovaskular. Yang penting, eksitasi ANS berkurang dengan cepat – karena aktivasi refleks
parasimpatis – sehingga menghasilkan respons yang berumur pendek. Aktivasi sumbu
hipotalamus-hipofisis-adrenokortikal (HPA) menghasilkan peningkatan glukokortikoid yang
bersirkulasi kadar glukokortikoid plasma puncak terjadi sepuluh menit setelah timbulnya
stres. Mekanisme hormonal dua langkah pada induksi HPA relatif lambat dibandingkan
dengan latensi mekanisme sinaptik yang mendorong aktivasi simpati-adrenomedullary, dan
memastikan episode sekretorik yang diperkuat dan relatif berlarut-larut.

Otak memicu respons stres yang sepadan dengan sifat stimulusnya. Penyebab stres
fisik - kehilangan darah, infeksi, nyeri - memerlukan reaksi 'sistemik' segera yang dipicu oleh
mekanisme refleksif. Otak juga merespons stres non-fisik atau 'psikogenik' berdasarkan
pengalaman sebelumnya atau program bawaan. Respons ini memerlukan pemrosesan di otak
depan, dan dapat terjadi sebagai antisipasi atau reaksi terhadap peristiwa yang menimbulkan
stres.
5. Cara Pencegahan

Tidak seorangpun dapat lari dari stres. Satu-satunya cara menghilangkan stres yang
dapat dilakukan adalah menerima situasi stres tersebut sebagai kenyataan dan berupaya
mengurangi dampak stres tersebut seminimal mungkin. Bila antara pengalaman dengan
harapan berlanjut, maka harapan harus disesuaikan dengan kenyataan.

Mekanisme penanganan masalah yang digunakan terhadap stres sangat ditentukan


oleh kepribadian individu. Penyesuaian harapan menjadi lebih realistis merupakan
mekanisme penanganan stres pada individu berkepribadian matang. Penanganan atau cara
mengatasi stres dengan pengobatan biasanya menggunakan jenis obat-obatan ansiolitik,
benzodiazepin yang diberikan oleh psikiater. Selain itu psikoterapi berupa cognitive
behaviour therapy (CBT), stress management training yang terdiri dari self observation,
cognitive restructuring, relaxation training, hypnosis, biofeedback, time management, dan
problem solving dapat diberikan pula oleh psikiater dan psikolog klinis.
DAFTAR PUSTAKA

Halodoc, R. (2019, November 25). Gangguan Sistem Endokrin Dapat Sebabkan Kerusakan
Saraf. halodoc.
https://www.halodoc.com/artikel/gangguan-sistem-endokrin-dapat-sebabkan-kerusak
an-saraf
Kenali gangguan sistem endokrin seperti diabetes & tiroid. (2020, November 27). EMC
Healthcare - SAME.
https://www.emc.id/id/care-plus/waspada-gangguan-endokrin-yang-memicu-diabetes
-tiroid
Neural regulation of endocrine and autonomic stress responses. (2014, November 21).
PubMed Central (PMC). https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4240627/
PT Siloam International Hospitals Tbk. (2023, April 3). Rumah Sakit dengan Pelayanan
Berkualitas. Rumah Sakit dengan Pelayanan Berkualitas - Siloam Hospitals.
https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/memahami-stres-dan-cara-
menanganinya
PudMedCentral. (2014, December 31). Endocrine disorders and the neurologic
manifestations. PubMed Central (PMC).
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4316409/
UNICEF. (2022). APA ITU stres?
https://www.unicef.org/indonesia/id/kesehatan-mental/artikel/stres#:~:text=Apa%20p
enyebab%20stres&text=Di%20kalangan%20orang%20dewasa%2C%20stres,perasaan%20n
egatif%20tentang%20diri%20sendiri

Anda mungkin juga menyukai