Artikel KMSterbaruikatristanti
Artikel KMSterbaruikatristanti
Abstract
The World Health Organization (WHO, 2011) estimates that 54% of child deaths are caused by poor
nutritional status. In Indonesia, there are 4.5% from 22 million children less than 5 years or 900
thousand children less than 5 years in Indonesia suffered malnutrition or poor nutrition, and there are
resulted more than 80% from childhood deaths (MoH, 2012). Nutritional status of children in Central
Java in 2012 showed that malnutrition status is 4.88% and malnutrition is 0.06% (Central Java
Provincial Health Office, 2012). Kudus Regency in 2013 has 3.74% toodler under five suffer from
malnutrition and 0.76% severe malnutrition. The use of Kartu Menuju Sehat (KMS) to monitor the
growth of children is very effective and useful for detecting the presence of growth disorders such as
malnutrition or poor nutrition. Charging KMS is done by health workers/ health cadre. The results of
preliminary survey with in-depth interviews to 10 cadres Posyandu in December 2016 in Kudus, is there
are four cadres (40%) complete in charging KMS and 6 (60%) did not complete in charging KMS. The
purpose of this study was to determine the effect of the motivation of cadres in completeing Kartu Menuju
Sehat in Kudus. The study was observational analytic with cross sectional design. This study place at
Kudus District in January 2017. The population in this study is the total 39 cadres and their duty to fill
KMS. The sampling technique is accidental sampling. Furthermore, the data obtained were analyzed by
univariate and bivariate using SPSS version 20. The results of this study are there is no motivational
effect cadre completeness Kartu Menuju Sehat. Health workers should be given the opportunity to attend
training on posyandu and charging KMS. In addition, the incentives for the cadres can be added and
developed.
Key words: Motivation, cadres, KMS
untuk mengetahui keadaan gizi dan dipilih masyarakat dan juga ditinjau
mengenali apakah seorang anak oleh masyarakat serta dapat bekerja
tumbuh normal. dengan sukarela. Fungsi kader adalah
Kartu menuju Sehat di mampu melaksanakan sejumlah
Indonesia saat ini memakai beberapa kegiatan yang ada di lingkungannya.
standar baku, salah satunya menurut Kegiatan yang dilakukan sifatnya
baku WHO-NCHS dimana keadaan sederhana akan tetapi juga harus
status gizi baik berada pada warna berguna untuk masyarakat dan
hijau/hijau tua,gizi kurang pada kelompok. Adapun berbagai macam
warna kuning, gizi buruk dibawah kegiatan yang dapat dilakukan oleh
garis merah dan gizi lebih berada jauh kader kesehatan, misalnya:
diatas warna hijau (>10%baku ). Ibu Pemberian obat cacing, diare, larutan
adalah orang yang paling dekat gula garam, dan lain-lain. Melakukan
dengan balita dan diharapkan kegiatan penimbangan bayi dan balita
mempunyai pengetahuan yang serta memberikan penyuluhan tentang
memadai mengenai tumbuh kembang gizi masyarakat secara rutin.
anak serta dapat mengatasi Melakukan pemberantasan terhadap
permasalahan gizi. Dengan melihat berbagai penyakit menular, mendata
grafik pertumbuhan berat badan anak kasus kesehatan, memberikan laporan
dari bulan ke bulan pada KMS, mengenai vaksinasi, pendistribusian
seorang ibu dapat mengetahui dan obat atau alat kontrasepsi KB, juga
secara dini dapat segera melakukan pemberian berbagai bentuk
tindakan penanggulangan sesuai penyuluhan tentang pentingnya
dengan pengetahuan dan sikap yang Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
di miliki oleh ibu, sehingga keadaan Sejahtera (NKKBS). Memberi dan
gizi yang memburuk dapat dicegah membimbing materi kesehatan
dan mempertahankan gizi baik tetap tentang lingkungan, pembuatan
baik. Semua informasi atau data yang jamban keluarga dan sarana air
diperlukan untuk pemantauan balita, sederhana.Melakukan program dana
pada dasarnya bersumber dari data sehat, pos kesehatan desa, dan
penimbangan berat badan balita yang berbagai program kesehatan lainnya.
didapat setiap bulan saat balita di Kartu Menuju Sehat sudah
bawa ke posyandu. Hasil digunakan di Indonesia sejak tahun
penimbangan selanjutnya diisikan ke 1970-an sebagai alat untuk memantau
dalam KMS untuk dinilai naik (N) pertumbuhan anak dibawah umur 5
dan tidak naiknya (T). Ada tiga (lima) tahun (Balita). Pada tahun
bagian penting dalam pemantauan 2010 Kementrian Kesehatan telah
pertumbuhan yaitu : kegiatan menerbitkan sebuah Peraturan
penimbangan yang terus menerus Menteri (PERMENKES) Nomor :
dilakukan setiap bulannya, kegiatan 155/Menkes/Per/I/2010, tentang
mengisikan data berat badan anak ke Penggunaan Kartu Menuju Sehat bagi
dalam KMS, serta ada penilaian naik balita.
atau turunnya berat badan anak sesuai Pendokumentasian KMS sangat penting
dengan arah garis baik bagi ibu balita maupun petugas
pertumbuhannya(Depkes. RI, 2002). kesehatan karena sebagai media edukasi bagi
Tiga kegiatan tersebut dilakukan oleh orang tua balita tentang kesehatan anak
kader kesehatan. Batasan pengertian balitanya dan sebagai sarana komunikasi
kader kesehatan menurut Departemen yang dapat digunakan oleh petugas kesehatan
Kesehatan RI di bidang Direktorat untuk menentukan penyuluhan dan tindakan
Bina Peran Serta Masyarakat yaitu pelayanan kesehatan gizi serta dapat
kader kesehatan adalah warga dari membantu deteksi dini adanya
masyarakat lingkungan setempat yang penyimpangan tumbuh kembang balita,
4 Authors/ Mechatronics, Electrical Power, and Vehicular TechnologyXX (20XX) XX-XX
selain dicatat dalam KMS, pencatatan juga Peran serta masyarakat tentu sangat
dilakukan pada buku rekapitulasi pemantau penting untuk bisa menekan angka kejadian
status gizi balita (Depkes RI, 2000). gizi buruk pada balita. Diperlukan kesadaran
Dari hasil pengamatan dan wawancara yang tinggi dari tiap keluarga untuk menjaga
dengan bidan dan kader posyandu pada kesehatan anggota keluarganya. Ibu
dokumen KMS ditemukan 50% memegang peran yang penting dalam hal ini,
ketidaklengkapan dalam pengisian, mereka mengingat ibulah pendidik dan pengasuh
menyatakan bahwa mengetahui tujuan dari utama bagi anaknya. Satu hal yang sederhana
pengisian KMS dan tahu akibat jika KMS tetapi sering dilupakan oleh para ibu dan
tidak diisi dengan lengkap, dengan alasan kader kesehatan adalah Kartu Menuju Sehat
mereka hanya menulis dari apa yang (KMS). Posyandu melakukan pemantauan
diobservasi saja, dan apa yang dianggap pertumbuhan dan perkembangan anak
penting saja, apabila pada saat pertama melalui grafik berat badan dan mencatatnya
pasien datang tidak ditulis dengan lengkap pada KMS (Kartu Menuju Sehat). Kartu
maka bidan akan kesulitan apabila pasien Menuju Sehat (KMS) merupakan kartu yang
melakukan kunjungan kembali dalam memuat kurva pertumbuhan normal anak
mengambil keputusan apabila terdapat berdasarkan indeks antropometri berat badan
masalah dalam menentukan tumbuh menurut umur (Kemenkes, 2010). KMS juga
kembang balita dan stsus gizi balita. berfungsi sebagai alat penyuluhan gizi
Penyelenggaraan posyandu memerlukan kepada ibu-ibu yang memiliki anak balita
adanya para kader kesehatan yang bertugas (bawah lima tahun). Seperti ditulis oleh
untuk mengelola segala kegiatan yang ada. Mudjianto (2001), KMS sebagai alat
Salah satu peran penting kader posyandu penyuluhan gizi masih belum efektif.
adalah memberikan motivasi kepada ibu Ketidakefektifan ini terjadi karena masih
khususnya yang mempunyai balita, agar rendahnya pemahaman kader posyandu dan
selalu rutin tiap bulan menimbangkan ibu balita terhadap arti dari grafik
anaknya ke posyandu (Rusmi, 2008). Kader pertumbuhan anak. Rendahnya pengetahuan
posyandu juga dituntut untuk memiliki kader untuk memberikan nasehat gizi kepada
pengetahuan yang cukup tentang tugas dan ibu balita ikut berpengaruh juga terhadap
tanggung jawabnya, seperti cara kekurangefektifan KMS.
penimbangan, pengisian KMS dan pemberian Berdasarkan Survei Kesehatan
makanan tambahan. Penyelenggaraan Rumah Tangga (SKRT) susenas
posyandu juga dapat berjalan dengan baik 2001, hanya 46,6% kader posyandu
jika para kader memiliki motivasi yang yang pernah mendapat pelatihan
tinggi. Kader yang memiliki pengetahuan tentang KMS(Pusat penelitian dan
baik dapat berperan serta untuk pengembangan Depkes RI, 2001).
meningkatkan kualitas pelayanan posyandu, Hasil penelitian Suliasih
salah satunya pengetahuan tentang pengisian tahun 2013 didapatkan informasi
KMS. Pengetahuan yang cukup tentang bahwa di Posyandu Sedap Malam
pengisian KMS berpengaruh terhadap Wilayah Kerja Puskesmas
kepatuhan kader dalam pengisian KMS. Colomadu I didapatkan hasil 55%
Apabila pengetahuan kader kurang maka ketidaklengkapan penulisan pada
akan berdampak pada ketidaklengkapan kolom identitas anak dan orang
pengisian KMS. Motivasi seorang kader tua, dan 45% tidak dituliskan pada
sangat penting karena akan mempengaruhi kolom pemberian ASI eksklusif.Dari
kemauan kader untuk bekerja keras dalam hasil pengamatan dan wawancara
menyelesaikan pekerjaannya dan pencapaian dengan bidan dan kader posyandu
produktivitas kerja yang tinggi. Motivasi pada dokumen KMS ditemukan
kader sebagai daya pendorong yang membuat 50% ketidaklengkapan dalam
kader mengembangkan kreativitas dan pengisian, mereka menyatakan
menggerakkan segala kemampuannya demi bahwa mengetahui tujuan dari
mengoptimalkan pelayanan posyandu. pengisian KMS dan tahu akibat jika
5 Authors/ Mechatronics, Electrical Power, and Vehicular TechnologyXX(20XX) XX-XX
KMS tidak diisi dengan lengkap, tingkat pendidikan yang semakin tinggi,
dengan alasan mereka hanya semakin aktif dalam berbagai kegiatan
menulis dari apa yang diobservasi posyandu dan secara sadar pula dalam
saja, dan apa yang dianggap melakukan perbuatan untuk memenuhi
penting saja, apabila pada saat kebutuhan tersebut. Sebaliknya seseorang
pertama pasien datang tidak ditulis yang memiliki intelegensi dan tingkat
dengan lengkap maka bidan akan pendidikan yang rendah, akan kurang aktif
kesulitan apabila pasien melakukan pula dalam kegiatan posyandu.
kunjungan kembali dalam mengambil Kader yang memiliki motivasi tinggi juga
keputusan apabila terdapat masalah membutuhkan pengetahuan dan informasi
dalam menentukan tumbuh kembang yang jelas, sehingga kader harus patuh dalam
balita dan status gizi balita. pengisian KMS. Pengetahuan yang baik
Hasil survei pendahuluan dengan dapat membawa seseorang ke arah motivasi
wawancara yang mendalam kepada 10 kader yang tinggi sehingga kader dapat patuh
posyandu pada bulan Desember 2016 di dalam pengisian KMS (Notoatmodjo, 2007).
Kabupaten Kudus, diperoleh 4 kader (40%) Motivasi kader yang tinggi juga didorong
lengkap dalam pengisian KMS dan 6 kader oleh lama bekerja kader. Kader yang bekerja
(60%) tidak lengkap dalam pengisian KMS. lebih dari 10 tahun sebagian memiliki
Dampak jika kader tidak mengetahui motivasi tinggi (54,5%), sebagian lagi
mekanisme pencatatan KMS maka akan memiliki motivasi sedang (45,4%) dan yang
kesulitan untuk menentukan status patuh dalam pengisian KMS balita sebesar
pertumbuhan dan perkembangan anak. (63,6%). Menurut Widiastuti (2006), seorang
Rumusan masalah dalam penelitian ini akan lebih baik dalam bekerja bila memiliki
adalah adakah pengaruh motivasi kader ketrampilan dalam melaksanakan tugas,
dengan kelengkapan pengisian Kartu Menuju ketrampilan seorang dapat terlihat pada
Sehat di Kabupaten Kudus? lamanya seseorang bekerja. Begitu juga
II. LANDASAN TEORI dengan pelatihan yang didapatkan oleh
A. MOTIVASI KADER kader. Kader yang pernah mengikuti
Motivasi merupakan kekuatan yang pelatihan sebagian memiliki motivasi sedang
menggambarkan baik kondisi ekstrinsik yang (55,9%), sebagian lagi memiliki motivasi
merangsang perilaku tertentu dan respon tinggi (44,1%) dan yang patuh dalam
instrinsik yang menampakkan perilaku- pengisian KMS balita sebesar (70,6%).
perilaku manusia (Swanburg, 2006). Pelatihan adalah suatu upaya kegiatan yang
Motivasi merupakan upaya untuk dilaksanakan untuk meningkatkan
menimbulkan rangsangan, dorongan ataupun kemampuan, pengetahuan, keterampilan
pembangkit tenaga pada seseorang atau teknis dan dedikasi kader (Notoatmodjo,
kelompok masyarakat yang mau berbuat dan 2005).
bekerjasama secara optimal melaksanakan Motivasi seorang kader sangat penting
sesuatu yang telah direncanakan untuk karena akan mempengaruhi kemauan kader
mencapai tujuan yang telah ditetapkan untuk bekerja keras dalam menyelesaikan
(Notoadmodjo, 2007). Motivasi dapat timbul pekerjaannya dan pencapaian produktivitas
dari dalam individu atau datang dari kerja yang tinggi. Motivasi kader sebagai
lingkungan. Motivasi yang terbaik adalah daya pendorong yang membuat kader
motivasi yang datang dari dalam diri sendiri, mengembangkan kreativitas dan
bukan pengaruh dari lingkungan. Perilaku menggerakkan segala kemampuannya demi
yang dilakukan dengan motivasi yang tinggi mengoptimalkan pelayanan posyandu. Hal
maka akan menghasilkan kepatuhan yang ini sejalan dengan penelitian oleh Diajeng
tinggi (Asnawi, 2007). Tingginya motivasi (2009) yang menyimpulkan bahwa ada
ini juga dimiliki kader di Desa Pucangan dan pengaruh yang signifikan antara motivasi
Kelurahan Kartasura yang berdampak pada terhadap kepatuhan pencatatan buku KIA di
kepatuhan kader dalam pengisian KMS. BPS Blitar (nilai p<0,05). Penelitian Sari
Seseorang yang memiliki intelegensi dan (2008) juga menunjukkan ada hubungan
6 Authors/ Mechatronics, Electrical Power, and Vehicular TechnologyXX (20XX) XX-XX
yang signifikan antara motivasi kerja bidan Kader kesehatan adalah tenaga yang
dalam pelayanan antenatal dengan kepatuhan berasal dari masyarakat , dipilih oleh
pendokumentasian kartu ibu hamil di masyarakat itu sendiri dan bekerja secara
Puskesmas UPTD Kabupaten Bandung (nilai sukarela untuk menjadi penyelenggara
p = 0,001). posyandu(Fallen dan Dwi, 2010)
Motivasi dapat timbul dari dalam individu Persyaratan sebagai kader menurut
atau datang dari lingkungan. Motivasi yang Sulistyarini (2010) antara lain: Dapat
terbaik adalah motivasi yang datang dari membaca dan menulis, berjiwa sosial dan
dalam diri sendiri, bukan pengaruh dari mau bekerja secara sukarela,mengetahui adat
lingkungan.Perilaku yang dilakukan dengan istiadat serta kebiasaan
motivasi ekstrinsik penuh dengan masyarakat,mempunyai waktu yang
kekhawatiran, kesangsian, apabila tidak cukup,bertempat tinggal di wilayah
tercapai. Motivasi dapat dipengaruhi oleh Posyandu,berpenampilan ramah dan
pengalaman masa lampau, taraf intelegensi, simpatik,mengikuti pelatihan-pelatihan yang
kemampuan fisik, lingkungan dan berkaitan dengan kegiatan Posyandu sebelum
sebagainya. Makin tinggi intelegensi dan menjadi kader.
tingkat pendidikan seseorang akan semakin Peranan kader sangat penting karena
aktif dalam berbagai kegiatan posyandu dan kader bertanggung jawab dalam
secara sadar pula dalam melakukan pelaksanaan program posyandu. Bila
perbuatan untuk memenuhi kebutuhan kader tidak aktif maka pelaksanaan
tersebut, Dan sebaliknya makin rendah posyandu juga akan menjadi tidak
intelegensi dan tingkat pendidikan seseorang lancar. Hal ini secara langsung akan
akan kurang aktif pula dalam kegiatan mempengaruhi tingkat keberhasilan
posyandu (Chalik, 1994). program posyandu khususnya dalam
Motivasi merupakan dorongan yang pemantauan tumbuh kembang balita
timbul dari dalam diri seseorang untuk (Andira, dkk 2012). Pada tahun 2007,
melakukan perbuatan tertentu, Seseorang lebih kurang 250.000 posyandu di
kader yang tahu tentang pengertian, tujuan Indonesia hanya 40% yang masih aktif
dan manfaat posyandu baik dari petugas dan terlihat kecenderungan proporsi balita
kesehatan, media cetak maupun media yang tidak pernah ditimbang enam bulan
elektronik, maka kader akan bersikap terakhir semakin meningkat dari 25,5 %
mendukung untuk menimbulkan motivasi (2007) menjadi 34,3 % (2013) (Riskesdas,
yang tinggi untuk lebih aktil dalam kegiatan 2013).
posyandu. Karena kader mempunyai Menurut Anggidin (2011), kader
motivasiyang tinggi, sehingga muncul suatu Posyandu adalah warga masyarakat yang
keinginan untuk memenuhi kebutuhan ditunjuk untuk bekerja secara sukarela
tersebut yaitu dengan cara aktif dalam dalam melaksanakan kegiatan yang
berbagai kegiatan posyandu. Namun berhubungan dengan pelayanan kesehatan
sebaliknya jika kader tidak bersikap sederhana di Posyandu. Kader Posyandu
mendukung untuk aktif dalam kegiatan dipilih oleh pengurus Posyandu dari
posyandu, maka dalam diri kader tersebut anggota masyarakat yang bersedia, mampu
terdapat motivasi yang rendah sehingga hal dan memiliki waktu untuk
ini ditunjukan dari hasil analisis bahwa dari menyelenggarakan kegiatan Posyandu.
30 responden terdapat 21 orang (70%) yang Kriteria kader posyandu menurut
mempunyai motivasi kurang baik, dan Kemenkes RI (2011) ada tiga, yaitu
sebanyak 22 orang (73,3%) dalam pertama, kader yang dipilih diutamakan
keaKifannya termasuk kategori yang kurang berasal dari anggota masyarakat setempat
aktif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada sehingga kader lebih mengetahui
hubungan antara motivasi dengan keaktifan karakteristik dan memahami kebiasaan
kader dalam kegiatan posyandu. masyarakat. Selain itu kader lebih mudah
B. KADER KESEHATAN dalam memantau situasi dan kondisi bayi dan
balita yang ada di wilayah kerja Posyandu
7 Authors/ Mechatronics, Electrical Power, and Vehicular TechnologyXX(20XX) XX-XX
dengan melakukan kunjungan rumah bagi Posyandu, tugas pada hari Posyandu,
bayi dan balita yang tidak datang pada hari dan tugas setelah hari buka Posyandu
buka Posyandu maupun memantau status (Kemenkes RI, 2012). Tugas sebelum hari
pertumbuhan bayi dan balita yang mengalami buka Posyandu, yaitu berupa tugas-tugas
gizi kurang dan gizi buruk. Kedua, kader persiapan yang dilakukan oleh kader agar
juga harus bisa membaca dan menulis kegiatan pada hari buka Posyandu
huruf latin karena pelaksanaan tugas di berjalan dengan baik. Misalnya melakukan
Posyandu berhubungan juga dengan persiapan penyelenggaraan kegiatan
pencatatan dan pengisian KMS yang Posyandu berupa penyiapan tempat,
menuntut kader agar bisa membaca dan pemeriksaan alat penimbangan apakah masih
menulis. Kemampuan dalam membaca dan layak digunakan atau sudah tiba waktunya
menulis ini merupakan hasil dari untuk ditera atau dikalibrasi, menyiapkan
pendidikan dasar kader tersebut. Menurut materi penyuluhan, menyiapkan buku
Rosphita (2007), terdapat hubungan yang register Posyandu, dan menyiapkan
bermakna antara pengetahuan dan pemberian makanan tambahan. Selain itu
pendidikan kader dengan interprestasi kader juga bertugas untuk
hasil penimbangan dan menggambar grafik menyebarluaskan informasi tentang hari
pertumbuhan anak. Interpretasi tersebut buka Posyandu melalui pertemuan warga
hanya dapat dilakukan jika kader dapat setempat atau surat edaran agar partisipasi
membaca dan menuliskan hasil penimbangan masyarakat meningkat dalam kegiatan
di KMS. Ketiga, kader sebaiknya dapat Posyandu sehingga pemantauan
menggerakkan masyarakat untuk pertumbuhan bayi dan balita dapat
berpartisipasi dalam kegiatan di Posyandu dilaksanakan dengan optimal. Tugas pada
serta bersedia bekerja secara sukarela, hari buka Posyandu, yaitu berupa tugas-
memiliki kemampuan dan waktu luang agar tugas dalam melaksanakan pelayanan lima
kegiatan dapat terlaksana dengan baik. Jika kegiatan. Kegiatan wajib yang selalu
kader dapat meningkatkan partisipasi dilaksanakan di Posyandu adalah
masyarakat dalam arti sebagian besar ibu dari pendaftaran, penimbangan, pencatatan
bayi dan balita mau datang ke Posyandu, (pengisian KMS), penyuluhan, dan
maka keberhasilan program Posyandu akan pelayanan kesehatan yang berkoordinasi
terwujud. dengan petugas kesehatan dari
Jadi, persyaratan-persyaratan yang Puskesmas. Pendaftaran dilakukan sebagai
diutamakan dapatlah disimpulkan bahwa rekapitulasi data hasil penimbangan dan
kriteria pemilihan kader kesehatan antara seterusnya dilaporkan ke Puskesmas.
lain sanggup bekerja secara sukarela, Penimbangan merupakan kegiatan yang
mendapat kepercayaan dari masyarakat wajib dilakukan setiap bulan untuk
serta mempunyai kredibilitas yang baik memantau pertumbuhan bayi dan balita
dimana perilakunya menjadi panutan kemudian kader memplot hasil
masyarakat, memiliki jiwa pengabdian penimbangan pada KMS sehingga
yang tinggi, mempunyai penghasilan membentuk grafik berat badan dan kader
tetap, pandai baca tulis, sanggup memberikan penjelasan kepada ibu bayi
membina masyarakat sekitarnya. Kader dan balita tentang keadaan pertumbuhan
kesehatan mempunyai peran yang besar anaknya berdasarkan hasil penimbangan
dalam upaya meningkatkan kemampuan yang tertera di KMS melalui konseling
masyarakat menolong dirinya untuk ataupun penyuluhan. Tugas kader dalam
mencapai derajat kesehatan yang optimal. pelayanan kesehatan biasanya hanya untuk
Selain itu peran kader ikut membina mendampingi ibu yang mempunyai bayi
masyarakat dalam bidang kesehatan dengan dan balita saat imunisasi. Sedangkan
melalui kegiatan yang dilakukan baik di pelayanan kesehatan yang lain, seperti KB
posyandu. dilakukan sendiri oleh petugas kesehatan.
Tugas kader dibagi menjadi tiga Tugas sesudah hari buka Posyandu,
kelompok , yaitu: tugas pada sebelum hari yaitu berupa tugas-tugas kader yang
8 Authors/ Mechatronics, Electrical Power, and Vehicular TechnologyXX (20XX) XX-XX
tugasnya juga akan meningkat karena pekerjaannya , dalam hal ini adalah
didasari oleh adanya pengetahuan dan kelengkapan pengisian KMS oleh
pemahaman yang baik tentang tugas kader.
kewajibannya. Selain memberikan Kader yang dipilih diutamakan
pelatihan, motivasi bagi kader dapat berasal dari anggota masyarakat
diwujudkan dengan adanya setempat sehingga kader lebih
penghargaan bagi kader berprestasi mengetahui karakteristik dan
dan insentif bagi kader yang memahami kebiasaan masyarakat.
berwujud uang maupun barang yang Selain itu kader lebih mudah dalam
diberikan oleh pemerintah daerah. memantau situasi dan kondisi bayi
Dengan adanya penghargaan bagi dan balita yang ada di wilayah kerja
kader maka kader akan merasa Posyandu dengan melakukan
dihargai sehingga akan muncul kunjungan rumah bagi bayi dan balita
perasaan bangga dan senang pada yang tidak datang pada hari buka
dirinya sehubungan dengan tugas Posyandu maupun memantau status
sosialnya sebagai kader kesehatan. pertumbuhan bayi dan balita yang
Perasaan senang tersebut akan mengalami gizi kurang dan gizi
memunculkan motivasi yang tinggi buruk. Jika kader kesehatan bertugas
untuk melaksanakan tugas sebagai di wilayah/lingkungannya sendiri
kader sehingga hasil pekerjaan atau maka motivasi bekerjanya pun akan
tugas yang dilakukan akan maksimal. lebih tinggi karena dia merasa ikut
Menurut Widiastuti (2006), Kader bertanggungjawab terhadap keadaan
yang pernah mengikuti pelatihan atau kondisi kesehatan masyarakat di
sebagian memiliki motivasi sedang lingkungannya sehingga kualitas
(55,9%), sebagian lagi memiliki pekerjaannya akan semakin baik.
motivasi tinggi (44,1%) dan yang
patuh dalam pengisian KMS balita V. KESIMPULAN
sebesar (70,6%). Pelatihan adalah A. Kader yang memiliki motivasi rendah
suatu upaya kegiatan yang dalam pengisian KMS sejumlah 18
dilaksanakan untuk meningkatkan orang (46,2%), sedangkan kader yang
kemampuan, pengetahuan, memiliki motivasi tinggi dalam
keterampilan teknis dan dedikasi pengisian KMS sejumlah 21 orang
kader . (53,8%).
Selain pengaruh pengetahuan, B. Kader yang melakukan pengisian
pengalaman atau lama bekerja KMS tidak lengkap sejumlah 19
sebagai kader kesehatan juga orang (48,7%), sedangkan kader yang
mempengaruhi ketrampilan dalam melakukan pengisian KMS secara
pengisian KMS. Hal tersebut sesuai lengkap sejumlah 20 orang (51,3%).
dengan hasil penelitian Widiastuti C. Berdasarkan hasil uji statistik
(2006), seorang akan lebih baik dalam menggunakan uji Chi square
bekerja bila memiliki ketrampilan didapatkan hasil nilai p-value 0,038
dalam melaksanakan tugas, sehingga dapat disimpulkan ada
ketrampilan seorang dapat terlihat pengaruh motivasi kader dengan
pada lamanya seseorang bekerja. kelengkapan pengisian Kartu Menuju
Sebaiknya kader memang berasal dari Sehat.
warga yang secara ikhlas dan sukarela Hendaknya tenaga kesehatan khususnya
mau berperan sebagai kader sehingga bidan beserta pemerintah daerah lebih
nantinya akan langgeng tidak hanya memperhatikan kader kesehatan dengan cara
sewaktu saja menjadi kader karena meningkatkan frekuensi pelatihan yang
lama bekerja atau pengalaman diberikan kepada kader sehingga
sebagai kader juga akan pengetahuan dan ketrampilan kader dalam
mempengaruhi kualitas pelaksanaan posyandu dan pengisian KMS
11 Authors/ Mechatronics, Electrical Power, and Vehicular TechnologyXX(20XX) XX-XX