Anda di halaman 1dari 12

MOTIVASI KADER DAN KELENGKAPAN PENGISIAN KARTU MENUJU SEHAT

BALITA DI KABUPATEN KUDUS


Ika Tristantia,*, Indah Risnawatia, b
a
STIKES Muhammadiyah Kudus
Jl. Ganesha I, Kudus,Indonesia
b
STIKES Muhammadiyah Kudus
Jl. Ganesha I, Kudus,Indonesia
*ikatristanti@stikesmuhkudus.ac.id, indahrisnawati@stikesmuhkudus.ac.id
Abstrak
Badan kesehatan dunia (WHO, 2011) memperkirakan bahwa 54% kematian anak disebabkan
oleh keadaan gizi yang buruk. Di Indonesia, saat ini tercatat 4,5% dari 22 juta balita atau 900
ribu balita di Indonesia mengalami gizi kurang atau gizi buruk dan mengakibatkan lebih dari
80% kematian anak (Kemenkes,2012). Status gizi balita di Jawa Tengah tahun 2012
menunjukkan status gizi kurang sebesar 4,88% dan gizi buruk sebesar 0,06% (Dinkes Provinsi
Jawa Tengah, 2012). Kabupaten Kudus tahun 2013 terdapat 3,74% balita menderita gizi kurang
dan 0,76% gizi buruk. Penggunaan Kartu Menuju Sehat(KMS) untuk memantau pertumbuhan
balita sangat efektif dan bermanfaat untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan seperti
gizi kurang ataupun gizi buruk. Pengisian KMS dilakukan oleh kader kesehatan. Hasil survei
pendahuluan dengan wawancara yang mendalam kepada 10 kader posyandu pada bulan
Desember 2016 di Kabupaten Kudus, diperoleh 4 kader (40%) lengkap dalam pengisian KMS
dan 6 kader (60%) tidak lengkap dalam pengisian KMS. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh motivasi kader terhadap kelengkapan pengisian Kartu Menuju Sehat di
Kabupaten Kudus. Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan rancangan cross
sectional. Tempat penelitian ini di Posyandu Kabupaten Kudus pada bulan Januari 2017.
Populasi dalam penelitian ini sebanyak 39 kader yang bertugas mengisi KMS. Teknik
pengambilan sampel dengan accidental sampling.Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis
dengan uji univariat dan bivariat dengan menggunakan SPSS versi 20. Hasil penelitian ini
adalah ada pengaruh motivasi kader dengan kelengkapan pengisian Kartu Menuju Sehat.
Hendaknya kader kesehatan lebih diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan tentang
posyandu dan pengisian KMS. Selain itu, insentif yang diberikan kepada kader lebih
ditingkatkan lagi.
Kata kunci : Motivasi, Kader,Kartu Menuju Sehat

Abstract
The World Health Organization (WHO, 2011) estimates that 54% of child deaths are caused by poor
nutritional status. In Indonesia, there are 4.5% from 22 million children less than 5 years or 900
thousand children less than 5 years in Indonesia suffered malnutrition or poor nutrition, and there are
resulted more than 80% from childhood deaths (MoH, 2012). Nutritional status of children in Central
Java in 2012 showed that malnutrition status is 4.88% and malnutrition is 0.06% (Central Java
Provincial Health Office, 2012). Kudus Regency in 2013 has 3.74% toodler under five suffer from
malnutrition and 0.76% severe malnutrition. The use of Kartu Menuju Sehat (KMS) to monitor the
growth of children is very effective and useful for detecting the presence of growth disorders such as
malnutrition or poor nutrition. Charging KMS is done by health workers/ health cadre. The results of
preliminary survey with in-depth interviews to 10 cadres Posyandu in December 2016 in Kudus, is there
are four cadres (40%) complete in charging KMS and 6 (60%) did not complete in charging KMS. The
purpose of this study was to determine the effect of the motivation of cadres in completeing Kartu Menuju
Sehat in Kudus. The study was observational analytic with cross sectional design. This study place at
Kudus District in January 2017. The population in this study is the total 39 cadres and their duty to fill
KMS. The sampling technique is accidental sampling. Furthermore, the data obtained were analyzed by
univariate and bivariate using SPSS version 20. The results of this study are there is no motivational
effect cadre completeness Kartu Menuju Sehat. Health workers should be given the opportunity to attend
training on posyandu and charging KMS. In addition, the incentives for the cadres can be added and
developed.
Key words: Motivation, cadres, KMS

© 2017LPPM–STIKES Muhammadiyah Kudus All rights reserved


2 Authors/ Mechatronics, Electrical Power, and Vehicular TechnologyXX (20XX) XX-XX

I. PENDAHULUAN tahun 2007 Nomor 155/Menkes/Per/I/2010


Masa balita merupakan masa Tentang pengunaan KMS bagi balita
pertumbuhan dan perkembangan berat badan menunjukkan bahwa sebanyak 74,5 %
yang paling pesat dibandingkan dengan (sekitar 15 juta) balita pernah ditimbang
kelompok umur lain, masa ini tidak terulang minimal 1 kali selama 6 bulan terakhir,
sehingga disebut window of opportunity, 60,9% di antaranya ditimbang lebih dari 4
untuk mengetahui apakah balita tumbuh dan kali, dan sebanyak 65% (sekitar 12 juta)
berkembang secara normal atau tidak, balita memiliki KMS (Depkes RI, 2010).
penilaian tumbuh kembang balita yang Kartu Menuju Sehat (KMS)
mudah diamati adalah pola tumbuh kembang adalah kartu yang memuat kurva
fisik, salah satunya dalam mengukur berat pertumbuhan normal anak
badan balita (Soetjiningsih, 2002). Perubahan berdasarkan indeks antropometri
berat badan merupakan indikator yang sangat berat badan menurut umur. Dengan
sensitif untuk memantau pertumbuhan anak. KMS gangguan pertumbuhan atau
Bila kenaikan berat badan anak lebih rendah resiko kelebihan gizi dapat diketahui
dari yang seharusnya, pertumbuhan anak lebih dini, sehingga dapat dilakukan
terganggu dan anak beresiko akan mengalami tindakan pencegahan secara lebih
kekurangan gizi. Sebaliknya bila kenaikan cepat dan tepat sebelum masalahnya
berat badan lebih besar dari yang seharusnya lebih berat (Depkes RI, 2010). Kartu
merupakan indikasi resiko kelebihan gizi Menuju Sehat (KMS) merupakan
(Depkes RI, 2010). suatu kartu atau alat penting yang
Badan kesehatan dunia (WHO, 2011) digunakan untuk memantau
memperkirakan bahwa 54% kematian anak pertumbuhan dan perkembangan anak
disebabkan oleh keadaan gizi yang buruk. Di (Soetjiningsih 1995). Kartu Menuju
Indonesia, saat ini tercatat 4,5% dari 22 juta Sehat (KMS) yang ada untuk saat ini
balita atau 900 ribu balita di Indonesia adalah KMS balita, yaitu kartu yang
mengalami gizi kurang atau gizi buruk dan memuat grafik pertumbuhan serta
mengakibatkan lebih dari 80% kematian anak indikator perkembangan yang
(Kemenkes,2012). Hasil Riskesdas (2010), bermanfaat untuk mencatat dan
menunjukkan pravelensi gizi kurang menjadi memantau tumbuh kembang balita
17,9% dan gizi buruk menjadi 4,9%, artinya pada setiap bulannya, dari anak sejak
kemungkinan besar sasaran pada tahun 2014 lahir sampai berusia 5 tahun (Depkes
sebesar 15,0% untuk gizi kurang dan 3,5% RI, 1996). Dengan demikian Kartu
untuk gizi buruk dapat tercapai. Menuju Sehat (KMS) dapat diartikan
Status gizi balita di Jawa Tengah tahun sebagai raport kesehatan serta gizi
2012 menunjukkan status gizi kurang sebesar pada balita. Bentuk dan
4,88% dan gizi buruk sebesar 0,06% (Dinkes pengembangan KMS ditentukan
Provinsi Jawa Tengah, 2012). Kabupaten oleh rujukan atau standar
Kudus tahun 2013 terdapat 3,74% balita antropometri yang dipakai, tujuan
menderita gizi kurang dan 0,76% gizi buruk. pengembangan KMS serta sasaran
Prevalensi status gizi kurang-buruk terbesar pengguna. KMS di Indonesia telah
berada di Puskesmas Undaan yaitu sebesar mengalami 3 kali perubahan. KMS
17,56% dengan 14,24% gizi kurang dan yang pertama dikembangkan pada
3,32% gizi buruk sehingga termasuk dalam tahun 1974 dengan menggunakan
keadaan rawan gizi (Dinkes Kabupaten rujukan Harvard. Pada tahun 1990
Kudus, 2013). KMS revisi dengan menggunakan
Pada saat ini pemantauan pertumbuhan rujukan dari WHO-NCHS. Pada
merupakan kegiatan utama posyandu yang tahun 2008 KMS balita di revisi
jumlahnya mencapai lebih dari 260.000 yang berdasarkan standar antropometri
tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Hasil WHO tahun 2005, yang telah
Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 yang membedakan antara KMS untuk laki-
dikutip dari Peraturan Menteri Kesehatan laki dan perempuan. KMS ini juga
3 Authors/ Mechatronics, Electrical Power, and Vehicular TechnologyXX(20XX) XX-XX

untuk mengetahui keadaan gizi dan dipilih masyarakat dan juga ditinjau
mengenali apakah seorang anak oleh masyarakat serta dapat bekerja
tumbuh normal. dengan sukarela. Fungsi kader adalah
Kartu menuju Sehat di mampu melaksanakan sejumlah
Indonesia saat ini memakai beberapa kegiatan yang ada di lingkungannya.
standar baku, salah satunya menurut Kegiatan yang dilakukan sifatnya
baku WHO-NCHS dimana keadaan sederhana akan tetapi juga harus
status gizi baik berada pada warna berguna untuk masyarakat dan
hijau/hijau tua,gizi kurang pada kelompok. Adapun berbagai macam
warna kuning, gizi buruk dibawah kegiatan yang dapat dilakukan oleh
garis merah dan gizi lebih berada jauh kader kesehatan, misalnya:
diatas warna hijau (>10%baku ). Ibu Pemberian obat cacing, diare, larutan
adalah orang yang paling dekat gula garam, dan lain-lain. Melakukan
dengan balita dan diharapkan kegiatan penimbangan bayi dan balita
mempunyai pengetahuan yang serta memberikan penyuluhan tentang
memadai mengenai tumbuh kembang gizi masyarakat secara rutin.
anak serta dapat mengatasi Melakukan pemberantasan terhadap
permasalahan gizi. Dengan melihat berbagai penyakit menular, mendata
grafik pertumbuhan berat badan anak kasus kesehatan, memberikan laporan
dari bulan ke bulan pada KMS, mengenai vaksinasi, pendistribusian
seorang ibu dapat mengetahui dan obat atau alat kontrasepsi KB, juga
secara dini dapat segera melakukan pemberian berbagai bentuk
tindakan penanggulangan sesuai penyuluhan tentang pentingnya
dengan pengetahuan dan sikap yang Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
di miliki oleh ibu, sehingga keadaan Sejahtera (NKKBS). Memberi dan
gizi yang memburuk dapat dicegah membimbing materi kesehatan
dan mempertahankan gizi baik tetap tentang lingkungan, pembuatan
baik. Semua informasi atau data yang jamban keluarga dan sarana air
diperlukan untuk pemantauan balita, sederhana.Melakukan program dana
pada dasarnya bersumber dari data sehat, pos kesehatan desa, dan
penimbangan berat badan balita yang berbagai program kesehatan lainnya.
didapat setiap bulan saat balita di Kartu Menuju Sehat sudah
bawa ke posyandu. Hasil digunakan di Indonesia sejak tahun
penimbangan selanjutnya diisikan ke 1970-an sebagai alat untuk memantau
dalam KMS untuk dinilai naik (N) pertumbuhan anak dibawah umur 5
dan tidak naiknya (T). Ada tiga (lima) tahun (Balita). Pada tahun
bagian penting dalam pemantauan 2010 Kementrian Kesehatan telah
pertumbuhan yaitu : kegiatan menerbitkan sebuah Peraturan
penimbangan yang terus menerus Menteri (PERMENKES) Nomor :
dilakukan setiap bulannya, kegiatan 155/Menkes/Per/I/2010, tentang
mengisikan data berat badan anak ke Penggunaan Kartu Menuju Sehat bagi
dalam KMS, serta ada penilaian naik balita.
atau turunnya berat badan anak sesuai Pendokumentasian KMS sangat penting
dengan arah garis baik bagi ibu balita maupun petugas
pertumbuhannya(Depkes. RI, 2002). kesehatan karena sebagai media edukasi bagi
Tiga kegiatan tersebut dilakukan oleh orang tua balita tentang kesehatan anak
kader kesehatan. Batasan pengertian balitanya dan sebagai sarana komunikasi
kader kesehatan menurut Departemen yang dapat digunakan oleh petugas kesehatan
Kesehatan RI di bidang Direktorat untuk menentukan penyuluhan dan tindakan
Bina Peran Serta Masyarakat yaitu pelayanan kesehatan gizi serta dapat
kader kesehatan adalah warga dari membantu deteksi dini adanya
masyarakat lingkungan setempat yang penyimpangan tumbuh kembang balita,
4 Authors/ Mechatronics, Electrical Power, and Vehicular TechnologyXX (20XX) XX-XX

selain dicatat dalam KMS, pencatatan juga Peran serta masyarakat tentu sangat
dilakukan pada buku rekapitulasi pemantau penting untuk bisa menekan angka kejadian
status gizi balita (Depkes RI, 2000). gizi buruk pada balita. Diperlukan kesadaran
Dari hasil pengamatan dan wawancara yang tinggi dari tiap keluarga untuk menjaga
dengan bidan dan kader posyandu pada kesehatan anggota keluarganya. Ibu
dokumen KMS ditemukan 50% memegang peran yang penting dalam hal ini,
ketidaklengkapan dalam pengisian, mereka mengingat ibulah pendidik dan pengasuh
menyatakan bahwa mengetahui tujuan dari utama bagi anaknya. Satu hal yang sederhana
pengisian KMS dan tahu akibat jika KMS tetapi sering dilupakan oleh para ibu dan
tidak diisi dengan lengkap, dengan alasan kader kesehatan adalah Kartu Menuju Sehat
mereka hanya menulis dari apa yang (KMS). Posyandu melakukan pemantauan
diobservasi saja, dan apa yang dianggap pertumbuhan dan perkembangan anak
penting saja, apabila pada saat pertama melalui grafik berat badan dan mencatatnya
pasien datang tidak ditulis dengan lengkap pada KMS (Kartu Menuju Sehat). Kartu
maka bidan akan kesulitan apabila pasien Menuju Sehat (KMS) merupakan kartu yang
melakukan kunjungan kembali dalam memuat kurva pertumbuhan normal anak
mengambil keputusan apabila terdapat berdasarkan indeks antropometri berat badan
masalah dalam menentukan tumbuh menurut umur (Kemenkes, 2010). KMS juga
kembang balita dan stsus gizi balita. berfungsi sebagai alat penyuluhan gizi
Penyelenggaraan posyandu memerlukan kepada ibu-ibu yang memiliki anak balita
adanya para kader kesehatan yang bertugas (bawah lima tahun). Seperti ditulis oleh
untuk mengelola segala kegiatan yang ada. Mudjianto (2001), KMS sebagai alat
Salah satu peran penting kader posyandu penyuluhan gizi masih belum efektif.
adalah memberikan motivasi kepada ibu Ketidakefektifan ini terjadi karena masih
khususnya yang mempunyai balita, agar rendahnya pemahaman kader posyandu dan
selalu rutin tiap bulan menimbangkan ibu balita terhadap arti dari grafik
anaknya ke posyandu (Rusmi, 2008). Kader pertumbuhan anak. Rendahnya pengetahuan
posyandu juga dituntut untuk memiliki kader untuk memberikan nasehat gizi kepada
pengetahuan yang cukup tentang tugas dan ibu balita ikut berpengaruh juga terhadap
tanggung jawabnya, seperti cara kekurangefektifan KMS.
penimbangan, pengisian KMS dan pemberian Berdasarkan Survei Kesehatan
makanan tambahan. Penyelenggaraan Rumah Tangga (SKRT) susenas
posyandu juga dapat berjalan dengan baik 2001, hanya 46,6% kader posyandu
jika para kader memiliki motivasi yang yang pernah mendapat pelatihan
tinggi. Kader yang memiliki pengetahuan tentang KMS(Pusat penelitian dan
baik dapat berperan serta untuk pengembangan Depkes RI, 2001).
meningkatkan kualitas pelayanan posyandu, Hasil penelitian Suliasih
salah satunya pengetahuan tentang pengisian tahun 2013 didapatkan informasi
KMS. Pengetahuan yang cukup tentang bahwa di Posyandu Sedap Malam
pengisian KMS berpengaruh terhadap Wilayah Kerja Puskesmas
kepatuhan kader dalam pengisian KMS. Colomadu I didapatkan hasil 55%
Apabila pengetahuan kader kurang maka ketidaklengkapan penulisan pada
akan berdampak pada ketidaklengkapan kolom identitas anak dan orang
pengisian KMS. Motivasi seorang kader tua, dan 45% tidak dituliskan pada
sangat penting karena akan mempengaruhi kolom pemberian ASI eksklusif.Dari
kemauan kader untuk bekerja keras dalam hasil pengamatan dan wawancara
menyelesaikan pekerjaannya dan pencapaian dengan bidan dan kader posyandu
produktivitas kerja yang tinggi. Motivasi pada dokumen KMS ditemukan
kader sebagai daya pendorong yang membuat 50% ketidaklengkapan dalam
kader mengembangkan kreativitas dan pengisian, mereka menyatakan
menggerakkan segala kemampuannya demi bahwa mengetahui tujuan dari
mengoptimalkan pelayanan posyandu. pengisian KMS dan tahu akibat jika
5 Authors/ Mechatronics, Electrical Power, and Vehicular TechnologyXX(20XX) XX-XX

KMS tidak diisi dengan lengkap, tingkat pendidikan yang semakin tinggi,
dengan alasan mereka hanya semakin aktif dalam berbagai kegiatan
menulis dari apa yang diobservasi posyandu dan secara sadar pula dalam
saja, dan apa yang dianggap melakukan perbuatan untuk memenuhi
penting saja, apabila pada saat kebutuhan tersebut. Sebaliknya seseorang
pertama pasien datang tidak ditulis yang memiliki intelegensi dan tingkat
dengan lengkap maka bidan akan pendidikan yang rendah, akan kurang aktif
kesulitan apabila pasien melakukan pula dalam kegiatan posyandu.
kunjungan kembali dalam mengambil Kader yang memiliki motivasi tinggi juga
keputusan apabila terdapat masalah membutuhkan pengetahuan dan informasi
dalam menentukan tumbuh kembang yang jelas, sehingga kader harus patuh dalam
balita dan status gizi balita. pengisian KMS. Pengetahuan yang baik
Hasil survei pendahuluan dengan dapat membawa seseorang ke arah motivasi
wawancara yang mendalam kepada 10 kader yang tinggi sehingga kader dapat patuh
posyandu pada bulan Desember 2016 di dalam pengisian KMS (Notoatmodjo, 2007).
Kabupaten Kudus, diperoleh 4 kader (40%) Motivasi kader yang tinggi juga didorong
lengkap dalam pengisian KMS dan 6 kader oleh lama bekerja kader. Kader yang bekerja
(60%) tidak lengkap dalam pengisian KMS. lebih dari 10 tahun sebagian memiliki
Dampak jika kader tidak mengetahui motivasi tinggi (54,5%), sebagian lagi
mekanisme pencatatan KMS maka akan memiliki motivasi sedang (45,4%) dan yang
kesulitan untuk menentukan status patuh dalam pengisian KMS balita sebesar
pertumbuhan dan perkembangan anak. (63,6%). Menurut Widiastuti (2006), seorang
Rumusan masalah dalam penelitian ini akan lebih baik dalam bekerja bila memiliki
adalah adakah pengaruh motivasi kader ketrampilan dalam melaksanakan tugas,
dengan kelengkapan pengisian Kartu Menuju ketrampilan seorang dapat terlihat pada
Sehat di Kabupaten Kudus? lamanya seseorang bekerja. Begitu juga
II. LANDASAN TEORI dengan pelatihan yang didapatkan oleh
A. MOTIVASI KADER kader. Kader yang pernah mengikuti
Motivasi merupakan kekuatan yang pelatihan sebagian memiliki motivasi sedang
menggambarkan baik kondisi ekstrinsik yang (55,9%), sebagian lagi memiliki motivasi
merangsang perilaku tertentu dan respon tinggi (44,1%) dan yang patuh dalam
instrinsik yang menampakkan perilaku- pengisian KMS balita sebesar (70,6%).
perilaku manusia (Swanburg, 2006). Pelatihan adalah suatu upaya kegiatan yang
Motivasi merupakan upaya untuk dilaksanakan untuk meningkatkan
menimbulkan rangsangan, dorongan ataupun kemampuan, pengetahuan, keterampilan
pembangkit tenaga pada seseorang atau teknis dan dedikasi kader (Notoatmodjo,
kelompok masyarakat yang mau berbuat dan 2005).
bekerjasama secara optimal melaksanakan Motivasi seorang kader sangat penting
sesuatu yang telah direncanakan untuk karena akan mempengaruhi kemauan kader
mencapai tujuan yang telah ditetapkan untuk bekerja keras dalam menyelesaikan
(Notoadmodjo, 2007). Motivasi dapat timbul pekerjaannya dan pencapaian produktivitas
dari dalam individu atau datang dari kerja yang tinggi. Motivasi kader sebagai
lingkungan. Motivasi yang terbaik adalah daya pendorong yang membuat kader
motivasi yang datang dari dalam diri sendiri, mengembangkan kreativitas dan
bukan pengaruh dari lingkungan. Perilaku menggerakkan segala kemampuannya demi
yang dilakukan dengan motivasi yang tinggi mengoptimalkan pelayanan posyandu. Hal
maka akan menghasilkan kepatuhan yang ini sejalan dengan penelitian oleh Diajeng
tinggi (Asnawi, 2007). Tingginya motivasi (2009) yang menyimpulkan bahwa ada
ini juga dimiliki kader di Desa Pucangan dan pengaruh yang signifikan antara motivasi
Kelurahan Kartasura yang berdampak pada terhadap kepatuhan pencatatan buku KIA di
kepatuhan kader dalam pengisian KMS. BPS Blitar (nilai p<0,05). Penelitian Sari
Seseorang yang memiliki intelegensi dan (2008) juga menunjukkan ada hubungan
6 Authors/ Mechatronics, Electrical Power, and Vehicular TechnologyXX (20XX) XX-XX

yang signifikan antara motivasi kerja bidan Kader kesehatan adalah tenaga yang
dalam pelayanan antenatal dengan kepatuhan berasal dari masyarakat , dipilih oleh
pendokumentasian kartu ibu hamil di masyarakat itu sendiri dan bekerja secara
Puskesmas UPTD Kabupaten Bandung (nilai sukarela untuk menjadi penyelenggara
p = 0,001). posyandu(Fallen dan Dwi, 2010)
Motivasi dapat timbul dari dalam individu Persyaratan sebagai kader menurut
atau datang dari lingkungan. Motivasi yang Sulistyarini (2010) antara lain: Dapat
terbaik adalah motivasi yang datang dari membaca dan menulis, berjiwa sosial dan
dalam diri sendiri, bukan pengaruh dari mau bekerja secara sukarela,mengetahui adat
lingkungan.Perilaku yang dilakukan dengan istiadat serta kebiasaan
motivasi ekstrinsik penuh dengan masyarakat,mempunyai waktu yang
kekhawatiran, kesangsian, apabila tidak cukup,bertempat tinggal di wilayah
tercapai. Motivasi dapat dipengaruhi oleh Posyandu,berpenampilan ramah dan
pengalaman masa lampau, taraf intelegensi, simpatik,mengikuti pelatihan-pelatihan yang
kemampuan fisik, lingkungan dan berkaitan dengan kegiatan Posyandu sebelum
sebagainya. Makin tinggi intelegensi dan menjadi kader.
tingkat pendidikan seseorang akan semakin Peranan kader sangat penting karena
aktif dalam berbagai kegiatan posyandu dan kader bertanggung jawab dalam
secara sadar pula dalam melakukan pelaksanaan program posyandu. Bila
perbuatan untuk memenuhi kebutuhan kader tidak aktif maka pelaksanaan
tersebut, Dan sebaliknya makin rendah posyandu juga akan menjadi tidak
intelegensi dan tingkat pendidikan seseorang lancar. Hal ini secara langsung akan
akan kurang aktif pula dalam kegiatan mempengaruhi tingkat keberhasilan
posyandu (Chalik, 1994). program posyandu khususnya dalam
Motivasi merupakan dorongan yang pemantauan tumbuh kembang balita
timbul dari dalam diri seseorang untuk (Andira, dkk 2012). Pada tahun 2007,
melakukan perbuatan tertentu, Seseorang lebih kurang 250.000 posyandu di
kader yang tahu tentang pengertian, tujuan Indonesia hanya 40% yang masih aktif
dan manfaat posyandu baik dari petugas dan terlihat kecenderungan proporsi balita
kesehatan, media cetak maupun media yang tidak pernah ditimbang enam bulan
elektronik, maka kader akan bersikap terakhir semakin meningkat dari 25,5 %
mendukung untuk menimbulkan motivasi (2007) menjadi 34,3 % (2013) (Riskesdas,
yang tinggi untuk lebih aktil dalam kegiatan 2013).
posyandu. Karena kader mempunyai Menurut Anggidin (2011), kader
motivasiyang tinggi, sehingga muncul suatu Posyandu adalah warga masyarakat yang
keinginan untuk memenuhi kebutuhan ditunjuk untuk bekerja secara sukarela
tersebut yaitu dengan cara aktif dalam dalam melaksanakan kegiatan yang
berbagai kegiatan posyandu. Namun berhubungan dengan pelayanan kesehatan
sebaliknya jika kader tidak bersikap sederhana di Posyandu. Kader Posyandu
mendukung untuk aktif dalam kegiatan dipilih oleh pengurus Posyandu dari
posyandu, maka dalam diri kader tersebut anggota masyarakat yang bersedia, mampu
terdapat motivasi yang rendah sehingga hal dan memiliki waktu untuk
ini ditunjukan dari hasil analisis bahwa dari menyelenggarakan kegiatan Posyandu.
30 responden terdapat 21 orang (70%) yang Kriteria kader posyandu menurut
mempunyai motivasi kurang baik, dan Kemenkes RI (2011) ada tiga, yaitu
sebanyak 22 orang (73,3%) dalam pertama, kader yang dipilih diutamakan
keaKifannya termasuk kategori yang kurang berasal dari anggota masyarakat setempat
aktif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada sehingga kader lebih mengetahui
hubungan antara motivasi dengan keaktifan karakteristik dan memahami kebiasaan
kader dalam kegiatan posyandu. masyarakat. Selain itu kader lebih mudah
B. KADER KESEHATAN dalam memantau situasi dan kondisi bayi dan
balita yang ada di wilayah kerja Posyandu
7 Authors/ Mechatronics, Electrical Power, and Vehicular TechnologyXX(20XX) XX-XX

dengan melakukan kunjungan rumah bagi Posyandu, tugas pada hari Posyandu,
bayi dan balita yang tidak datang pada hari dan tugas setelah hari buka Posyandu
buka Posyandu maupun memantau status (Kemenkes RI, 2012). Tugas sebelum hari
pertumbuhan bayi dan balita yang mengalami buka Posyandu, yaitu berupa tugas-tugas
gizi kurang dan gizi buruk. Kedua, kader persiapan yang dilakukan oleh kader agar
juga harus bisa membaca dan menulis kegiatan pada hari buka Posyandu
huruf latin karena pelaksanaan tugas di berjalan dengan baik. Misalnya melakukan
Posyandu berhubungan juga dengan persiapan penyelenggaraan kegiatan
pencatatan dan pengisian KMS yang Posyandu berupa penyiapan tempat,
menuntut kader agar bisa membaca dan pemeriksaan alat penimbangan apakah masih
menulis. Kemampuan dalam membaca dan layak digunakan atau sudah tiba waktunya
menulis ini merupakan hasil dari untuk ditera atau dikalibrasi, menyiapkan
pendidikan dasar kader tersebut. Menurut materi penyuluhan, menyiapkan buku
Rosphita (2007), terdapat hubungan yang register Posyandu, dan menyiapkan
bermakna antara pengetahuan dan pemberian makanan tambahan. Selain itu
pendidikan kader dengan interprestasi kader juga bertugas untuk
hasil penimbangan dan menggambar grafik menyebarluaskan informasi tentang hari
pertumbuhan anak. Interpretasi tersebut buka Posyandu melalui pertemuan warga
hanya dapat dilakukan jika kader dapat setempat atau surat edaran agar partisipasi
membaca dan menuliskan hasil penimbangan masyarakat meningkat dalam kegiatan
di KMS. Ketiga, kader sebaiknya dapat Posyandu sehingga pemantauan
menggerakkan masyarakat untuk pertumbuhan bayi dan balita dapat
berpartisipasi dalam kegiatan di Posyandu dilaksanakan dengan optimal. Tugas pada
serta bersedia bekerja secara sukarela, hari buka Posyandu, yaitu berupa tugas-
memiliki kemampuan dan waktu luang agar tugas dalam melaksanakan pelayanan lima
kegiatan dapat terlaksana dengan baik. Jika kegiatan. Kegiatan wajib yang selalu
kader dapat meningkatkan partisipasi dilaksanakan di Posyandu adalah
masyarakat dalam arti sebagian besar ibu dari pendaftaran, penimbangan, pencatatan
bayi dan balita mau datang ke Posyandu, (pengisian KMS), penyuluhan, dan
maka keberhasilan program Posyandu akan pelayanan kesehatan yang berkoordinasi
terwujud. dengan petugas kesehatan dari
Jadi, persyaratan-persyaratan yang Puskesmas. Pendaftaran dilakukan sebagai
diutamakan dapatlah disimpulkan bahwa rekapitulasi data hasil penimbangan dan
kriteria pemilihan kader kesehatan antara seterusnya dilaporkan ke Puskesmas.
lain sanggup bekerja secara sukarela, Penimbangan merupakan kegiatan yang
mendapat kepercayaan dari masyarakat wajib dilakukan setiap bulan untuk
serta mempunyai kredibilitas yang baik memantau pertumbuhan bayi dan balita
dimana perilakunya menjadi panutan kemudian kader memplot hasil
masyarakat, memiliki jiwa pengabdian penimbangan pada KMS sehingga
yang tinggi, mempunyai penghasilan membentuk grafik berat badan dan kader
tetap, pandai baca tulis, sanggup memberikan penjelasan kepada ibu bayi
membina masyarakat sekitarnya. Kader dan balita tentang keadaan pertumbuhan
kesehatan mempunyai peran yang besar anaknya berdasarkan hasil penimbangan
dalam upaya meningkatkan kemampuan yang tertera di KMS melalui konseling
masyarakat menolong dirinya untuk ataupun penyuluhan. Tugas kader dalam
mencapai derajat kesehatan yang optimal. pelayanan kesehatan biasanya hanya untuk
Selain itu peran kader ikut membina mendampingi ibu yang mempunyai bayi
masyarakat dalam bidang kesehatan dengan dan balita saat imunisasi. Sedangkan
melalui kegiatan yang dilakukan baik di pelayanan kesehatan yang lain, seperti KB
posyandu. dilakukan sendiri oleh petugas kesehatan.
Tugas kader dibagi menjadi tiga Tugas sesudah hari buka Posyandu,
kelompok , yaitu: tugas pada sebelum hari yaitu berupa tugas-tugas kader yang
8 Authors/ Mechatronics, Electrical Power, and Vehicular TechnologyXX (20XX) XX-XX

dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan Sebaliknya seseorang yang memiliki


Posyandu yang telah diselenggarakan, intelegensi dan tingkat pendidikan yang
melakukan kunjungan rumah pada balita rendah, akan kurang aktif pula dalam
yang tidak hadir pada hari buka kegiatan posyandu.
Posyandu, pada anak yang kurang gizi, III. METODE PENELITIAN
atau pada anak yang mengalami gizi Jenis penelitian adalah observasional
buruk rawat jalan, dan lain-lain . Selain analitik dengan rancangan cross sectional.
itu kader juga merencanakan waktu Tempat penelitian ini di Posyandu Kabupaten
penyelenggaraan Posyandu pada bulan Kudus pada bulan Januari 2017. Populasi
berikutnya dan melengkapi rekapitulasi dalam penelitian ini sebanyak 39 kader yang
data bulanan untuk pelaporan ke bertugas mengisi KMS. Teknik pengambilan
Puskesmas. Secara teknis tugas-tugas sampel dengan accidental sampling. Jenis
tersebut sangat sempurna untuk data yang digunakan adalah data kuantitatif
menghasilkan pelayanan yang baik, menggunakan instrument kuesioner dan
namun untuk operasional di lapangan checklist. Selanjutnya data yang diperoleh
sekiranya belum dilaksanakan dengan dianalisis dengan uji univariat dan bivariat
maksimal oleh kader. dengan menggunakan SPSS versi 20.
Menurut Abdullah (2010) dalam IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Agustina (2013) bahwa kader dalam A. Motivasi Kader
pelaksanaan posyandu merupakan titik Tabel 4.1. Motivasi Kader
sentral kegiatan posyandu, keikutsertaan Motivasi Jumlah Persentase
dan keaktifannya diharapkan mampu mengisi
menggerakkan partisipasi masyarakat. KMS
Tinggi 21 53,8
Namun keberadaan kader relatif labil
Rendah 18 46,2
karena partisipasinya bersifat sukarela Total 39 100
sehingga tidak ada jaminan bahwa para Kader yang memiliki motivasi
kader akan tetap menjalankan fungsinya rendah dalam pengisian KMS
dengan baik seperti yang diharapkan. sejumlah 18 orang (46,2%),
Jika ada kepentingan keluarga atau sedangkan kader yang memiliki
kepentingan lainnya maka posyandu akan motivasi tinggi dalam pengisian KMS
ditinggalkan.Kenyataan dilapangan sejumlah 21 orang (53,8%).
menunjukkan masih ada posyandu yang
mengalami keterbatasan kader, yaitu tidak B. Kelengkapan Pengisian KMS
semua kader aktif dalam setiap kegiatan Tabel 4.2. Kelengkapan Pengisian KMS
posyandu sehingga pelayanan tidak Kelengkapan Jumlah Persentase
berjalan lancar. Keterbatasan kader pengisian KMS
disebabkan adanya kader drop out karena Lengkap 20 51,3
Tidak lengkap 19 48,7
lebih tertarik bekerja ditempat lain yang
Total 39 100
memberikan keuntungan ekonomis, kader
Kader yang melakukan pengisian
pindah karena ikut suami, dan juga setelah
KMS tidak lengkap sejumlah 19
bersuami tidak mau lagi menjadi kader,
orang (48,7%), sedangkan kader yang
kader sebagai relawan merasa jenuh dan
melakukan pengisian KMS secara
tidak adanya penghargaan kepada kader
lengkap sejumlah 20 orang (51,3%).
yang dapat memotivasi mereka untuk
C. Pengaruh Motivasi Kader
bekerja dan faktor-faktor lainnya seperti Tabel 4.3. Pengaruh motivasi kader
adanya keterbatasan pengetahuan karena terhadap kelengkapan pengisian KMS
berdasarkan penelitian sebelumnya kader Motivas Kelengkapan Total
yang direkrut oleh staf puskesmas i pengisian KMS
kebanyakan hanya berpendidikan sampai mengisi Tidak Lengkap
KMS lengkap
tingkat SLTA dengan pengetahuan yang
Rendah 12(30,8% 6 (15,4%) 18(46,2%
sangat minim (Agustina, 2013). ) )
Tinggi 7 (17,9%) 14 21(53,8%
9 Authors/ Mechatronics, Electrical Power, and Vehicular TechnologyXX(20XX) XX-XX

(35,9%) ) Motivasi merupakan kekuatan


Total 19 20(51,3% 39(100%) yang menggambarkan baik kondisi
(48,7%) )
ekstrinsik yang merangsang perilaku
Kader yang memiliki motivasi
tertentu dan respon instrinsik yang
rendah, dan mengisi KMS secara
menampakkan perilaku-perilaku
tidak lengkap sejumlah 12 orang
manusia (Swanburg, 2006). Motivasi
(30,8%). Sedangkan kader yang
merupakan upaya untuk
mempunyai motivasi rendah dan
menimbulkan rangsangan, dorongan
mengisi KMS secara lengkap
ataupun pembangkit tenaga pada
sejumlah 6 orang (15,4%). Kader
seseorang atau kelompok masyarakat
yang memiliki motivasi tinggi, dan
yang mau berbuat dan bekerjasama
mengisi KMS secara tidak lengkap
secara optimal melaksanakan sesuatu
sejumlah 7 orang (17,9%). Sedangkan
yang telah direncanakan untuk
kader yang mempunyai motivasi
mencapai tujuan yang telah
tinggi dan mengisi KMS secara
ditetapkan (Notoadmodjo, 2007).
lengkap sejumlah 14 orang (35,9% ).
Motivasi akan merangsang kader
Berdasarkan hasil uji statistik
untuk melakukan tugasnya dengan
menggunakan uji Chi square
baik. Dengan motivasi tinggi maka
didapatkan hasil nilai p-value 0,038
diharapkan kader akan bersemangat
sehingga dapat disimpulkan ada
melakukan tugasnya salah satunya
pengaruh motivasi kader dengan
adalah mengisi KMS di setiap
kelengkapan pengisian Kartu Menuju
penimbangan balita setiap bulannya
Sehat.
di Posyandu. Jika dalam pengisian
Kelengkapan pengisian KMS
KMS kader bersemangat atau
ditinjau dari Sembilan aspek, antara
memiliki motivasi yang tinggi maka
lain: kelengkapan pengisian biodata
KMS yang diisi pun akan terisi secara
atau identitas diri anak, ketepatan
lengkap dan baik. Tetapi sebaliknya,
memilih KMS berdasarkan jenis
jika kader kesehatan dalam
kelamin anak, ketepatan pengisian
melaksanakan kewajibannya sudah
hasil timbangan, ketepatan mengisi
tidak bersemangat atau motivasinya
titik berat badan pada diagram /kurva
rendah maka dalam mengisi KMS
pertumbuhan, kelengkapan mengisi
akan asal-asalan sehingga banyak hal
berat badan anak di setiap bulannya,
atau bagian dari KMS yang kosong
kelengkapan pengisian keadaan
ataupun salah.
kesehatan anak setiap bulan,
Motivasi yang terbaik adalah
kelengkapan mengisi keadaan naik
motivasi yang datang dari dalam diri
atau tidak naik pada KMS,
sendiri, bukan pengaruh dari
kelengkapan pengisian ASI eksklusif,
lingkungan. Perilaku yang dilakukan
kelengkapan pengisian imunisasi dan
dengan motivasi yang tinggi maka
kelengkapan pengisian pemberian
akan menghasilkan kepatuhan yang
vitamin A. Data tambahan yang
tinggi (Asnawi, 2007).
didapat dari penelitian ini adalah
Motivasi bagi kader dapat
kurang cermatnya kader dalam
dilakukan oleh tenaga kesehatan
pengisian data berat badan anak di
khususnya bidan. Bidan dapat
kolom berat badan dan pengisian
mendampingi kader ketika melakukan
status naik(N) atau tidak naik(T) pada
tugasnya di Posyandu. Bidan dapat
kolom KMS. Kader juga tidak cermat
memberikan pelatihan tentang
dalam pengisian diagram kenaikan
Posyandu, KMS dan lain-lain.
berat badan karena banyak titik yang
Pelatihan bagi kader dapat
tidak dihubungkan sehingga sulit
meningkatkan pengetahuan kader
diinterpretasikan saat membaca
tentang kesehatan sehingga
diagram pertumbuhan anak di KMS.
motivasinya dalam melakukan
10 Authors/ Mechatronics, Electrical Power, and Vehicular TechnologyXX (20XX) XX-XX

tugasnya juga akan meningkat karena pekerjaannya , dalam hal ini adalah
didasari oleh adanya pengetahuan dan kelengkapan pengisian KMS oleh
pemahaman yang baik tentang tugas kader.
kewajibannya. Selain memberikan Kader yang dipilih diutamakan
pelatihan, motivasi bagi kader dapat berasal dari anggota masyarakat
diwujudkan dengan adanya setempat sehingga kader lebih
penghargaan bagi kader berprestasi mengetahui karakteristik dan
dan insentif bagi kader yang memahami kebiasaan masyarakat.
berwujud uang maupun barang yang Selain itu kader lebih mudah dalam
diberikan oleh pemerintah daerah. memantau situasi dan kondisi bayi
Dengan adanya penghargaan bagi dan balita yang ada di wilayah kerja
kader maka kader akan merasa Posyandu dengan melakukan
dihargai sehingga akan muncul kunjungan rumah bagi bayi dan balita
perasaan bangga dan senang pada yang tidak datang pada hari buka
dirinya sehubungan dengan tugas Posyandu maupun memantau status
sosialnya sebagai kader kesehatan. pertumbuhan bayi dan balita yang
Perasaan senang tersebut akan mengalami gizi kurang dan gizi
memunculkan motivasi yang tinggi buruk. Jika kader kesehatan bertugas
untuk melaksanakan tugas sebagai di wilayah/lingkungannya sendiri
kader sehingga hasil pekerjaan atau maka motivasi bekerjanya pun akan
tugas yang dilakukan akan maksimal. lebih tinggi karena dia merasa ikut
Menurut Widiastuti (2006), Kader bertanggungjawab terhadap keadaan
yang pernah mengikuti pelatihan atau kondisi kesehatan masyarakat di
sebagian memiliki motivasi sedang lingkungannya sehingga kualitas
(55,9%), sebagian lagi memiliki pekerjaannya akan semakin baik.
motivasi tinggi (44,1%) dan yang
patuh dalam pengisian KMS balita V. KESIMPULAN
sebesar (70,6%). Pelatihan adalah A. Kader yang memiliki motivasi rendah
suatu upaya kegiatan yang dalam pengisian KMS sejumlah 18
dilaksanakan untuk meningkatkan orang (46,2%), sedangkan kader yang
kemampuan, pengetahuan, memiliki motivasi tinggi dalam
keterampilan teknis dan dedikasi pengisian KMS sejumlah 21 orang
kader . (53,8%).
Selain pengaruh pengetahuan, B. Kader yang melakukan pengisian
pengalaman atau lama bekerja KMS tidak lengkap sejumlah 19
sebagai kader kesehatan juga orang (48,7%), sedangkan kader yang
mempengaruhi ketrampilan dalam melakukan pengisian KMS secara
pengisian KMS. Hal tersebut sesuai lengkap sejumlah 20 orang (51,3%).
dengan hasil penelitian Widiastuti C. Berdasarkan hasil uji statistik
(2006), seorang akan lebih baik dalam menggunakan uji Chi square
bekerja bila memiliki ketrampilan didapatkan hasil nilai p-value 0,038
dalam melaksanakan tugas, sehingga dapat disimpulkan ada
ketrampilan seorang dapat terlihat pengaruh motivasi kader dengan
pada lamanya seseorang bekerja. kelengkapan pengisian Kartu Menuju
Sebaiknya kader memang berasal dari Sehat.
warga yang secara ikhlas dan sukarela Hendaknya tenaga kesehatan khususnya
mau berperan sebagai kader sehingga bidan beserta pemerintah daerah lebih
nantinya akan langgeng tidak hanya memperhatikan kader kesehatan dengan cara
sewaktu saja menjadi kader karena meningkatkan frekuensi pelatihan yang
lama bekerja atau pengalaman diberikan kepada kader sehingga
sebagai kader juga akan pengetahuan dan ketrampilan kader dalam
mempengaruhi kualitas pelaksanaan posyandu dan pengisian KMS
11 Authors/ Mechatronics, Electrical Power, and Vehicular TechnologyXX(20XX) XX-XX

meningkat. Selain itu, insentif yang diberikan Puskesmas Wonokerto. Universitas


kepada kader dapat ditingkatkan sehingga Pekalongan.
motivasi kerja kader juga akan meningkat Merdawati,Leni & Dewi Eka Putri. 2008.
sehingga kualitas pekerjaannya akan semakin Perilaku ibu terhadap Kartu Menuju
baik. Sehat (KMS) Balita dan hubungannya
DAFTAR PUSTAKA dengan Status Gizi Balita di
Ariawati, H. 2007. Tingkat Pengetahuan Kecamatan Padang Timur Padang.
Mahasiawa Tingkat II Tentang KMS di Nugroho,Haryanto Adi & Nurdiana, Dewi.
Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘ulum 2007. Hubungan antara pengetahuan
tahun 2010.Surakarta: Akademi dan motivasi kader posyandu dengan
Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta. keaktifan kader Posyandu di Desa
Depkes, RI. 2008. Referensi Kesehatan. Dukuh Tengah Kecamatan
http://creasoft.wordpress.com.Diakses Ketanggungan Kabupaten Brebes.
pada tanggal 14 Februari 2017 jam Jurnal FIKKeS. Jurnal Keperawatan
14.20 WIB Vol.2 No.1 . Oktober 2008.
Depkes.RI. 2009. Pedoman Penggunaan Nursalam. 2005. Ilmu kesehatan anak.
Kartu Menuju Sehat (KMS)Balita. Jakarta : Salemba Medika
Jakarta Notoatmojo, S. 2007. Promosi Kesehatan
_________, 2009. Pedoman penggunaan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:Rineka Cipta
Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita, ___________. 2007. Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi M asyarakat, Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Direktorat Jendral Bina Kesehatan Putri, Zulaicha Hartono. 2016. Hubungan
Masyarakat, Departemen Kesehatan RI pengetahuan dan motivasi Kader
2009. Posyandu dengan Kepatuhan
Depkes Jawa Barat. 2011. Pengisian KMS Balita di desa
http://jabar.bkkbn.go.id/detail/program/ Pucangan dan Kelurahan Kartasura.
21/ diakses tanggal 15 februari 2017 Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Erawati,Susan. 2013. Pengetahuan Kader Riwidikdo. 2007. Statistik
tentang Kartu Menuju Sehat (KMS) di Kesehatan.Yogyakarta : Mitra
desa Manang, Grogol,Sukoharjo. Cendikia Press
STIKES Kusuma Husada Surakarta. Roseliana. 2013. Gambaran pengetahuan ibu
Giatno, B. 2005. Buku Pegangan Kader tentang Kartu Menuju sehat Balita di
Posyandu. Jawa Timur : Dinas Puskesmas Ciputat Timur Kota
Kesehatan Tangerang Selatan . UIN Syarif
Jifrisher, Erlin. 2007. Persepsi ibu tentang Hidayatullah.
Kartu Menuju Sehat (KMS) di desa Setyatama,Ike P. 2012. Hubungan
Sukorejo Kecamatan Sukorejo pengetahuan dan motivasi Kader
Kabupaten Ponorogo. Universitas dengan Peran Kader Posyandu Lansia
Muhammadiyah Ponorogo. di desa Kangkung Kecamatan
Juhairiyah. 2010. Hubungan tingakat Mranggen Kabupaten Demak. Jurnal
pengetahuan dengan sikap ibu balita Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 2.
dalam penggunaan KMS untuk Setyorini,Catur & Ekowati,Deti. 2012.
pemantauan pertumbuhan balita, Hubungan tingkat pengetahuan ibu
http://alulum.baak.web.id/files/2.%20ju bayi balita tentang Kartu Menuju Sehat
hairiyah%januari%202010. pdf. (KMS) dengan sikap ibu balita dalam
Diakses tanggal 20 Februari 2017 jam penggunaan Kartu menuju sehat di
12.45 WIB. Posyandu Cempaka II Biru Pandanan
Latif,Vita Nur RR, 2010. Hubungan faktor Wonosari Klaten. Akademi Kebidanan
predisposing Kader (Pengetahuan dan Mamba’ul Ulum Surakarta.
sikap kader terhadap posyandu) Suliasih.2013. Analisis pelaksanaan
dengan praktik kader dalam pendokumentasian data pemantauan
pelaksanaan posyandu di wilayah kerja status gizi balita di Posyandu Sedap
12 Authors/ Mechatronics, Electrical Power, and Vehicular TechnologyXX (20XX) XX-XX

malam Wilayah Kerja Puskesmas


Colomadu I tahun 2013. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Suranadi,Luh. 2010. Hubungan tingkat
pengetahuan dan ketrampilan kader
posyandu dengan capaian pemantauan
pertumbuhan balita di Puskesmas
Gerung Lombok Barat.
Wawan, Dewi. 2010. Teori & Pengukuran
Pengetahuan Sikap Dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika
Wibowo, A. 2011. Kartu Menuju Sehat
(KMS) Untuk Tumbuh Kembang
Optimal.http://medicalera.com/info_an
swer.php.thread=20359. Diakses
tanggal 4 Februari 2017 jam 13.30
WIB
Widagdo,Laksmono & Husodo, Besar Tirto.
2007. Pemanfaatan buku KIA oleh
Kader Posyandu : Studi pada Kader
Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedungadem Kabupaten Bojonegoro.
Jurnal Makara, Kesehatan. Vol.13, No.
1. Juni 2009.
Windasari, Ike Pertiwi & Rika Rizki Yana,
Aplikasi Mobile Kartu Menuju Sehat
(M-KMS) . Jurnal Sistim Komputer.
Vol.6, No.2 , November 2016.

Anda mungkin juga menyukai