Anda di halaman 1dari 22

Perkembangan masa – masa remaja

Makalah

Di bina oleh: Dr. H. Akhmadi, M.pd. I

Oleh:

Kelompok 9 : 1. Nurul Makrifah

2. Novi Tri Agustin

3. Nuril Istiqomah

4. Kamilatus sukriya

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI )

AT-TAQWA BONDOWOWOSO
KATA PENGANTAR
Segala puja bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang karena dengan rahmat dan karuniaNya makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik dan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Adapun makalah ini disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum I.

Selanjutnya saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada dosen mata kuliah Psikologi Umum I yang telah
berkenan memberikan kesempatan kepada saya dalam
pengerjaan makalah ini.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih


jauh dari kata sempurna dan memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu dengan kerendahan hati saya mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak.
Harapan saya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Demikian yang dapat saya ungkapkan sebagai kata pengantar


dan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkahi makalah ini.

Bondowoso, 29 maret 2023

penulis
DAFTAR ISI

Halaman judul

Daftar isi

Bab I Pendahuluan
A. LatarBelakang………………………………………………
B. RumusanMasalah………………………………………….
Bab II Pembahasan ………………………………………….
A. Pengertian Masa Remaja……………………………….
B.Perkembangan Fisik pada Masa remaja……….
C. Perkembangan Kognitif Remaja ……………………
D.Perkembangan Psikososial Remaja ……………………
Bab III Penutup……………………………………..……..…
Kesimpulan…………………………………..…..……
Daftar Pustaka ……………………………………………
BAB 1

A.PENDAHULUAN

Setiap individu pasti mengalami pertumbuhan dan


perkembangan yang terus berlangsung sampai dewasa,
sebelum memasuki masa dewasa setiap individu melewati
fase-fase perkembangan termasuk perkembangan pada masa
remaja. Masa remaja ini merupakan masa transisi atau
peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional
(Santrock, 1995)

Perubahan-perubahan pada masa remaja sangat


membingungkan oleh remaja saat mereka menjalaninya.
Pertumbuhan dan perkembangan yang dramatis di dalam tubuh
seorang remaja menimbulkan kekhawatiran yang akut akan
tubuh mereka dan menimbulkan berbagai pertanyaan,
keraguan dan ketakutan. Dalam proses perkembangan
kematangan psikologis dan biologis remaja kerap menghadapi
ketegangan dan kekhawatiran. Remaja mengalami perasaan
labil, mencoba sesuatu hal yang baru dan sering melakukan
sesuatu tanpa berpikir panjang. Karena pada masa ini juga
dikenal dengan masa pencarian jati diri diperlukan
pengetahuan bagaimana perkembangan psikologi masa remaja
dan bagaimana masa ini terlewati dengan berbagai kesulitan
sehingga dengan mengetahui tugas-tugas perkembangan
remaja dapat mencegah konflik yang timbul pada masa
remaja dalam keseharian bermasyarakat.

B . Rumusan Masalah

1. Apayang dimaksud Dengan masa remaja? Dan kapankah masa remaja tersebut
dimulai danberakhir?
2. Bagaimanakahperubahan fisik yang dialami oleh remaja?
3. Bagaimanaperkembangan kognitif pada masa remaja?
4. Bagaimanaperkembangan psikososial pada masa remaja?

BAB II

PEMBAHASAN

A.Masa Remaja dan Perkembangannya

Perjalanan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa ditandai


oleh periode transisional panjang yang dikenal dengan masa
remaja. Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang
jelas. Ia tidak termasuk golongan anak,tetapi ia tidak pula
termasuk golongan orang dewasa ataupun golongan
tua.Remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Secara jelas
masa anak-anak dapat dibedakan dari masa dewasa dan masa
tua. Seorang anak masih belum selesai perkembangannya,
orang dewasa dapat dianggap sudah berkembang penuh, ia
sudahmenguasai sepenuhnya fungsi-fungsi fisik dan psikisnya;
pada masa tua pada umumnya terjadi kemunduran terutama
dalam fungsi-fungsi fisiknya. Sedangkan remaja masih belum
mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya.
Ditinjau dari segi tersebut remaja masih termasuk golongan
kanak-kanak. (Monks, 1982)

Berhubung ada macam-macam persyaratan untuk dapat


dikatakan dewasa, maka lebih mudah untuk dimasukkan
kategori anak-anak daripada kategori dewasa. Meskipun
begitu kedudukan dan status remaja berbeda daripada anak-
anak. Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa
transisi atau peralihan (Calon,1953) karena remaja belum
memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki
status kanak-kanak.

Ausubel(1965) menyebut status orang dewasa sebagai


status primer, artinya status itu diperoleh berdasarkan
kemampuan dan usaha sendiri. Status anak adalah status
diperoleh (derived), artinya tergantung daripada apa yang
diberikan oleh orang tua (dan masyarakat). Remaja ada
dalam status interim sebagai akibat daripada posisi yang
sebagian diberikan oleh orang tua dan sebagian diperoleh
melalui usaha sendiri yang selanjutnya memberikan prestise
tertentu padanya. Status interim berhubungan dengan masa
peralihan yang timbul sesudah pubertas. Masa peralihan
tersebut diperlukan untuk bagaimana remaja mampu memikul
tanggung jawab nanti dalam masa dewasa. Makin maju
masyarakatnya makin sukar tugas remaja untuk mempelajari
tanggung jawab ini. (Monks, 1982)
Suatu pendidikan yang emansipatoris akan berusaha untuk
melepaskan remaja dari status interimnya supaya ia dapat
menjadi dewasa yang bertanggung jawab.

Masa remaja secara umum dianggap dimulai dengan pubertas,


proses yang mengarah kepada kematangan seksual, atau
fertilitas-kemampuan untuk bereproduksi. Masa remaja dimulai
pada usia 11 atau 12 sampai masa remaja akhir atau awal usia
dua puluhan, dan masa tersebut membawa perubahan besar
saling bertautan dalam semua ranah perkembangan. (Papalia,
2008)

Dengan menggunakan definisi sosiologis,orang dapat


menyatakan diri mereka orang dewasa ketika mereka mandiri
atau telah memilih karier, menikah atau membentuk hubungan
yang signifikan, atau memulai sebuah keluarga. Ada pula
definisi psikologis, kematangan kognitif sering kali dianggap
bertepatan dengan kemampuan berpikir abstrak. Kematangan
emosional dapat bergantung kepada pencapaian seperti
menemukan jati diri, independen dari orang tua,
mengembangkan system nilai, dan membentuk hubungan.
Sebagian orang tidak pernah meninggalkan masa remaja, tidak
peduli berapa pun usia mereka.(Papalia, 2008)
Masa remaja secara umum berlangsung antara umur 12 dan 21
tahun, dengan pembagian 12-15 tahun: masa remaja awal, 15-
18 tahun: masa remaja pertengahan, 18-21 tahun: masa remaja
akhir. Masa remaja awal (sekitar usia 11 atau 12 sampai 14
tahun), transisi keluar dari masa kanak-kanak, menawarkan
peluang untuk tumbuh—bukan hanya dalam dimensi fisik,
tetapi juga dalam kompetensi kognitif dan social. Sebagian
anak muda kesulitan menangani begitu banyak perubahan
yang terjadi dalam satu waktu di antara anak muda mayoritas,
yang diarahkan untuk mengisi masa dewasa dan
menjadikannya produktif, dan minoritas yang akan berhadapan
dengan masalah besar (Offer 1987:Offer &Schonert-Reichl.
1992)

B Perkembangan Fisik Masa Remaja

1.Pubertas
Pubertas (puberty) ialah suatu periode dimana kematangan
kerangka dan seksual terjadi secara pesat terutama pada awal
masa remaja. Akan tetapi pubertas bukanlah suatu peristiwa
tunggal yang tiba-tibaterjadi. Pubertas adalah bagian dari
suatu proses yang terjadi berangsur-angsur (gradual).
(Santrock, 1995)
Perubahan biologis pubertas, yang merupakan tanda akhir
masa kanak-kanak, berakibat peningkatan pertumbuhan berat
dan tinggi, perubahan dalam proporsi dan bentuk tubuh, dan
pencapaian kematangan seksual. Perubahan fisik dramatis ini
merupakan bagian dari proses kematangan panjang dan
kompleks yang dimulai bahkan sebelum lahir, dan
pencabangan psikologis mereka terus berlanjut sampai masa
dewasa.

Pubertas dimulai dengan peningkatan tajam pada produksi


hormon seks. Pertama-tama, antara usia 5 dan 9 tahun,
kelenjar adrenal mulai mengeluarkan androgen dalam jumlah
besar, yang memainkan peran utama dalam pertumbuhan pubic,
bulu ketiak, dan bulu di muka. Beberapa tahun kemudian,
ovaris dalam tubuh anak perempuan, meningkatkan produksi
estrogen mereka, yang merangsang perumbuhan alat kelamin
wanita dan perkembangan payudara. Pada anak laki-laki,
testis meningkatkan pembuatan androgen, khususnya
testosterone, yang merangsang pertumbuhan alat kelamin
pria, massa otot, dan rambut tubuh.(Papalia, 2008)
Baik anak laki-laki maupun anak perempuan sama-sama
memiliki kedua jenis hormone tersebut dalam tubuh mereka,
hanya saja anak perempuan memiliki level estrogen yang lebih
tinggi dan anak laki-laki memiliki androgen yang lebih tinggi.
Pada anak perempuan, testosterone memengaruhi
pertumbuhan klitoris, begitu pula tulang dan rambut kemaluan
serta rambut wajah.
Dalam suatu penelitian, diketahui bahwa selama masa
pubertas, tingkat testosteron meningkat delapan kali lipat
pada anak perempuan;estradiol meningkat delapan kali lipat
pada anak perempuan tetapi pada anak laki-laki hanya dua kali
lipat. (Santrock,1995)

Perubahan hormonal dan perubahan tubuh ini terjadi rata-rata


2 tahun lebih awal pada perempuan (usia 101/2 tahun) daripada
anak laki-laki (121/2tahun). Empat perubahan tubuh yang paling
menonjol pada perempuan ialah pertambahan tinggi badan
yang cepat, menstruasi, pertumbuhan payudara, dan
pertumbuhan rambut kemaluan; empat perubahan tubuh yang
paling menonjol pada laki-laki ialah pertambahan tinggi badan
yang cepat, pertumbuhan penis,pertumbuhan testis, dan
pertumbuhan rambut kemaluan (Malina, 1991; Tanner,1991)
Diantara variasi-variasi normal yang paling menonjol adalah
ialah bahwa dua anaklaki-laki atau dua anak perempuan
mungkin memiliki usia kronologis yang sama,tetapi seorang
anak mungkin sudah mengalami perubahan pubertas secara
lengkap sementara anak yang lain belum mengalaminya.
Sebagai contoh, bagi kebayakananak-anak perempuan, periode
menstruasi pertama dapat terjadi secepat-cepatnya pada usia
10 tahun atau selambat-lambatnya pada usia 151/2tahun dan
masih dianggap normal. (Santrock, 1995)
Ada 3 kriterria yang membedakan anak laki-laki daripada anak
perempuan, yaitu dalam hal:

a.Kriteria pemasakan seksual.

Kriterianya nampak lebih jelas pada anak perempuan


daripada anak laki-laki. Menstruasi atau permulaan haid
dipakai sebagai tanda permulaan pubertas. Sesudah itu masih
dibutuhkan satu sampai satu setengah tahun lagi sebelum
anak perempuan dapat betul-betul masak untuk reproduksi.
Menstruasi merupakan ukurang yang baik karena hal itu
menentukan salah satu ciri kemasakan seksual yang pokok,
yaitu suatu disposisi untuk konsepsi (hamil) dan melahirkan. Di
samping itu menstruasi juga merupakan manifestasi yang jelas
meskipun pada permulannya masih terjadi perdarahan sedikit
(Konopka, 1976).Kriterium sejelas ini tidak terdapat pada anak
laki-laki. Berhubung ejakulasi (pelepasan air mani) pada anak
laki-laki pada permulaannya masih sangat sedikit hingga tidak
jelas, dipakai juga kriteria yang lain. Sering dipakai juga
percepatan pertumbuhan sebagai kriteria karena diketahui
adanya korelasi antara percepatan pertumbuhan itu dengan
timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder maupun primer.
Meskipun begitu pertumbuhan sendiri tidak dapat dipandang
mempunyai hubungan langsung dengan seksualitas.

b.Permulaan pemasakan seksual

Pada anak perempuan kira-kira 2 tahun lebih dulu


mulainya daripada pada anak laki-laki, seperti halnya juga
pada percepatan pertumbuhan.Menstruasi merupakan tanda
permulaan pemasakan seksual dan terjadi sekitar usia 13
tahun, denga penyebaran normal antara 10 sam pai 16 tahun,
jadi kira-kira satu tahun sesudah dilaluinya puncak percepatan
pertumbuhan. Juga pada anak laki-laki baru terjadi
spermatozoa hidup selama kira-kira satu tahun sesudah
puncak percepatan perkembangan (± 14 tahun). Namun
ejakulasi pertama mendahului puncak percepatan
perkembangan

c.Urutan gejala-gejala pematangan seksual.

Pada anak perempuan pemasakan dimulai dengan suatu


tanda sekunder, tumbuhnya payudara yang nampak dengan
sedikit mencuatnya bagian punting susu. Hal ini terjadi pada
usia antara sekitar 8 dan 13 tahun. Baru pada stadium yang
kemudian, menjelang masa menstruasi maka jaringan pengikat
di sekitarnya mulai tumbuh hingga payudara mulai
memperoleh bentuk yang dewasa. Kelenjar payudara sendiri
baru mengadakan reaksi pada masa kehamilan dengan suatu
pembengkakan sedangkan produksi air susu terjadi pada akhir
kehamilan. Hal ini merupakan akibat reaksi fisiologis yang
menyebabkan perubahan pada organ-organ kelamin internal
dalam hipofisa lobus frontalis.

Pada anak laki-laki masa pemasakan seksual dengan


pertumbuhan testis yang dimulai antara 9 dan 13 tahun
berakhir antara 13 dan 17 tahun. Pada usia kurang lebih 15-16
tahun anak laki-laki mengalami suatu perubahan suara. Baik
pada anak laki-laki maupun pada anak perempuan pangkal
tenggorok mulai membesar yang menyebabkan pita suara
menjadi lebih panjang. Suara anak perempuan menjadi lebih
penuh. Suara anak laki-laki berubah menjadi agak berat.
Karena pertumbuhan anatomic yang cepat mendahului
penyesuaian urat syarafnya makatimbullah keadaan yang khas
pada anak laki-laki.(Monks, 1982)

Aspek-aspek Psikologis yang Menyertai Perubahan Fisik

Serangkaian perubahan psikologis akan menyertai


perkembangan fisik seorang remaja. Remaja disibukkan
dengan tubuh mereka dan mengembangkan citra individual
mengenai gambaran tubuh mereka. Kesibukan dengan citra
tubuh seseorang sangat kuat selama masa remaja, tetapi
kesibukan itu secara khusus meningkat selama masa
pubertas, suatu masa ketika remaja awal lebih tidak puas
dengan tubuh mereka daripada akhir masa remaja (Wright,
1989)

Masa pubertas mempengaruhi beberapa remaja lebih kuat


daripada remaja lain dan mempengaruhi beberapa perilaku
lebih kuat daripada perilaku lain. Citra tubuh, minat berkencan,
dan perilaku seksual dipengaruhi oleh perubahan masa
pubertas. Berdasarkan hal yang kerap dipertanyakan tentang
dampak-dampak masa pubertas tampak bahwa, bila kita
melihat perkembangan dan penyesuaian diri secara
keseluruhan dalam siklus kehidupan manusia, keragaman
masa pubertas adalah tidak sedramatis daripada yang
umumnya diduga. Dalam memandang dampak masa pubertas,
ingatlah bahwa dunia seorang anak remaja meliputi perubahan
social dan kognitif serta perubahan fisik. Sama seperti semua
periode perkembangan, proses-proses ini bekerja sama untuk
menghasilkan siapa kita dimasa remaja. (Block, 1992;
Eccles&Buchanan, 1992)

C. Perkembangan Kognitif pada Masa Remaja

Kekuatan pemikiran remaja yang sedang berkembang


membuka cakrawala kognitif dan cakrawala social yang baru.
Pemikiran remaja semakin abstrak, logis, dan idealistis; lebih
mampu menguji pemikiran diri sendiri, pemikiran orang
lain,dan apa yang orang lain pikirkan tentang diri mereka;
serta cenderung menginterpretasikan dan memantau dunia
social. (Santrock,1995)

Tahap Operasi Formal Piaget


Merujuk kepada Piaget, remaja memasuki level tertinggi
perkembangan kognitif—operasi formal—ketika mereka
mengembangkan kemampuan berpikir abstrak. Perkembangan
ini, yang biasanya terjadi pada usia 11 tahun, memberikan cara
baru yang lebih fleksibel kepada mereka untuk mengolah
informasi. (Papalia, 2008)

Orang-orang di tahap operasi formal dapat mengintegerasikan


apa yang telah mereka pelajari dengan tantangan di masa
mendatang dan membuat rencana untuk masa datang. Pikiran
pada tahap ini memiliki fleksibelitas yang tidak dimiliki di
tahap operasi konkret. Kemampuan berpikir abstrak juga
memiliki implikasi emosional. Sebelumnya, seorang anak
dapat mencintai orang tua dan membenci teman sekelas.
Sekarang, si remaja “dapat mencintai kebebasan dan
membenci eksploitasi…kemungkinan dan cita-cita yang
menarik bagi pikiran dan perasaan” (H. Ginsburg & Opper,
1979. hlm. 201).

Selain abstrak, pemikiran remaja juga idealistis. Remaja


mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri dan
orang lain dan membandingkan diri mereka dan orang lain
dengan standar-standar ideal ini, sementara anak-anak lebih
berpikir tentang apa yang nyata dan apa yang terbatas.
Selama masa remaja, pemikiran-pemikiran sering berupa
fantasi yang mengarah ke masa depan. (Santrock, 1995)

Penalaran Hipotesis-Deduktif

Pada saat yang sama, ketika remaja berpikir lebih abstrak dan
idealistis, mereka juga berpikir lebih logis (Kuhn, 1991).
Remaja mulai berpikir seperti ilmuwan, yang menyusun
rencana-rencana untuk memeahkan masalah-masalah dan
menguji pemecahan-pemecahan masalah secara sistematis.
Tipe pemecahan masalah ini diberi nama penalaran hipotesis
deduktif. Penalaran hipotesis deduktif (Hypotheticaldeductive
reasoning) ialah konsep operasional formal Piaget, yang
menyatakan bahwa remaja memiliki kemampuan kognitif
untuk mengembangkan hipotesis, atau dugaan terbaik,
mengenai cara memecahkan masalah, seperti persamaan
aljabar. Kemudian mereka menarik kesimpulan secara
sistematis, atau menyimpulkan, pola mana yang diterapkan
dalam memecahkan masalah. Sebaliknya, anak-anak
cenderung memecahkan masalah secara coba-coba (trial and
error). (Santrock, 1995)
Perkembangan Bahasa
Walaupun anak usia sekolah cukup cakap menggunakan
bahasa, masa remaja memunculkan penghalusan bahasa lebih
lanjut. Kosakata terus tumbuh seiring dengan bahasa bacaan
yang semakin dewasa. Walaupun ada perbedaan individual
yang besar, pada usia 16 sampai 18 tahun, seorang remaja
rata-rata mengetahui 80.000 kata.(Owens, 1996)

Dengan kemunculan pemikiran formal, para remaja dapat


menentukan dan membahas abstraksi seperti cinta, keadilan, dan
kebebasan. Mereka lebih sering menggunakan
istilah however (walaupun), otherwise (sebaliknya), anyway (bagai
manapun juga), therefore (oleh karena itu), really,
dan probably (mungkin) untuk menunjukkan relasi logis antara
klausa dan kalimat. Mereka makin sadar akan kata sebagai
sebuah symbol dengan berbagai macam makna; mereka
menikmati menggunakan ironi, permainan kata, dan metafora.
(Owens,1996)
Para remaja juga menjadi lebih terampil dalam penyerapan
perspektif sosial (social perspective-taking), kemampuan
memahami sudut pandang orang lain dan level
pengetahuannya serta kemampuan berbicara menjadi sepadan
dengan kedua hal tersebut. Kemampuan ini sangat esensial
untuk membujuk atau hanya sekadar dapat mengikuti
pembicaraan. Denga kesadaran akan audien mereka, para
remaja berbicara dengan cara yang berbeda kepada orang
dewasa dan kepada teman sebaya. Bahasa “gaul” para remaja
merupakan bagian dari proses perkembangan identitas
independen yang terpisah dari orang tua dan dunia orang
dewasa. Dalam menciptakan ekspresi seperti “keren” dan
“kuper”, anak muda menggunakan kemampuan yang baru
ditemukannya untuk bermain dengan kata “untuk
mendefenisikan penyerapan unik generasi mereka terhadap
nilai, rasa, dan pilihan” (Elkind, 1998, hlm. 29) (Papalia, 2008)

Kognisi Sosial
Perubahan-perubahan yang mengesankan dalam kognisi social
menjadi ciri perkembangan remaja. Pemikiran remaja bersifat
egosentrisme. David Elkind (1976) yakin bahwa egosentrisme
remaja (adolescent egocentrisme) memiliki dua bagian;
penonton khayalan dan dongeng pribadi. Penonton
khayalan (imaginary audience) ialah keyakinan remaja bahwa orang
lain memperhatikan dirinya sebagaimana halnya dengan
dirinya sendiri. Perilaku mengundang perhatian, umum terjadi
pada masa remaja, mencerminkan egosentrisme dan keinginan
untuk tampil di atas pentas, diperhatikan, dan terlihat.
(Santrock, 1995)
Dongeng pribadi (the personal fable) ialah bagian dari
egosentrisme remaja yang meliputi perasaan unik seorang
remaja. Rasa unik pribadi remaja membuat mereka merasa
bahwa tidak seorang pun dapat mengerti bagaimana perasaan
mereka sebenarnya.. sebagai bagian dari upaya mereka untuk
mempertahankan suatu rasa unik pribadi, remaja dapat
mengarang suatu cerita tentang dirinya sendiri yang dipenuhi
dengan fantasi, yang menceburkan diri mereka dalam suatu
dunia yang jauh terpencil dari realitas. Dongeng-dongeng
pribadi sering muncul di dalam buku harian remaja. (Santrock,
1995)

Elkind: Karakteristik Ketidakdewasaan Pemikiran Remaja

Walaupun menjadi seseorang yang mampu memecahkan


masalah abstrak dan membayangkan masyarakat ideal, dalam
beberapa hal pemikiran para remaja masih terlihat kurang
matang. Mereka mungkin kasar kepada orang dewasa, memilki
kesulitan untuk menyusun pikiran mereka tentang apa yang
hendak dipakainya tiap hari, dan sering kali bertindak seolah
dunia mengelilingi mereka. (Papalia, 2008)

Menurut Elkind, pemikiran belum matang ini memanifestasikan


dirinya sendiri ke dalam enam karakteristik:
1. Idealisme dan kekritisan. Ketika para remaja memimpikan dunia yang ideal,
mereka menyadari betapa jauhnya mereka dengan dunia nyata, di mana mereka
memegang tanggung jawab orang dewasa, mereka menjadi sangat sadar akan
kemunafikan. Mereka yakin bahwa mereka lebih mengetahui bagaimana
menjalankan dunia ketimbang orang dewasa dan mereka sering kali mengkritik
orang tua mereka.
2. Argumentativitas. Para remaja senantiasa mencari kesempatan untuk mencoba
atau menunjukkan kemampuan penalaran formal baru mereka. Mereka menjadi
argumentative ketika menyusun fakta dan logika untuk mencari alasan.
3. Ragu-ragu.Para remaja dapat menyimpan berbagai alternative dalam pikiran
mereka padawaktu yang sama, tetapi karena kurangnya pengalaman, mereka
kekurangan strategiefektif untuk memilih.
4. Menunjukkanhypocrisy. Remaja sering kali tidak menyadari perbedaan antara
mengekspresikansesuatu yang ideal da membuat pengorbanan yang dibutuhkan
untuk mewujudkannya.
5. Kesadarandiri. Para remaja sekarang dapat berpikir tentang pemikiran—pikiran
merekasendiri dan orang lain. Akan tetapi, dalam keasyikan mereka akan kondisi
mental mereka, para remaja sering kali berasumsi bahwa yang dipikirkan orang
lain sama dengan yang mereka pikirkan, yaitu: diri mereka sendiri. Elkind
merujuk kondisi kesadaran diri ini sebagai imaginary audience, “pengamat” yang
terkonseptualisasikan yang berkaitan dengan pemikiran dan perilaku mereka.
Menurut Elkind, imaginary audience amat kuat dimasa remaja dini tetapi
kemudian menurun dalam kehidupan orang dewasa.
6. Kekhususan dan ketangguhan (personal fable). Menurut Elkind, bentuk
egosentrisme khusus ini mendasari perilaku self-destructive dan berisiko. Seperti
imaginary audience, personal fable terus berlanjut hingga masa dewasa.

D.Perkembangan Psikososial pada Masa Remaja

Pencarian Identitas

Pencarian identitas—yang didefenisikan Erikson sebagai


konsepsi tentang diri, penentuan tujuan, nilai, dan keyakinan
yang dipegang teguh oleh seseorang—menjadi focus pada
masa remaja. Perkembangan kognitif remaja memungkinkan
mereka menyusun “teori tentang diri” (Elkind, 1998).
Erikson: Identitas vs Kebingungan Identitas

Selama masa remaja, pandangan-pandangan dunia menjadi


penting bagi individu, yang memasuki apa yang disebut oleh
Erikson (1968) suatu “penundaan psikologis” (psychological
moratorium), suatu kesenjangan antara keamanan masa anak-
anak dan otonomi masa dewasa. Eksperimen remaja dengan
sejumlah peran dan identitas, mereka ambil dari kebudayaan
sekitarnya. Kaum muda yang berhasil mengatasi identitas-
identitas yang salung bertentangan selama masa remaja ini,
muncul dengan suatu kepribadian baru yang menarik dan
dapat diterima. Remaja yang tidak berhasil mengatasi krisis
identitas ini bingung, menderita apa yang oleh Erikson sebut
“kebingungan identitas” (identity confusion). Kebingungan ini
muncul dalam satu dari dua pilihan: individu menarik diri,
memisahkan diri dari teman-teman sebaya dan keluarga; atau
mereka dapat kehilangan identitas mereka dalam kelompok.
(Santrock, 1995)

Merujuk kepada Erikson, remaja tidak membentuk identitas


mereka dengan meniru orang lain, sebagaimana yang
dilakukan anak-anak, tetapi dengan memodifikasi dan
menyintesis identifikasi lebih awal ke dalam “struktur
psikologi baru yang lebih besar”. Untuk membentuk identitas,
seorang remaja harus memastikan dan mengorganisir
kemampuan, kebutuhan, ketertarikan, dan hasrat mereka
sehingga dapat diekspresikan dalam konteks social. (Papalia,
2008)

Erikson melihat bahaya utama tahap ini adalah kebingungan


identitas yang dapat memperlambat pencapaian kedewasaan
psikologis. Sampai tingkat tertentu kebingungan identitas
merupakan sesuatu yang wajar. Hal tersebut memengaruhi
karakter caostik alamiah perilaku remaja dan kesadaran diri
remaja yang menyakitkan. Berkelompok dan tidak menoleransi
perbedaan—dua hal yang menandai suasana social remaja—
merupakan banteng dalam menghadapi kebingungan identitas.
Remaja juga dapat menunjukkan kebingungan dengan mundur
ke masa kanal-kanak untuk menghindari konflik atau dengan
melibatkan diri mereka secara impulsive kedalam serangkaian
tindakan yang buruk. (Papalia, 2008)

Empat Status Identitas

Pakar psikologi, James Marcia ,menganalisi teori


perkembangan identitas Erikson dan menyimpulkan bahwa
empat status identitas atau mode resolusi, nampak dalam
teori itu:

1. Pencapaian Identitas (identity achievement), ialah istilah Marcia bagi remaja


yang telah mengalami suatu krisis dan sudah membuat suatu komitmen
2. Pencabutan identitas (identity foreclosure) ialah istilah yang digunakan oleh
Marcia untuk menggambarkan remaja yang telah membuat suatu komitmen tetapi
belum mengalami suatu krisis.
3. Penundaan Identitas (identity moratorium) ialah istilah yang digunakan Marcia
yang menggambarkan remaja yang berada di tengah-tengah krisis, tetapi
komitmen mereka tidak ada atau hanya didefenisikan secara samar.
4. Penyebaran Identitas (identity diffusion) ialah istilah yang digunakan Marcia
untuk menggambarkan remaja yang belum mengalami krisis (yaitu mereka belum
menjajaki pilihan-pilihan bermakna) atau membuat komitmen apapun.
Gender dan Perkembangan Identitas

Sepanjang masa remaja, sebagian besar harga diri


berkembang dalam konteks hubungan dengan teman sebaya,
khususnya yang berjenis kelamin sama. Sejalan dengan
pandangan Giligan, harga diri pria tampaknya dapat dikaitkan
dengan pergulatan demi prestasi individual, sedangkan wanita
lebih tergantung kepada koneksi dengan orang lain (Papalia,
2008)
Tugas ekplorasi identitas dapat lebih kompleks bagi kaum
perempuan daripada kaum laki-laki. Dalam tugas eksplorasi
identitas, kaum perempuan dapat mecoba membangun
identitas dalam bidang –bidang yang lebih banyak daripada
kaum laki-laki. Dewasa ini, pilihan-pilihan bagi kaum
perempuan bertambah dan dengan bertentangan, khususnya
bagi kaum perempuan yang berharap berhasil
mengintegrasikan peran-peran keluarga dan karir (Santrock,
1995)

Faktor Etnis dalam Pembentukan Identitas

Di seluruh dunia, kemlompok-kelompok etnis minoritas


berjuang untuk mempertahankan identitas –identitas
kebudayaan mereka saat berbaur ke dalam kebudayaan yang
dominan. Bagi orang-orang minoritas, masa remaja sering
merupakan suatu titik khusus dalam perkembangan mereka.
Walaupun anak-anak sadar akan beberapa perbedaan etnis dan
kebudayaan, kebanyakan etnis minoritas secara sadar
menghadapai etnisitas mereka untuk pertama kalinya pada
masa remaja. Berbeda dengan anak-anak, remaja memiliki
kemampuan untuk menginterpretasikan informasi etnis dan
kebudayaan, untuk merefleksikan masa lalu, dan berspekulasi
tentang masa depan (Harter, 1990). Ketika mencapai
kematangan kognitif, remaja etnis minoritas menjadi benar-
benar sadar akan penilaian terhadap kelompok etnis mereka
oleh kelompok mayoritas.

Seksualitas

Orientasi Seksual, dipengaruhi oleh interaksi faktor biologis


dan lingkungan dan mungkin genetis. Perilaku seksual pada
saat ini jauh lebih bebas dibandingkan masa lalu. Aktivitas
seksual remaja mencakup risiko kehamilan dan penyakit
menular seksual. Remaja yang memiliki risiko terbesar adalah
mereka yang memulai aktivitas seksualnya lebih dini, memiliki
banyak pasangan, tidak menggunakan kontrasepsi, dan kurang
mendapatkan informasi tentang seks.

Hubungan dengan Keluarga, Teman Sebaya dan Masyarakat


Dewasa

Interaksi keluarga berubah sepanjang tahun-tahun masa


remaja. Disana ada lebih banyak intimasi, akan tetapi juga
terdapat konflik berkaitan dengan kasus otonomi. Konflik
dengan orang tua menjadi yang paling sering terjadi pada
masa awal remaja dan yang paling intens pada masa
pertengahan remaja. Pengasuhan otoritatif diasosiasikan
dengan hasil yang paling positif.

Efek dari perceraian dan orang tua tunggal pada


perkembangan remaja tergantung pada cara mereka
memengaruhi atmosfer keluarga. Faktor genetic bisa saja
memengaruhi cara remaja beradaptasi dengan perceraian.

Tekanan ekonomi memengaruhi hubungan dalam keluarga


berorang tua tunggal dan pasangan orangtua lengkap.
Hubungan dengan saudara kandung cenderung menjadi sama
dan semakin berjarak pada masa remaja. Kelompok teman
sebaya dapat memiliki pengaruh positif dan negatif. Remaja
yang ditolak oleh teman sebaya cenderung memiliki masalah
penyesuaian diri terbesar. Pertemanan, terutama di kalangan
anak perempuan, menjadi lebih intim dan mendukung pada
masa remaja. (Papalia, 2008)

Tekanan Teman Sebaya dan Tuntutan Konformitas

Konformitas dengan tekanan teman-teman sebaya pada masa


remaja dapat bersifat positif maupun negative. Umunya remaja
terlibat dalam semua bentuk perilaku konformitas yang
negative, seperti: menggunakan bahasa yang jorok, mencuri,
merusak, dan mengolok-olok orang tua dan guru. Akan tetapi
banyak sekali konformitas teman sebaya yang tidak negative
dan terdiri atas keinginan untuk dilibatkan di dalam dunia
teman sebaya, seperti berpakaian seperti teman-teman dan
keinginan untuk meluangkan waktu dengan anggota-anggota
suatu kelompok. Selama masa remaja, khususnya awal masa
remaja, kita lebih mengikuti standar-standar teman sebaya
daripada yang kita lakukan pada masak anak-kanak.
(Santrock, 1995)

BAB III

PENUTUP

 Kesimpulan
Dibandingkan pertumbuhan pada masa anak-anak yang
relative berjalan lambat, kematangan masa pubertas atau
masa remaja awal ini terjadi dengan sangat cepat. Ditandai
dengan perubahan fisik yang sangat menonjol baik laki-laki
maupun perempuan begitu pula halnya dengan perubahan-
perubahan kognitif yang mengesankan yang membedakannya
dengan anak-anak.

Percepatan perkembangan dalam masa remaja yang


berhubungan dengan pemasakan seksualitas, juga
mengakibatkan suatu perubahan dalam perkembangan sosial
remaja.
DAFTAR PUSTAKA

Santrock, J. W. (1995). Life Span Development Fifth Edition. Texas:


Brown and Benchmark.
Monks, F. J., & Knoers, A. M. (1982). Ontwikkelings Psychologie:
Inleiding tot de verschillende deelgebieden. Njimegen: Dekker & Van de
Vegt.
Papalia, D. E. (2008). Human Development. New York: Mc Graw Hill.

Anda mungkin juga menyukai