Anda di halaman 1dari 5

Abstrak

Pemberian pengalaman belajar perlu ditekankan pada pembelajaran kimia secara langsungagar
dicapai penguasaan konsep peserta didik melalui proses dan sikap ilmiah. Pandemi Covid-19
yang terjadi menyebabkan pembelajaran dilakukan secara daring. Perubahan sistem
pembelajaran yang terjadi menuntut pendidik untuk berpikir kreatif dalam menggunakan
alternatif media pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui validitas,
kepraktisan, dan efektifitas dari produk yang dikembangkan.

Peserta didik dapat mempelajari materi secara runtut dan sistematis menggunakan bahan ajar.
Penggunaan komputer dan media elektronik sudah tidak asing lagi bagi peserta didik seiring
dengan perkembangan teknologi seperti saat ini.

Peningkatan hasil belajar peserta didik dapat dilakukan dengan pengembangan bahan ajar
menggunakan model pembelajaran. Model pembelajaran yang dapat digunakan agar terjadi
peningkatan hasil belajar peserta didik yaitu guided inquiry atau inkuiri terbimbing.

Penggunaan inkuiri terbimbing dalam proses pembelajaran dapat mendorong peserta didik
untuk aktif.

Menurut Fajariah dan Haryono (2016) hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan dengan
menggunakan modul berbasis inkuiri terbimbing. Selain itu, penggunaan modul tersebut dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis beserta didik.

Larutan penyangga adalah materi yang dipelajari di semester genap kelas XI SMA.

Menurut wawancara yang telah dilakukan oleh guru kimia di SMA N 1 Banguntapan di mana
peserta didik kesulitan memahami dan membedakan konsep serta perhitungan pH larutan
penyangga asam dan larutan penyangga basa.

Manfaat

Memberikan ide pembaharuan mengenai perkembangan media pembelajaran sesuai


perkembangan teknologi dalam bidang pendidikan.
Memberikan ide ilmiah dengan pengembangan e-modul berbasis inkuiri terbimbing sebagai
alternatif media belajar.

Larutan Penyangga

Adanya buffer fosfat dapat menahan pH dalam sel tubuh. Sistem buffer yang dapat menahan
pH darah yaitu hemoglobin, oksihemoglobin, dan buffer karbonat.

Saraswaty dkk (2019) mengembangkan modul berbasis inkuiri pada larutan penyangga. Uji coba
yang dilakukan di SMA Negeri 1 Karanganyar menghasilkan yang berarti kelas eksperimen
memiliki kemampuan berpikir kritis yang lebih baik daripada kelas kontrol. Hal yang sama
ditunjukkan pada hasil uji coba di SMA Negeri 2 Karanganyar, di mana yang berarti kelas
eksperimen memiliki kemampuan berpikir kritis yang lebih baik daripada kelas kontrol.
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar dapat
ditingkatkan dengan menggunakan modul berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan
penyangga. Persamaan penelitian yang dilakukan adalah pembuatan bahan ajar berbasis inkuiri
terbimbing pada materi larutan penyangga. Perbedaannya terletak pada penggunaan modul
cetak sebagai bahan ajar.

Jenis penelitian pengembangan (research and development) dilakukan dalam penelitian ini.
Tujuan pengembangan ini adalah untuk menhasilkan produk e-modul berbasis inkuiri
terbinbing pada materi larutan penyangga. Sugiyono (2012) menyatakan bahwa jenis penelitian
dan pengembangan dapat diterapkan untuk mengembangkan produk, uji kelayakan, dan
efektifitas suatu produk. Putra (2015) menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan adalah
jenis penelitian sistematis yang memiliki tujuan untuk mengembangkan, memperbaiki,
menghasilkan, dan menguji keefektifan produk. Jenis penelitian pengembangan digunakan
untuk memperoleh suatu produk yang baru atau menyempurnakan pengembangan produk
sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian pengembangan dapat diartikan sebagai jenis penelitian
yang dilakukan untuk membuat produk baru atau menyempurnakan produk dan diuji
keefektifannya.

Desain penelitian yang dilakukan pada penelitian ini sesuai dengan model pengembangan oleh
Borg and Gall (1983) yang berisi tentang panduan tahap-tahap sistematis mengenai
pengembangan suatu produk agar dapat memenuhi standar kelayakan suatu produk.

Tahapan yang dapat dilaksanakan dalam pengembangan suatu produk yaitu sebagai berikut.
Studi lapangan dan studi pustaka dilakukan pada tahap pengumpulan data.

Validasi produk dilaksanakan untuk mengetahui kelayakan e-modul sebelum digunakan untuk
uji coba terbatas oleh validator ahli media dan ahli materi. Selain validasi materi, instrumen
penelitian seperti angket respon dan butir soal pretest dan butir soal posttest juga divalidasi
dalam tahap ini. Revisi produk dilakukan sesuai saran berdasarkan hasil validasi yang telah
dilakukan oleh ahli. Produk e-modul dapat dipergunakan untuk uji coba setelah dilakukan revisi.

Saran yang diberikan oleh peserta didik setelah uji coba dilaksanakan digunakan sebagai acuan
revisi produk untuk mendapatkan produk e-modul yang lebih baik.

Pengumpulan data menggunakan angket dilakukan dengan memberikan pernyataan atau


pertanyaan tertulis pada responden. Angket respon peserta didik bertujuan untuk memahami
bagaimana respon peserta didik dengan adanya pengembangan produk yang dilakukan. Hasil
ini yang digunakan sebagai data kepraktisan produk e-modul.

Validasi pada penelitian ini adalah validasi terhadap produk e-modul oleh validator ahli materi
dan ahli media. Validasi pada penilai materi digunakan untuk mengetahui kesesuaian materi
yang ditampilkan dengan KD dan IPK yang akan docapai. Validasi oleh ahli media digunakan
untuk menilai desain dan tampilan produk. Validitas produk e-modul dapat diketahui
berdasarkan hasil validasi yang telah dilakukan.

Lembar ini digunakan untuk mengetahui validitas butir soal sebelum digunakan untuk uji coba.
Aspek penilaiannya terdiri dari materi, konstruksi, bahasa, dan budaya. Skala Likert digunakan
untuk validasi dengan kriteria (5) Sangat Baik; (4) Baik; (3) Cukup; (2) Kurang; (1) Sangat Kurang.
Lembar validasi pretest dan posttest dapat dilihat pada Lampiran 5.

Lembar validasi angket respon ini digunakan untuk mengetahui validitas angket respon sebelum
digunakan untuk uji coba. Aspek penilaiannya terdiri dari petunjuk, bahasa dan isi. Skala Likert
digunakan untuk validasi dengan kriteria (5) Sangat Baik; (4) Baik; (3) Cukup; (2) Kurang; (1)
Sangat Kurang. Lembar validasi pretest dan posttest dapat dilihat pada Lampiran 6.

Hasil belajar peserta didik dapat diukur melalui soal pretest dan posttest. Pretest dilakukan
untuk mengetahui kemampuan pemahaman awal peserta didik sedangkan soal posttest
digunakan untuk mengetahui kemampuan peserta didkk setelah penggunaan e-modul. Soal ini
terdiri dari 6 soal uraian materi larutan penyangga. Soal pretest dan posttest dapat dilihat pada
Lampiran 5.

Angket respon peserta didik berisi pernyataan-pernyataan untuk mengetahui responnpeserta


didik setelah penggunaan e-modul. Pernyataan dibuat sebanyak 29 butir dengan aspek
penilaian, penyajian materi, dan manfaat. Skala Likert digunakan untuk validasi dengan kriteria
(5) Sangat Setuju; (4) Setuju; (3) Netral; (2) Tidak Setuju; (1) Sangat Tidak Setuju. Lembar
validasi pretest dan posttest dapat dilihat pada Lampiran 8.

Hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru kimia dianalisis secara kualitatif.

Sugiyono (2010) menyatakan bahwa validitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana
peneliti mengukur hal yang harus diukur. Data disebut valid jika data tersebut sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya. Oleh karena itu, data yang yang ungkapkan harus sesuai dengan
keadaan sebenarnya pada objek penelitian. Arikunto (2006) juga mengatakan bahwa instrumen
disebut valid jika dapat mengukur hasil yang diinginkan.

Hasil validasi butir soal pretest dan posttest dianalisis untuk mengetahui hasil validitas butir soal
menurut ahli materi.

Hasil validssi angket respon dianalisis untuk mengetahui hasil validitas angket respon oleh
penilaian ahli.

Hasil pretest dan posttest dianalisis menguji n-gain untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
peserta didik pada penggunaan produk e-modul. gain adalah selisih dari nilai posttest dan nilai
pretest yang menunjukkan tingkat penguasaan konsep dan pemahaman peserta didik setelah
penggunaan e-modul. Selain itu, hasil ini dapat digunakan untuk mengetahui efektifitas e-
modul dalam meningkatkan hasil belajar dari peserta didik.

Hasil respon peserta didik dianalisis untuk mengetahui respon terhadap penggunaan e-modul.
Jumlah skor hasil penilaian oleh peserta didik kemidian diinterpretasikan untuk mengetahui
kepraktisan produk e-modul.
Menurut Sudjana (2010), hasil belajar peserta didik diperoleh berdasarkan kemampuan peserta
didik setelah adanya pengalaman belajar dalam proses belajar. Sanjaya (2008) menyatakan
hasil belajar didapatkan peserta didik selama proses belajar. Hasil belajar ini digunakan sebagai
acuan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai