Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN 2

DESAIN PEMBELAJARAN INOVATIF

Di Susun Oleh :

Dina Ariana, S.Pd. I

121172320989

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

PRODI PENDIDIKAN PROFESI GURU

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

KOTA GORONTALO

SEPTEMBER 2023
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillah, Puji Syukur kehadhirat Allah
SWT yang telah melimpahkan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan 2 sebagai salah satu tagihan pada Program Pendidikan
Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan Tahun 2023 di Universitas Negeri Gorontalo.
Laporan ini memuat tentang hal yang telah dipelajari dan dilakukan selama
mengikuti Program Guru Penggerak Angkatan 7 Aceh Besar yang
diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

Sholawat dan salam Kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari zaman kebodohan munuju zaman yang penuh ilmu
pengetahuan.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Fasilitator Guru Penggerak,


Pengajar Praktik, teman-teman Guru Penggerak (GP) Angkatan 7 Aceh Besar,
Kepala Sekolah TK Islam Terpadu Alif, Rekan-rekan Guru TK Islam Terpadu Alif
di tempat saya bertugas, serta dosen pembimbing dan semua pihak yang telah
memberi bantuan dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
Laporan 2 ini dengan baik. Saya berharap bahwa laporan ini bisa memberikan
dampak positif kepada para pembaca.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, maka
penulis mengharapkan saran dan masukan yang membangun guna perbaikan
menuju arah yang lebih baik lagi.

Aceh Besar, Oktober 2023

Penulis

Dina Ariana, S. Pd. I

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………......i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………...ii

RINGKASAN …………………………………………………………………....iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………………....1


B. Tujuan Kegiatan…………….……………………………………………..2
C. Manfaat Kegiatan ………………………………………………………....3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pembelajaran Berdiferensiasi.................................................……………..4
B. Pembelajaran Sosial dan Emosional.....…………………………………...5
C. Coaching...................…………………………………………………..….7
D. Pengambilan Keputusan sebagai pemimpin Pembelajaran…………....…..8
E. Kepemimpinan dalam Pengembangan Sumber Daya..................................

BAB III PENUTUP

A. Refleksi ……………………………………………………………..….. 10
B. Tindak Lanjut ………………………….……………………………..….11

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..…..13

LAMPIRAN

ii
RINGKASAN

Laporan 2 ini Desain Pembelajaran Inovatif berfokus pada Modul 2 dan


Modul 3 pada program pendidikan Guru Penggerak dimana pada modul
mempelajari tentang Pembelajaran Berdiferensiasi yaitu serangkaian keputusan
masuk akal yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid.
Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan Kurikulum
yang memiliki tujuan pembelajaran yang jelas.

Pembelajaran Sosial-Emosional (PSE) berisi keterampilan-keterampilan


yang dibutukan anak untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki
kemampuan memecahkannya, juga untuk mengajarkan mereka menjadi orang
yang berkarakter baik.

Sebagai suatu bentuk kemitraan antara seorang pendamping (coach)


bersama dengan klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan
profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan
mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif, yang disebut coaching.

Penulis mendapatkan pelajaran dalam pengambilan keputusan sebagai


pemimpin pembelajaran, dimana pengambilan keputusan yaitu suatu kompetensi
atau skill yang harus dimiliki oleh guru dan harus harus berlandaskan kepada
filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran,
pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif, kondusif, aman,
dan nyaman (well being), dan dalam pengambilan keputusan seorang guru harus
memiliki kesadaran penuh (minfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju
profil pelajar pancasila.

Sebagai seorang pemimpin (guru) pembelajaran seyogyanya dapat


memaksimalkan pemanfaatan ekosistem sekolah (interaksi biotik dan abiotik)
dalam mewujudkan visi dan misi sekolah tersebut, mengoptimalkan pengelolaan
sumber daya (aset) dengan pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-
Based Thinking) dan pendekatan berbasis aset/Kekuatan (Asset-Based Thinking).

iii
Dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan
keputusa, maka seorang guru akan mampu menyelesaikan masalah dengan baik
meskipun dihadapkan pada kasus dilema etika atau bujukan moral. Sebagai
pemimpin pembelajaran dapat memfokuskan pemetaan aset kekuatan yang
dimiliki sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat dan diberdayakan secara
optimal.

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi


(Kemendikbudristek) meluncurkan Kurikulum Merdeka sebagai Upaya untuk
perbaikan Pendidikan Indonesia kearah yang lebih baik. Kurikulum Merdeka
hadir dengan paradigma baru mengenai pendidikan. Dengan Kurikulum Merdeka
guru dapat mengembangkan strategi kreatif yang memungkinkan murid
mempunyai pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna. Menurut
Zulfikri Anas (PltKepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbudristek)
“Dengankurikulum Merdeka guru dapat memilih format, cara, materi esensial dan
pengalaman apa yang ingin diajarkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai”.
Dalam penerapan Kurikulum Merdeka murid diberi kesempatan seluas-luasnya
untuk mengeksplorasi dan mengembangkan diri.

Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru penggerak adalah


melakukan proses pembelajaran berdiferensiasi. Hal ini dilakukan dengan harapan
mampu melayani pembelajaran tanpa melihat perbedaan yang ada pada setiap
murid atau sesuai karakteristik murid. Langkah yang diambil oleh guru penggerak
pada proses selanjutnya adalah dengan menerapkan teknik pembelajaran sosial
dan emosional (PSE). Hal ini dilakukan berdasar pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Ada beberapa murid cenderung tidak fokus dalam kegiatan tersebut.
Teknik yang dilakukan untuk menghadapi permasalah tersebut adalah dengan
teknik pendekatan kesadaran penuh (mindfulness) serta pembelajaran sosial dan
emosional yang berdasarkan kerangka CASEL (Collaborative for the
Advencement of Sosial and Emotional Learning).

Guru sebagai pemimpin pembelajaran bertugas merencanakan dan


mengelola program pembelajaran yang berdampak positif pada murid dengan cara
memperhatikan kebutuhan belajar mereka. Harapannya adalah sekolah menjadi

1
taman bagi mereka untuk memaksimalkan potensinya melalui pembelajaran yang
menyenangkan sehingga motivasi belajar menjadi meningkat. Motivasi dan
semangat belajar erat kaitannya dengan hasil belajar murid. Jika murid melakukan
suatu kegiatan dengan suka cita niscaya hasil belajar meraka juga semakin
membaik.

B. TUJUAN KEGIATAN

Dalam implementasi pembelajaran berdiferensiasi penulis mengedepankan


keputusan masuk akal dalam merespon kebutuhan belajar murid. Penulis berusaha
mengakomodir, melayani dan mengakui keberagaman murid sesuai dengan
kesiapan, minat dan preferensi (profil) belajarnya. Murid dapat mengikuti
kegiatan pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan apa yang disukainya
sehingga mereka tidak frustasi dan merasa gagal dalam pengalaman belajarnya.
Dalam laporan ini penulis memaparkan beberapa tujuan untuk dipelajari bersama
terkait hal-hal berikut ini :

1. Merancang pembelajaran berdiferensiasi sesuai dengan kebutuhan belajar


murid di TK Islam Terpadu Alif Aceh Besar
2. Menganalisis kebutuhan belajar murid melalui pembelajaran sosial
emosional di TK Islam Terpadu Alif Aceh Besar.
3. Menjelaskan penerapan pendekatan coaching di TK Islam Terpadu Alif
4. Memaparkan keterampilan seorang pemimpin pembelajaran dalam
pengambilan keputusan di TK Islam Terpadu Alif Aceh Besar
5. Mengidentifikasi kepemimpinan dalam pengembangan sumber daya Di
TK Islam Terpadu Alif
Pembelajaran sosial emosioanal merupakan pembelajaran yang bertujuan
melatih kompetensi sosial emosional peserta sehingga tercapai keseimbangan
antara kompetensi akademik dan sosial emosional yang dapat mengantarkan
mereka menjadi individu-individu yang selamat dan bahagia.
Secara umum, profil kompetensi guru penggerak yang inigin dicapai dari
modul ini adalah :

2
1. Mampu melakukan pengambilan keputusan berdasarkan prinsip pemimpin
pembelajaran
2. Mampu menyadari dan menggunakan prinsip moral dalam melakukan
pengambilan keputusan
3. Mampu menerapkan strategi untuk menghindari adanya isu kode etik
kepemimpinan sekolah dan konflik kepentingan
Secara khusus, modul ini diharapakan dapat membantu guru penggerak
untuk mampu :
1. Melakukan praktik keputusan yang berdasarkan prinsip pemimpin
pembelajaran.
2. Mengidentifikasi jenis-jenis paradigma dilema etika yang dihadapi oleh
dirinya sendiri maupun orang lain
3. Memilih dan memahami 3 prinsip yang dapat dilakukan untuk membuat
keputusan dalam dilema pengambilan keputusan
4. Menerapkan 9 langkah pengambilang dan pengujian keputusan yang
diambil dalam dilema pengambilan keputusan.

C. MANFAAT KEGIATAN

Melalui kegiatan aksi nyata yang dilakukan, sekolah dan guru penggerak
berkolaborasi pada aksi yang direncanakan serta kegiatan aksi nyata yang
dilaksanakan dapat berdampak pada murid melalui kebiasaan sehari-hari demi
mewujudkan komunikasi yang baik dengan pihak orangtua.

Pada saat berlangsungnya pembelajaran, guru mampu mengembalikan


murid pada keadaan sebenarnya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
diharapkan, meskipun harus dilakukan secara berulang. Walaupun demikian
hakikat pembelajaran dapat tercapai dengan melaksanakan pembelajaran yang
inovatif, dimana guru harus berinovasi dalam pembelajaran tanpa mengurangi
bahkan menghilangkan kemmapuan guru dalam mengajar dengan menggunakan
media/desain pembelajaran atau media teknologi yang ada sekarang tanpa

3
mengurangi kebermaknaan pembelajaran itu sendiri yang merujuk pembelajaran
berpusat pada murid. Adapun manfaat lain diantaranya :

1. Menggerakkan komunitas belajar


2. Menjadi pengajar praktik bagi guru lain
3. Mendorong guru melakukan coaching denga rekan sejawat maupun murid
4. Mengambil keputusan dalam pembelajaran
5. Membuka ruang diskusi positif dan ruang kolaborasi antara guru
6. Menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong ekosistem pendidikan
di sekolah.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses


pembelajaran di kelas guna memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid,
menuntun sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil bbelajar murid yang
berbeda-beda. Ciri-ciri karakteristiknya adalah lingkungan belajar mengundang
murid untuk belajar, kurikulukm memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan
secara jelas, terdapat penilaian yang berkelanjutan, guru menanggapi atau
merespon kebutuhan belajar murid, dan manajemen kelas efektif. Berdasarkan
uraian diatas maka guru penggerak perlu melakukan pemetaan kebutuhan murid
yang meliputi :

1. Pemetaan keutuhan belajar berdasarkan miat


2. Berdasarkan kesiapan belajar (Readiness)
3. Berdasarkan profil belajar murid
Aksinyata yang dilakukan oleh penulis terkait pembelajaran berdiferensiasi
adalah melakukan praktik pembelajaran berdiferensiasi yang memua tdiferensiasi
konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk. Penulis mengangkat tema
“Tanaman” sebagai topik pembelajaran. Strategi pembelajaran yang digunakan
adalah Problem Based Learning. Langkah awal yang penulis lakukan untuk
mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi adalah dengan melakukan
pemetaaan awal terkait gaya belajar, minat dan profil belajar murid. Penulis
menyusun rancangan pembelajaran berdiferensiasi dengan Topik Tanaman dan
membagi kegiatan pembelajaran menjadi tiga kelompok berdasarkan minat dan
gaya belajar murid.

Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, Penulis menyediakan beberapa


sumber belajar untuk mengakomodasi gaya belajar murid yang berbeda-beda.
Sumber belajar terdiri dari video dari internet, buku dan juga mengamati langsung
pada object konkret (tanaman) yang ada di halaman. Berdasarkan pengalaman

5
belajar yang dilalui murid, mereka menghasilkan produk sesuai minatnya. Produk
yang dihasilkan berupa hasil gambar tanaman, bentuk tanaman dari plastisin dan
juga berupa pemaparan atau menceritakan kembali hasil belajar dan pengamatan.

Proses pembelajaran berjalan dengan baik dan menyenangkan. Murid


mengerjakan kegiatan dengan semangat karena mereka menyukai apa yang
mereka lakukan sehingga motivasi belajar meningkat. Hal tersebut berimbas pada
hasil belajar murid, contohnya mereka menghasilkan produk belajar dengan lebih
maksimal dibandingan dengan melakukan suatu kegiatan pembelajaran hasil
tuntutan dari guru.

B. Pembelajaran Sosial dan Emosional

Pembelajaran sosial dan emosional yang penulis pelajari di Modul 2.2


Program Guru Penggerak memberikan pemahaman bagi penulis pribadi bahwa
kompetensi sosial dan emosional sangat berperan dalam mendukungt erwujudnya
well being guru secara profesional. Guru bisa menjadi teladan, berkolaborasi dan
saling belajar sehingga bisa membantu murid untuk menemukan jati diri dan
mengembangkan potensinya. Modul ini juga memberi inspirasi cara penerapan
dalam mengelola aspek sosial dan emosional secara lebih sistematik dan
komprehensif dalam kegiatan pembelajaran.

Penulis mengembangkan kompetensi sosial dan emosional dengan


implementasi pembelajaran sosial dan emosional secara spesifik dan eksplisit
maupun terintegrasi dalam proses pembelajaran. Penulis merancang kegiatan
pembelajaran yang memuat kegiatan-kegiatan untuk menguatkan
kompetensisosial dan emosional murid. Adapun tahapan kegiatan yang dilakukan
penulis dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Pendahuluan

Diawal pembelajaran, penulis memasukkan kompetensi sosial emosional


dengan kegiatan ikrar mujahid dan jurnal pagi. Password kelas adalah
kegiatan dimana anak memilih sendiri icon gambar (gambar senyum,

6
peluk, hormat, toss, dan lainnya) yang mengilustrasikan ingin
diperlakukan seperti apa anak tersebut di hari itu. Kegiatan tersebut
membantu murid untuk merasa “diterima” dan merasa nyaman untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran pada hari itu. Kegiatan lainnya adalah
jurnal pagi yang mengakomodasi perasaan mereka pada hari itu. Penulis
menyediakan waktu 15 menit untuk membahas perasaan murid pada hari
itu sehingga mereka akan mampu memperkuat aspek manajemen diri dan
kesadaran diri.

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, Penulis membagi kegiatan belajar menjadi 3 kelompok


dimana mereka akan bekerja sama dalam kelompok masing-masing untuk
menghasilkan karya. Kegiatan ini menguatkan kompetensi sosial
emosional dalam aspek manajemen diri, pengambilan keputusan yang
bertanggung jawab dan keterampilan berelasi.

c. Penutup

Sebagai penutup kegiatan pembelajaran, penulis melakukan kegiatan


recalling dan refleksi bersama murid mengenai kegiatan pembelajaran
yang telah mereka lalui pada hari tersebut. Hal ini dilakukan agar mereka
mengembangkan aspek KSE kesadaran diri dan manajemen diri.

Selain mengimplementasikan pembelajaran yang memuat aspek-aspek


Kompetensi Sosial Emosional (KSE) dalam kegiatan pembelajaran, penulis juga
membagi praktik baik dan pemahaman mengenai KSE kepada rekan sejawat
sehingga ada kesamaan persepsi untuk mendukung proses belajar yang berpusat
pada murid. Ternyata setelah mempraktikkan pembelajaran yang menguatkan
aspek-aspek Kompetensi Sosial dan Emosional, penulis menyadari bahwa KSE
adalah bagian penting yang mendukung terwujudnya pembelajaran yang berpusat
pada murid.

7
C. Coaching

Coaching sangat bermanfaat dalam dunia pendidikan untuk menggali dan


mengembangkan potensi dengan berbagai strategi yang disepakati. Coaching
dalam konteks pendidikan menjadi salah satu proses ‘menuntun’ belajar murid
untuk mencapai kekuatan kodratnya sebagai seorang ‘pamong’. Guru dapat
memberikan ‘tuntunan’ melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif dan efekti agar
kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya.

Coaching sangat erat kaitannya dengan prinsip among yang dikemukakan


oleh Ki Hajar Dewantara. Materi tentang coaching memberikan penguatan
paradigma berpikir among, prinsip coaching, kompetensi inti coaching,
percakapan dengan alur TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi dan Tanggung
Jawab), dan supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching.

Penulis melakukan rangkaian praktik percakapan coaching dengan sesama


rekan Calon Guru Penggerak untuk melatih bagaimana alur percakapan coaching.
Dalam rangkaian praktik tersebut penulis berperan sebagai coach, coachee dan
juga pengamat. Aksi nyata lainnya yang dilakukan penulis adalah dengan
melakukan supervisi akademik dengan praktik coaching. Penulis bertindak
sebagai coach dan rekan sejawat sebagai coachee. Dari hasil kegiatan tersebut,
penulis dapat mengembangkan komunikasi positif dan efektif dan membangun
prinsip kemitraan antara coach dan coachee. Hasil dari praktik coaching adalah
untuk memastikan dan mengupayakan praktik pembelajaran yang dilakukan di
kelas adalah pembelajaran yang berpihak pada murid.

Prinsip coaching yang penulis pelajari juga memberikan inspirasi bagi


penulis dalam proses pembelajaran yang berhubungan dengan pembelajaran
berdiferensiasi. Penulis memberdayakan potensi yang dimiliki murid sehingga
bisa berkembang secara maksimal. Potensi yang dimaksud bukan hanya
kemampuan akademik saja tetapi juga pengembangan diri murid secara
keseluruhan.

8
D. Pengambilan Keputusan Sebagai PemimpinPembelajaran

Menjadi pemimpin pembelajaran harus pandai mengambil keputusan yang


bertanggung jawab. Ada 3 kompetensi yang diperlukan yakni: kesadaran diri (self
awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social
awareness), dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills).
Berdasarkan pengalaman penyusun, dilema etika harus dihadapi dari waktu ke
waktu. Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan
mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan,
kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup.

Seperti yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa guru merupakan


suri teladan bagi muridnya. Maka dalam proses pengambilan keputusan yang
melibatkan pertimbangan nilai-nilai kebajikan universal, akan menguatkan jati
diri kita sebagai pemimpin yang mempunyai nilai kebajikan yang selalu dijunjung
tinggi.

Kegiatan yang dilakukan untuk menajamkan ketrampilan mengambil


keputusan yang berpihak pada murid, penulis melakukan wawancara kepada 2
kepala sekolah untuk menggali pengalaman mereka dalam bersikap dan
menghadapi situasi yang sulit dalam mengambil keputusan yang mengandung
dilema. Kepala sekolah yang diwawancarai adalah Kepala TKIT Alif Aceh Besar
dan Kepala TK SOS Aceh Besar. Dari pengalaman wawancara tersebut, penulis
mempunyai pengalaman dan wawasan baru dalam meningkatkan keterampilan
pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan.

Sebelum mempelajari mengenai Modul Pengambilan Keputusan Sebagai


Pemimpin Pembelajaran, penulis merupakan orang yang ragu-ragu dalam
mengambil keputusan yang mengandung nilai yang sama-sama benar (dilema
etika). Tetapi setelah memahami konsep pengambilan keputusan sebagai seorang
pemimpin, penulis mengaplikasikan hal tersebut dalam praktik pembelajaran.
Penulis mengambil semua keputusan dengan mempertimbangkan bahwa

9
keputusan tersebut harus keputusan yang efektif dan tepat sasaran, bertanggung
jawab, serta berpihak pada kepentingan murid.

E. Kepemimpinan Dalam Pengembangan Sumber Daya

Dalam melaksanakan peran sebagai pemimpin pembelajaran, penulis harus


dapat menggali potensi , memetakan aset dan memanfaatkan sumber daya yang
dimiliki dengan maksimal. Nilai dan peran guru penggerak tidak terlepas dari
sebuah-sebuah cita-cita dalam upaya mewujudkan profl pelajar pancasila. Peran
guru penggerak ada 5 yakni : menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan
komunitas praktisi, mendorong kolaborasi antar guru, menjadi coach bagi guru
lain, dan mewujudkan kepemimpinan murid. Sekolah merupakan sebuah
ekosistem yang terdiri dari faktor biotik (Murid, kepala sekolah, guru, staf/tenaga
kependidikan, pengawas sekolah, orangtua dan masyarakat sekitar) dan faktor
abiotik (keuangan, sarana dan prasarana) Pendekatan berbasis aset (Asset-Based
Thinking) merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif
dalam kehidupan, dengan menggunakan tumpuan sebagai kekuatan berpikir, kita
diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi
inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Dari hasil pemetaan aset yang dilakukan penulis bersama-sama dengan


pihak yang terlibat menghasilkan kesimpulan bahwa aset yang ada di lingkungan
sekolah adalah modal manusia, modal sosial, modal politik, modal agama dan
budaya, modal fisik, modal lingkungan/alam dan modal finansial. Selain itu, dari
hasil diskusi ditemukan bahwa banyak asset yang selama ini ada di lingkungan
sekolah tetapi belum dimanfaatkan secara optimal, seperti adanya kebun di dekat
sekolah, pasar setempat yang bisa digunakan sebagai sumber belajar secara
konkret dan masih banyak asset yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran di sekolah khususnya dan memajukan Pendidikan Indonesia
pada umumnya.

10
BAB III

PENUTUP

A. REFLEKSI

Berdasarkan laporan yang telah penulis uraikan tentang desain


pembelajaran inovatif dan menghubungkan dengan pengalaman penulis selama
mengikuti pendidikan guru penggerak Angkatan 7 Aceh Besar yang membahas
tentang pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran sosial emosional, coaching,
pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, dan kepemimpinan
dalam mengembangkan sumber daya di TK Islam Terpadu Alif Aceh Besar,
sebagai guru dan pendidik haruslah senantiasa mendorong dirinya tetap
bersemangat dan senantiasa melakukan perbaikan demi terwujudnya profil pelajar
pancasila. Selain dari pada itu, nilai dan peran guru diharapkan mampu memiliki 5
butir peran yang akan diterapkan dalam lingkungan sekolah termasuk menjadi
pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi
rekan sejawat, mendorong kolaborasi antar teman sejawat, dan mewujudkan
kepemimpinan peserta didik. Adapun 5 butir nilai untuk mendukung peran
seorang guru yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan keberpihakan
peserta didik demi terwujudnya profil pancasila.

Selama melaksanakan program perlu adanya umpan balik dengan tujuan


mendapat repon, masukan saran dan kritik yang membangun, serta sebagai
pendidik perlu memahami pentingnya pembelajaran sosial emosional agar dapat
menghadapi masalah yang berkaitan dengan murid karena pembelajaran KSE
menjadikan peserta didik dapat mengatasi masalahnya dengan lebih tenang.
Peserta didik mengetahui bagaimana caranya mengendalikan emosi pada saat
mulai jenuh dalam belajar dan lebih terbuka dalam mengungkapkan perasaanya.

11
B. TINDAK LANJUT

Beberapa tindak lanjut yang akan dilaksanakan adalah :

1. Pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru harus mampu memetakan


kebutuhan belajar murid ( kesiapan, minat dan profil belajar ) dan memilih
strategi ( diferensiasi konten, proses dan produk ) yang akan digunakan
agar pembelajaran berdiferensiasi berjalan dengan baik.
2. Pembelajaran sosial dan emosional, seorang guru harus mampu
melaksanakan pembelajaran secara kolaboratif tujuannya untuk
memberikan pemahaman, penghayatan, dan kemampuan mengelola emosi
kepada murid
3. Coaching, guru harus mampu membimbing proses kolaborasi yang
berfokus solusi guru sebagai coach memfasilitasi atas peningkatan
performa peserta didik sebagai coachee dalam menemukan solusi
4. Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, guru harus
mampu memperlakukan semua peserta didik secara adil tanpa melihat latar
belakang sosial dan budaya dalam mengambil keputusan dan memberikan
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar setiap murid.
5. Kepemimpinan dalam mengembangkan sumber daya, guru harus mampu
melibatkan semua komponen (asset) yang ada di kelas untuk mewujudkan
kelas yang nyaman dan menyenangkan saat proses pembelajaran.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dharma, Aditya.2022.Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi. Jakarta:


Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.

Dharma, Aditya.2022.Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional. Jakarta:


Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.

Dharma, Aditya.2022.Modul 2.3 Coaching. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan


Tenaga Kependidikan.

Dharma, Aditya.2022.Modul 3.1 Pengambilan keputusan sebagai pemimpin


pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.

Dharma, Aditya.2022.Modul 3.2 Kepemimpinan dalam Pengembangan Sumber


Daya. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.

Ulfah, Suhaila. 2022. Modul 3.2 pemimpin dalam Pengembangan Sumber Daya.
https://www.maxtrimus.com/2022/03/modul-32-pemimpin-dalam-
pengelolaan.html. Diakses pada 22 Oktober 2023.

Arif Noor Imam Hanafi Mylip. Diakses 28 Maret 2022 dari


https://fliphtml5.com/center/flips/#Myfolders

13
LAMPIRAN

Aksi Nyata Pembelajaran Coaching

https://youtu.be/9hTrEmlCIMI?si=Rww6MoCG95nBGDYX

Aksi Nyata Wawancara bersama Kepala Sekolah TK Islam Terpadu Alif


https://youtu.be/TjgVEk2MD-k?si=eBipQW4SvX34EfER

14
Umpan balik bersama peserta didik

Coaching dengan rekan sejawat didampingi Pengajar Praktik

Aksi Nyata Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya

https://youtu.be/wAq1V13KyvQ?si=YY8lEZLMkD6dxwNW

15

Anda mungkin juga menyukai