Panji Satrio Pamungkas Ramadan - 235070500111022 - Tiket Masuk Topik 4
Panji Satrio Pamungkas Ramadan - 235070500111022 - Tiket Masuk Topik 4
Disusun oleh:
NIM: 235070500111022
Kelas: Farmasi B
Kelompok: 2
DEPARTEMEN BIOLOGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2023
SURAT PERNYATAAN
BAB I
PENDAHULUAN
gilirannya membentuk akar lateralnya sendiri seperti pada gambar 2 (Gonin, 2019).
(Bell, 2019)
Gambar 1. Beberapa contoh variasi akar tunggang
(Gonin, 2019)
Gambar 2. Ilustrasi akar pada tumbuhan monokotil.
1.1.2. Batang Dikotil dan Monokotil
Batang adalah organ tumbuhan yang mempunyai daun dan tunas. Fungsi utamanya adalah
untuk memanjangkan dan mengarahkan kuncup sedemikian rupa untuk memaksimalkan fotosintesis
oleh daun. Fungsi lain dari batang adalah untuk meninggikan struktur reproduksi, sehingga
memudahkan
penyebaran serbuk sari dan buah. Batang hijau juga dapat melakukan fotosintesis dalam jumlah
terbatas. Setiap batang terdiri dari sistem simpul/buku yang berselang-seling, titik-titik di mana
daunnya terpasang, dan ruas, ruas batang di antara simpul/buku (Campbell, 2020).
(Campbell, 2018)
Gambar 3. Perbandingan batang dikotil dan monokotil
Seperti yang ditunjukkan pada gambar 3, batang dari tumbuhan dikotil terlihat berbeda
dengan monokotil. Kedua batang mempunyai sistem jaringan pembuluh yang tersusun dari banyak
berkas pembuluh. Namun pada batang monokotil berkas pembuluh tersebar, sementara pada batang
dikotil tersusun seperti sebuah cincin. Cincin ini memisahkan jaringan dasar menjadi korteks dan
empulur. Korteks mengisi ruang antara pembuluh dan epidermis. Empulur mengisi bagian tengah
batang dan seringkali penting dalam penyimpanan makanan. Pada batang monokotil, jaringan dasar
tidak dipisahkan menjadi wilayah-wilayah ini karena berkas pembuluh darah tidak membentuk cincin
(Campbell, 2018).
1.1.3. Daun Dikotil dan Monokotil
Pada sebagian besar tumbuhan berpembuluh, daun merupakan organ fotosintesis utama.
Selain mencegat cahaya, daun bertukar gas dengan atmosfer, menghilangkan panas, dan
mempertahankan diri dari herbivora dan patogen. Monokotil dan eudikotil berbeda dalam susunan
pembuluhnya, jaringan pembuluh darah daun. Kebanyakan tanaman monokotil mempunyai
pembuluh-pembuluh utama paralel dengan diameter yang sama sepanjang batangnya daun. Eudicot
umumnya memiliki jaringan vena yang bercabang timbul dari vena utama (pelepah) yang mengalir di
tengah-tengah daun seperti pada gambar 4 (Campbell, 2020).
(Campbell, 2020)
Gambar 4. Perbandingan daun dikotil dan monokotil.
METODE
Alat tulis, tumbuhan dikotil pada praktikum ini digunakan tanaman bayam (amaranthus sp.)
dan scopelaria marginata tumbuhan monokotil pada praktikum ini digunakan anggrek (epidendrum
sp.) dan rumput teki (kyllinga sp.)
Pengamatan keadaan akar pada tumbuhan dikotil dan monokotil terpilih dilakukan, meliputi:
sistem perakaran dan bagian-bagian akar. Pengamatan keadaan akar pada tumbuhan dikotil dan
monokotil terpilih dilakukan, meliputi: sistem percabangan dan bagian-bagian batang. Pengamatan
keadaan akar pada tumbuhan dikotil dan monokotil terpilih dilakukan, meliputi: kategori daun dan
bagian-bagian daun. Hasil pengamatan ditulis pada lembar kerja. Digambar secara skematis pada
lembar kerja.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Analisis Prosedur
Pada praktikum deskripsi morfologi tumbuhan, dilakukan pengamatan langsung terhadap
bagian vegetatif tumbuhan seperti akar, daun, dan batang. Tumbuhan yang dipilih untuk pengamatan
adalah rumput teki (Kyllinga sp.) dan anggrek (Epidendrum sp.) sebagai contoh tumbuhan monokotil,
serta bayam (Amaranthus sp.) dan Scopellaria marginata sebagai contoh tumbuhan dikotil.
Pengamatan terhadap akar bertujuan untuk memahami sistem perakaran, sifat, dan jenis akar
yang berbeda. Pengamatan terhadap batang bertujuan untuk mengidentifikasi sifat dan jenis-jenis
batang yang berbeda. Sementara itu, pengamatan terhadap daun bertujuan untuk memahami sifat-
sifat daun, termasuk kelengkapan struktur, jenis, tipe tulang, bentuk, tepi, ujung, dan warnanya.
Hasil pengamatan dituangkan dalam lembar kerja praktikum dan digambarkan secara
skematis untuk menunjukkan bagian-bagian tumbuhan yang diamati. Laporan pengamatan dan
gambaran ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang karakteristik
fisik dari bagian-bagian tumbuhan vegetatif yang diamati dalam deskripsi morfologis. Jika terjadi
metamorfosis, modifikasi, atau perubahan pada bagian-bagian tumbuhan vegetatif tertentu,
pengamatan juga dilakukan untuk mencatat perubahan tersebut.
3.2. Tumbuhan Monokotil
3.2.1. Kyllinga sp.
Kyllinga sp. atau yang biasa disebut dengan rumput teki dapat diklasifikasikan
berdasarkan taksonominya sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Phylum : Tracheophyta (tumbuhan berpembuluh)
Kelas : Liliopsida (monokotil)
Ordo : Poales
Famili : Cyperaceae
Genus : Kyllinga
(Kurnia, 2014)
Daun
Akar
Batang
Daun
Batang Akar
(Ekeke, 2018)
Gambar 6. Fitur Morfology Kyllinga Rttb. Berdasarkan Literatur
Pada gambar 6 tanaman kyllinga sp. atau biasa disebut dengan rumput teki dapat
diketahui bahwa kyllinga sp. memiliki sistem perakaran serabut, memiliki jenis batang
rumput, dengan jenis daun tunggal yang memiliki bentuk linear dengan tepi daun rata dan
ujung yang lancip serta berwarna hijau (Ekeke, 2018). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tanaman kyllinga sp. merupakan tanaman monokotil. Hal tersebut sesuai dengan hasil
pengamatan yang dilakukan pada laboratorium seperti yang terlihat pada gambar 5.
3.2.2. Epidendrum sp.
Epidendrum sp. atau yang biasa disebut dengan anggrek dapat diklasifikasikan
berdasarkan taksonominya sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Phylum : Tracheophyta (tumbuhan berpembuluh)
Kelas : Liliopsida (monokotil)
Ordo : Asparagales
Famili : Orchidaceae (famili anggrek-anggrekan)
Genus : Epidendrum
(Gomes, 2021)
Daun
Modifikasi Akar:
Akar pelekat dan
Modifikasi Batang: akar udara
Pseudobulb
Daun
(Fristche, 2022)
Gambar 8. Fitur Morfologi Epidendrum Fulgens Berdasarkan Literatur
Berdasarkan literatur dan hasil pengamatan tanaman anggrek atau epidendrum sp.
memiliki sistem perakaran serabut dengan adaptasi akar berupa akar pelekat dan akar udara.
Tanaman epidendrum sp. juga memiliki daun yang berjenis majemuk dengan bentuk tulang
sejajar dan berbentuk oval dengan ujung yang menumpul (Fristche, 2022). Pada batang
anggrek terdapat modifikasi yang unik yaitu berupa pseudobulb. Pseudobulb dapat mempunyai
satu atau lebih daun di bagian atas atau di sepanjang sumbu batang. Sebagai organ penyimpan air,
karbohidrat dan mineral, pseudobulb sangat penting bagi pertumbuhan dan kelangsungan
hidup anggrek tersebut. Selain itu, mereka memiliki peran penting selama proses
pertumbuhan vegetatif, pembungaan dan reproduksi (Yang, 2016). Berdasarkan ciri morfologi
yang diamati dapat diketahui bahwa tanaman anggrek termasuk tanaman monokotil.
3.3. Tumbuhan Dikotil
3.3.1. Amaranthus sp.
Amaranthus sp. atau yang biasa disebut dengan bayam dapat diklasifikasikan
berdasarkan taksonominya sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Phylum : Tracheophyta (tumbuhan berpembuluh)
Kelas : Magnoliopsida (dikotil)
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
(Wolosik, 2018)
Daun
Batang
Akar
Batang
Daun
(Adegbola, 2020)
Gambar 10. Fitur Morfologi Amaranthus Spinosus Berdasarkan Literatur
Berdasarkan literatur dapat dilihat pada gambar 10 bahwa salah satu tanaman dari
genus amaranthus dengan spesies spinosus memiliki jenis batang basah dan berbentuk
silindris. Tanamana tersebut juga memiliki jenis daun tunggal yang berbentuk oval dengan
tulang daun menyirip, tepi daunnya rata dengan ujung meruncing dan berwarna hijau
(Adegbola, 2020). Hal tersebut sesuai dengan pengamatan yang dilakukan pada tanaman
bayam (amaranthus sp.) di laboratorium. Namun pada literatur belum ditemukan
perbandingan akar pada tanaman bayam, namun pada hasil pengamatan di lab, ditemukan
bahwa tanaman bayam memiliki sistem akar tunggang. Dapat disimpulkan bahwa tanaman
bayam (amaranthus sp.) termasuk tanaman dikotil.
Modifikasi Batang:
Sulur
Daun
Batang
Modifikasi Batang:
Sulur Daun
Batang
(Sitorus, 2019)
Gambar 12. Fitur Morfologi Scopellaria Marginata Berdasarkan Literatur
Berdasarkan hasil pengamatan dan membandingkan dengan literatur dapat diketahui
bahwa tumbuhan scopellaria marginata memiliki jenis daun tunggal dengan bentuk tulang daun
menjari dengan trikoma pada permukaan daun sehingga terasa seperti rambut halus. Dapat diketahui
juga bahwa scopellaria marginata berbatang basah berbentuk silindris dengan modifikasi berupa
sulur yang digunakan untuk menjalar. Pada saat pengamatan akar tanaman tidak dilihat, namun
berdasarkan literatur diketahui bahwa akar yang dimilikinya adalah sistem perakaran tunggang
(Sitorus, 2019).
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Pada praktikum biologi dengan topik “Deskripsi Morfologi Tumbuhan” dapat disimpulkan
bahwa pada umumnya tumbuhan monokotil memiliki akar serabut, dengan tulang daun berbentuk
sejajar, dengan batang tidak berkambium. Sementara, pada tumbuhan dikotil pada umumnya
memiliki akar tunggang, dengan tulang daun berbentuk menjari dan menyirip, dengan batang yang
berkambium/batang kayu.
4.2. Saran
Para peserta praktikum diharapkan mengalihkan perhatian mereka secara khusus pada setiap
detail tumbuhan yang diamati. Fokus yang tinggi pada setiap pengamatan sangatlah penting dalam
menjalankan kegiatan praktikum ini. Selain itu, penting bagi peserta praktikum untuk benar-benar
memahami karakteristik dari setiap jenis tumbuhan yang mereka amati. Hal ini akan membantu
mencegah kebingungan selama praktikum, sehingga jalannya praktikum dapat berjalan dengan lancar
dan hasil yang diperoleh sesuai dengan ekspektasi yang diinginkan.
Daftar Pustaka
Adegbola, P. I., Adetutu, A., & Olaniyi, T. D. (2020). Antioxidant activity of Amaranthus species from
the Amaranthaceae family–A review. South African Journal of Botany, 133, 111-117.
Campbell, N. A., 2018. Campbell Biology. 9th ed. New York, NY: Pearson.
Campbell, N. A., 2020. Campbell Biology. 12th ed. New York, NY: Pearson.
Ekeke, C. and Ogazie, C.A., 2018, Morphological Description and Culm Anatomy in the Identification
of Kyllinga Rottb. (Cyperaceae) from Some Parts of Nigeria. International Journal of Plant &
Soil Science, 26(4), 1-15.
Fritsche, Y., Pinheiro, M. V. M., & Guerra, M. P. 2022. Light quality and natural ventilation have
different effects on protocorm development and plantlet growth stages of the in vitro
propagation of Epidendrum fulgens (Orchidaceae). South African Journal of Botany, 146, 864-
874.
Gomes, G. D. S., Ferreira, A. W. C., Silva, M. J. C. D., Conceição, G. M. D., & Pessoa, E. M. 2021.
Taxonomic study of Epidendrum (Laeliinae–Orchidaceae) in the state of Maranhão,
northeastern Brazil. Rodriguésia, 72.
Gonin, M., Bergougnoux, V., Nguyen, T. D., Gantet, P., & Champion, A. 2019. What makes
adventitious roots?. Plants, 8(7), 240.
Kurnia, N., Junaidi, O., & Hiola, F. 2014. Atlas Tumbuhan Sulawesi Selatan, Makassar: Jurusan Biologi
FMIPA UNM.
Sitorus, R.E., 2019. Manajemen Herbarium dan Pengenalan Jenis-Jenis Cucurbitaceae yang Jarang
Ditemukan di Sumatra. Biologica Samudra, 1(2), pp.48-55.
Wolosik, K., & Markowska, A. 2019. Amaranthus Cruentus taxonomy, botanical description, and
review of its seed chemical composition. Natural Product Communications, 14(5).
Yang, S. J., Sun, M., Yang, Q. Y., Ma, R. Y., Zhang, J. L., & Zhang, S. B. (2016). Two strategies by
epiphytic orchids for maintaining water balance: thick cuticles in leaves and water storage in
pseudobulbs. Aob plants, 8.
(Adegbola, 2020)
(Bell, 2019)
(Campbell, 2020)
(Campbell, 2020)
(Campbell, 2018)
(Ekeke, 2018)
(Fritsche, 2022)
(Gomes, 2021)
(Gonin, 2019)
(Kurnia, 2014)
(Sitorus, 2019)
(Wolosik, 2019)
(Yang, 2016)
(Laporan Praktikum Sementara)
(Laporan Praktikum Sementara)
(Posttest)