Panduan PPK Terbaru
Panduan PPK Terbaru
02
RUMAH SAKIT Tk. III 02.06.01 dr. BRATANATA
Jl. Raden mattaher 33 jambi telp. (0741) 23164, 34566
Email :rsdr bratanata@yahoo.co.
SURAT KEPUTUSAN
NOMOR : Kep/0169/I/2022
TENTANG
PANDUAN PRAKTIK KLINIS ANESTESI DAN SEDASI
Menimbang :
1. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit Tk III dr. Bratanata perlu disusun Panduan Praktik Klinis bagi dokter di
Rumah Sakit Tk III dr. Bratanata
2. Bahwa dalam Panduan Praktik Klinis bagi dokter di Rumah Sakit Tk III dr.
Bratanata bertujuan untuk memberikan acuan bagi dokter dalam memberikan
pelayanan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan sekaligus
menurunkan angka rujukan
3. Bahwa buku panduan praktik klinis tersebut digunakan sebagai bahan acuan
kegiatan pelayanan medis
4. Bahwa untuk kepentingan tersebut diatas perlu ditetapkan dalam surat
keputusan
Mengingat :
1. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
2. Surat keputusan Menkes No. 436 / Menkes / SK / VI / 1993 tentang penetapan
standar pelayanan Rumah Sakit
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2009 tentang Praktik
Kedokteran;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2013
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 755 /Menkes/PER/IV/2011 tentang
Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1438/Menkes/Per/IX/2010 tentang
Standar Pelayanan Kedokteran;
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/Menker/SK II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : Memberlakukan Panduan Praktik Klinis Anestesi dan Sedasi di
Rumah Sakit Tk III dr.Bratanata jambi.
Kedua : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan
diperbaiki sebagai mana mestinya bila terdapat kekeliruan dalam
surat keputusan ini.
Ditetapkan di : Jambi
Pada Tanggal : 14 Januari 2022
Kepala Rumah Sakit TK III Dr. Bratanata
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi
Pelayanan anestesiologi di rumah sakit merupakan salah satu bagian dari
pelayanan kesehatan yang berkembang dengan cepat seiring dengan peningkatan
ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang anestesia. Peningkatan kebutuhan
pelayanan anestesi ini tidak diimbangi dengan jumlah dan distribusi dokter spesialis
anestesiologi secara merata. Keadaan tersebut menyebabkantindakan anestesi di
rumah sakit dilakukan oleh perawat anestesi sehingga tanggung jawab terhadap
pelayanan ini menjadi tidak jelaskhususnya untuk rumah sakit yang tidak memiliki
dokter spesialis anestesiologi.
Pelayanan anestesi di rumah sakit, antara lain meliputi pelayanan
anestesia/analgesia di kamar bedah dan di luar kamar bedah, pelayanan kedokteran
perioperatif, penanggulangan nyeri akut dan kronis, resusitasi jantung paru dan otak,
pelayanan kegawatdaruratan dan terapi intensif.Oleh sebab itu, dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan anestesia di Rumah Sakit, disusunlah Panduan
Pelayanan Anestesi di Rumah Sakit.
B. Tujuan
Memberikan pelayanan anestesi, analgesia dan sedasi yang efektif,
berperikemanusiaan dan memuaskan bagi pasien yang menjalani pembedahan,
prosedur medis atau trauma yang menyebabkan rasa nyeri, aman kecemasan dan
stres psikis lain.
1. Menunjang fungsi vital tubuh terutama jalan napas, pernapasan,peredaran darah
dan kesadaran pasien yang mengalami gangguan atau ancaman nyawa karena
menjalani pembedahan, prosedur medis,trauma atau penyakit lain.
2. Melakukan terapi intensif dan resusitasi jantung, paru, otak (bantuan hidup dasar,
lanjutan dan jangka panjang) pada kegawatan mengancam nyawa dimanapun pasien
berada (ruang gawat darurat,kamar bedah, ruang pulih, ruang terapi intensif/HCU).
3. Menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa dan metabolisme tubuh
pasien yang mengalami gangguan atau ancaman nyawa karena menjalani
pembedahan, prosedur medis, trauma atau penyakit lain.
4. Menanggulangi masalah nyeri akut di rumah sakit (nyeri akibat pembedahan,
trauma, maupun nyeri persalinan).
5. Menanggulangi masalah nyeri kronik dan nyeri membandel (nyeri dan penyakit
kronis).
BAB II
RUANG LINGKUP
1 3
Dokter spesialis anestesiologi
2 Dokter PPDS -
3 Dokter Umum -
D. Pengaturan Jaga
Pengaturan jaga dokter anestesi di rumah sakit terlampir.
Standart fasilitas untuk pelayanan anestesi,yang tersedia di rumah sakit adalah :
NO JENIS PERALATAN JUMLAH
1 Mesin anesthesi yang mempunyai anti hipoksi device dengan 2
circle syatem dengan O2 dan udara tekan ( air ) dengan
vaporizer untuk volatine agent,sirkuit bisa untuk anak - anak
dan dewasa
2 Set anestesi pediatrik 1
3 Ventilator yang digerakkan dengan O2 tekan atau udara 1
tekan, ventilator ini harus dapat dihubungkan dengan mesin
anestesi
4 Nasopharingeal airway ukuran dewasa (semua ukuran), 2
Oropharingeal airway,Resusitasi set, Defribilator unit,
sarana krikotirotomi
5 Laringoskop dewasa dengan daun lengkang ukuran 1-4, 2
bougie dan LMA
6 Laringoskop bayi -
7 Konektor dari pipa oro dan nasotrakeal dengan mesin 2
anestesi
8 Pipa trakea oral/nasal dengan cuff (plain endotraeheal tube) 2
no. 2 ½, 3, 3 ½, 4,5
9 Pipa trakea spiral no. 5, 5 ½, 6, 6 ½,7, 7 ½, 8 2
10 Pipa orotrakea dengan cuff (cuff orotracheal tube) no. 5 ½, 2
6, 6 ½, 7, 7½, 8,
11 Pipa nasotrakea dengan cuff no. 5 ½,6, 6 ½, 7, 7 ½, 8 2
12 Magill forceps ukuran dewasa 2
13 Magill forceps ukuran anak -
14 Stetoskop 3
15 Tensimeter non invansif 2
16 Timbangan berat badan 1
17 Termometer 2
18 Infusion standard 5
19 Perlengkapan anastesia regional 5
20 Suction pump 2
21 Medicine troley + 2
22 Defibrilator with monitor -
23 CVP Set -
24 Monitor EKG 2
25 Tabung N2O -
26 Sistem pemberian oksigen portable -
27 Sungkup muka 6
28 Alat memonitoring gas anestesi, O2 dang gas medik 1
29 Anestesi peridural -
30 LMA -
31 Alat pemanas infuse -
BAB III
STANDAR PELAYANAN
Pelayanan anestesi, sedasi ringan, moderat dan dalam (termasuk layanan yang
diperlukan untuk kegawatdaruratan) tersedia 24 jam 7 (tujuh) hari. Jenis pelayanan
anestesi yang diselenggarakan dirumah sakit meliputi pelayanan :
A. Pra-Anestesi
Periode Pra Anestesi
1. Dokter spesialis anestesi dan tim pengelola harus tetap berada di kamar operasi
selama tindakan anestesi umum dan regional serta prosedur yang memerlukan
tindakan sedasi. Dokter anestesi memastikan area-area di dalam rumah sakit
tempat sedasi moderat dan dalam dapat dilakukan.
2. Pemberian pre oksigenasi dengan oksigen 100% (minimal 6-8 l/mnt) dengan
sungkup muka selama 3-4 menit.
3. Induksi anestesi dilakukan dengan pemberian sedatif, relaksan, analgesic sesuai
dengan keadaan fisik pasien.
4. Untuk pasien balita induksi dengan anestesi inhalasi selanjutnya diberikan
relaksan dan analgetik.
5. Pemberian pelumpuh otot untuk pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal
sebaiknya digunakan Atrakium 0,5 mg/kg BB, IV pelan
6. Untuk pasien dengan status hemodinamik tidak stabil, pasien dengan strumektomi,
operasi vaskuler sebaiknya menggunakan Vecuronium bromide (Norcuron) 0,1
mg/kg BB.
7. Intubasi dengan pipa endotrakeal, sesuai dengan ukuran dan kebutuhan,
sebaiknya didahului dengan pemberian lidokain 1mg/kg BB atau spray 1 menit
sebelum intubasi.
8. Pemeliharaan anestesi dan monitoring didokumentasikan dalam form LEMBAR
PEMANTAUAN ANESTESI dan ditandatangani oleh dokter anestesi dan perawat
anastesi
9. Selama pemberian anestesi harus dilakukan pemantauan dan evaluasi secara
kontinual terhadap oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, suhu dan perfusi jaringan, serta
didokumentasikan pada catatan anestesi.
10. Pengakhiran anestesi harus memperhatikan oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, suhu
dan perfusi jaringan dalam keadaan stabil.
C. Pelayanan Pasca-Anestesi
Sedasi adalah suatu proses yang berkelanjutan / kontinua, sehingga tidak dapat
di predikasi bagaimana respon pasien yang mendapatkan sedasi. Oleh karena itu
petugas anestesi yang memberikan sedasi harus dapat melakukan penanganan
segera terhadap pasien yang efek sedasinya lebih dalam / berat daripada efek yang
seharusnya terjadi.
Layanan sedasi di rumah sakit dilaksanakan tidak hanya di kamar operasi tetapi
juga di laksanakan pada unit lain seperti pada IGD, Endoscopy. Untuk layanan sedasi
yang di kerjakan di unit lain adalah layanan sedasi ringan. Berikut ini kategori atau
tingkatan sedasi :
A. Sedasi Ringan
Adalah Obat yang digunakan pada tingkat ini, yang mana pasien masih
menunjukkan respon yang normal pada perintah suara. Meskipun fungsi dan
koordinasinya terganggu / berkurang. Fungsi ventilasi dan kardiovaskuler mungkin
kurang efektif.Contoh sedasi minimal adalah : anestesi local atau topical,pemberian
1 jenis obat sedative / analgesic oral dengan dosis yang sesuai untuk penanganan
insomnia, ansietas atau nyeri.
B. Sedasi Moderate
Adalah Obat yang digunakan pada tingkat ini, menyebabkan depresi yang
mana pada tahap ini pasien masih mudah merespon terhadap perintah suara
maupun stimulasi tactil. Tidak diperlukan intervensi untuk management airway,
ventilasi spontan masih adekuat. Fungsi kardiovaskuler biasanya terpelihara
C. Sedasi Dalam
Adalah obat yang menginduksi untuk mendepresi kesadaran dan pasien
tidak dapat dibangunkan, tetapi dapat merespon apabila di bangunkan secara
berulang dan nyeri. Kemampuan untuk bernafas mungkin akan turun. Pasien
mungkin membutuhkan bantuan untuk menjaga jalan nafas dan bernafas secara
secara spontan.Fungsi kardio vaskuler biasanya terjagadengan baik.Ada 3 langkah
utama dalam sedasi, yaitu :
1. Pra sedasi
Dalam pra sedasi ada bebarapa hal yang perlu diperhatikain,hal ini untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien. Sering kali rasa cemas pasien dapat
dikurangi dengan memberika penjelasan dan pendidikan kesehatan bagi pasien dan
keluarga pasien.
Hal – hal yang perlu dilaksanakan pada pre sedasi antara lain :
a. Persetujuan tindakan
Pasien dan keluarga pasien harus mendapatkan informasi tentang komponen
rencana tindakan sedasi yang mencakup : risiko, keuntungan dan alternative dari
tindakan sedasi. Point penting pada pemberian informasi kepada pasien dan
keluarganya mencakup :
1. Durasi / lamanya dari tindakan sedasi
2. Respon terhadap reaksi sedasi yang bervariasi
3. Kemungkinan terjadinya kegagalan pada saat dilakukan tindakan
sedasi
4. Kemungkinan timbulnya efek samping dari tindakan sedasi
5. Alternative lain apabila pasien tidak bisa / kegagalan saat dilakukan
tindakan sedasi
6. Kemungkinan observasi ketat yang akan dilakukan oleh perawat
setelah tindakan sedasi
7. Adanya penilaian/kreteria apabila pasien pulang
Pemberian persetujuan tindakan sedasi ini harus dilengkapi dan didokumentasikan
pada medical record pasien.
b. Status ASA
Status ASA pasien di nilai sebelum dilakukan tindakan sedasi.
c. Riwayat pemberian obat sedasi yang pernah di dapatkan pasien, termasuk reaksi
yang ada ( termasuk reaksi alergi )
d. Status puasa
Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan sedasi harus di puasakan sesui dengan
panduan dari Directorate of Anaesthesia, Panduan puasa sebelum pasien menjalani
prosedur sedasi menurut :
AMERICASOCIETY OF ANESTHESIOLOGIST
JENIS MAKANAN PERIODE PUASA MINIMAL
Cairan bening / jernih 2 jam
Air susu Ibu ( ASI ) 4 jam
Susu formula untuk bayi 6 jam
Susu sapi 6 jam
Makanan ringan 6 jam
2. Intra sedasi
Selama proses sedasi dilakukan penilaian dan pencatatan yang meliputi ;
a. Pengecekan kembali identitas pasien pasien yang disesuaikan dengan gelang
pasien
b. Semua pasien yang akan mendapatkan sedasi melalui injeksi intravenous
harus sudah terpasang akses intravenous catheter
c. Pada setiap tahapan sedasi dilakukan manajemen yang tepat meliputi :
1. Tepat obat yang dipakai, tepat dosis, tepat rentang waktu pemberian obat
2. Penggunaan obat antagonis dan reserval
3. Managemen / pengelolaan pasien apabila terjadi kegagalan dalam tindakan
pemberian sedasi
4. Tepat pemberian resep untuk obat sedasi
d. Pasien yang dilakukan tindakan sedasi harus mempunyai data monitoring,
termasuk monitoring sebelum dilakukan tindakan pemberian sedasi. Monitoring ini
harus dilakukan secara kontinua, yang meliputi :
1. Tingkat kesadaran pasien
2. SpO2
3. Tekanan darah pasien setiap 5 menit selama 30 menit pertama
4. Jumlah pernafasan dalam 1 menit( paling tidak dilakukan setiap 5 menit )
5. ECG monitor (terutama pada pasien dengan riwayat penyakit jantung )
e. Untuk prosedur tindakan yang lama, perhatikan :
1. Posisi pasien
2. Cairan ( Pemasangan infus wajib dilakukan )
3. Kontrol suhu tubuh pasien
4. Gunakan pelindung untuk melindungi bgian tubuh yang tertekan
3. Post sedasi
Penilaian setelah pemberian sedasi :
a. Pasien di observasi di ruang pemulihan selama 30 menit, atau sampai dengan
efek sedasi menghilang
b. Biasanya tidak ada efek lanjutan / ikutan setelah pemberian sedasi. Akan tetapi
terdapat kemungkinan terjadinya gengguan, reflek / reaksi dan ingatan jangka
pendek selama 24 jam pasca-sedasi.
c. Pasien tidak diperbolehkan untuk mengemudi sehingga diperlukan orang
dewasa lainnya untuk mendampingi pasien pulang ke rumah.
d. Pasien juga disarankan untuk tidak mengoperasikan peralatan yang berbahaya,
membuat keputusan penting atau menandatangani dokumen resmi apapun
dalam 24 jam pasca- sedasi.
Karena pemberian obat sedasi dapat menimbulkan efek yang lebih dari yang
diharapkan, dari yang ringan sampai dengan berat, tergantung dari respon
pasiennya, maka pemberian obat – obatan sedasi seharusnya bisa menolong
pasien bila terjadi kejadian yang tidak diharapkan,penolong yang dimaksud
harus bisa membebaskan airway, memberi nafas buatan untuk mencegah
terjadinya hipoksi maupun hipoventilasi, bisa mengatasi gangguan
cardiovascular misalnya hipotensi dan mengembalikan keadaan pasien ke level
sedasi yang dikehendaki.
Respon pada pasien sedasi
RESPON SEDASI
SEDASI SEDANG SEDASI BERAT
PASIEN RINGAN
Respon Normal Merespon terhadap Merespon setelah
terhadap stimulus sentuhan diberikan stimulus
stimulus verbal berulang / stimulus
nyeri
Jalan Nafas Tidak Tidak perlu Mungkin perlu
berpengaruh intervensi intervensi
Ventilasi Tidak Adekwat Dapat tidak adekwat
spontan terpengaruh
Fungsi Tidak Biasanya dapat Biasanya dapat
Kardiovaskuler terpengaruh dipertahankan dipertahankan dengan
dengan baik baik
Dalam proses pemberian tindakan sedasi maka kita harus menyiapakan peralatan
yang diperlukan. Prosedur peralatan yang disiapkan antara lain :
1) Alat resusitasi dasar maupun lanjutan
2) Oksigen
3) Suction high pressure, suction kateter
4) Trolley obat obat emergency
5) Pulse oxymetri, ECG, Tensimeter automatic
6) IV canul
7) Cairan infuse
8) Obat obat sedasi, antidontum dan obat obat lain seperti anti emetic,anti
anaphilatic
9) Alat alat penghangat
10) Catatan rekam medik
Untuk pasien rawat jalan atau one day surgery maka diperlukan suatu kriteria
pemulangan pasien agar pasien aman. Kriteria pasien pulang mencakup :
1) Pasien harus sadar dan memiliki orientasi yang baik. Bayi dan pasien dengan
gangguan status mental harus kembali ke status semula / awal ( sebelum
menjalani prosedur tindakan ). Dokter dan pasien anak – anak yang memiliki
risiko obstruksi jalan nafas harus duduk dengan posisi kepala menunduk ke
depan.
2) Tanda vital harus stabil
3) Penggunaan system scoring dapat membantu pencatatan kriteria pemulangan
pasien
4) Telah melewati waktu yang cukup ( hingga 2 jam ) setelah pemberian terakhir
dosis antagonis ( nalokson , flumazenil ), untuk memastikan bahwa pasien tidak
masuk ke fase sedasi kembali, setelah efek obat antagonis menghilang
5) Pasien rawat jalan boleh dipulangkan dengan didampingi oleh orang dewasa
yang dapat mengantarkan pasien sampai ke rumah dan melaporkan jika terjadi
komplikasi paska – prosedur
6) Pasien rawat jalan dan pendampingnya harus di berikan instruksi tertulis
mengenai diet paska – prosedur, obat – obatan, aktivitas, dan nomor telepon
yang dapat dihubungi jika terjadi keadaan emergensi.
1) Bromage score
SCORE DISKRIPSI
0 Gerakan Penuh Dari Tungkai
1 Tak Mampu Ekstensi Tungkai
2 Tak Mampu Fleksi Lutut
3 Tak Mampu Fleksi pergelangan Kaki
2) Steward Score
SCORE PERNAFASAN KESADARAN AKTIVITAS
2 Batuk, menangis Menangis Gerak bertujuan
1 Pertahankan jalan Menangis dengan Gerak tidak
nafas rangsangan bertujuan
0 Perlu bantuan Tidak ada respon Tidak ada aktivitas
3) Aldrette Score
AKTIVITAS RESPIRASI SIRKULASI KESADARAN SATURASI
SCORE
O2
2 Gerak Dapat TD±20 Sadar penuh ≥ 92%
bertujuan bernafas mmHg dari dengan
dalam dan penilaian uadar
batuk sebelumnya kamar
1 Gerak tak Dyspnoea TD±20 - Bangun bila ≥ 90%
bertujuan bernafas 50mmHg dipanggil dengan
dangkal dan dari oksigen
terbatas penilaian
sebelumnya
0 Diam Apnoe TD±20 Tidak ada ≥ 90%
mmHg dari respon
penilaian
sebelumnya
BAB V
DOKUMENTASI