Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

RESPON KAYU TERHADAP LINGKUNGAN


(FAKTOR BIOLOGIS, FAKTOR NONBIOLOGIS, & FAKTOR SUARA)

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5

Dea Amanda Adistya G1011221082


Dewan Sakti G1011221290
Lisa Julianty Maharani G1011221018
Magdalena G1011221138
Septian Anugrah Pratama G1011221218

KELAS :B
DOSEN : Ir.Hj Gusti Eva Tavita, M.Si
ASPRAK : Dwi Andini

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum “Respon kayu terhadap lingkungan
(faktor biologis & faktor nonbiologis)” dengan tepat waktu. Tidak lupa juga kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Ir. Hj Gusti Eva Tavita, M.Si selaku dosen
mata kuliah Fisika Kayu, serta kepada Kak Dwi Andini selaku asisten praktikum yang
banyak membantu kami selama praktikum berlangsung.

Meskipun begitu, kami selaku penulis memberi dan membuka ruang untuk pemberian
kritik, saran, serta komentar mengenai laporan praktikum ini. Kami percaya dengan adanya
kritik, saran, serta komentar dari para pembaca akan membuat diri kami menjadi jauh lebih
baik dalam menyusun laporan dan pelaksanaan praktikum untuk ke depannya.

Pontianak, 28 Oktober 2023

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Praktikum
BAB 2 METODE PRAKTIKUM
2.1 Alat
2.2 Bahan
2.3 Langkah Kerja
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
BAB 5 KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Respon Kayu Terhadap Faktor Biologis, Nonbiologis, dan Suara
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kayu merupakan bahan baku dasar yang sering digunakan oleh masyarakat
dibeberapa daerah yang ada di Indonesia sebagai bahan utama dalam konstruksi
bangunan. Beberapa alasan yang menyebabkan kayu lebih dipilih dikarenakan kayu
tidak mudah patah atau retak bila terkena beban getaran akibat gempa dan juga kayu
tidak mengalami korosi.Namun, ketika membahas mengenai apa saja yang menjadi
penyebab rusaknya kayu,tentu tidak bisa hanya membahas satu sisi.ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhinya. Secara umum, faktor-faktor tersebut dapat
dikelompokkan dalam dua golongan utama yaitu faktor biologis dan nonbiologis.

Yang termasuk faktor biologis adalah kerusakan pada kayu akibat adanya
faktor biologis. Seperti adanya jamur ataupun hama. Kedua jenis organisme tersebut
dapat muncul karena pengaruh biologis, yang menjadi penyebab merupakan makhluk
hidup dan dapat berkembang biak. Kerusakan akibat faktor biologis dapat
menimbulkan kerusakan parah jika tidak segera diatasi dengan tepat. Bukan tidak
mungkin serangan akan semakin parah dan berakibat fatal hingga merusak seluruh
bagian kayu. Mengingat berbagai organisme perusak kayu dapat hidup bahkan
membentuk koloni. Untuk penanganannya, Anda bisa mengandalkan beberapa
metode. Yang paling mudah dan ampuh tentunya dengan mengaplikasikan produk
pengawet kayu. Anda bisa menggunakan produk Biocide untuk menjaga kondisi
kayu.

Faktor nonbiologis pada kerusakan kayu berakibat dari hal abiotik. Kerusakan
yang ditimbulkan juga biasanya tidak separah rusaknya kayu karena faktor biologis.
beberapa faktor non-biologis di antaranya adalah faktor fisik, mekanis, dan kimia.
yang termasuk faktor fisik di antaranya cahaya, air, udara, panas dan api. sementara
faktor kimia kaitannya dengan kondisi asam dan basa. Dan yang menjadi kerusakan
akibat faktor mekanis karena adanya gesekan maupun pukulan.
1.2 Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi kerusakan pada kayu yang


disebakan oleh faktor biologis yang berasal dari serangga dan jamur perusak
kayu.
2. Mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi kerusakan pada kayu yang
disebabkan oleh faktor nonbiologis.
3. Mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi dan membedakan penggunaan
kayu berdasarkan respon kayu terhadap suara.
4. Mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi dan membedakan sifat kayu
terhadap berbagai faktor berdasarkan penampilan kayu.
BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1 Alat
1. Kamera Handphone
2. Alat tulis

2.2 Bahan
1. Kayu yang sudah rusak akibat pengaruh dari faktor biologis
2. Alat musik yang terbuat dari kayu
3. Sampel kayu ukuran 2×2×2 yang diberi perlakuan berupa pembakaran

2.3 Prosedur Kerja


A. Respon Kayu Terhadap Faktor Biologis
1. Respon kayu terhadap faktor biologis diamati dengan cara mencari kayu yang
terkena serangan serangga dan jamur perusak kayu
2. Informasi yang dibutuhkan yaitu jenis kayu, bentuk kerusakan yang di
temukan pada kayu, dan faktor perusak dari kerusakan kayu yang ditemukan.
3. Kemudian kaitkan sifat fisika dari jenis kayu tersebut terhadap ketahanannya
pada faktor biologis kayu.

B. Respon Kayu Terhadap Faktor Nonbiologis


1. Respon kayu terhadap suara diamati dengan cara mencari kayu yang terkena
faktor nonbiologis perusak kayu.
2. Informasi yang dibutuhkan yaitu jenis kayu, bentuk kerusakan yang ditemukan
pada kayu.
3. Kemudian kaitkan sifat fisika dari jenis kayu tersebut dengan ketahanan kayu
dari faktor nonbiologis perusak kayu.

C. Respon Kayu Terhadap Suara


1. Respon kayu terhadap suara diamati dengan cara mencari informasi dan
mengamati alat musik yang terbuat dari kayu.
2. Informasi yang dibutuhkan yaitu jenis kayu dan jenis alat musiknya.
3. Kemudian kaitkan siifat fisika dari jenis kayu tersebut dengan jenis alat musik.
D. Sifat kayu terhadap panas
1. Lakukan pembakaran pada sampel kayu ukuran 2×2×2 tanpa menambahkan
apapun pada kayu.
2. Hitung waktu pembakaran dari awal mula pembakaran hingga kayu menjadi
arang.
3. Catat waktu yang diperlukan untuk kayu hingga menjadi arang.
4. Bandingkan hasil pembakaran kelompok kalian dengan kelompok lainnya.
5. Hasil dibahas dalam bentuk laporan dan dipresentasikan di akhir kegiatan
praktikum.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Jamur pelapuk kayu adalah organisme yang paling sering menyebabkan degradasi
kayu. Mereka melepaskan enzim yang merusak komponen selulosa dan lignin kayu,
mengurangi kekuatan dan integritasnya (Morris et al., 2015).

Rayap dan serangga seperti kutu kayu aktif merusak kayu dengan mengunyah dan
mencerna serat selulosa, mengakibatkan kehilangan kekuatan (Su et al., 2016).

Bakteri tertentu seperti bakteri Pelapuk Kayu Umum (WBD) juga berperan dalam
degradasi kayu, terutama dalam kondisi tertentu seperti air tergenang (Laks et al., 2019).

Kayu merespons fluktuasi kelembaban dan suhu lingkungan dengan mengalami


perubahan dimensi. Ini dapat menyebabkan pembengkokan, retakan, dan perubahan bentuk
kayu (Hadi et al., 2018).

Sinar ultraviolet (UV) dari matahari dapat menyebabkan perubahan warna dan
degradasi fisik kayu. Ini umumnya terjadi pada kayu yang terpapar sinar matahari secara
langsung (Mahdi et al., 2017).

Kayu yang digunakan dalam lingkungan dengan tingkat kelembaban tinggi, seperti
konstruksi bawah tanah, rentan terhadap pelapukan akibat kelembaban tanah (Winandy,
2006).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel hasil pengamatan

Respon Kayu Terhadap Foto Pengamatan Keterangan


Faktor yang Mempengaruhi

Pada gambar 1 terdapat contoh kayu karet yang


terkena jamur pewarna pada permukaannya, serta
penampilan kayu tersebut warna jamur berwarna
abu kehitaman tetapi belum di semua bagian
tetapi dapat menyebar di penampilan kayu
dikarenakan kelembaban dan suhu yang sangat
mempengaruhi pertumbuhan jamur.
Biologis ( Jamur dan Gambar 1
Serangga)
Pada gambar 2 terdapat kerusakan kayu di kusen
yang diakibatkan oleh serangga perusak kayu
yaitu rayap, serta penampilan pada gambar
tersebut terdapat lubang-lubang kecil dan
mengakibatkan kayu tersebut akan rusak menjadi
rapuh, hancur dan berongga.

Gambar 2

Pada gambar 3 kayu yang terus menerus terpapar


cuaca (air dan sinar matahari). Dibagian
penampilan kayu ini juga sudah rapuh
dikarenakan terkena hujan dan paparan matahari
Nonbiologis secara langsung.
( Cuaca )
Gambar 3

Pada gambar 4 kayu yang tidak terpapar cuaca,


mengakibatkan permukaan kayu lebih terjaga dan
masih mempertahankan warna aslinya.

Gambar 4
Pada gambar 5 yaitu kayu sampel ukuran 2×2×2
Nonbiologis
yang telah kami sampai menjadi arang dalam
(Panas)
waktu 2 menit.

Gambar 5

Pada gambar 6 yaitu jenis alat musik Sape dan


menggunakan kayu keras seperti Kayu Nangka.
Sifat fisika kayu yang kaitannya dengan alat
musik sape :
Suara
a) Estetika
b) Ketahanan dan kekuatan
c) Kelenturan

Gambar 6

Tabel 1 Respon Kayu Terhadap Faktor Biologis, Nonbiologis, dan Suara

4.2 Pembahasan

Respon kayu terhadap faktor biologis yang terdapat pada Gambar 1


dan Gambar 2, dijelaskan sebagai berikut :
1) Respon terhadap Jamur Pewarna (Gambar 1)
Kayu karet biasanya lebih rentan terhadap serangan jamur pewarna. Jamur
pewarna dapat menyebabkan perubahan warna dan kerusakan pada kayu karet.
Kayu ini mungkin berubah menjadi warna coklat atau hitam akibat serangan
jamur.
2. Respon terhadap Serangga Rayap (Gambar 2)
Terdapat kerusakan kayu di kusen yang diakibatkan oleh serangga perusak
kayu yaitu rayap, serta penampilan pada gambar tersebut terdapat lubang-
lubang kecil dan mengakibatkan kayu tersebut akan rusak menjadi rapuh,
hancur dan berongga.
Respon kayu terhadap faktor nonbiologis yang terkena paparan cuaca
secara langsung (Gambar 3) dan kayu yang tidak terpapar cuaca secara
langsung (Gambar 4) memiliki perbedaan, yaitu sebagai berikut :
a) Warna : Kayu yang terkena cuaca cenderung mengalami perubahan
warna lebih cepat. Sementara, kayu yang tidak terpapar cuaca akan
mempertahankan warna aslinya lebih baik.
b) Kondisi permukan : Kayu yang terpapar cuaca mengalami retak atau
pecah dikarenakan terpapar cuaca. Di sisi lain, kayu yang terlindungi
dari cuaca akan memiliki permukaan yang lebih terjaga.
c) Ketahanan terhadap serangan organisme : Kayu yang terpapar cuaca
lebih rentan terhadap serangan jamur, rayap atau organisme lain yang
merusak kayu. Tetapi, di permukaan kayu yang tidak terpapar cuaca
secara langsung dapat juga mengalami kerusakan dikarenakan
kelembaban pada posisi atau letak kayu itu sendiri.
Respon Kayu terhadap faktor non biologis panas (Gambar 5), yaitu
kayu sampel ukuran 2×2×2 yang telah kami bakar sampai menjadi arang
dalam waktu 2 menit.
Kayu memiliki respon tertentu terhadap suara, yaitu sifat akustik yang
merupakan kemampuan kayu untuk meneruskan suara dan berkaitan dengan
elastisitas kayu. Sifat resonansi merupakan sifat kayu yang ikut bergetar ketika
terkena gelombang suara. Pada (Gambar 6), merupakan alat musik tradisional
Suku Dayak yaitu Sape. Bahan utama pembuatan Sape adalah kayu, dan yang
kami amati berbahan dasar Kayu Nangka :
Sifat fisika kayu yang kaitannya dengan alat musik sape :
a) Estetika : Kayu Nangka memiliki tampilan yang menarik dengan
warna yang bervariasi dari kuning hingga coklat, serat kayu yang indah
serta memberikan tampilan sape unik dan menarik.
b) Ketahanan dan kekuatan : Kayu Nangka relatif keras dan tahan lama.
Hal ini penting dalam pembuatan sape, karena alat musik harus mampu
menahan tekanan senar dan tahan lama dalam penggunaan sehari-hari.
c) Kelenturan : Kayu Nangka memiliki tingkat kelenturan yang baik dan
sangat penting dalam pembuatan sape. Ini memudahkan untuk
membentuk bagian-bagian sape dengan baik, termasuk badan dan leher
untuk mencapai karakteristik bunyi yang di inginkan.
Data sampel Fisika Kayu Kelas B reg A dan perbandingan durasi pembakaran
antar kayu :
 Kelompok 1 : Kayu Akasia (Acacia mangium)
Kadar air kayu kering:39,8%
Kerapatan kayu kering: 0,673 gr
Waktu pembakaran sampai jadi arang: 4 menit 40 detik
 Kelompok 2 : Kayu Mahang (Macaranga pruinosa)
Kadar air kering 17,75%
Kerapatan kayu kering : 1.07 gr
Waktu pembakaran sampai jadi arang : 58 detik
 Kelompok 3 : Kayu Jengkol (Pithecellobium jiringa)
Kadar air kayu kering: 12,2%
Kerapatan Kayu kering:0,35 gr
Waktu pembakaran sampai jadi arang : 1 menit 15 detik
 Kelompok 4 : Kayu Mahoni (Swirtenia mahogani)
Kadar air kayu kering : 10,21%
Kerapatan kayu kering : 0,40 gr
Waktu pembakaran sampai jadi arang : 5 menit 13 detik
 Kelompok 5 : Kayu Salam (Syzygium polyanthum)
Kadar air kayu kering: 9,9 %
Kerapatan kayu kering : 0,63 gr
Waktu pembakaran sampai jadi arang : 2 menit
 Kelompok 6 : -
 Kelompok 7 : Kayu Balsa ( Ochroma grandiflorum )
Kadar air kayu kering: 11%
Kerapatan Kayu kering: 0,35 gr
Waktu pembakaran sampai jadi arang : 1 menit 42 detik
 Kelompok 8 : Kayu Mangga ( Mangifera indica )
Kadar kayu kering = 3,5 %
Kerapatan kayu kering = 0.66 gr
Waktu pembakaran sampai jadi arang = 1 menit 20 detik
Dari data di atas, diketahui bahwa Kayu Mahoni (Swirtenia mahogani)
merupakan kayu yang keras dan kerapatannya tinggi karena memerlukan
proses pembakaran yang lebih lama dari sampel kayu yang lain. Sedangkan,
Kayu Mahang (Macaranga pruinosa) merupakan kayu dengan kerapatan
rendah sehingga mudah terbakar.

Sifat fisik kayu mempengaruhi proses pembakaran :

1. Kandungan Air : Kayu biasanya mengandung air dalam sel-sel kayunya. Kandungan
air yang tinggi dalam kayu akan menghambat proses pembakaran karena sebagian
panas dari api akan digunakan untuk menguapkan air tersebut sebelum kayu terbakar.
Oleh karena itu, kayu yang lebih kering lebih mudah terbakar dan menghasilkan arang
dengan efisiensi yang lebih baik.

2. Kepadatan dan Berat Jenis : Kayu yang lebih padat cenderung menghasilkan arang
dengan kepadatan yang lebih tinggi.
Kepadatan tinggi dapat menghasilkan arang yang lebih keras dan padat.
Sifat fisik kayu yang memengaruhi proses pembakaran ini dapat membantu dalam
pengaturan dan pengoptimalan proses kayu menjadi arang.
BAB V
KESIMPULAN

Dari pengamatan kami mengenai Respon Kayu terhadap Faktor Biologis, Nonbiologis, dan
Suara dapat disimpulkan bahwa :

 Kandungan Air : Kandungan air dalam kayu memengaruhi responsnya terhadap


lingkungan. Kayu yang terlalu lembab dapat menjadi rentan terhadap pembusukan
dan serangan jamur, sementara kayu yang terlalu kering dapat menjadi rentan
terhadap pecah dan retak.

 Suhu dan Kelembaban : Suhu dan kelembaban dalam lingkungan dapat menyebabkan
perubahan dimensi kayu. Kayu akan memuai dalam kelembaban tinggi dan menyusut
dalam kelembaban rendah, yang dapat memengaruhi kekuatan dan stabilitasnya.

 Serangan Organisme : Kayu rentan terhadap serangan organisme seperti jamur,


serangga rayap, dan serangga pemakan kayu. Faktor-faktor ini dapat merusak kayu
jika tidak diatasi dengan perlindungan yang tepat.

 Perawatan dan Perlindungan : Menjadi cara yang tepat untuk mencegah kerusakan
berkelanjutan, seperti pengeringan, pengaplikasian pelindung kayu, dan perawatan
rutin yang dapat membantu melindungi kayu dari efek negatif lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Morris et al. (2015) : Jamur pelapuk kayu yaitu organisme yang menyebabkan degradasi
kayu.
Su et al. (2016) : Informasi tentang serangga dan kerusakan kayu.

Laks et al. (2019) : Terkait dengan peran bakteri Pelapuk Kayu Umum (WBD) dalam
degradasi kayu.

Hadi et al. (2018) : Respons kayu terhadap fluktuasi kelembaban dan suhu lingkungan.

Maldi et al. (2017) : Mengenai dampak sinar ultraviolet (UV) matahari pada kayu.

Winandy (2006) : Terkait dengan kerusakan kayu yang digunakan dalam lingkungan dengan
tingkat kelembaban tinggi, seperti konstruksi bawah tanah.

Anda mungkin juga menyukai