Laprak Fiskay Kel.5 Materi Biologis & Non
Laprak Fiskay Kel.5 Materi Biologis & Non
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5
KELAS :B
DOSEN : Ir.Hj Gusti Eva Tavita, M.Si
ASPRAK : Dwi Andini
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum “Respon kayu terhadap lingkungan
(faktor biologis & faktor nonbiologis)” dengan tepat waktu. Tidak lupa juga kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Ir. Hj Gusti Eva Tavita, M.Si selaku dosen
mata kuliah Fisika Kayu, serta kepada Kak Dwi Andini selaku asisten praktikum yang
banyak membantu kami selama praktikum berlangsung.
Meskipun begitu, kami selaku penulis memberi dan membuka ruang untuk pemberian
kritik, saran, serta komentar mengenai laporan praktikum ini. Kami percaya dengan adanya
kritik, saran, serta komentar dari para pembaca akan membuat diri kami menjadi jauh lebih
baik dalam menyusun laporan dan pelaksanaan praktikum untuk ke depannya.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Praktikum
BAB 2 METODE PRAKTIKUM
2.1 Alat
2.2 Bahan
2.3 Langkah Kerja
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
BAB 5 KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Respon Kayu Terhadap Faktor Biologis, Nonbiologis, dan Suara
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
BAB I
PENDAHULUAN
Kayu merupakan bahan baku dasar yang sering digunakan oleh masyarakat
dibeberapa daerah yang ada di Indonesia sebagai bahan utama dalam konstruksi
bangunan. Beberapa alasan yang menyebabkan kayu lebih dipilih dikarenakan kayu
tidak mudah patah atau retak bila terkena beban getaran akibat gempa dan juga kayu
tidak mengalami korosi.Namun, ketika membahas mengenai apa saja yang menjadi
penyebab rusaknya kayu,tentu tidak bisa hanya membahas satu sisi.ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhinya. Secara umum, faktor-faktor tersebut dapat
dikelompokkan dalam dua golongan utama yaitu faktor biologis dan nonbiologis.
Yang termasuk faktor biologis adalah kerusakan pada kayu akibat adanya
faktor biologis. Seperti adanya jamur ataupun hama. Kedua jenis organisme tersebut
dapat muncul karena pengaruh biologis, yang menjadi penyebab merupakan makhluk
hidup dan dapat berkembang biak. Kerusakan akibat faktor biologis dapat
menimbulkan kerusakan parah jika tidak segera diatasi dengan tepat. Bukan tidak
mungkin serangan akan semakin parah dan berakibat fatal hingga merusak seluruh
bagian kayu. Mengingat berbagai organisme perusak kayu dapat hidup bahkan
membentuk koloni. Untuk penanganannya, Anda bisa mengandalkan beberapa
metode. Yang paling mudah dan ampuh tentunya dengan mengaplikasikan produk
pengawet kayu. Anda bisa menggunakan produk Biocide untuk menjaga kondisi
kayu.
Faktor nonbiologis pada kerusakan kayu berakibat dari hal abiotik. Kerusakan
yang ditimbulkan juga biasanya tidak separah rusaknya kayu karena faktor biologis.
beberapa faktor non-biologis di antaranya adalah faktor fisik, mekanis, dan kimia.
yang termasuk faktor fisik di antaranya cahaya, air, udara, panas dan api. sementara
faktor kimia kaitannya dengan kondisi asam dan basa. Dan yang menjadi kerusakan
akibat faktor mekanis karena adanya gesekan maupun pukulan.
1.2 Tujuan Praktikum
2.1 Alat
1. Kamera Handphone
2. Alat tulis
2.2 Bahan
1. Kayu yang sudah rusak akibat pengaruh dari faktor biologis
2. Alat musik yang terbuat dari kayu
3. Sampel kayu ukuran 2×2×2 yang diberi perlakuan berupa pembakaran
Jamur pelapuk kayu adalah organisme yang paling sering menyebabkan degradasi
kayu. Mereka melepaskan enzim yang merusak komponen selulosa dan lignin kayu,
mengurangi kekuatan dan integritasnya (Morris et al., 2015).
Rayap dan serangga seperti kutu kayu aktif merusak kayu dengan mengunyah dan
mencerna serat selulosa, mengakibatkan kehilangan kekuatan (Su et al., 2016).
Bakteri tertentu seperti bakteri Pelapuk Kayu Umum (WBD) juga berperan dalam
degradasi kayu, terutama dalam kondisi tertentu seperti air tergenang (Laks et al., 2019).
Sinar ultraviolet (UV) dari matahari dapat menyebabkan perubahan warna dan
degradasi fisik kayu. Ini umumnya terjadi pada kayu yang terpapar sinar matahari secara
langsung (Mahdi et al., 2017).
Kayu yang digunakan dalam lingkungan dengan tingkat kelembaban tinggi, seperti
konstruksi bawah tanah, rentan terhadap pelapukan akibat kelembaban tanah (Winandy,
2006).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Gambar 2
Gambar 4
Pada gambar 5 yaitu kayu sampel ukuran 2×2×2
Nonbiologis
yang telah kami sampai menjadi arang dalam
(Panas)
waktu 2 menit.
Gambar 5
Gambar 6
4.2 Pembahasan
1. Kandungan Air : Kayu biasanya mengandung air dalam sel-sel kayunya. Kandungan
air yang tinggi dalam kayu akan menghambat proses pembakaran karena sebagian
panas dari api akan digunakan untuk menguapkan air tersebut sebelum kayu terbakar.
Oleh karena itu, kayu yang lebih kering lebih mudah terbakar dan menghasilkan arang
dengan efisiensi yang lebih baik.
2. Kepadatan dan Berat Jenis : Kayu yang lebih padat cenderung menghasilkan arang
dengan kepadatan yang lebih tinggi.
Kepadatan tinggi dapat menghasilkan arang yang lebih keras dan padat.
Sifat fisik kayu yang memengaruhi proses pembakaran ini dapat membantu dalam
pengaturan dan pengoptimalan proses kayu menjadi arang.
BAB V
KESIMPULAN
Dari pengamatan kami mengenai Respon Kayu terhadap Faktor Biologis, Nonbiologis, dan
Suara dapat disimpulkan bahwa :
Suhu dan Kelembaban : Suhu dan kelembaban dalam lingkungan dapat menyebabkan
perubahan dimensi kayu. Kayu akan memuai dalam kelembaban tinggi dan menyusut
dalam kelembaban rendah, yang dapat memengaruhi kekuatan dan stabilitasnya.
Perawatan dan Perlindungan : Menjadi cara yang tepat untuk mencegah kerusakan
berkelanjutan, seperti pengeringan, pengaplikasian pelindung kayu, dan perawatan
rutin yang dapat membantu melindungi kayu dari efek negatif lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Morris et al. (2015) : Jamur pelapuk kayu yaitu organisme yang menyebabkan degradasi
kayu.
Su et al. (2016) : Informasi tentang serangga dan kerusakan kayu.
Laks et al. (2019) : Terkait dengan peran bakteri Pelapuk Kayu Umum (WBD) dalam
degradasi kayu.
Hadi et al. (2018) : Respons kayu terhadap fluktuasi kelembaban dan suhu lingkungan.
Maldi et al. (2017) : Mengenai dampak sinar ultraviolet (UV) matahari pada kayu.
Winandy (2006) : Terkait dengan kerusakan kayu yang digunakan dalam lingkungan dengan
tingkat kelembaban tinggi, seperti konstruksi bawah tanah.