Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS PELANGGARAN KODE ETIK dan profesional dalam menegakkan hukum.

PROFESI POLRI SEBAGAI LEMBAGA Jadi jelaslah mengapa polisi disini memegang
PENEGAK HUKUM DI INDONESIA peranan yang teramat penting dalam
Oleh : Andi Christian mewujudkan masyarakat yang maju dan
modern. Terlebih dalam era reformasi ini,
masyarakat menuntut pemerintahan yang
Abstrak demokratis dengan terwujudnya supremasi sipil
yaitu aparatur pemerintahan berada diatas
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji dan kepentingan rakyat dan tidak memanfaatkan
mengetahui ketentuan kode etik polri sebagai kewenangannya untuk menyengsarakan rakyat.
landasan dalam menjalankan tugas, Untuk Perubahan mendesak dan segera yang dihadapi
mengkaji dan mengetahuipertanggung jawaban oleh polisi ini, membuat polisi harus menjadi
polri yang melakukan pelanggaran kode etik, ”ujung tombak” dan ”korban” dari perubahan
serta bertanggungjawab dalam pelanggaran tersebut.Bangsa Indonesia pada saat ini sedang
kode etik, Kode etik inidijadikan standart untuk mengalami multi krisis yang salah
aktivitas anggota profesi, kode etik tersebut satunyaadalah krisis dalam
sekaligus sebagaipedoman dalam menjalankan penegakanhukum (law enforcement).
tugas. 1. Indikasinya ketika dalam penegakan
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Kepala hukum semata-mata mengutamakan
Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor aspek kepastian hukum dengan
14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi mengabaikan aspek keadilan
Kepolisian Negara Indonesia dalam Pasal 1 (gerechtigkeit) dan kemanfaatan hukum
mengenai pengertian KEPP, yaitu : “Kode Etik bagi masyarakat. Adagium bahwa cita
Profesi POLRI yang selanjutnya disingkat hukum adalah keadilan dalam konteks
KEPP adalah norma norma atau aturan-aturan perkembangan abad 21 telah berubah.
yang merupakan kesatuan landasan etik atau Abad nasionalisme modern yang
filosofis yang berkaitan dengan perilaku mengutamakan daya nalar hampir tidak
maupun ucapan mengenai hal-hal yang pernah memuaskan pikiran manusia
diwajibkan, dilarang, patut atau tidak patut tentang arti dan makna keadilan
dilakukan oleh anggota POLRI dalam (rechtsvaardigheit) di dalam irama gerak
melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung hukum dalam masyarakat.
jawab jabatan 2. Karena jelas bahwa hukum, atau aturan
BAB I perundang- undangan terutama dalam
PENDAHULUAN implementasinya harusnya adil, tetapi
ternyata yang terjadi adalah ketidakadilan
A. Latar Belakang (unjustice). Padahal hukum terkait
Polisi ditengah dinamika masyarakat dengan keadilan, namun dalam praktik di
yang kompleks dihadapkan pada berbagai kalangan aparatur penegak hukum belum
tantangan substansial yang tidak dapat sepenuhnya menyadari hal tersebut.
dielakkan. Suatu negara yang ingin menjadi 3. Di samping krisis dalam penegakan
maju dan modern harus memiliki kehidupan hukum juga terjadi kecenderungan
masyarakat yang tertib. Kehidupan yang tertib pengabaian terhadap hukum,
ini merupakan cerminan dari terselenggaranya ketidakhormatan dan ketidak percayaan
keadilan melalui penegakan hukum. Sebagai masyarakat terhadap hukum. Sebagai
alat negara, polisi menjadi pengawal dan contoh, sejumlah persepsi ketidak
penegak peraturan dan hukum, dimana percayaan masyarakat pada hukum
posisinya yang berhadapan langsung dengan adalah
masyarakat membuat polisi membawa
tanggungjawab moral dan kebenaran pada 1. Adanya perangkat hukum, baik produk
aspek penegakan hukum, dalam artian polisi legislatif maupun eksekutif yang
berada pada pihak yang netral, tidak pilih kasih,

1
dianggap belum mencerminkan 1. Metode Pendekatan,
keadilan sosial (social justice); 2. Spesifikasi Penelitian,
2. Lembaga peradilan yang belum 3. Jenis Data,
independen dan imparsial; 4. Metode Pengumpulan Data, dan
3. Penegakan hukum yang masih Metode Analisa Data.
inkonsisten dan diskriminatif; Untuk kepentingan riset ini, berikut ini akan
4. Perlindungan hukum pada masyarakat dijelaskan secara garis besar fase-fase riset
yang belum mencapai titik satisfactory. tersebut.

B. Rumusan Masalah 1. Metode Pendekatan


Sesuai dengan latar belakang diatas maka Oleh karena fokus dan tujuan dari riset
yang menjadi masalah dalam penulisan skripsi ini lebih berorientasi kepada upaya untuk
ini adalah: memahami dan menjelaskan efektivitas tugas
1. Bagimana ketentuan kode etik polri dan wewenang yang dimainkan oleh Polri
sebagai landasan dalam menjalankan dalam menanggulangi pelanggaran lalu lintas,
tugas? maka “tradisi riset kualitatif” yang akan
2. Bagimana pertanggungjawaban polri menjadi landasan studi ini. Untuk memahami
yang melakukan pelanggaran kode etik? dan menjelaskan tentang implementasi tugas
dan wewenang Polri yang diformatkan dalam
C. Tujuan Penelitian ranah studi “sociolegal” secara lebih baik, maka
Sebagai tujuan yang diharapkan dalam peneliti harus memiliki pemahaman yang relatif
penelitian ini adalah: memadai tentang tatanan norma yang melandasi
Untuk mengkaji dan mengetahui ketentuan peran lembaga kepolisian tersebut. Bertolak
kode etik polri sebagai landasan dalam dari landasan yuridis itu lalu peneliti mencoba
menjalankan tugas, Untuk mengkaji dan mengamati, memahami dan kemudian
mengetahui pertanggungjawaban polri yang menjelaskan perilaku hukum yang ditampilkan
melakukan pelanggaran kode etik. oleh Polri dalam pelanggaran kodeetik.

D. Manfaat Penelitian 2. Spesifikasi Penelitian


Sebagai manfaat yang diharapkandalam Untuk dapat memahami dan
penelitian ini adalah: Untuk memberikan menjelaskan peran nyata yang dilaksanakan
pemahaman ketentuan kode etik polri sebagai oleh Polri dalam menanggulangi pelanggaran
landasan dalam menjalankan tugas, Untuk lalu lintas, maka strategi atau pendekatan yang
memberikan pemahaman pertanggungjawaban dipakai adalah “pendekatan tekstual” dan
polri yang melakukan pelanggaran kode etik. “pendekatan kasus” (case study). Pendekatan
tekstual diperlukan untuk memahami
E. Metode Penelitian maknamakna atau nilai-nilai yang tersurat
Riset ini tergolong dalam ranah “socio- maupun tersirat dalam teks-teks peraturan
legal”, yang melihat hukum sebagai sebuah perundang-undangan yang mengatur tentang
tatanan normatif yang dioperasionalisasikan tugas dan wewenang Polri. Sedangkan,
dalam kehidupan social tertentu. Tatanan pendekatan kasus diperlukan untuk memahami
normatif yang dimaksudkan di sini adalah yang bagaimana tugas dan wewenang Polri itu
mengatur tugas dan wewenang Polri dalam diimplementasikan dalam penanggulangan
penanggulangan tindak pidana pelanggaran lalu kasus-kasus nyata pelanggaran lalu lintas dan
lintas. Tugas dan wewenang Polri yang terumus angkutan jalan.
secara yuridis-formal itu kemudian coba
diamati dalam kehidupan sosial tertentu, 3. Jenis Data
terutama dalam menanggulangi pelanggaran Sumber utama yang memiliki data yang
lalu lintas. diperlukan dalam riset ini adalah “teks-teks
Studi ini didisain dalam beberapa tahapan, normatif” yang mengatur tentang tugas dan
yakni:

2
wewenang polri, dan para pemegang peran
yakni aparat kepolisian, yang menangani BAB II
penegakan hukum. Metode pengumpulan data TINJAUAN PUSTAKA
yang digunakan melalui dokumen untuk
mendapatkan teks-teks normatif yang mengatur A. Pengertian Kode Etik POLRI
tentang tugas dan wewenang polri. Sesuai dengan ketentuan Peraturan
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
4. Analisis Data Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik
Data yang telah dikumpulkan itu Profesi Kepolisian Negara Indonesia dalam
kemudian dianalisis dan diinterpretasi dengan Pasal 1 mengenai pengertian KEPP, yaitu :
mengartikulasikan dan memproyeksikan “Kode Etik Profesi POLRI yang selanjutnya
pemahaman terhadap isi dari teks-teks disingkat KEPP adalah norma norma atau
normatif dengan tindakan aparat kepolisian aturan-aturan yang merupakan kesatuan
terkait dengan kode etik menjalankan tugas landasan etik atau filosofis yang berkaitan
polri. Langkah-langkah yang demikian itu akan dengan
membantu peneliti untuk menjernihkan perilaku maupun ucapan mengenai hal-hal yang
pemahaman terhadap obyek yang dikaji. diwajibkan, dilarang, patut atau tidak patut
Komponen-komponen riset yang perlu dilakukan oleh anggota POLRI dalam
diinterpretasikan antara lain isi teks-teks melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung
normatif dan tindakan atau perilaku nyata jawab jabatan.” Dari uraian diatas dapat
aparat Polri dalam penegakan hukum. disimpulkan bahwa pengertian KEPP adalah
Interpretasi yang dilakukan itu tentunya akan suatu norma atau aturan yang digunakan
diarahkan atau diorientasikan pada standart- sebagai acuan atau landasan untuk berperilaku
standart penilaian tertentu, yakni dengan baik dan mengatur mengenai hal-hal
demokratisasi, keadilan dan kebenaran serta yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan
perlindungan hak asasi manusia. dalam melaksanakan tugas dan kewajiban
anggota Polri.
Anggota POLRI jika melanggar kode etik
profesinya berarti sama dengan melanggar
F. Sistematika Penulisan hukum. Karena pelanggaran tersebut
Penulisan skripsi ini terdiri dari beberapa bab melanggar profesinya, serta melanggar tugas
yang masing-masing dapat dikemukakan dan wewenangnya sebagai pelindung, pelayan
sebagai berikut: dan pengayom masyarakat. Sedangkan kode
1. Bab I sebagaimana telah diuraikan, etik sendiri sesuai amanat Undang-Undang
meliputi ; Latar Belakang, rumusan telah dirumuskan dalam Peraturan KAPOLRI
masalah, tujuan Penelitain, manfaat sehingga ketika melanggar amanat Undang-
penelitian, metode penelitian dan Undang berarti sama dengan melanggar
sistematika penulisan. hukum. Dari uraian diatas dapat disimpulkan
2. Bab II Tujuan Pustaka. Bab ini bahwa jika ada anggota Polri yang melanggar
menguraikan tentang pengertian kode kode etik profesinya maka sama dengan
etik polri dan profesionalisme Polri anggota Polri tersebut melanggar hukum yang
dalam penegakan hukum. dimana pelanggaran hukum itu berupa tugas
3. Bab III Hasil Pembahasan. Bab ini dan wewenangnya sebagai anggota Polri dalam
membahas landasan ketentuan kode etik hal melayani dan mengayomi masyarakat.
Dalam Profesinalisme Polri dan Dimasukkannya pengertian Kode Etik
pertanggungjawaban hukum polri Polri dalam tinjuan pustaka ini adalah ditujukan
apabila terdapat pelanggaran kode etik dengan maksud memberikan gambaran umum
profesi mengenai peraturan yang sudah dibuat dalam
4. Bab IV Penutup. Bab ini memberikan lingkup polri yang dimana harus dijalani agar
kesimpulan dan saran peraturan tersebut berjalan dengan semestinya
karena dalam hal ini profesi Polri disini adalah

3
untuk menjaga keamanan masyarakat dan Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
gambaran tersebut akan dikaji dalam Penulis dapat menyimpulkan bahwa Kode Etik
pembahasan pada penelitian ini. Profesi POLRI tentunya memiliki fungsi
khusus yaitu sebagai pembimbing perilaku
A.1 Dasar Hukum Kode Etik Profesi POLRI POLRI dalam menjalankan pengabdian
Kode etik profesi POLRI diatur dengan profesinya dan sebagai pengawas hati nurani
Peraturan KAPOLRI No 14 Tahun 2011 agar anggota POLRI tidak melakukan
menggantikan Peraturan KAPOLRI Nomor 7 perbuatan tercela yang bertentangan dengan
Tahun 2006. Peningkatan pengaturan kode etik nilai-nilai etis dan tidak melakukan
profesi POLRI dalam bentuk peraturan penyalahgunaan wewenang atas profesi
KAPOLRI adalah untuk memenuhi ketentuan kepolisian yang dijalankannya. Adapun
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 subtansi yang lebih pokok mengenai Kode Etik
Tentang pembentukan peraturan perundang Profesi POLRI diatur dalam Peraturan
undangan. Menurut pasal 7 ayat (4) Undang- KAPOLRI Nomor 14 Tahun 2011 mengandung
Undang Nomor 10 Tahun 2004, peraturan empat sikap moral bagi anggota POLRI, yakni
perUndang-Undangan lain diakui berkaitan dengan etika kepribadian, etika
keberadaanya dan mempunyai kekuatan hukum kenegaraan, etika kelembagaan dan etika
secara mengikat sepanjang diperintahkan oleh kemasyarakatan. Ke empat sikap moral tersebut
peraturan perUndang-Undangan yang lebih didefinisinya sebagai berikut :
tinggi. Dalam penjelasan pasal tersebut 1. “Etika Kenegaraan adalah sikap moral
dikatakan bahwa salah satu jenis peraturan anggota POLRI yang menjunjung tinggi
perUndang-Undangan lain adalah peraturan landasan konstitusional Negara
yang dikeluarkan oleh Menteri. KAPOLRI Republik Indonesia yaitu pancasila dan
adalah pejabat setingkat menteri, karena Undang-Undang Dasar Negara
bertanggung jawab langsung kepada Presiden, Republik Indonesia Tahun 1945,
sehingga peraturan yang dikeluarkan kewajiban anggota POLRI mengenai
KAPOLRI mempunyai kekuatan mengikat. Etika Kenegaraan diatur dalam Pasal 6
Dan peningkatan pengaturan Kode Etik Profesi sedangkan larangan diatur dalam pasal
tersebut tidak hanya mengikat anggota POLRI 12 PERKAP nomor 14 tahun 2011.
tetapi juga mengikat pengemban fungsi 2. Etika Kelembagaan adalah sikap moral
kepolisian lainnya dan sekaligus menjadi anggota POLRI terhadap institusi yang
pedoman perilaku dan sekaligus menjadi menjadi wadah pengabdian dan patut
pedoman moral bagi anggota POLRI sebagai dijunjung tinggi sebagai ikatan lahir
upaya pemuliaan terhadap profesi Kepolisian batin dari semua insan Bhayangkara
yang berfungsi sebagai pembimbing, dengan segala martabat dan; kewajiban
pengabdian sekaligus menjadi pengawas hati anggota POLRI mengenai Etika
nurani setiap anggota POLRI agar terhindardari Kelembagaan diatur dalam Pasal 7 – 9
perbuatan tercela dan penyalahgunaan sedangkan larangan diatur dalam pasal
wewenang. Dalam pasal 1 ayat (5) Peraturan 13 - 14 PERKAP nomor 14 tahun 2011.
Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode 3. Etika Kemasyarakatan adalah sikap
Etik Profesi Kepolisian Negara Republik moral anggota POLRI yang senantiasa
Indonesia disebutkan bahwa: “Kode Etik memberikan pelayanan terbaik kepada
Profesi Polri yang selanjutnya disingkat KEPP masyarakat; kewajiban anggota POLRI
adalah norma-norma atau aturan-aturan yang mengenai Etika Kemasyarakatan diatur
merupakan kesatuan landasan etik atau filosofis dalam Pasal 10 sedangkan larangan
yang berkaitan dengan perilaku maupun ucapan diatur dalam pasal 15 PERKAP nomor
mengenai hal-hal yang diwajibkan, dilarang, 14 tahun 2011.
patut atau tidak patut dilakukan oleh Anggota 4. Etika Kepribadian adalah sikap moral
Polri dalam melaksanakan tugas, wewenang anggota POLRI terhadap profesinya
dan tanggung jawab jabatan” didasarkan pada panggilan ibadah
sebagai umat beragama, kewajiban

4
anggota POLRI mengenai Etika pelanggaran kedisiplinan. Berikut merupakan
Kepribadian diatur dalam Pasal 11 beberapa pelanggaran kedisiplinan yang
sedangkan larangan diatur dalam pasal dilakukan oleh anggota Polri:
15 PERKAP nomor 16 tahun 2011.” a) Pelanggaran disiplin ringan:
Tidak membawa surat kelengkapan data diri;
pelanggaran perilaku; pelanggaran ketertiban
B. Profesinalisme Polri Dalam Penegakan penggunaan seragam Polisi, atribut dan
Hukum. kelengkapannya; pelanggaran performance;
Profesionalisme merupakan kualitas pelanggaran kelengkapan kendaraan bermotor;
dan perilaku yang merupakan ciri khas orang pelanggaran atas penggunaan inventaris dinas;
yang berkualitas dan profesional. lupa membawa surat izin senjata api atau
Profesionalisme polisi adalah sikap, cara inventaris dinas yang dipinjam pakaikan; ke luar
berpikir, tindakan, dan perilaku pelaksanaan kantor pada jam dinas tanpa izin pimpinan.
pemolisiannya dilandasi ilmu kepolisian, yang
diabdikan pada kemanusian atau melindungi b) Pelanggaran disiplin berat:
harkat dan martabat manusia sebagai aset Mangkir atau tidak melaksanakan tugas atasan
utama bangsa dalam wujud terpeliharanya (disersi); melakukan tindak pidana yang
kamtibmas dan tegaknya supremasi hukum. ancaman pidananya lebih dari tiga bulan;
Untuk mengukur profesionalisme menurut berbuat asusila; ikut terlibat dan/ataumemback-
Sullivan dapat dilihat dari 3 (tiga) parameter up dalam suatu tindak pidana
yaitu motivasi, pendidikan, dan penghasilan. /kejahatan yang terorganisasi; penyalahgunaan
Untuk memperoleh aparat penegak hukum wewenang dan/atau jabatan. Sanksi yang
yang berkualitas maka harus memenuhi Well dijatuhkan untuk pelanggaran disiplin yang
MES, yaitu: Pertama, well motivation, harus sifatnya ringan berupa tindakan disiplin,
dilihat motivasi polisi dalam mengabdikan diri sedangkan untuk pelanggaran disiplin berat
pada masyarakat. Kedua, well education, polisi berupa hukuman disiplin. Etika kepolisian
harusnya memiliki standar pendidikan tertentu. merupakan sarana untuk mewujudkan
Pendidikan dasar kepolisian tidak harus diikuti kepercayaan diri dan kebanggan sebagai
peserta didik yang memiliki strata tinggi namun seorang polisi, yang kemudian dapat menjadi
lemah dalam mental, akan tetapi standar kebanggan bagi masyarakat; mencapai sukses
kurikulum yang harus disusun secaraberjenjang penugasan; membina kebersamaan, kemitraan
sesuai dengan pola kependidikan yang ada sebagai dasar membentuk partisipasi
dalam Polri. Ketiga, well salary patut mendapat masyarakat; mewujudkan polisi yang
perhatian dari Pimpinan Polri. Gaji polisi tidak profesional, efektif, efesien dan modern, yang
seimbang dengan kinerja yang harus dituntut bersih dan berwibawa, dihargai dan dicintai
lebih oleh masyarakat akan mempengaruhi masyarakat.
polisi menggunakan kewenangannya untuk Pelanggaran terhadap etika kepolisian
melakukan diskresi yang tidak pun kerap terjadi. Adapun bentuk-bentuk
bertanggungjawab. pelanggaran kode etik profesi Kepolisian
Polisi adalah suatu pranata umum sipil Republik Indonesia meliputi pelanggaran
yang mengatur tata tertib (order) dan hukum. terhadap etika kepribadian, etika kenegaraan,
Kepolisian nasional di Indonesia disebut etika kelembagaan, serta etika dalam hubungan
Kepolisian Negara Republik Indonesia atau dengan masyarakat. Proses penegakan kode
Polri. Polri bertanggung jawab langsung di etik profesi Kepolisian Republik Indonesia
bawah Presiden. Polri mengemban tugas-tugas dilakukan melalui tahapan pemeriksaan
kepolisian di seluruh wilayah Indonesia. Tugas pelanggaran disiplin. Pemeriksaan pelanggaran
Polri adalah melindungi, mengayomi dan disiplin merupakan tindak lanjut dari
melayani masyarakat, yang seharusnya dapat penerimaan laporan, tertangkap tangan dan
menjadi contoh disiplin bagi masyarakat. temuan oleh petugas yang dilakukan dalam
Namun, anggota Polri tetaplah manusia biasa, bentuk kegiatan berupa pemanggilan terperiksa
masih banyak anggota Polri yang melakukan dan saksi, pembuatan berita acara pemeriksaan

5
atau BAP, dan pemeriksaan saksi ahli. Proses hakikatnya pemerintahan suatu negara hukum
persidangan pelanggaran disiplin anggota Polri modern itu dilakukan oleh hukum, bukan oleh
melalui beberapa tahap, yaitu tahap persiapan orang. Istilah sebaliknya adalah ‘the rule by
sidang, pelaksanaan sidang, serta pelaksanaan law’ yang dimaksudkan sebagai pemerintahan
putusan sidang. oleh orang yang menggunakan hukum sekedar
sebagai alat kekuasaan belaka.
Penegakan hukum adalah proses
dilakukannya upaya untuk tegaknya atau
berfungsinya norma-norma hukum secara nyata
sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau
hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Ditinjau dari
sudut subjeknya, penegakan hukum itu dapat
dilakukan oleh subjek yang luas dan dapat pula
diartikan sebagai upaya penegakan hukum oleh BAB III
subjek dalam arti yang terbatas atau sempit. HASIL PEMBAHASAN
Dalam arti luas, proses penegakan hukum itu A. Landasan Ketentuan Kode Etik Dalam
melibatkan semua subjek hukum dalam setiap Profesionalisme Polri
hubungan hukum Organisasi Kepolisian, sebagaimana
Pengertian penegakan hukum itu dapat organisasi pada umumnya, memiliki “Etika”
pula ditinjau dari sudut objeknya, yaitu dari yang menunjukan perlunya bertingkah laku
segi hukumnya. Dalam hal ini, pengertiannya sesuai dengan peraturan-peraturan dan harapan
juga mencakup makna yang luas dan sempit. yang memerlukan “kedisiplinan” dalam
Dalam arti luas, penegakan hukum itu melaksanakan tugasnya sesuai misi yang
mencakup pula nilai-nilai keadilan yang diembannya selalu mempunyai aturan intern
terkandung di dalamnya bunyi aturan formal dalam rangka meningkatkan kinerja,
maupun nilai-nilai keadilan yang hidup dalam profesionalisme, budaya organisasi serta untuk
masyarakat. Tetapi, dalam arti sempit, menjamin terpeliharanya tata tertib dan
penegakan hukum itu hanya menyangkut pelaksanaan tugas sesuai tujuan, peranan,
penegakan peraturan yang formal dan tertulis fungsi, wewenang dan tanggung jawab dimana
saja. Karena itu, penerjemahan perkataan ‘law mereka bertugas dan semua itu demi untuk
enforcement’ ke dalam bahasa Indonesia dalam masyarkat.
menggunakan perkataan ‘penegakan hukum’ Persoalan-persoalan etika adalah
dalam arti luas dan dapat pula digunakan istilah persoalan-persoalan kehidupan manusia. Tidak
‘penegakan peraturan’ dalam arti sempit. bertingkah laku semata-mata menurut naluri
Pembedaan antara formalitas aturan hukum atau dorongan hati, tetapi bertujuan dan bercita-
yang tertulis dengan cakupan nilai keadilan cita dalam satu komunitas. Etika berasal dari
yang dikandungnya ini bahkan juga timbul bahasa latin disebut ethos atau ethikos. Kata ini
dalam bahasa Inggeris sendiri dengan merupakan bentuk tunggal, sedangkan dalam
dikembangkannya istilah ‘the rule of law’ bentuk jamak adalah ta etha istilah ini juga
versus ‘the rule of just law’ atau dalam istilah kadang kadang disebut juga dengan mores, mos
‘the rule of law and not of man’ versus istilah yang juga berarti adat istiadat atau kebiasaan
‘the rule by law’ yang berarti ‘the rule of man yang baik sehingga dari istilah ini lahir
by law’. Dalam istilah ‘the rule of law’ penyebutan moralitas atau moral.
terkandung makna pemerintahan oleh hukum, Rangkuman Etika Polri yang dimaksud
tetapi bukan dalam artinya yang formal, telah dituangkan dalam pasal 34 dan pasal 35
melainkan mencakup pula nilai-nilai keadilan Undang-undang Nomor 2 tahun 2002. Pasal-
yang terkandung di dalamnya. Karena itu, pasal tersebut mengamanatkan agar setiap
digunakan istilah ‘the rule of just law’. Dalam anggota Polri dalam melaksanakan tugas dan
istilah ‘the rule of law and not of man’ wewenangnya harus dapat metncerminkan
dimaksudkan untuk menegaskan bahwa pada kepribadian bhayangkara negara seutuhnya.

6
Mengabdikan dirinya sebagai alat Negara fisik (Pasal 8 ayat (1) PP 2/2003). Tindakan
penegak hukum, yang tugas dan wewenangnya disiplin tersebut tidak menghapus kewenangan
bersangkut paut dengan hak dan kewajiban Atasan yang berhak menghukum (Ankum)
warga Negara secara untuk menjatuhkan Hukuman Disiplin. Adapun
langsung, diperlukan kesadaran dan kecakapan hukuman disiplin tersebut berupa (Pasal 9 PP
teknis yang tinggi, oleh karena itu setiap 2/2003) :
anggota Polri harus menghayati dan menjiwai  Teguran tertulis;
etika profesi kepolisian dalam sikap dan  Penundaan mengikuti pendidikan
perilakunya. paling lama 1 (satu) tahun;
 Penundaan kenaikan gaji berkala;
2. Tujuan dibuatnya kode etik POLRI  Penundaan kenaikan pangkat untuk
Tujuan dibuatnya kode etik POLRI yaitu paling lama 1 (satu) tahun;
berusaha meletakkan Etika  Mutasi yang bersifat demosi;
Kepolisian secara proposional dalam kaitannya  Pembebasan dari jabatan;
dengan masyarakat. Sekaligus juga bagi polisi  Penempatan dalam tempat khusus
berusaha memberikan bekal keyakinan bahwa paling lama 21 (dua puluh satu) hari.
internalisasi Etika kepolisian yang benar, baik
dan kokoh, merupakan sarana untuk : Pelanggaran disiplin Polri, penjatuhan
1) Mewujudkan kepercayaan diri dan hukuman disiplin diputuskan dalam sidang
kebanggan sebagai seorang polisi, yang disiplin dan apabila polisi melakukan tindak
kemudian dapat menjadi kebanggaan pidana misalkan pemerkosaan, penganiyaan,
bagi masyarakat. dan pembunuhan (penembakan) terhadapwarga
2) Mencapai sukses penugasan. sipil maka polisi tersebut tidak hanya telah
3) Membina kebersamaan, kemitraan melakukan tindak pidana, tetapi juga telah
sebagai dasar membentuk partisipasi melanggar disiplin dan kode etik profesi polisi.
masyarakat. Sebagaimana proses hukum oknum Polisi yang
4) Mewujudkan polisi yang professional, melakukan tindak pidana, pelanggaran
efektif, efesien dan modern,yang bersih terhadap aturan disiplin dan kode etik akan
dan berwibawa, dihargai dan dicintai diperiksa dan bila terbukti akan dijatuhi sanksi.
masyarakat. Penjatuhan sanksi disiplin serta sanksi atas
pelanggaran kode etik tidak menghapus
3. Akibat dilanggarnya kode etik POLRI tuntutan pidana terhadap anggota polisi yang
Pada dasarnya, POLRI harus menjunjung bersangkutan. Oleh karena itu, polisi yang
tinggi kehormatan dan martabat Negara, melakukan tindak pidana tersebut tetap akan
Pemerintah, dan Kepolisian Negara Republik diproses secara pidana walaupun telah
Indonesia dan mentaati peraturan perundang- menjalani sanksi disiplin dan sanksi
undangan yang berlaku, baik yang berhubungan pelanggaran kode etik.
dengan tugas kedinasan maupun yang berlaku Adapun proses peradilan pidana bagi
secara umum. Dengan melakukan tindak anggota POLRI secara umum dilakukan
pidana, ini berarti POLRI melanggar peraturan menurut hukum acara yang berlaku di
disiplin. lingkungan peradilan umum. Hal ini diatur
Pelanggaran Peraturan Disiplin adalah dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 3
ucapan, tulisan, atau perbuatan anggota Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Teknis
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang Institusional Peradilan Umum Bagi Anggota
melanggar peraturan disiplin. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Sidang
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang Komisi Kode Etik Polri (KKEP) adalah sidang
ternyata melakukan pelanggaran Peraturan untuk memeriksa dan memutus perkara
Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik pelanggaran Kode Etik Profesi POLRI (KEPP)
Indonesia dijatuhi sanksi berupa tindakan yang dilakukan oleh Anggota Polri
disiplin dan/atau hukuman disiplin. Tindakan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 angka 7
disiplin berupa teguran lisan atau Tindakan Perkapolri No.14 Tahun 2011. Selain itu

7
Sidang KKEP juga dilakukan terhadap B. Pertanggung jawaban Hukum Polri Apabila
pelanggaran Pasal 13 PP No. 2 Tahun 2003. Terdapat Pelanggaran Kode Etik Profesi
Pasal 13 PP No. 2 Tahun 2003: “Anggota Penegakan hukum terhadap anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang Kepolisian yang telah terbukti melakukan
dijatuhi hukuman disiplin lebih dari 3 (tiga) kali pelanggaran atau tindak pidana maka
dan dianggap penyelesaian perkaranya sama dengan
tidak patut lagi dipertahankan statusnya sebagai masyarakat pada umumnya yaitu melalui
anggota Kepolisian Negara Republik peradilan umum. Selain peradilan umum
Indonesia, dapat diberhentikan dengan hormat anggota polisi yang melakukan tindak pidana
atau tidak dengan hormat dari dinas Kepolisian juga akan ada tambahan lain yaitu dari internal
Negara Republik Indonesia melalui Sidang Kepolisian sendiri yang berupa penegakan
Komisi Kode Etik hukum melalui sidang kode etik polisi. Adapun
Profesi Kepolisian Negara Republik uraian proses penegakan hukum Polisi yang
Indonesia.” Terkait sidang disiplin, tidak ada melakukan tindak pidana yaitu:
peraturan yang secara eksplisit menentukan Tahap Penyelidikan
manakah yang terlebih dahulu dilakukan, Dalam tahap penyelidikan ini anggota
sidang disiplin atau sidang pada peradilan kepolisian yang diduga melakukan tindak
umum. Yang diatur hanya bahwa sidang pidana dapat dilaporkan dengan dan dari aduan
disiplin dilaksanakan paling lambat 30 (tiga masyarakat. Dengan adanya aduan ini akan
puluh) hari setelah Ankum menerima berkas ditindak lanjuti kepada pimpinan kepolisian
Daftar Pemeriksaan Pendahuluan (DPP) terkait selanjutnya disampaikan pada unit
pelanggaran disiplin dari provos atau pejabat Provos masing-masing untuk melakukan
lain yang ditunjuk oleh Ankum (Pasal 23 PP penyelidikan. Dengan adanya alat bukti yang
No. 2 Tahun 2003 dan Pasal 19 ayat (1) dianggap kuat makan dari unit Provos
Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik menyerahkan penyelidikan kepada Unit
Indonesia No. Pol.: Kep/44/IX/2004 tentang Paminal untuk melanjutkan penyelidikan dalam
Tata Cara Sidang Disiplin Bagi Anggota penyelidikan ini bukan saja unit Paminan tetapi
Kepolisian Negara Republik Indonesia) unit Reskrim juga ikut dalam proses
Sedangkan, untuk sidang KKEP, jika sanksi penyelidikan. Setelah unit Paminal menggap
administratif yang akan dijatuhkan kepada bukti terkumpul kuat makan akan diserahkan
Pelanggar KKEP adalah berupa Pemberhentian kembali pada unit Provos guna lanjut kepada
Tidak Dengan Hormat (PTDH), maka hal penyidikan terhadap pelanggaran kode etik
tersebut diputuskan melalui Sidang KKEP kepolisian. Di sisi lain unit Reskrim juga
setelah terlebih dahulu dibuktikan pelanggaran menlanjtkan pada proses penyidikan sesuai
pidananya melalui proses peradilan umum KUHAP.
sampai dengan putusan pengadilan yang - Tahap Penyidikan
mempunyai kekuatan hukum tetap (Pasal 22 Masuk dalam proses penyidikan makan terduga
ayat (2) Perkapolri 14/2011). Sanksi anggta kepolisian yang melakukan pelanggaran
administratif berupa rekomendasi PTDH kode etik dan tindak pidana penyalahgunaan
dikenakan melalui Sidang KKEP terhadap: narkotika dapat disidik sesuai dengan tempat da
a).Pelanggar yang dengan sengaja atau lokasi kesatuannya. Hal ini dilakukan
melakukan tindak pidana dengan ancaman sesuai dengan aturan KUHAP yang berlaku.
hukuman pidana penjara 4 (empat) tahun - Tahap Peradilan Umum
atau lebih dan telah diputus oleh pengadilan Dalam pemeriksaan di peradilan
yang berkekuatan hukum tetap; dan terdakwa tidak pidana umum sekaligus anggota
b).Pelanggar yang melakukan pelanggaran kepolisian ini diperlakukan sama dan setara
sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat dengan pelaku tindak pidana lainnya sesuai
(3) huruf e, huruf g, huruf h, dan hurif i dengan aturan dalam KUHAP. Hal ini sesuai
dengan asas semua sama di mata hukum.
Terdakwa pun bebas dalam menunjuk advokat

8
atau kuasa hukumnya atau mau disediakan - sumber lain yang dapat dipertanggung
kuasa hukum dari negara. jawabkan
- Tahap Peradilan Kode Etik Penerimaan laporan atau pengaduan
Setelah terlewatinya proses di peradilan dilaksanakan oleh pengemban fungsi Propam di
maka proses selanjutnya yang dilewati oleh setiap jenjang organisasi Polri, yang selajutnya
terdakwa anggota kepolisian yang melakukan pemeriksaan
menyalahgunakan narkotika adalah bentuk pendahuluan atas laporan atau pengaduan
penegakan kode etik profesi Polri. Dalam dimaksud.
penegkan kode etik ini yang memiliki peran
adalah Propam Polri selaku yang membidangi. 2. Pemeriksaan Pendahuluan;
Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dengan Berdasarkan laporan dan pengaduan
terbuktinya anggota kepolisian tersebuttelah yang disampaikan maka dilakukan
melanggar kode etik menurut Propam, maka pemeriksaan pendahuluan. Apabila hasil
akan dilakukan penegakan kode etik dengan pemeriksaan pendahuluan diperoleh dugaan
pemberhentian tidak hormat atau dicopot dari kuat bahwa laporan atau pengaduan tersebut
kesatuan Polri. Hal ini juga memberikan termasuk dalam kategori pelanggaran kode etik
tanggungjawab kepada anggota yang dicopot Polri maka, pengemban fungsi Propam
untuk memegang kerahasian dalam satuan Polri mengirimkan berkas perkara sertamengusulkan
setelah dia dicopot dari kesatuan. Lebih kepada pejabat Polri yang berwenang untuk
jelasnya Bentuk Pertanggungjawab Hukum membentuk komisi Kode Etik Profesi Polri.
anggota POLRI yang melakukan tindak pidana Pengemban fungsi Propam dalam hal ini
dapat dilakukan melalui 2 (dua) bentuk yaitu dapat meminta saran hukum kepada
pada : pengemban fungsu pembinaan hukum. Dalam
- Lingkup Sidang Komisi Kode Etik melaksanakan tugasnya, komisi dan
Profesi Polri yang menangani perkara- pengemban fungsi Propam bekerja dengan
perkara pelanggaran Kode Etik Profesi prinsip praduga tak bersalah.
Polri, dimana lebih menjurus kepada
kesalahan-kesalahan yang berhubungan 3. Pemeriksaan di depan sidang Komisi Kode
langsung dengan Institusi Polri itu Etik Profesi Polri ;
sendiri. Dalam pemeriksaan di depan Sidang
- Lingkup Peradilan Umum sebagaimana Komisi Kode Etik Profesi Polri,
diatur dalam Undang-undang No 2 Terperiksa dalam hal ini Anggota Polri wajib
tahun 2002 tentang Kepolisisan Negara memberikan keterangan untuk memperlancar
Republik Indonesia pasal 29 ayat (1) jalannya sidang komisi. Sidang Komisi
dan Peraturan Pemerintah No. 3 tahun dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang
2003 tentang Pelaksanaan Teknis telah diatur dan yang dijadikan bahan
Institusional Peradilan Umum Bagi pemeriksaan dalam tahapan ini adalah berkas
Anggota Polri yang melakukan Tindak perkara terperiksa, surat-surat yang berkaitan,
Pidana. keterangan saksi / saksi ahli yang dapat
dihadirkan.

 Lingkup Sidang Komisi Kode Etik 4. Penjatuhan Putusan ;


Profesi Polri Setelah melalui tahapan diatas dan
terbukti telah terjadi pelanggaran
1. Laporan atau Pengaduan; Kode Etik Profesi Polri yang dilakukan oleh
Tahapan pemeriksaan bagi anggota Terperiksa, maka penjatuhan hukuman segera
Polri yang melakukan Tindak Pidana dimulai dilaksanakan. Adapun penjatuhan hukuman
dengan adanya pengaduan yang diajukan oleh : yaitu pemberian sanksi administratif oleh ketua
- Masyarakat komisi berupa rekomendasi untuk dapat atau
- anggota Polri tidaknya Diberhentikan Tidak Dengan Hormat

9
atau Dengan Hormat (PTDH dan PDH). obesrvasi survelence dan undercover gun
Penjatuhan hukuman dilakukan paling lambat informan.
21 (dua puluh satu) hari kerja sejak sidang Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan
komisi dimulai. dengan tujuan untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
5. Pelaksanaan Putusan ; membuat terang tentang tindak pidana
Putusan sanksi administratif berupa yang terjadi dan guna menemukan
rekomendasi untuk dapat atau tidaknya tersangkanya. Kegiatan Penindakan Pada tahap
Diberhentikan Tidak Dengan Hormat atau ini, kegiatan yang dilakukan adalah :
Dengan Hormat (PTDH dan PDH) diajukan 1) Pemanggilan.
oleh ketua Komisi kepada kepala kesatuan Pemanggilan bertujuan untuk memanggil
Kepolisian paling lambat 8 (delapan) hari sejak seseorang guna mendengar dan memberikan
putusan siding dibacakan. Komisi ini berakhir keterangan atas suatu perbuatan pidana
tugasnya setelah penyerahan hasil putusan 2) Penangkapan
kepada pejabat yang membentuk. Penangkapan dilakukan terhadap seorang
6. Pencatatan Dalam Data Personel yang diduga keras
Perseorangan. melakukan tindak pidana berdasakan bukti
Setelah penjatuhan dan pelaksanaan permulaan yang cukup. Penangkapan tidak
hukuman dilaksanakan maka dilakukan dapat dilakukan dengan sewenang-wenang
pencatatan terhadap anggota Polri tersebut tetapi ditujukan kepada mereka yang betul-
dalam data personil perseorangan yang dapat betul melakukan tindak pidana.
dijadikan bahan pertimbangan bagi pejabat 3) Penahanan
Kepolisian dalam rangka penilaian terhadap Penahanan atau penahan lanjut dilakukan
kinerja anggota Polri tersebut. terhadap seorang tersangka atau terdakwa yang
diduga keras melakukan tindak pidana
 Lingkup Peradilan Umum berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal
adanya keadaan yang menimbulkan
Pada lingkup peradilan umum, Proses kekhawatiran bahwa tersangka atau terdakwa
peradilan pidana bagi anggota Kepolisian akan melarikan diri, merusak atau
Negara Republik Indonesia secara umum menghilangkan barang bukti dan atau
dilakukan menurut hukum acara yang berlaku mengulangi tindak pidana. Bagi tersangka dan
di lingkungan peradilan umum. Hal ini dimulai terdakwa anggota Kepolisian Republik
dengan : Indonesia, tempat penahanan dapat dipisahkan
1. Laporan atau Pengaduan; dari ruang tahanan tersangka dan terdakwa
Tahapan pemeriksaan bagi anggota Polri lainnya.
yang melakukan Tindak 4) Penggeledahan
Pidana dimulai dengan adanya pengaduan yang Untuk kepentingan penyidikan, penyidik
diajukan oleh : Kepolisian dapat melakukan penggeledahan
- Masyarakat rumah atau penggeledahan pakaian atau
- anggota Polri penggeledahan badan menurut tata cara yang
- sumber lain yang dapat dipertanggung diatur dalam Undang-Undang
jawabkan 5) Penyitaan
Penerimaan laporan atau pengaduan Penyitaan hanya dapat dilakukan oleh
dilaksanakan oleh pengemban penyidik dengan surat ijin ketua Pengadilan
fungsi Propam di setiap jenjang organisasi Negeri setempat. Dalam keadaan yang sangat
Polri, yang selajutnya melakukan pemeriksaan perlu dan mendesak bilamana penyidik harus
pendahuluan atas laporan atau pengaduan segera bertindak dan tidak mungkin untuk
dimaksud. Berdasarkan laporan dan pengaduan mendapat surat ijin terlebih dahulu, maka
tersebut, maka dilakukanlah penyelidikan yang penyidik hanya dapat melakukan penyitaan atas
meliputi kegiatan penanganan TKP, interview, benda bergerak dan untuk itu wajib melaporan

10
kepada ketua pengadilan negeri setempat guna kekuasaan peradilan umum seperti halnya
memperoleh persetujuannya. warga sipil pada umumnya. Demikian yang
1. Pemeriksaan disebut dalam Pasal 29 ayat (1) Undang-
Kegiatan pemeriksaan bertujuan untuk Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
memperoleh keterangan yang dapat Kepolisian Negara Republik Indonesia (“UU
menerangkan tentang telah terjadinya suatu Kepolisian”). Hal ini menunjukkan bahwa
tindak pidana. Kegiatan pemeriksaan ini anggota Kepolisian RI (“Polri”) merupakan
dilakukan terhadap para saksi, saksi ahli dan warga sipil dan bukan termasuk subjek hukum
tersangka. militer. Namun, karena profesinya, anggota
2. Penyelesaian dan penyerahan berkas Polri juga tunduk pada Peraturan Disiplin dan
perkara Kode Etik Profesi yang diatur dalam Peraturan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang
meliputi pembuatan resume, penyusunan BAP, Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara
pemberkasan dan penyerahan berkas perkara Republik Indonesia dan Peraturan Pemerintah
atau tersangka dan barang bukti. Nomor : 2 Tahun 2003 (selanjutnya di tulis PP
3. Penuntutan dan pemeriksaan di depan 2/2003). Sedangkan, kode etik kepolisian diatur
Pengadilan dalam Perkapolri Nomor 14 Tahun 2011
Penuntutan terhadap terdakwa anggota tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara
Kepolisian Negara Republik Republik Indonesia. Pada dasarnya, Polri harus
Indonesia di lingkungan peradilan umum menjunjung tinggi kehormatan dan martabat
dilakukan oleh Jaksa penuntut umum sesuai Negara, Pemerintah, dan Kepolisian Negara
dengan hukum acara dan peraturan perundang- Republik Indonesia (Pasal 3
undangan yang berlaku, sedangkan huruf c PP 2/2003) dan menaati peraturan
pemeriksaan dimuka sidang pengadilan perundang-undangan yang berlaku,
dilakukan oleh hakim peradilan umum sesuai baik yang berhubungan dengan tugas kedinasan
dengan hukum acara dan peraturan perundang- maupun yang berlaku secara
undangan yang umum (Pasal 3 huruf g PP 2/2003). Dengan
berlaku. melakukan tindak pidana, ini berarti Polri
4. Bantuan hukum melanggar peraturan disiplin.
Tersangka atau terdakwa anggota Pelanggaran Peraturan Disiplin adalah
Kepolisian Negara Republik Indonesia berhak ucapan, tulisan, atau perbuatan
mendapat bantuan hukum pada semua tingkat anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
pemeriksaan dalam proses peradilan. yang melanggar peraturan
Kepolisian Negara Republik Indonesia wajib disiplin (Pasal 1 angka 4 PP 2/2003). Anggota
menyediakan tenaga bantuan hukum bagi Kepolisian Negara Republik
tersangka atau terdakwa anggota Kepolisian Indonesia yang ternyata melakukan
Negara Republik Indonesia yang disangka atau pelanggaran Peraturan Disiplin Anggota
didakwa melakukan tidak pidana yang Kepolisian Negara Republik Indonesia dijatuhi
berkaitan sanksi berupa tindakan
dengan kepentingan tugas. Bantuan hukum disiplin dan/atau hukuman disiplin (Pasal 7 PP
dilakukan dengan memanfaatkan penasehat 2/2003).
hukum dari institusi Kepolisian Negara Tindakan disiplin berupa teguran lisan
Republik Indonesia dan atau penasehat hukum dan/atau tindakan fisik (Pasal 8 ayat (1) PP
lainnya. 2/2003). Tindakan disiplin tersebut tidak
5. Pemasyarakatan menghapus kewenangan
Pembinaan narapidana anggota Atasan yang berhak menghukum (“Ankum”)
Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk menjatuhkan Hukuman Disiplin. Adapun
dilaksanakan di lembaga pemasyarakatansesuai hukuman disiplin tersebut berupa :
dengan perundang-undangan yang berlaku. - teguran tertulis;
Pada dasarnya anggota Kepolisian Negara - penundaan mengikuti pendidikan
Republik Indonesia itu tunduk pada paling lama 1 (satu) tahun;

11
- penundaan kenaikan gaji berkala; melalui sidang
- penundaan kenaikan pangkat untuk pengadilan umum, dan dianggap pantas untuk
paling lama 1 (satu) tahun; diberhentikan dengan tidak hormat, maka
- mutasi yang bersifat demosi; terhadap anggota tersebut harus disidang juga
- pembebasan dari jabatan; melalui Sidang Komisi KEPP untuk dijatuhkan
- penempatan dalam tempat khusus putusan pemberhentian dengan tidak hormat
paling lama 21 (dua puluh satu) hari. dari anggota Polri.
2. Diharapkan kepada para penegak hukum
dalam menjalankan tugasnya supaya berupaya
untuk menyempurnakan pelaksanaan program-
program pembinaan anggota Polri dalam
menjalankan profesinya.

BAB IV DAFTAR PUSTAKA


PENUTUP
A. Kesimpulan Adji, XSamekto, 2008, Justice (Not) For All

1. Pengaturan yang digunakan untuk Kritik Terhadap Hukum Modern Dalam


mengemban profesiyang dijalani dan Kode Perspektif Studi Hukum Kritis, GentaPress,
Etik Profesi juga mengatur mengenai tolak Yogyakarta
ukur perbuatan yang akan dilakukan dan
untuk mencegah profesi tersebut agar di jalani Alam Tunggul Wawan,. 2004. Memahami
sesuai dengan semestinya, yang dimana Profesi Hukum: hakim, jaksa, polisi, notaris,
dilakukan sesuai dengan ketentuan yang advokat dan konsultan hukum pasar modal.
berlaku. Dan Kode etik ini dijadikan standart Jakarta: Milenia Populer
untuk aktivitas anggota profesi, kode etik
tersebut sekaligus sebagai pedoman. Atmasasmita, Romli 2001, Reformasi Hukum,
2. Jika terdapat unsur pelanggaran kode etik Hak Asasi Manusia dan Penegakan Hukum,
maka berkas perkara akan dilimpahkan Mandar Maju, Bandung
kepada atasan yang berhak menghukum
(Ankum) yang selanjutnya akan dibuat komisi Friedrich, Joachim, Carl, 2004, Filsafat Hukum:
kode etik Polri. Jika terdapat unsur Perspektif Historis, Nuansa dan Nusamedia,
pelanggaran disiplin maka berkas perkara Bandung.
akan dilimpahkan kepada atasan yang berhak
menghukum (Ankum) yang selanjutnya akan Harris, J. W, 1980, Legal
diperiksa dalam sidang disiplin. Sanksi Philosophies, Butterworths, London
administratif berupa rekomendasi
pemberhentian tidak dengan hormat Rahardi, Pudi H., “Hukum Kepolisian
dikenakan melalui sidang Komisi Kode Etik (Profesionalsime dan Reformasi Polri)”
Profesi Polri (KKEP) terhadap pelanggar Laksbang Mediatama, Surabaya, 2007
yang dengan sengaja melakukan tindak
pidana dengan ancaman hukuman pidana Rahardjo, Satjipto,. 2006, Sisi-Sisi lain dari
penjara 4 (empat) tahun atau lebih, dan telah Hukum di Indonesia, Cetakan Kedua, Penerbit
diputus oleh pengadilan yang berkekuatan Buku Kompas, Jakarta.
hukum tetap.
---------------, 2009,. Pendidikan Hukum
B. Saran Sebagai Pendidikan Manusia, Genta
Perlu ditambahkan aturan mengenai apabila Publishing, Jakarta
seorang anggota Polri yang sudah melalui
sidang disiplin, kemudian dipidana penjara

12
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian
Hukum dan Jurimetri, Ghalia
Indonesi,Semarang, 2003

Sadjijono,. 2010,. Memahami hukum


Kepolisian, cetakan I, P.T Laksbang Presindo,
Yogyakarta.

Sudikno Mertokusumo, 2006, Mengenal


Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta

Sultan Hamengku Buwono X, 2007, Merajut


Kembali Keindonesiaan Kita, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta

Wiranata, I Gede A.B, 2005,. Dasar dasar Etika


dan Moralitas, P.T.Citra Aditya Bakti,
Bandung.

Peraturan Perundang-undangan, Jurnal,


Makalah:

Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang


Kepolisian Negara Republik Indonesia

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik


Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode
Etik Profesi Kepolisian Negara Indonesia.

Peraturan Pemerintah Nomor. 2 Tahun 2003


tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia Rahardjo, Satjipto,.
2003,. Hukum Progresif: Sebuah Tawaran”,
Artikel dalam Jentera (Jurnal Hukum), Edisi
2,:. Pusat Studi Hukum dan Kebijakan
Indonesia (PSHK), Jakarta Wik Djatmika,
Etika Kepolisian ( dalam komunitas spesifik
Polri ) , Jurnal StudiKepolisian, STIK-
PTIK, Edisi 075 Yanius Rajalahu,
“Penyelesaian Pelanggaran KOde Etik Profesi
Oleh Kepolisian Republik Indonesia”, Lex
Crimen, Vol. II No. 2, 2013.

13

Anda mungkin juga menyukai