Anda di halaman 1dari 15

Teori Sosiologi Modern

Erving Goffman

Dosen Pengampu :

Dr. Argyo Demartoto, M.Si

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Biografi Singkat Erving Goffman


Erving Goffman lahir 11 Juni 1922 di Alberta, Kanada dan keturunan Yahudi.
Ia memutuskan berhenti dari Universitas dan memilih karier di The National Film
Board (Lembaga Film Nasional), Kanada. Disana, ia bertemu dengan Denis
Wrong, orang yang kemudian menulis sebuah kritik klasik pada sosiologi
deterministik. Awalnya Goffman belum tertarik terhadap sosiologi sebab ia
pernah mengkaji kimia, kemudian pindah ke sosiologi yang ia kembangkan di
Universitas Chicago.
Pada tahun 1949, Goffman mendapat gelar MA dan tahun 1953 mendapat
gelar Ph.D di Universitas Chicago serta melakukan penelitian dan mengajar.
Selesai desertasi, ia bergabung dengan mantan gurunya yakni Herbert Blummer di
Universitas California, Berkeley dan mengajar sampai tahun 1969. Kemudian ia
mendapatkan gelar sebagai Profesor Benjamin Frankling di bidang Antropoogi
dan Sosiologi di Universitas Pennsylvania (Wallace dan Wolf, 1986:223).
Goffman meninggal pada 19 November 1982.

B. Sosiolog-Sosiolog Yang Terdahulu Yang Menginspriasi

Goffman tidak bisa lepas dari pengaruh antropologi sosial, observasi


partisipan, dan tradisi penelitian sosiologis seperti Robert E. Park. Tetapi ada
penulis yang menyatakan Goffman garis tutorialnya tidak lepas dari Everett
Hughes. Tiga tokoh yang muncul sebelum Goffman adalah W.I. Thomas, George
H.Mead, dan Robert E. Park.
Dibanding pendekatan sosiologis George H. Mead, sosiologi Goffman
berdekatan dengan pendekatan George Simmel, Wiliam James, Herbert Blummer,
Spencer, Marx, dan Durkheim. Pengaruh sosiologi Emile Durkheim terutama dari
buku The Elementary Forms of Religion Life.
C. Karya-karya Erving Goffman
Karya Goffman dideskripsikan sebagai ‘dramaturgikal’ yang menekankan
perhatiannya terhadap cara yang melibatkan tindakan pada presentasi dari kinerja
dalam peran tertentu. Ia melihat perilaku peran sebagai bentuk improvisasi yang
aktif dan strategis. Dalam rangka memberikan kinerja yang memuaskan kepada
beragam orang yang dihadapi, seseorang harus menggunakan tehnik tertentu
dalam ‘manajemen kesan’ untuk menjamin jika pengaturan dan peralatan sesuai
kinerja yang diinginkan. Hal ini untuk memunculkan kesan yang murni yang
dapat menyakinkan orang yang melihat.
Pengunaan sudut pandang pementasan teater dalam buku Goffman yang
berjudul The Presentation of Self in Everyday Life (1959). Menurut Goffman
dalam suatu perjumpaan masing-masing pihak secara sengaja maupun tidak
membuat pernyataan (exsprresion) pihak lain memperoleh kesan (impression).
Goffman membedakan dua pernyataan, yakni pernyataan diberikan (expresion
given) dan pernyataan yang dilepaskan (expression given off ).
.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Gagasan-gagasan Penting

Adapun gagasan penting yang dikemukakakn oleh Goffman adalaha sebagai


berikut :

1. Panggung Sosial : Watak Teatrikal dari Kehidupan Sosial


Menyatakan bahwa hukum interaksi sosial bisa ditemukan pada hukum
panggung ( stage ) atau individu yang memainkan peran di penampilan
teater ng atau drama Goffman pertunjukan. Pada setiap pementasan, mereka
selalu melihat kondisi penonton, maka ia berani memberikan gurauan atau
pertanyaan –pertanyaan atau pertanyaan yang mungkin isinya berupa
sindiran, tetapi kalau masih memiliki informasi minim, maka akan hati-hati
Goffman menyatakan bahwa individu atau kelompok harus mengerti ia
pada posisi di panggung depan ( front stage atau front region ) atau
panggung belakang ( back stage atau back region ). Panggung depan
menunjuk pada sebuah drama yang dipentaskan, yang mana perilaku pemain
selau dikendalikan, monitoring dan evaluasi oleh dua hal, yakni naskah dan
anggapan penonton. Dalam panggung depan, individu melakukan apa yang
dikatakan Goffman sebagai make work.
Berbeda dengan penampilan pada panggung depan yang membutuhkan
banyak perangkat yang harus dipelajari, sedangkan pada panggung belakang
merupakan tempat para pemain lepas dari sorotan penonton atau dalam
bahasan Erving Goffman dinyatakan, “ panggung belakang didefinisikan
sebagai suatu temoat, yang relatif menjadi tempat penampilan biasa,
dimana kesana dikembangkan sebagai sebuah hal yang biasa ( Goffman,
1959 : 112)”. Pada panggung belakang, penampilan begitu apa adanya. Kita
tidak memedulikan apa pun yang diharapkan banyak orang, seperti pada
masyarakat yang dituntut norma atau nilai-nilai tertentu.
Tabel perbedaan Front Stage dan Back Stage

No Perbedaan Front Stage Back Stage


1 Keadaan Tenang, bisa dimani Asli
pulasi, berpura-pura
2 Kepentingan untuk Membutuhkan Tidak
mengatur kesan membutuhkan
(impression management )
3 Perilaku individu Harus menyesuaikan Rileks, tidak
peran sosial dengan terpengaruh oleh
audience siapapun.
Sumber: Erving Goffman. 1959. The Presentations of Self in Everyday
Life. New York: Doubleday Anchor Books & Company

2. Sebuah Tim yang Sukses Memainkan Pertunjukan


Dalam memainkan peran, individu tidak harus mempertunjukkan secara
mandiri, tetapi mau tidak mau ia masuk pada sebuah tim. Individu harus
kerja sama menampilkan suatu pertunjukan ( perfomence ) bersama orang
lain. Sebagai pemain, masing-masing bertanggung jawab untuk
mempertunjukan peran-peran tertentu yang telah disepakati meraka.
Sementara itu, penonton ( audiens ) tidak harus kaku yang selalu
mengevaluasi atau menuntut permainan yang sempurna ( perfect ). Bisa juga
ia, mengoreksi pertunjukan agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dari
sini, bisa disimpulkan bahwa kepentingan antara pemain dan penonton tidak
harus ditunjukkan dengan dua kepentingan yang berlawanan sehingga
diantara mereka sangat mungkin membuat konsesus pura-pura.
3. Asumsi tentang Individu
Goffman tidak meletakkan pandangan bahwa individu sebagai makhluk
bebas, karena ia menjelaskan perilaku individu selalu ditunjukan pada pihak
luar. Baik sikap maupun tingkah laku individu menyesuaikan dengan pihak-
pihak lain, seperti pasangan interaksi ( yang tergabung dengan tim ),
penonton sebagai pihak lain, region ( tempat atau wilayah ), maupun norma-
norma yang mengajarkan kepantasan tertentu.
4. Keunikan-keunikan dalam Interaksi Sosial
Goffman juga meneliti dan memberikan uraian secara mendalam tentang
interaksi sosial. Jelas bahwa interaksi sosial merupakan kajian mikro yang
perlu diperdalam secara detail. Meminjam Burns, kerja Gofman meliputi
tiga hal, yaitu sosiologi mikro ( interaksi sosial ), self individu dan struktur
sosial. Demi menjelaskan poin-poin tersebut, Lemert dan Branaman ( 1997 )
mengorganisasikan sumbangan Goffman pada teori sosial dengan empat
point, yakni: produksi self, kedirian yang terbatasi ( confined self, asal usul
kehidupan sosial dan kerangka-organisasi pengalaman. Bentuk interaksi
sosial yang dimaksud adalah interaksi tatap muka ( face to face interaction )
termasuk meliputi proses-proses yang secara serentak memperkuat
kehidupan sosial dan menegaskan identitas mereka ( Mash, 2002:198 ).
Adapun bentuk interaksi meliputi dua hal sebaagi berikut :
1) Interaksi sosial yang tidak terfokus yaitu individu-individu menyadari
kehadiran pihak lain, tetapi menghindari komunikasi langsung. Selain
itu, dalam interaksi yang tidak terfokus, terdapat penghindaran dengan
pihak lain, tanpa membuat marah atau mengganggu hubungan kita. ada
yang mengatakan bahwa interaksi tidak terfouks pada saling tukar
pandang sekilas dan saling memonitori pada wilayah publik.

Dalam kaitan ini, perilaku yang sesuai dengan penampilan dibatasi


oleh hak individu dengan kekurang perhatian kita dan aturan sosial
yang mengatur penjagaan norma sosial ditempat publik. Beberapa hal
yang berkaitan dengan unfocus interaction adalah sebagai berikut:

a. Terdapat beberapa bentuk yang secara normatif diatur. Meliputi


penampilan self, penggunaan ritual, ketergantungan pada etika,
kebijaksanaan dan kurang perhatian.
b. Norma yang mengatur, meliputi spacing ( ruang ), gerakan,
posisi, berbicara, mendengar dan presentasi self. Tidak sama
dengan interaksi terfokus, norma tidak harus menopang “
membran” yang terdefinisikan secara baik.
c. Peran ( role ) menyinggung tentang bagaimana individu
menyinggung dirinya tanpa menjadi fokus perhatian dan
terlibat dalam pertemuan tatap muka.
d. Dalam presentasi, terdapat dua unsur penting yang muncul
berkali-kali, yakni body idiom dan body gloss. Keduanya
menggambarkan konfigurasi keseluruhan dari sikap atau
perilaku, yang dibuat mungkin dan dapat dikumpulkan dari
pihak luar.
e. Ada tiga tipe body gloss, yakni :
o Orientation gloss, yakni sikap memberi bukti pada orang lain
yang menegaskan bahwa orang dilibatkan dalam aktivitas
yang sesuai dan dapat dikenali pada tempat dan waktu
sekarang.
o Circumpspection gloss, yakni sikap yang menunjukkan pada
pihak lain bahwa orang akan mendapatkannya secara tepat
atau tidak akan mengancam aktivitas orang lain tersebut.
o Overplay gloss, yakni sikap yang memberikan tanda bahwa
seseorang tidak terkekang atau tidak dibawah tekanan
sehingga ia menyatakan akan benar-benar bertanggung jawab
dalam mengontrol gerakan mereka.
f. Dalam interaksi tidak terfokus terdapat beberapa pertimbangan
mengenai wilayah sel, seperti:
a) Wilayah geografis yang tercampur pada orang khusus.
b) Egosentrik yang memelihara ketepatan.
c) Wilayah personal dimana orang lain tidak menganggu
dibawah beberapa kondisi.
d) Dalih atau wilayah yang mengikat dimana individu dapat
mengklaim.
e) Penggunaan ruang yang dapat diklaim sebagai keterlibatan
individual dalam beberapa aktivitas instrumental ( Goffman,
1971: 28-61 ).
2) Interaksi yang terfokus ( focused Interation) , yaitu individu
secara efektif setuju mempertahankan pada satu waktu fokus
kognitif tunggal dan perhatian visual. Beberapa hal yang patut
diperhatikan dalam focused interaction ini adalah sebagai
berikut:
a. Encounter ( pertemuan ), dalam konsep ini terdapat beberapa
karateristik, yaitu:
 Visual tunggal dan fokus kognitif perhatian.
 Pembukaan yang lebih disukai dan bersifat timbal balik
pada komunikasi verbal.
 Relevansi tindakan yang saling dipertinggi.
 Berkerumunan dengan membungkuk secara ekologis
dengan mata ke mata.
 Perasaan dan solidaritas “ kita” yang muncul dan aliran
perasaan tersebut.
 Sebuah ritual dan tanda seremonial dari: pembukaan,
penutup, masuk dan keluar.
 Kerangka prosedur dari ganti rugi korektif atas tindakan
yang menyimpang.
b. Ritual, ketika individu masuk dalam interaksi sosial,
perilaku mereka benar-benar teritualkan, karena ia berguna
untuk beberapa hal, seperti:
 Menggerakan individu untuk berpatisipasi dalam
interaksi.
 Membuat mereka mengetahui peran yang relevan dari yang
tidak relevan, transformasi dan penggunaan sumber, serta
berbicara ( talk).
 Memandu pada setiap tahapan interaksi.
 Membantu mereka benar atas pelanggaran atau kejadian
sesaat.
c. Role

Individu berupaya untuk memainkan peran-peran khusus


( particular role ), mendorong peran yang relevan dan
mencerminkan ritual, bisa dinyatakan, individu berupaya
membuat role dengan bergantung pada reaksi atau tanggapan
pihak lain.

d. Self

Goffman melihat self bersifat situasional dan bergantung


pada tanggapan dari pihak lain. Ia tidak sepenuhnya percaya
akan peran dari kepribadian ( personality ). Kemudian,
Goffman menandaskan sekali lagi bahwa self merupakan

“ a patern of verbal and nonverbal acts by which he


expresses his view of the situation and, through this evaluation
of the participant, especially himself “.

Kemudian untuk memperjelas self, Goffman juga


menyatakan apa yang disebut dengan a face,

“ the positive social value a person effectively claims for


himself by the line others assume he has during a particular
contact “

Orang bisa dikatakan out of face jika bertindak sesuai atau


tidak ditanggapi oleh pihak lain. Dalam kajian lebih lanjut,
Goffman menyatakan bahwa self bukanlah semata korban
yang potensial, tetapi agen aktif dalam pertunjukan peran
sosial yang dramatik.

e. Talk

Goffman menyatakan pentingnya talking ini dengan


menyatakan bahwa tidak ada sumber yang lebih efektif
sebagai dasar untuk bergabung dalam kesikutsertaan kecuali
berbicara. Karena talk cukup fokus pada interkasi, maka
secara normatif hal itu pun diatur dan diritualkan.

Talk sangat penting dalam membuat definisi situasi, dan


talk bertidak dalam cara yang bervariasi. Dasar-dasar yang
beragam sangat mungkin terjadi dalam talk, sebab individu
bisa menyatakan sesuatu, tetapi yang dimaksud yang lain.
Ketika seseorang membayangkan atau menyatakan secara
tidak langsung sesuatu yang lain, percakapan bisa dijelaskan
dalam banyak konteks, seperti mengejek, menghina, bermain
kata-kata serius, perubahan nada suar, mangaburkan dan
semua upaya individu untuk menggeser the footing dan
koteks.

Dari penjelasan diatas, bukan berarti tidak kritik bagi


teori sosial yang dikemukakan Goffman. Ia dikritik dengan
sebutan bahwa ia adalah sosiolog kelas menengah. Mengapa
demikian? Karena Goffman menfokuskan pada interaksionis.
Ini yang menyebabkan banyak kalangan melihat bahwa
semua yang dilakukakan dilihat sebagai agen borjuis baru
yang ingin meyakini bahwa individu dibebaskan dari
determinan sosial lewat manuver dan upaya individu belaka.

Erving Goffman merupakan salah satu penulis tentang psikologi


sosial yang paling terkenal dewasa ini. Prinsip-prinsip dalam The
Presentational of Self in Everyday Life, yang dia ungkapan kepada kita,
merupakan suatu “bentuk dramaturgis dan perspektifnya bersifat
penampilan tearitis1 “. Jadi karyanya berada antara tradisi interaksi
simbolik dengan fenomenologi.

Dalam Presentation of Self, Ia memfokuskan kepada


pendokumentasian tentang apa yang dia sebut dengan “ungkapan-
1
Erving Goffman, The Presentation of Self in Everyday Life (New York: Doubleday Anchor
Books, 1959), hal. Xl. Halaman referensi dalam buku tersebut ditulis dalam tanda kurung langsung
setelah kutipan
ungkapan yang tersirat”, yakni suatu ungkapan yang lebih bersifat tearitis
dan jenis-jenis kontektual, non-verbal, dan jenis-jenis yang diduga bukan
bersifat internasional, adakah tujuan komunikasi ini direkaya atau tidak.
Kita memahami makna dan mendapatkan kesan dari berbagai tindakan
orang lain, seringkali lebih bergantung kepada kesan kita terhadap
tindakan mereka dibandingkan dengan perkataan-perkataan mereka.
Ungkapan-ungkapan mimik wajah, isyarat, kualitas tindakan dapat
menunjukkan kepada perasaan yang lebih akurat daripada tindakan secara
verbal. Ketika seseorang berbicara, maka ia juga berkomunikasi dengan
cara-cara yang non verbal, dan kebanyakan kita juga mengikuti hal ini
untuk mengecek keaslian kata-kata tersebut. Kita menggunakan bentuk
arus komunikasi tersebut (non-verbal) untuk menguji perkataannya
(verbal).

Tentu saja, ketika seseorang menyadari bahwa orang lain


menganggap bahwa perilaku non-verbal tersebut kurang dapat terkontrol,
maka dia menggunakan informasi semacam ini untuk mengatur dan
memanipulasi kesan-kesan yang ia buat. Jika orang lain memiliki cara
yang lebih canggih, maka mereka juga mendeteksi beberapa nuansa di
mana dia tidak akan berhasil mengatur kontrol tersebut. Dengan cara
seperti ini, interaksi sosial menjadi permainan informasi di mana setiap
kesan orang lain agar dapat memahami perasaan dan maksud-maksud
mereka secara benar.

Sebagaimana yang dapat kita perkirakan, perspektif dramaturgis itu


menyatakan bahwa tindakan-tindakan itu terjadi dalam suatu “setting”
yang telah ada yang melibatkan panggung dan pelaku. Setting tersebut
melibatkan bagian-bagian panggung dengan perangkat-perangkat yang
bersifat ekspresif “personal front” (bagian depan seseorang) berkaitan
dengan ekspresif yang selalu melekat pada sesame actor dimanapun dia
pergi. Secara khusus kita akan menemukan suatu konsistensi antara
setting, penamplan, perilaku. Tetapi “panggung belakang” juga dapat
merujuk pada suatu wilayah sosial yang mapan yang pada umunya lepas
dari para penonton.

B. Goffman Dan Prinsip Dramatugi

Goffman berpendapat bahwa sosiologi struktural diantara lingkup aktivitas


yang berbeda memperlihatkan kemungkinan kinerja yang yang terpisah.
Goffman mengakui pengaturan ‘back stage’ tertentu memungkinkan terjadinya
derajat relaksasi dari teknik ‘front stage’ yang normal dan pengaturan ‘back
stage’ dipisahkan dari performa kerja ‘front stage’. Perhatian selanjutnya adalah
interaksi face-to-face dan merangkum banyak dari idenya dalam pembahasan
tentang apa yang disebut ‘tatanan interaksi’(1983). Ini adalah lingkup hubungan
face to face yang mendasari kehidupan sosial sehari-hari.Ia menggunakan prinsip
yang dinamakan dramaturgi ( dramaturgy), yang oleh Margaret Poloma
didefenisikan sebagai “ pendekatan yang menggunakan bahasa dan khayalan
teater untuk menggambarkan fakta subjektif dan objektif dari interaksi sosial.

C. Contoh-contoh teori Erving Goffman


Adapun contohnya sebagai berikut:
1) Contohnya, seorang teller senantiasa berpakaian rapi menyambut
nasabah dengan ramah, santun, bersikap formil dan perkataan yang
diatur. Tetapi, saat istirahat siang, sang teller bisa bersikap lebih santai,
bersenda gurau dengan bahasa gaul dengan temannya atau bersikap
tidak formil lainnya (ngerumpi, dsb). Saat teller menyambut nasabah,
merupakan saat front stage baginya (saat pertunjukan). Tanggung
jawabnya adalah menyambut nasabah dan memberikan pelayanan
kepada nasabah tersebut. Oleh karenanya, perilaku sang teller juga
adalah perilaku yang sudah digariskan skenarionya oleh pihak
manajemen. Saat istirahat makan siang, teller bebas untuk
mempersiapkan dirinya menuju babak ke dua dari pertunjukan
tersebut. Karenanya, skenario yang disiapkan oleh manajemen adalah
bagaimana sang teller tersebut dapat refresh untuk menjalankan
perannya di babak selanjutnya.
2) Contoh kasus daripada teori dramaturgi terdapat pada berbagai peran
manusia, seperti seorang presiden, pengemis, selebriti, guru dan dosen,
dan lain-lain. Seorang presiden, contohnya Susilo Bambang
Yudhoyono, berpenampilan rapi dan berwibawa saat sedang
melakukan pidato di depan umum dan saat mengunjungi berbagai
tempat-tempat formal. Tujuannya adalah untuk menunjukkan suatu
sosok seorang pemimpin kepada orang lain atau masyarakat. Namun
saat di rumah, ia berpenampilan dan berperilaku seperti orang lain
pada umumnya. Di rumah, ia berperan sebagai seorang ayah bagi
anak-anaknya dan seorang suami bagi istrinya.

 Analisa Contoh-contoh Kasus Tersebut

Dari contoh-contoh kasus tersebut berkaitan dengan Teori


Dramaturgi, karena setiap peran dalam yang disebutkan sebelumnya, yaitu
seorang presiden, memiliki dua macam karakteristik, yaitu karakterisitik
secara front stage dan secara back stage. Pada saat di depan panggung atau
di depan umum dan audiens, mereka menunjukkan karakteristik yang
berbeda dengan pada saat mereka berada di belakang panggung atau di
luar tempat di mana mereka menunjukkan karakteristik front stage
tersebut. Layaknya seorang aktor dan aktris, jika berada di depan
panggung (front stage), mereka harus memiliki kemampuan untuk menjadi
orang lain atau sebuah karakter yang berbeda. Sedangakan back stage ini
merupakan karakter asli dari diri mereka yang tidak bisa mereka
sembunyikan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Erving Goffman merupakan salah satu tokoh sosiolog yang
mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan masyarakat. Erving
Goffman lahir 11 Juni 1922 di Alberta dan meninggal pada tahun 19
November 1982. Karya yang paling fenomenal adalah The Presentation of
Self in Everyday Life. Gagasan-gagasan penting Erving Goffman yakni
panggung sosial : Watak teatrikal dari kehidupan sosial, sebuah Tim yang
Sukses Memainkan Pertunjukan, Asumsi tentang Individu dan keunikan-
keunikan dalam Interaksi Sosial.
Ia menggunakan prinsip yang dinamakan dramaturgi ( dramaturgy),
yang oleh Margaret Poloma didefenisikan sebagai “ pendekatan yang
menggunakan bahasa dan khayalan teater untuk menggambarkan fakta
subjektif dan objektif dari interaksi sosial. Pengunaan sudut pandang
pementasan teater dalam buku Goffman yang berjudul The Presentation of
Self in Everyday Life (1959). Menurut Goffman dalam suatu perjumpaan
masing-masing pihak secara sengaja maupun tidak membuat pernyataan
(exsprresion) pihak lain memperoleh kesan (impression). Goffman
membedakan dua pernyataan, yakni pernyataan diberikan (expresion given)
dan pernyataan yang dilepaskan (expression given off ).
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Susilo, Rahmad K. 2008. 20 Tokoh Sosiologi Modern: biografi para Peletak
Sosiologi Modern. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi:Fakultas Ekonomi Universitas


Indonesia

Zeitlin M, Irving. 1995. Memahami Kembali Sosiologi Kritik Teori Sosiologi


Kontemporer: Gadjah Mada University Press

http://blog.unnes.ac.id/fauzifauzi/2015/11/26/teori-dramaturgi-erving-goffman/
diakses pada tanggal kamis, 25 Februari 2016 pukul 13.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai