Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/318561277

Peran Masjid dalam Pengembangan Ekonomi


Syariah di Kota Banjarmasin

Article · December 2016

CITATIONS READS

0 59

2 authors, including:

Mochammad Arif Budiman


Politeknik Negeri Banjarmasin
10 PUBLICATIONS 6 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Religiosity and Holistic Development Project View project

All content following this page was uploaded by Mochammad Arif Budiman on 20 July 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Peran Masjid dalam Pengembangan Ekonomi Syariah ... Mochammad Arif Budiman dan Mairijani 175

PERAN MASJID DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI SYARIAH DI KOTA


BANJARMASIN

Mochammad Arif Budiman1 dan Mairijani 2


12
Prodi Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah, Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Banjarmasin
Email: mab.iium@gmail.com1

ABSTRAK
Masjid merupakan institusi penting dalam Islam yang memiliki beragam fungsi. Sejauh ini, fungsi
masjid yang terkait dengan aspek ekonomi nampaknya masih kurang mendapatkan perhatian. Tujuan
penelitian ini adalah mengkaji peran masjid di Kota Banjarmasin dalam upaya pengembangan ekonomi
syariah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Data penelitian dikumpulkan melalui survei
terhadap sejumlah masjid beserta pengurus dan jamaah tetapnya. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa
masjid-masjid di Banjarmasin pada umumnya masih belum menunjukkan peran yang signifikan dalam
pengembangan ekonomi syariah. Hal tersebut terlihat dari rendahnya sinergi dan kerjasama antara masjid
dan lembaga keuangan syariah, terbatasnya frekuensi pengajian dan/atau pelatihan tentang ekonomi
dan keuangan syariah, dan minimnya kegiatan-kegiatan masjid yang berkaitan dengan pengembangan
ekonomi syariah.
Kata kunci: masjid, ekonomi syariah, bank syariah, persepsi, sinergi

ABSTRACT
Mosque is an important institution in Islam that posses various functions. So far, its function which relates
to economic aspect has apparently received less attention. The objective of this study is to reveal the roles
of mosques in Banjarmasin in enhancing Islamic economy. This study employs a quantitative approach
while the data are collected through a survey towards mosques as well as their respective management
and community. It is found that the mosques in Banjarmasin generally do not play a significant role in
enhancing Islamic economy. This can be seen from a low level of synergy and cooperation with Islamic
financial institutions, a minimum frequency of religious talks and/or trainings concerning Islamic
economy and finance, and limited activities related to the development of Islamic economy.
Keywords: mosque, Islamic economics, Islamic bank, perception, synergy

PENDAHULUAN
Keberadaan masjid bagi umat Islam adalah untuk menjalankan misi edukasi, sosialisasi dan
sebuah keniscayaan. Selain sebagai tempat ibadah, kapitalisasi dana umat Islam. Penelitian ini berusaha
masjid pada hakikatnya juga berfungsi sebagai melakukan kajian tentang sejauhmana peran masjid-
pusat beragam kegiatan umat Islam. Namun saat masjid yang ada di Kota Banjarmasin dalam upaya
ini, fungsi masjid umumnya masih terbatas pada pengembangan ekonomi syariah.
urusan ritual ibadah dan pendidikan, sementara
fungsi sosial, ekonomi, politik dan fungsi-fungsi TINJAUAN PUSTAKA
lainnya, termasuk untuk pengembangan ekonomi Masjid merupakan institusi umat yang
syariah yang merupakan salah satu agenda besar memiliki kedudukan dan peran yang sangat strategis
umat Islam dewasa ini, nampaknya masih belum di dalam Islam. Masjid merupakan tempat untuk
digarap secara serius. melaksanakan ibadah, sekaligus berfungsi sebagai
Sejauh ini, belum banyak masjid yang secara pusat kegiatan umat (a one-stop center for the society).
sungguh-sungguh telah diberdayakan untuk Pada masa Rasulullah SAW, selain untuk tempat
mendukung pengembangan ekonomi syariah, ibadah ritual, masjid juga digunakan sebagai
padahal dengan modal sosial dan kapitalnya, masjid tempat belajar mengajar, menyantuni fakir miskin,
sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar memutuskan sengketa di antara berbagai pihak,
176 AT - TARADHI Jurnal Studi Ekonomi, Volume 7, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 175-182

mengatur strategi perang, menerima duta dari Untuk mengoptimalkan peran ekonominya,
negara lain, dan sebagainya (Frishman & Khan, masjid perlu menjalin kemitraan dan jaringan
2002; Mokhtar, 2003). Namun sayangnya, fungsi dengan lembaga keuangan syariah (Rohman,
masjid saat ini nampaknya tereduksi hanya untuk 2015) sehingga masjid dapat lebih berdaya dan
urusan ritual ibadah dan pendidikan semata, jauh mampu meningkatkan kesejahteraan jamaahnya
dari peran idealnya (Bahtiar, 2012), termasuk dalam dengan pengelolaan lembaga ekonomi masjid
kegiatan pengembangan ekonomi umat. yang berpihak pada masyarakat berpenghasilan
Namun seiring dengan tumbuhnya kesadaran menengah ke bawah (Nugraha, 2011). Program
terhadap potensi ekonomi masjid, sejumlah kemitraan ini sangat bermanfaat karena masjid pada
masjid di tanah air mulai memberikan perhatian dasarnya merupakan unit bisnis yang berpotensi
serius terhadap pemberdayaan ekonomi umat besar dalam menghimpun dan menyalurkan dana
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di umat sebagaimana halnya bank sehingga kemitraan
sekitarnya (Rohman, 2015). Sejumlah masjid bisnis sangat mungkin dijalin.
di Indonesia dapat dijadikan model dalam Sementara itu, rendahnya pemahaman umat
pemberdayaan ekonomi umat, yaitu Masjid terhadap konsep ekonomi syariah nampaknya
Jogokaryan, Jogjakarta, Masjid Nurul Jannah, disebabkan oleh minimnya edukasi dan sosialisasi.
Gresik dan Masjid Wahidiyah, Kediri. Ketiga Dalam hal ini, kajian atau training tentang
masjid tersebut tergolong berhasil memberdayakan muamalat/ekonomi Syariah memang masih jarang
masyarakat miskin perkotaan melalui pendirian dilaksanakan oleh masjid (Mingka, 2011), padahal
koperasi Syariah/BMT dan penguatan mental urgensi program edukasi dan sosialisasi kepada
kewirausahaan para pengusaha kecil dan menengah masyarakat ini sangatlah penting. Alamsyah (2012)
(Muslim, Karsidi, & Wijaya, 2014). Demikian menyebutkan bahwa salah satu faktor pendorong
pula dengan Masjid Raya Pondok Indah yang peningkatan kinerja industri perbankan syariah,
mendirikan BMT dan Masjid Jami’ Bintaro Jaya baik dalam kegiatan penghimpunan dana maupun
yang memberikan Pinjaman Mikro Masjid (Abshori, penyaluran pembiayaan, adalah edukasi kepada
2011) serta Masjid At-Taqwa, Bangkalan yang masyarakat. Semakin baik pemahaman terhadap
menyalurkan pinjaman untuk pedagang kecil konsep syariah, semakin besar peluang masyarakat
(Auliyah, 2014). untuk menjadi nasabah bank syariah (Tim-Peneliti,
Untuk melaksanakan misi ekonominya, 2001). Sosialisasi dan edukasi secara terencana,
kemampuan manajemen masjid yang profesional adaptif dan menarik perlu dilakukan secara
mutlak menjadi prasyaratnya. Wulandari (2012) kontinyu dan efektif melalui media elektronik,
menemukan hubungan yang sangat signifikan media cetak maupun kelompok elite seperti
antara kualitas pengelolaan masjid dengan upaya pemerintah, tokoh agama, dan tokoh masyarakat
memakmurkan masjid. Senada dengan itu, Nugraha (Sadhana, 2012).
(2011) menyatakan bahwa tanpa profesionalisme
pengelola masjid, upaya memberdayakan METODE PENELITIAN
perekonomian umat tidak akan mencapai hasil Jenis Penelitian
yang optimal. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
Dalam konteks pengembangan ekonomi, menggunakan statistik deskriptif untuk menjelaskan
pengelolaan masjid di Malaysia menunjukkan peran masjid dan persepsi pengurus dan jamaahnya
hasil yang sangat membanggakan. Razak, Hussin, dalam pengembangan ekonomi syariah.
Muhammad, and Mahjom (2014) melaporkan Populasi dan Sampel
bahwa dari 137 masjid di 3 wilayah di negara bagian Populasi penelitian ini adalah masjid-masjid
Perak, telah berhasil dikumpulkan dana sebesar yang berada di kota Banjarmasin, Kalimantan
RM 11.461.151 atau setara dengan Rp 40 milyar Selatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari situs
sepanjang tahun 2009-2011. Masjid-masjid tersebut SIMAS (Sistem Informasi Masjid), Kementerian
juga memiliki beragam aset yang menghasilkan Agama, saat ini terdapat 191 masjid di Banjarmasin.
pendapatan di luar zakat, infaq atau wakaf, seperti Penelitian ini mengambil 25 masjid sebagai sampel
gedung dan kamar yang disewakan, tanah sawah dengan tingkat representasi sebesar 13,1%.
dan perkebunan, saham di berbagai perusahaan, Metode penentuan sampel masjid yang
dan lain sebagainya. dipergunakan adalah metode purposive sampling
Peran Masjid dalam Pengembangan Ekonomi Syariah ... Mochammad Arif Budiman dan Mairijani 177

deng an memper timbangkan re presentasi Tabel 1. Karakteristik demografi masjid


kecamatan, karakteristik peribadatan, ukuran Variabel Kategori Frekuensi Persentase
masjid, dan daya tampung jamaah. Ketua pengurus Tahun <1900 1 4
(ta’mir) masjid atau yang mewakilinya menjadi berdiri 1901-1945 2 8
sumber informasi tentang data demografi masjid. 1946-1980 7 28
Selanjutnya, 5 orang pengurus dan 10 orang jamaah- 1981-2000 10 40
>2000 5 20
tetap dipilih dengan menggunakan metode convenient Ukuran <500 m2 2 8
sampling untuk mengisi kuesioner tentang persepsi luas 500-1.000 m2 7 26
pengurus dan jamaah. 1.001-2.500 m2 6 24
2.501-5.000 m2 4 16
>5.000 m2 6 24
Metode Pengumpulan Data dan Analisis Kapasitas <500 jamaah 4 16
jamaah 500 - 1.000
Metode pengumpulan data adalah survei 11 44
jamaah
menggunakan kuesioner berisi pertanyaan tertutup
1.001 - 3.000 7 28
(close questionnaire). Terdapat 3 jenis kuesioner jamaah
yang dibagikan, yaitu tentang demografi masjid >3.000 jamaah 3 12
(kuesioner A), persepsi pengurus (kuesioner B) Lokasi Banjarmasin
Utara 6 24
dan persepsi jamaah (kuesioner C). Sebelum Banjarmasin
Barat 3 12
pengumpulan data, draft kuesioner disempurnakan
melalui focus group discussion (FGD) yang melibatkan Banjarmasin 5 20
Tengah
para akademisi dan pengurus masjid. Data Banjarmasin 6 24
penelitian dianalisis dengan bantuan software SPSS Timur
versi 21 dan selanjutnya disajikan dalam bentuk Banjarmasin 5 20
Selatan
tabel distribusi frekuensi. Memi-
liki unit Ya 5 20
usaha
HASIL DAN PEMBAHASAN Tidak 20 80
Data Penelitian
Data penelitian ini berasal dari hasil survei Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar
yang dilaksanakan pada para pengurus dan jamaah masjid yang menjadi sampel (40%) berdiri antara
masjid. Dari segi jenisnya, data penelitian ini terdiri tahun 1981-2000, disusul dengan yang berdiri
dari 2 bagian, yaitu data tentang masjid dan data antara tahun 1946-1980 (28%) dan yang di atas
tentang pengurus dan jamaah masjid. tahun 2000 (20%). Masjid tertua dalam penelitian
ini adalah Masjid Jami’ Sungai Jingah yang berdiri
Profil demografi masjid pada tahun 1777. Dari aspek ukuran luas, 26%
Masjid yang menjadi sampel dalam penelitian masjid berukuran 500-1.000 m2, diiringi dengan
ini berjumlah 25 buah yang tersebar di seluruh masjid yang berukuran 1.001-2.500 m2 dan di atas
wilayah Banjarmasin (Tabel 1). 5.000 m2, masing-masing sebesar 24%. Dari ukuran
kapasitas jamaah, sebagian besar masjid (44%)
mampu menampung 500-1.000 jamaah, 28% masjid
menampung 1.001-3.000 jamaah, sedangkan 9%
masjid berkapasitas lebih dari 3.000 jamaah.
Lokasi masjid tersebar di semua kecamatan
di kota Banjarmasin. Dari aspek kepemilikan unit
usaha, hanya 20% masjid yang sudah memiliki
unit usaha, sedangkan sisanya (80%) belum/tidak
memiliki unit usaha. Adapun bentuk dan jenis usaha
yang dimiliki masjid adalah koperasi, penyewaan
gedung, kegiatan pelatihan, dan penyewaan ruang
ATM untuk bank.
178 AT - TARADHI Jurnal Studi Ekonomi, Volume 7, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 175-182

Profil demografi responden secara umum para responden memiliki tingkat


Adapun sampel yang berasal dari kalangan pendidikan yang relatif cukup tinggi, bahkan 7,5%
pengurus dan jamaah masjid dalam penelitian ini di antaranya berpendidikan S2 dan S3.
berjumlah 374 responden, terdiri dari 124 orang Dari status pekerjaan, 33,2% responden
pengurus masjid dan 250 orang jamaah tetap bekerja di sektor swasta formal, kemudian diiringi
(Tabel 2). dengan responden yang tidak bekerja sebesar 28,9%
Tabel 2. Karakteristik demografis responden yang terdiri dari pensiunan, ibu rumah tangga,
Frekuen- Persen- mahasiswa, dan pelajar. Responden yang bekerja
Variabel Kategori
si tase mandiri sebagai wiraswastawan sebesar 23%,
Jenis Laki-laki 341 91,2 sedangkan sisanya adalah pegawai pemerintahan
kelamin
Perempuan 33 8,8 (PNS) sebesar 15%. Penghasilan sebagian besar
Usia < 30 tahun 92 24,6 responden (69%) berkisar antara Rp 1.000.000
30 - 40 tahun 48 12.8
41 - 50 tahun 69 18.4 hingga Rp 5.000.000.
51 - 60 tahun 84 22.5
> 60 tahun 81 21.7 Frekuensi kehadiran ke masjid yang tertinggi
Pendi- SD 14 3,7 adalah 5 kali sehari sebesar 37,2%, diikuti dengan
dikan SLTP 22 5,9
SLTA 159 42,5 yang hadir 3-4 kali dalam sehari sebesar 26,5%.
Diploma/Sarjana 151 40,4 Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden
Pascasarjana 28 7,5
Status Wiraswasta 86 23,0 (63,7%) dapat dikategorikan sebagai muslim yang
pekerjaan Swasta formal 124 33,2
Pemerintahan 56 15,0 taat karena menjaga waktu shalat berjamaah secara
Tidak bekerja/ 108 28,9 konsisten (istiqomah) di masjid. Terakhir, 65%
pensiun
Pengha­ < Rp 1.000.000 72 19,3 responden bertempat tinggal di sekitar masjid
silan Rp 1.000.000 – dengan jarak kurang dari 500 meter, sedangkan
Rp 2.500.000 129 34,5
sisanya berdomisili dalam radius antara 500 meter
Rp 2.501.000 –
Rp 5.000.000 129 34,5 hingga 2 kilometer. Bahkan, ada 7,2% responden
Rp 5.001.000 – (27 orang) yang bertempat tinggal lebih dari 2
Rp 10.000.000 37 9,9
kilometer dari lokasi masjid.
> Rp 10.000.000 7 1,9
Frekuensi 1 - 3 kali dalam
kehadiran 31 8,3 Pembahasan Penelitian
ke masjid seminggu
Pembahasan dalam penelitian ini dibatasi pada
4 - 7 kali dalam 47 12,6
seminggu 4 aspek, yaitu persepsi terhadap perbankan syariah,
2 kali dalam 58 15,5 sinergi masjid dengan perbankan syariah, edukasi
sehari
3 - 4 kali dalam
tentang ekonomi/keuangan syariah, dan aktivitas
sehari 99 26,5 masjid dalam pengembangan ekonomi syariah.
5 kali dalam sehari 139 37,2
Jarak < 500 meter 243 65,0 Persepsi terhadap perbankan syariah
rumah 500 meter –1
dengan kilometer 65 17,4 Konsep ekonomi syariah pada hakikatnya
masjid memiliki spektrum yang sangat luas yang meliputi
1,01 – 2 kilometer 39 10,4
> 2 kilometer 27 7,2 baik aspek teoritis maupun aspek praktis, seperti
prinsip fundamental dan instrumental, landasan
Tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas hukum dan legalitas, karakteristik ekonomi
responden adalah laki-laki (91,2%). Dari segi usia, syariah, serta operasionalisasi perbankan dan
sebesar 45,2% responden berusia di atas 50 tahun, lembaga keuangan syariah dalam konteks bisnis
33,2% berusia 31-50 tahun, sedangkan sisanya yaitu kontemporer. Terkait dengan persepsi pengurus
24,6% berusia di bawah 30 tahun. Dari sini tampak dan jamaah masjid terhadap perbankan syariah,
bahwa pengurus dan jamaah masjid didominasi penelitian ini menggunakan 5 buah indikator, yaitu
oleh kalangan berusia di atas 50 tahun, kendati yang legalitas bank syariah, diferensiasi bank syariah,
berusia di bawah itu jika digabungkan pun cukup hukum bunga bank, kualitas produk dan layanan
besar, yaitu 57,7%. Tingkat pendidikan terbanyak bank syariah, serta pemahaman istilah-istilah yang
adalah SLTA dan Diploma/Sarjana, yaitu sebanyak dipakai bank syariah.
82,9% (310 responden). Ini menandakan bahwa Dari hasil penelitian ditemukan bahwa
sebagian besar responden (87,7%) telah memahami
Peran Masjid dalam Pengembangan Ekonomi Syariah ... Mochammad Arif Budiman dan Mairijani 179

dengan baik keberadaan bank syariah yang dikapitalisasikan oleh bank syariah. Terlepas dari
beroperasi berdasarkan konsep ajaran Islam. seberapa besar dan seberapa lama dana tersebut
Mayoritas responden (82,1%) juga mengetahui mengendap di bank syariah, sudah sepantasnya
bahwa bank syariah memiliki perbedaan yang apabila pihak bank syariah memberikan kompensasi
tegas dengan bank konvensional ditinjau dari sudut dalam bentuk kerjasama ataupun sponsorship yang
hukum Islam. Sebagian besar responden (78,6%) lebih layak kepada pihak masjid untuk menunjang
telah mengetahui bahwa hukum bunga bank adalah aktivitasnya.
haram, meskipun masih terdapat 2,7% responden Sementara itu, terkait pembiayaan untuk
yang tidak setuju dan 18,7% yang menyatakan pembangunan fisik atau renovasi, mayoritas masjid
abstain atau ragu-ragu. Hal ini menunjukkan bahwa saat ini mungkin masih belum berpikir mengajukan
status keharaman bunga bank ini masih perlu pembiayaan kepada bank mengingat likuiditas
disosialisasikan lebih luas lagi kepada masyarakat kas masjid yang sulit diprediksi secara pasti
dengan mengemukakan argumentasi yang lebih sehingga barangkali terlalu berisiko jika melakukan
meyakinkan baik dari sudut hukum Islam maupun pembangunan atau renovasi masjid dengan
dari sudut teori ekonomi Islam. menggunakan dana dari bank. Namun demikian,
Sementara itu, penilaian responden terhadap peluang pembiayaan dari bank syariah untuk
kualitas produk dan layanan bank syariah terbelah jamaah masjid sebenarnya terbuka lebar dan bisa
dua. Sebanyak 46,8% menyatakan bahwa produk dioptimalkan. Disinilah pentingnya masjid memiliki
dan layanan bank syariah sama atau tidak kalah dan memanfaatkan unit usaha seperti koperasi
kualitasnya dengan bank konvensional, sedangkan atau BMT yang bisa berfungsi sebagai media
53,2% menyatakan tidak setuju dan/atau memilih penyalur (channeling) dana bank syariah kepada para
tidak berpendapat (abstain) terhadap hal tersebut. jamaah yang memerlukan. Selain itu, bank syariah
Selain itu, hanya 38,2% responden yang menyatakan juga bisa menginisiasi berdirinya pusat inkubasi
bahwa istilah-istilah untuk produk yang dipakai di bisnis berbasis masjid untuk membangun etos
bank syariah mudah dipahami, sedangkan sebagian kewirausahaan dan kemandirian umat. Oleh karena
besar 61,8% menyatakan sebaliknya dan/atau itu, untuk ke depannya, diperlukan komunikasi dan
abstain. koordinasi yang lebih baik di antara kedua institusi
umat ini agar dapat terjalin sinergi dan kerjasama
Sinergi masjid dengan perbankan syariah yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Sinergi masjid dengan perbankan syariah Menyangkut keberadaan ATM, terdapat 2
diukur dengan menggunakan 6 indikator, yaitu masjid (8%) yang telah menyediakan ruangan atau
kepemilikan rekening bank syariah, pembiayaan space untuk mesin ATM bank syariah dan ada 3
dari bank syariah, kerjasama dengan bank syariah, masjid (12%) yang menyediakan ruangan untuk
sponsorship atau bantuan dari bank syariah, ruang mesin ATM bank konvensional. Keberadaan ATM
ATM untuk bank syariah, dan ruang ATM untuk untuk kemudahan bertransaksi di lingkungan masjid
bank konvensional. tentu sangat bermanfaat, namun sangat disayangkan
Hasil temuan mengkonfirmasi anggapan dan kontraproduktif jika masjid sebagai simbol
selama ini bahwa tingkat sinergi dan kerjasama dan pusat kegiatan umat Islam justru menyediakan
di antara masjid dan bank syariah tergolong fasilitas ATM untuk bank konvensional yang
masih rendah. Penyebab rendahnya sinergi ini dilarang oleh hukum Islam.
nampaknya bukan semata-mata berasal dari pihak
masjid, namun juga dari pihak bank syariah yang Edukasi tentang ekonomi/keuangan syariah
nampaknya belum memanfaatkan keberadaan Sebagaimana diuraikan sebelumnya, salah
masjid sebagai salah satu institusi sentral di tengah satu fungsi masjid yang cukup berkembang
umat. Hal ini tampak dari fakta bahwa di satu sisi, selain sebagai tempat ibadah ritual adalah sebagai
60% masjid sudah memilik rekening tabungan di tempat pendidikan dan penyebarluasan ilmu-ilmu
bank syariah, namun di sisi lain, tingkat pembiayaan, agama melalui ceramah atau kajian. Penelitian ini
kerjasama dan sponsorship dari bank syariah menanyakan kepada para responden apakah masjid
untuk masjid umumnya berada di bawah 30%. mereka selama ini sudah mengadakan kajian dengan
Dengan memiliki rekening di bank syariah, masjid topik khusus ekonomi/keuangan syariah.
sebenarnya telah menempatkan dananya untuk
180 AT - TARADHI Jurnal Studi Ekonomi, Volume 7, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 175-182

Data menunjukkan bahwa sekitar 42,8% atau BMT untuk meningkatkan perekonomiaan
masjid telah rutin dan sering menyelenggarakan dan kesejahteraan jamaah yang disarankan oleh
kegiatan edukasi mengenai ekonomi/keuangan 17,9% responden. Ketujuh, menyediakan ruang
syariah, sedangkan sisanya sebesar 57,2% hanya ATM untuk bank syariah. Sebanyak 9,9% respoden
kadang-kadang, jarang dan bahkan tidak pernah mengharapkan agar masjid menyediakan ruang
menyelenggarakan kegiatan tersebut sama sekali. ATM untuk bank syariah.
Minimnya materi terkait ekonomi/keuangan Hasil temuan di atas menunjukkan bahwa pada
syariah atau tentang mu’amalah secara umum dalam dasarnya banyak aktivitas yang dapat dilakukan
kajian agama, ceramah atau khutbah memang oleh masjid untuk meningkatkan sinergi dan
sudah lama dirasakan. Berdasarkan penelitian yang kerjasama dengan perbankan syariah dan dalam
dilakukan Budiman (2008), materi dakwah yang pengembangan ekonomi syariah secara umum.
disampaikan para da’i di Banjarmasin lebih banyak Sebagian dari aktivitas tersebut ada yang dapat
terkait dengan aspek ibadah ritual, sedangkan aspek dilakukan secara swadaya oleh masjid seperti
muamalah masih sangat terbatas. Hal ini boleh jadi membuka rekening di bank syariah, namun ada pula
juga disebabkan oleh terbatasnya jumlah da’i yang yang perlu melibatkan pihak lain. Misalnya, dalam
menguasai materi tersebut. Oleh karena itu, untuk penyelenggaraan kajian, ceramah dan pelatihan
ke depannya program penyiapan da’i ekonomi tentang ekonomi syariah, masjid sebenarnya dapat
syariah perlu mendapatkan perhatian yang lebih bekerjasama dengan kalangan perguruan tinggi
serius. yang memiliki progam studi ekonomi/keuangan
syariah, Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Ikatan
Aktivitas masjid dalam pengembangan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), atau Fordebi (Forum
ekonomi syariah Dosen Ekonomi dan Bisnis Islam). Adapun untuk
Data mengenai aktivitas masjid dalam pendirian koperasi syariah diperlukan kesepakatan
pengembangan ekonomi syariah diperoleh dari pengurus dan jamaah agar lembaga tersebut
respon pengurus dan jamaah masjid. Responden dapat berkembang baik dengan dukungan semua
diminta mengidentifikasi aktivitas apa saja yang pihak. Demikian pula dengan pengelolaan zakat
dapat atau perlu dilakukan pihak masjid dalam yang pofesional perlu mendapatkan asistensi dari
upaya turut mengembangkan gagasan dan praktik pakar atau praktisi dari lembaga pengelola zakat
ekonomi syariah di Banjarmasin. Peran-peran yang sudah mapan. Sedangkan untuk keperluan
berikut disusun berdasarkan urutan urgensinya mengajukan pembiayaan dan menyediakan
menurut responden. ruang ATM tentunya harus dikoordinasikan
Pertama, mengajukan pembiayaan ke bank dengan pihak bank syariah. Jika semua masjid di
syariah. Mayoritas responden (90,4%) menyarankan Banjarmasin dapat menjalankan aktivitas-aktivitas
agar dalam urusan pembangunan fisik atau renovasi, di atas dengan baik maka diharapkan akan terjadi
masjid hendaknya mengajukan pembiayaan ke akselerasi dalam pertumbuhan perbankan syariah
bank syariah, bukan ke bank konvensional. Kedua, dan pengembangan ekonomi syariah di kota ini.
memiliki rekening di bank syariah. Sebanyak
80,5% responden berpendapat bahwa masjid KESIMPULAN
perlu memiliki rekening tabungan di bank syariah. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa
Ketiga, menyelenggarakan kajian tentang ekonomi/ secara umum peran masjid di Banjarmasin dalam
keuangan syariah secara reguler. Sebanyak 73,3% pengembangan ekonomi syariah masih sangat
responden menyatakan bahwa masjid perlu terbatas. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya
menyelenggarakan kajian atau ceramah khusus tingkat sinergi dan kerjasama dengan perbankan
yang berkaitan dengan ekonomi/ keuangan syariah, minimnya kajian dan pelatihan tentang
syariah secara reguler. Keempat, mengelola zakat ekonomi/keuangan syariah yang dilakukan masjid,
secara lebih profesional. Masjid juga diminta oleh dan terbatasnya aktivitas yang dilakukan dalam
41,7% untuk mengelola dana zakat dan wakaf pengembangan ekonomi syariah.
secara lebih profesional. Kelima, menyelenggarakan Untuk masa yang akan datang, perlu dibangun
pelatihan tentang ekonomi/keuangan syariah komunikasi dan koordinasi yang lebih baik di antara
kepada para jamaah. Hal ini disarankan oleh 25,7% masjid dengan perbankan syariah dan lembaga
responden. Keenam, mendirikan koperasi syariah keuangan syariah lainnya. Kedua belah pihak perlu
Peran Masjid dalam Pengembangan Ekonomi Syariah ... Mochammad Arif Budiman dan Mairijani 181

lebih membuka diri demi terciptanya sinergi yang Mokhtar, Syaikh Ali Mohamad. 2003. Peranan Masjid
saling menunjang dan saling menguntungkan. dalam Islam. Kuala Lumpur: YADIM.
Sementara itu, kajian tentang ekonomi/keuangan Muslim, Azis, Karsidi, Ravik, & Wijaya, Mahendra.
syariah di masjid pun perlu terus ditingkatkan 2014. A Mosque-Based Economic
karena pengetahuan dan pemahaman yang baik Empowerment Model for Urban Poor
mengenai ekonomi/keuangan syariah merupakan Community. International Journal of Social
prasyarat penting bagi terciptanya sinergi kedua Science Research, 2(2), 80-93.
institusi tersebut. Selain itu, masjid juga perlu Nugraha, Firman. 2011. Aktualisasi Dakwah
melakukan aktivitas-aktivitas yang lebih strategis Bil‘amal Berbasis Masjid. Tatar Pasundan,
untuk meningkatkan pengembangan ekonomi Jurnal Balai Diklat Keagamaan Bandung,
syariah di masa depan. V(13), 56-62.
Penelitian tentang masjid dan ekonomi
syariah ini pada dasarnya merupakan penelitian Razak, Azila Abdul, Hussin, Mohd Yahya Mohd,
rintisan yang masih perlu terus dikembangkan Muhammad, Fidlizan, & Mahjom,
di masa-masa yang akan datang. Di antara topik Nurhanie. 2014. Economic Significance
penelitian lanjutan yang perlu dilakukan antara lain of Mosque Institution in Perak State,
tentang kalkulasi potensi ekonomi masjid, prospek Malaysia. Kyoto Bulletin of Islamic Area Studies,
kerjasama masjid dengan perbankan syariah, dan 7, 98-109.
manajemen keuangan masjid. Rohman, Dudung Abdul. 2015. Pemberdayaan
Ekonomi Syariah Berbasis Masjid. Diunduh
DAFTAR PUSTAKA pada 27 April 2015 http://bdkbandung.
Abshori, Abdul Fikri. 2011. Strategi Masjid dalam kemenag.go.id/jurnal/271-pemberdayaan-
Pemberdayaan Ekonomi Umat (Studi pada ekonomi-syariah-berbasis-masjid
Masjid Raya Pondok Indah dan Masjid Jami Sadhana, Kridawati. 2012. Sosialisasi dan Persepsi
Bintaro Jaya). Skripsi. Universitas Islam Bank Syariah (Kajian Kebijakan Enkulturasi
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Nilai-nilai Bank Syariah. Jurnal Keuangan dan
Alamsyah, Halim. 2012. Perkembangan dan Prospek Perbankan, 16(3), 481-488.
Perbankan Syariah Indonesia: Tantangan Tim-Peneliti. 2001. Potensi, Preferensi dan Perilaku
Dalam Menyongsong MEA 2015. Paper Masyarakat terhadap Bank Syariah di
dipresentasikan pada Milad ke-8 Ikatan Ahli Sumatera Barat. Padang: Bank Indonesia
Ekonomi Islam (IAEI), 13 April, Jakarta. Padang dan Lembaga Penelitian Universitas
Auliyah, Robiatul. 2014. Studi Fenomenologi Andalas.
Peranan Manajemen Masjid At-Taqwa Wulandari, Sri Lestari. 2012. Hubungan Antara
dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kualitas Pengelolaan Masjid dengan Upaya
Bangkalan. Kompetensi, 8(1), 74-91. Memakmurkan Masjid pada Masyarakat
Bahtiar, Edi. 2012. Mengembalikan Fungsi Masjid Tegalsari Salatiga. Skripsi. Sekolah Tinggi
Sebagai Sentra Peradaban Umat Manusia. Agama Islam Negeri Salatiga.
Empirik, 5(2), 33-58.
Budiman, Mochammad Arif. 2008. Komposisi
Materi Dakwah dalam Khotbah Jumat di
Kota Banjarmasin. Intekna, VIII(1), 80-87.
Frishman, Martin, & Khan, Hasan-Uddin. 2002.
The Mosque: History, Architectural Development
& Regional Diversity. New York: Thames &
Hudson.
Mingka, Agustianto. 2011. Peran Masjid dalam
Sosialisasi Ekonomi Syariah. Diunduh pada
26 April 2015 http://www.agustiantocentre.
com/?p=476

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai