Anda di halaman 1dari 25

TUGAS CBR KETERAMPILAN BAHASA RESEPTIF

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KETERAMPILAN BAHASA


RESEPTIF
Dosen pengampu: Ika Febriana, M.pd

Disusun Oleh:
JHON ROGER SITOHANG
( 2233111087 )

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada tuhan yang maha esa, sehingga tugas CBR ini dapat
diselesaikan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
KETERAMPILAN BAHASA RESEPTIF yang telah memberikan materi
pembelajaran kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas CBR ini.
Meskipun hasil tugas CBR ini masih banyak kekurangan, maka dari itu kami
memohon maaf dan mohon memakluminya. Oleh karena itu, kami mohon saran
dan kritikannya

Medan, September 2023

Penyusunan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1 Rasionalisasi pentingnya CBR..............................................................1

1.2 Tujuan Penulisan CBR..........................................................................1

1.3 Manfaat CBR........................................................................................ 1

BAB II RINGKASAN ISI BUKU..................................................................2

2.1 Identitas Buku.......................................................................................2

2.2 Isi Ringkasan Buku...............................................................................3

BAB III PEMBAHASAN.............................................................................21

3.1 Pembahasan Isi Buku..........................................................................21

3.2 Penilaian Isi Buku...............................................................................22

BAB IV PENUTUP......................................................................................24

4.1 Kesimpulan......................................................................................... 24

4.2 Saran................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................25

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi pentingnya CBR

Dalam mengkritik sebuah buku (Critical Book Report) pembaca atau


pengkritik harus mampu menyimak dengan baik agar dapat mengetahui
isi dari buku tersebut. Sehingga pengkritik dapat mengetahui kelebihan dan
kekurangan dari buku yang ingin di kritik. Pentingnya CBR adalah tugas menulis
yang mengharuskan kita untuk meringkas dan mengevaluasi tulisan. Dalam
menulis CBR kita seharusnya terlebih dahulu memahami dan membaca buku yang
ingin kita kritik.
1.2 Tujuan Penulisan CBR

a. Untuk menambah wawasan ataupun pengetahuan.


b. Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan buku yang akan dikritik.
c. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Bahasa.
1.3 Manfaat CBR

a. Menambah wawasan mengenai linguistik terutama di bidang sintaksis.


b. Mempermudah pembaca dalam mengetahui inti dari sebuah buku.
c. Melatih mahasiswa untuk mengambil kesimpulan dan inti dari buku

BAB II RINGKASAN ISI BUKU

2.1 Identitas Buku

a. Buku Utama
Judul Buku : KETERAMPILAN BAHASA RESEPTIF
Penyusunan : Dra. Rosmaini, M.pd, Ika Febriana, M.pd
Edisi : Revisi 2023
1
ISBN :-
Percetakan :-
Penerbit :-
Jumlah halaman buku : 76 halaman

b. Buku Pembanding 1

Judul Buku : Keterampilan bahasa Indonesia pendidikan dasar


Penyusunan : Rohana & Syamsuddin
Edisi : 2021
Cetakan :-
Penerbit :-
Jumlah halaman buku : 99 halaman

c. Buku pembanding 2
Judul Buku : MEMBACA (suatu keterampilan reseptif)
Penyusunan : Mahsyanur
Edisi :-
ISBN : 9786027109209, 6027109203
Percetakan :-
Penerbit : Bugineae Art-Yogyakarta
Jumlah halaman buku : 116 halaman

2.2 Isi Ringkasan Buku

BAB l
HAKIKAT KETERAMPILAN BERBAHASA
A. Definisi Keterampilan Berbahasa
Bahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran dan perasan manusia Secara
teratur, yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya (Depdiknas,2005: 3).
Sementara itu menurut Harun Rasyid, Mansyur & Suratno (2009:126) bahasa
merupakan struktur dan makna yang bebas dari penggunanya, Sebagai tanda yang
menyimpulkan suatu tujuan. Sedangkan bahasa menurut Kamus besar Bahasa
Indonesia (Hasan Alwi, 2002: 88) bahasa berarti sistem Lambang bunyi yang

2
arbitrer yang digunakan oleh semua orang atau anggota Masyarakat untuk
bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri dalam Bentuk percakapan
yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang Baik. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2016), bahasa memiliki arti Sistem lambang bunyi yang
arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu Masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Keterampilan merupakan kepandaian
melakukan suatu pekerjaan dengan Benar.
Keterampilan memiliki arti kecakapan atau pandai dalam melakukan Suatu
pekerjaan dengan baik dan benar. Sama hal nya seperti pendapat Muzni Ramanto
dkk. (1991:2) bahwa keterampilan dapat disamakan dengan kata Kecekatan.
Orang yang dapat dikatakan sebagai orang terampil adalah orang Yang dalam
mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya secara cepat dan Benar. Namun,
apabila orang tersebut mengerjakan atau menyelesaikan Pekerjaannya dengan
cepat tetapi hasilnya tidak sesuai atau salah maka orang tersebut tidak dapat
dikatakan sebagai orang yang terampil. Apabila orang tersebut melakukan
pekerjaan dengan benar dan sesuai apa yang diperintahkan, tetapi lambat dalam
menyelesaikannya, maka orang tersebut dapat disimpulkan sebagai orang yang
terampil”. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa keterampilan
berbahasa adalah kepandaian yang Dimiliki oleh seseorang dalam menyampaikan
ungkapan yang mengandung Maksud untuk menyampaikan sesuatu kepada orang
lain. Sesuatu yang Dimaksudkan oleh pembicara bisa dipahami dan dimengerti
oleh pendengar Atau lawan bicara melalui bahasa yang diungkapkan.

B. Aspek-Aspek Keterampilan Berbahasa

1. Mendengarkan/Menyimak
Mendengarkan adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat
reseptif. Yang dimaksud dengan keterampilan mendengarkan di sini bukan berarti
hanya sekadar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melalui alat pendengarannya,
melainkan sekaligus memahami maksudnya. Oleh karena itu, istilah
mendengarkan sering diidentikkan dengan menyimak. Istilah
mendengarkan/menyimak berbeda dari istilah mendengar. Meskipun sama-sama
menggunakan alat pendengaran, mendengarkan berbeda dengan mendengar. Pada
kegiatan mendengar tidak tercakup unsur kesengajaan, konsentrasi, atau bahkan
pemahaman. Sementara pada kegiatan mendengarkan terdapat unsur-unsur

3
kesengajaan, dilakukan dengan penuh perhatian dan konsentrasi untuk
memperoleh pemahaman yang memadai. Dalam bahasa pertama (bahasa ibu), kita
memperoleh keterampilan mendengarkan melalui proses yang tidak kita sadari
yang disebut dengan proses aquisition (pemerolehan), bukan melalui proses
learning (pembelajaran). Oleh karena itu, kita pun tidak menyadari begitu
kompleksnya proses pemerolehan keterampilan mendengarkan tersebut. Berikut
ini secara singkat disajikan deskripsi mengenai aspek-aspek yang terkait dalam
upaya belajar memahami apa yang kita dengarkan dalam bahasa kedua.
Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan, yaitu situasi Mendengarkan
secara interaktif dan situasi mendengarkan secara noninteraktif. Mendengarkan
secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon
atau yang sejenis dengan itu.
Contoh situasi-situasi mendengarkan noninteraktif, yaitu mendengarkan
radio, TV, film, khotbah, atau mendengarkan dalam acara-acara seremonial.
Dalam situasi mendengarkan noninteraktif tersebut, kita tidak dapat meminta
penjelasan dari pembicara, tidak bisa meminta mengulangi apa yang di
ucapkannya, dan tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat.

2. Berbicara
Dalam keterampilan berbicara dikenal tiga jenis situasi berbicara, yaitu
interaktif, semiinteraktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif,
misalnya terjadi pada percakapan secara tatap muka dan berbicara melalui telepon.
Kegiatan berbicara dalam situasi interaktif ini memungkinkan adanya pergantian
peran/ aktivitas antara berbicara dan mendengarkan. Di samping itu, situasi
interaktif ini memungkinkan para pelaku komunikasi untuk meminta klarifikasi,
pengulangan kata/kalimat, atau meminta lawan bicara untuk memperlambat tempo
bicara, dan lain-lain. Kegiatan berbicara dalam situasi interaktif ini dilakukan
secara tatap muka langsung. bersifat dua arah, atau bahkan multiarah. Kemudian,
ada pula situasi berbicara yang tergolong semiinteraktif, misalnya dalam berpidato
di hadapan umum, kampanye, khotbah/ceramah, dan lain-lain, baik yang
dilakukan melalui tatap muka secara langsung namun berlangsung secara satu
arah. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap
pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi
wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan betul-
betul bersifat noninteraktif jika pembicaraan dilakukan secara satu arah dan tidak
4
melalui tatap muka langsung, misalnya berpidato melalui radio atau televisi.
Pidato kenegaraan yang disampaikan melalui siaran televisi atau radio termasuk
ke dalam jenis ini.
3. Membaca
Keterampilan membaca tergolong keterampilan yang bersifat aktif Reseptif.
Aktivitas membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari
keterampilan mendengarkan dan berbicara. Namun, pada masyarakat yang
memiliki tradisi literasi yang telah berkembang, sering kali keterampilan
Membaca dikembangkan secara terintegrasi dengan keterampilan menyimak dan
berbicara.
Keterampilan membaca terbagi ke dalam dua klasifikasi, yakni (a) Membaca
permulaan, dan (b) membaca lanjutan. Kemampuan membaca permulaan ditandai
olelh kemampuan melek huruf, yakni kemampuan mengenali lambang-lambang
tulis dan dapat membunyikannya dengan benar. Pada fase ini, pemahaman isi
bacaan belum begitu tampak karena orientasi pembaca lebih ke pengenalan
lambang bunyi bahasa. Sementara pada membaca lanjut, kemampuan membaca
ditandai oleh kemampuan melek wacana. Artinya, pembaca bukan hanya sekadar
mengenali lambang tulis, bisa menyembunyikannya dengan lancar, melainkan
juga dapat memetik isi/makna bacaan yang dibacanya. Penekanan membaca lanjut
terletak pada pemahaman isi bacaan, bahkan pada tingkat tinggi harus disertai
dengan kecepatan membaca yang memadai.
4. Menulis
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang bersifat aktif
Produktif. Keterampilan ini dipandang menduduki hierarki yang paling rumit dan
kompleks di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Mengapa?
Aktivitas menulis bukanlah sekadar hanya menyalin kata-kata dan kalimat-
kalimat: melainkan menuangkan dan mengembangkan pikiran- pikiran, gagasan-
gagasan, ide, dalam suatu struktur tulisan yang teratur, logis, sistematis, sehingga
mudah ditangkap oleh pembacanya. Sama seperti halnya dengan keterampilan
membaca, keterampilan menulis pun dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kategori., yakni (a) menulis permulaan dan (b) menulis lanjutan. Menulis
permulaan sesungguhnya identik dengan melukis gambar. Pada fase ini, si penulis
tidak menuangkan ide/gagasan, melainkan hanya sekadar melukis atau menyalin
gambar/lambang bunyi bahasa ke dalam wujud lambang-lambang tertulis. Pada

5
awal-awal memasuki persekolahan, para siswa dilatih menulis permulaan yang
proses pembelajarannya sering disinergiskan dan diintegrasikan dengan kegiatan
membaca permulaan. Kegiatan menulis yang sesungguhnya merupakan aktivitas
curah ide, curah gagasan. Yang dinyatakan secara tertulis melalui bahasa tulis.

C. Keterampilan Antaraspek Keterampilan Berbahasa


1. Hubungan Berbicara dengan Menyimak

Menurut Books dalam Tarigan ( 1994:3), berbicara dan mendengarkan


merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang bersifat langsung. Apabila kita
amati peristiwa-peristiwa komunikasi yang terjadi dalam masyarakat, pernyataan
Books itu benar untuk peristiwa komunikasi dalam situasi interaktif.
Namun ada pula dalam suatu konteks komunikasi itu terjadi dalam situasi
non interaktif, yaitu satu pihak saja yang berbicara dan pihak lain hanya
mendengarkan misalnya, dalam kegiatan khotbah di masjid, pidato dalam suatu
acara perayaan hari-hari besar, berkampanye, atau berbicara dalam suatu siaran
berita televisi.
Dawson dalam Tarigan (1994:3) menjelaskan hubungan antara berbicara dan
mendengarkan, seperti berikut ini.
a. Ujaran biasanya dipelajari melalui proses mendengarkan dan proses meniru.
Dengan demikian, materi didengarkan dan direkam dalam ingatan berpengaruh
terhadap kecakapan berbicara seseorang.
b. Ujaran seseorang mencerminkan pemakaian bahasa di lingkungan keluarga dan
masyarakat tempatnya hidup. Misalnya dalam penggunaan intonasi. Kosakata, dan
pola-pola kalimat.
c. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan berarti
pula membantu meningkatkan kualitas berbicara.
d. Bunyi suara yang didengar merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap
kemampuan berbicara seseorang (terutama anak-anak ). Oleh karena itu. Suara
dan materi pembicaraan yang berkualitas baik yang didengar dari seorang guru,
tokoh-tokoh. Atau dari pemuka-pemuka agama, dari rekamanrekaman atau cerita-
cerita yang bernilai tinggi, sangat membantu anak atau seseorang yang sedang
belajar berbicara.

2. Hubungan Menyimak dengan Membaca


6
Seperti telah disinggung pada bagian terdahulu, mendengarkan dan
membaca sama-sama merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif.
Mendengarkan berkaitan dengan penggunaan bahasa ragam lisan, sedangkan
membaca merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis. Ini sejalan dengan
penjelasan yang di kemukakan oleh Tarigan (1994:4).
Sehubungan dengan kaitan antara mendengarkan dan membaca ini,
Subyakto Nababan (1993:163) menjelaskan bahwa baik mendengarkan maupun
membaca merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat reseptif. Perbedaannya
hanya pada objek yang menjadi fokus perhatian awal yang manjadi stimulus.
Apa bila ditinjau dari sudut pemerolehan atau belajar bahasa, aktivitas
membaca dapat membantu seseorang memperoleh kosakata yang berguna bagi
pengembangan kemampuan mendengarkan pada tahap berikutnya.
Sehubungan dengN proses pembelajaran bahasa, Tarigan (1994:4-5)
menyatakan bahwa mendengarkan pun merupakan faktor penting dalam belajar
membaca secara efektif.

3. Hubungan Membaca dengan Menulis


Telah dikemukakan pada bagian terdahulu bahwa baik membaca maupun
menulis merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis. Menulis merupakan kegiatan
berbahasa yang bersifat produktif, sedangkan membaca merupakan kegiatan
berbahasa yang bersifat reseptif.
Dalam menuangkan gagasan melalui kegiatan menulis, paling tidak terdapat
tiga tahapan yang dilakukan penulis, yakni perencanaan, penulisan, dan revisi.
Ketika si penulis menyusun perencanaan mengenai apa yang hendak ditulisnya,
sering kali dibutuhkan banyak informasi untuk bahan tulisannya. Salah satu cara
menghimpun informasi itu dilakukan melalui aktivitas membaca.
Selanjutnya, dalam proses penulisan si penulis acap kali pula melakukan
bongkar pasang untuk tulisannya itu. Di sana sini dilakukan revisi untuk
bagianbagian tulisan yang dasarnya tidak sesuai dengan gagasan yang akan
disampaikannya.
Sebaliknya pula, dalam kegiatan membaca, terutama dalam membaca
pemahaman atau membaca untuk kepentingan studi, sering kali kita harus menulis
catatan-catatan, bagan, rangkuman, dan komentar mengenai isi bacaan guna
menunjang pemahaman kita terhadap isi bacaan.
7
4. Hubungan Menulis dengan Berbicara
Anda tentu sering menghadiri acara seminar, bahkan mungkin pernah
menjadi pemakalahnya. Seorang pembicara dalam seminar biasanya diminta
menulis sebuah makalah terlebih dahulu. Dalam berpidato pun ( salah satu jenis
aktivitas berbicara) seseorang dituntut membuat perencanaan dalam bentuk
tulisan.
Dalam kedua jenis aktivitas berbicara seperti yang dikemukakan di atas,
tampak jelas keterkaitan antara menulis dan berbicara. Kegiatan menulis
dilakukan guna mendukung aktivitas berbicara. Bahkan dalam suatu seminar,
keempat aspek dalam berbahasa itu dilibatkan secara simultan. Subyakto-Nababan
(1993:153) dan Tarigan (1994:10) menjelaskan bahwa baik berbicara maupun
menulis merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat prprodukti

BAB ll
HAKIKAT KETERAMPILAN MENYIMAK

A. Definisi, Proses, dan Tujuan Menyimak

1. Definisi Menyimak
Dalam pengajaran bahasa, terutama pengajaran bahasa lisan sering kita
jumpai istilah mendengar, mendengarkan, dan menyimak. Ketiga istilah itu
memang berkaitan dalam makna namun berbeda dalam arti. Dalam kamus Besar
bahasa Indonesia pengertian istilah itu dijelaskan seperti berikut. Mendengar
diartikan sebagai menangkap bunyi (suara) dengan telinga. Mendengarkan berarti
mendengarkan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Sedang menyimak berarti
mendengarkan (memperhatikan) baik-baik apa yang diucapkan atau dibicarakan
orang (Djago Tarigan, 2003: 2.5).
Untuk memperoleh pemahaman yang jelas tentang apa itu menyimak, di
bawah ini dikutip pengertian menyimak dari beberapa sumber. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1985:947) ditemukan pengertian menyimak yakni
mendengarkan (memperhatikan) dengan baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca
orang.
Definisi menyimak yang lebih rinci dikemukakan oleh Tarigan (1990:98).
Yakni suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh

8
perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi serta memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh
pembicara melalui ujaran bahasa lisan. Dari pengertian di atas tampak bahwa
menyimak tidak hanya melibatkan kegiatan mendengar, tetapi juga memahami apa
yang disampaikan/ diucapkan pembicara secara lisan. Pendapat yang senada juga
dikemukakan Wolff sebagaimana dikutip Rampillon (1985). Dikatakannya bahwa
memahami tidak hanya terbatas pada menangkap bunyi-bunyi bahasa, unsur-unsur
gramatikal dan semantik, tetapi juga menginterpretasikan maksud yang
disampaikan pembicara. Oleh karena itu, menyimak merupakan proses mental
yang aktif yang melibatkan tidak hanya pengetahuan bahasa., tetapi juga
pengetahuan tentang dunia. Kedua pengetahuan tersebut digunakan pendengar
secara aktif untuk menangkap Pesan yang disampaikan pembicara. Dalam
pengajaran bahasa asing
2. Proses Menyimak

Menyimak adalah suatu proses. Proses itu terbagi atas tahap-tahap yakni:
a. Mendengar
b. Mengidentifikasi
c. Menginterpretasi
d. Memahami
e. Menilai
f. Menanggapi

3. Tujuan Menyimak
Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengar bunyi
bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai, dan mereaksi atas makna
yang terkandung di dalamnya.
Penyimak yang baik adalah penyimak yang berencana. Salah satu butir
perencanaan itu ada alasan tertentu mengapa yang bersangkutan menyimak.
Alasan inilah yang kita sebut sebagai tujuan menyimak.
Salah satu klasifikasi tujuan menyimak adalah seperti pembagian berikut
yaitu menyimak untuk tujuan:
1. mendapatkan Fakta
2. menganalisis Fakta
3. mengevaluasi Fakta
9
4. mendapatkan inspirasi
5. menghibur diri
6. meningkatkan kemampuan berbicara

B. Jenis-jenis Menyimak
1. Menyimak berdasarkan Tujuan
a. Menyimak untuk Belajar
Menyimak untuk belajar umumnya dilakukan di sekolah, kampus, ataupun
tempat kursus. Namun perlu anda ketahui bahwa belajar tidak hanya dilakukan di
Situasi formal, tetapi juga dilakukan dalam situasi non formal.
Dalam hal ini menyimak untuk belajar dapat diartikan sebagai menyimak
untuk memperoleh pengetahuan secara formal maupun nonformal. b. Menyimak
untuk Hiburan
Jenis menyimak ini berhubungan dengan dunia pertunjukan. Tujuan dari
kegiatan menyimak ini adalah untuk memperoleh hiburan dan menghilangkan rasa
jenuh atau kebosanan dari rutinitas sehari-hari. c. Menyimak untuk Menilai
Menyimak yang bertujuan untuk menilai banyak dilakukan oleh lara juri.
Dalam menilai, penyimak yang bertugas menjadi juri memegang pedoman
penilaian yang berisi kriteria-kriteria yang di nilai. Misalnya kejelasan lafal,
intonasi, irama, dan penghayatan.
d. Menyimak untuk Mengapresiasi
Menyimak jenis ini mirip dengan menyimak untuk hiburan, namun pada
menyimak jenis ini ada nilai tambahnya, yaitu penyimak dapat menyertakan
perasaannya pada hal-hal yang di simak. Artinya penyimak dapat berada di dalam
peristiwa atau bahan yang disimaknya.
e. Menyimak untuk Memecahkan masalah
Menyimak dengan tujuan memecahkan masalah dapat berujung pada
menyimak untuk memperoleh informasi yang berdampak pada pemecahan suatu
masalah. Pada menyimak jenis ini, seseorang sengaja memilih bahan simakan dan
melakukan kegiatan menyimak dalam rangka memecahkan masalah yang sedang
dihadapi.

2. Menyimak berdasarkan Intensitas


a. Menyimak Ekstensif

10
Menyimak jenis ini (extensive listening) merupakan kegiatan menyimak
yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat umum dan tidak diperlukan
bimbingan langsung dari seorang guru. Dalam menyimak ekstensi ini, penyimak
hanya menyimak bagian-bagian yang penting saja, secara umum, sepintas, dan
garis-garis besarnya saja. Untuk lebih jelasnya pahamilah penjelasan mengenai
jenis-jenis menyimak ekstensif berikut ini.
1. Menyimak sekunder
Menyimak sekunder adalah jenis kegiatan menyimak yang dilakukan pada
saat atau bersamaan dengan kegiatan lain. Menyimak sekunder sama dengan
Kegiatan mendengarkan. Misalnya, Dita menyimak lagu-lagu yang ditayangkan
televisi dalam acara Pesta, sementara dia sedang mengerjakan tugas sekolah, yaitu
menyusun kliping. Dalam hal ini keduanya (menyusun kliping dan menyimak
lagulagu) berjalan seiring.
2. Menyimak pasif
Menyimak pasif mirip dengan menyimak sekunder, yaitu menyimak sambil
melakukan pekerjaan lain. Contoh kegiatan menyimak pasif ini sering Kita
temukan pada kebiasaan anak-anak dewasa ini, yaitu belajar sambil mendengarkan
siaran radio. Apabila siaran radio menarik perhatiannya maka perhatian mereka
berubah dari buku pelajaran ke siaran radio.
Pada menyimak pasif, perhatian dapat beralih sepenuhnya dari satu kegiatan
(membaca, menulis, atau yang lainnya) ke kegiatan lain yang lebih menarik
perhatiannya.
3. Menyimak estetis
Menyimak jenis ini disebut juga dengan menyimak apresiatif (appreciation
listening). Dalam menyimak estetis penyimak secara serius dan
bersungguhsungguh memperhatikan suatu acara atau pertunjukan drama, cerita,
dongeng, puisi atau hiburan-hiburan lain yang sejenis baik secara langsung
maupun melalui siaran televisi atau radio. Secara imajinatif. Penyimak ikut
terlibat, mengalami, melakukan, dan merasakan karakter dari setiap pelaku.

b. Menyimak Intensif
Apabila pada menyimak ekstensif bahan simakan hanya dipahami garis-
garis besarnya saja dan bersifat sepintas sehingga tidak memerlukan bimbingan
guru maka menyimak intensif, penyimak memerlukan arahan dan bimbingan yang

11
ketat karena bahan-bahan yang harus disimak perlu di pahami secara terperinci,
teliti, dan mendalam. 1. Menyimak kritis
Menyimak kritis adalah kegiatan menyimak yang dilakukan secara kritis, di
dalamnya terlihat adanya kehadiran prasangka yang berperan sebagai pijakan
dalam mengamati ketidaktelitian yang dilakukan pembicara dalam menyampaikan
data dan fakta yang memperkuat ida atau gagasannya. Menyimak dengan cara ini
bertujuan untuk memperoleh informasi yang akurat tentang sesuatu sehingga
menghasilkan satu kesimpulan.
2. Menyimak Konsentratif
Menyimak konsentratif sering juga disebut a study type listening atau
menyimak sebagai kegiatan menelaah. Satu fase dari kegiatan menyimak yang
baik adalah perlunya konsentrasi terhadap apa yang di simak, supaya dapat
menangkap hal-hal tersebut baik dalam bentuk informasi maupun dalam bentuk
lain, tumpuan ke arah itu tidak menyimpang dari isi atau ide yang sebenarnya.
3. Menyimak kreatif
Menyimak kreatif mempunyai hubungan erat dengan imajinasi seseorang.
Umumnya imajinasi berhubungan dengan keindahan, bunyi-bunyian, gerak-gerak
tentang sesuatu, dan penglihatan terhadap sesuatu. Seseorang dapat menyimak
sebuah puisi dengan baik karena ia berimajinasi/berfantasi, dan berpartisipasi
dengan baik terhadap puisi yang sedang disimaknya sehingga ia dapat menangkap
makna yang terkandung dalam puisi itu.

BAB lll
TINGKAT KEMAMPUAN DAN KETERAMPILAN MENYIMAK

A. Menyimak Tingkat Dasar


Pada dasarnya pengembangan keterampilan menyimak itu dapat dibedakan
atas empat tataran sebagai berikut:
a. Tataran identifikasi
b. Tataran identifikasi dan seleksi tanpa retensi
c. Tataran identifikasi dengan seleksi terpimpin dan retensi jangka pendek
d. Tataran identifikasi dengan seleksi retensi jangka panjang

1. Menyimak Bahasa
Proses menyimak merupakan proses interaktif yang mengubah bahasa lisan
menjadikan makna dalam pikiran. Proses menyimak bahasa terdiri atas Tiga
12
tahapan. Pertama, menerima masukan auditor ( auditory input ) penyimak
menerima pesan lisan. Kedua, memperhatikan masukan auditori. Ketiga,
menafsirkan dan berinteraksi dengan masukan auditory.
2. Strategis Menyimak Bahasa

Untuk menyimak bahasa, dapat menggunakan dua strategi yaitu:


a. Memusatkan perhatian
Penutur atau pembicara biasanya menggunakan isyarat visual dan verbal
untuk menyampaikan pesan dan mengarahkan perhatian penyimak. b. Membuat
catatan
Membuat catatan dapat membantu aktivitas menyimak karena mendorong
berkonsentrasi, menyediakan bahan – bahan untuk me-Review dan dapat
membantu mengingat-ingat. Berikut ini adalah beberapa saran dalam membuat
catatan, yaitu catatan harus bersifat sederhana, catatan dapat menggunakan
singkatan – singkatan dan simbol – simbol, serta catatan harus jelas.

B. Kemampuan Menyimak Tingkat Lanjut


Kemampuan menyimak lanjut tergolong menjadi tiga jenis, yaitu Menyimak
kritis, menyimak kreatif, dan menyimak eksploratif.
1. Menyimak Kritis
Menyimak kritis ialah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan Sungguh-
sungguh untuk memberikan penilaian secara objektif, menentukan keaslian,
kebenaran dan kelebihan serta kekurangan kekurangan bahan simakan.
2. Menyimak Kreatif
Menyimak kreatif ialah kegiatan menyimak yang bertujuan untuk
mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas pembelajar. Kreativitas penyimak
dapat dilakukan dengan cara menirukan lafal atau bunyi bahasa asing atau bahasa
daerah dan mengemukakan gagasan yang sama dengan pembicara.
3. Menyimak Eksploratif
Menyimak eksploratif adalah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan
penuh perhatian untuk mendapatkan informasi baru. Tujuan dari kegiatan
menyimak eksploratif adalah menemukan gagasan baru, informasi baru dan
informasi tambahan dari bidang tertentu, menemukan topik-topik baru yang dapat

13
dikembangkan dari bidang tertentu, serta menemukan unsur-unsur bahasa yang
bersifat baru.

C. Teknik Pembelajaran Menyimak

1. Teknik Ulang-Ucap (menirukan)


Teknik bini biasa digunakan guru pada siswa yang belajar bahasa
permulaan, baik belajar bahasa ibu maupun bahasa asing. Teknik ini digunakan
untuk memperkenalkan bunyi suara dengan pengucapan lafal yang tepat dan jelas
oleh guru.
2. Teknik Informasi Beranting
Guru memberi informasi kepada salah seorang siswa kemudian informasi
tersebut disampaikan kepada siswa di dekatnya, begitu seterusnya, informasi
disampaikan secara beranting. 3. Teknik Satu Mulut Satu Kelas
Guru membacakan sebuah wacana yang dapat berupa artikel atau cerita di
hadapan siswa, dan siswa diminta menyimak baik-baik. Sebelum siswa
menyimak, guru memberi penjelasan tentang apa-apa yang pernah disimak.
Setelah guru selesai membacakan, guru dapat meminta siswa, misalnya
a. menceritakan kembali isi materi yang disimaknya:
b. menyebutkan urutan ide pokok dari apa yang
c. menyebutkan tokoh atau pelaku cerita dari apa yang disimaknya;
d. menemukan makna yang tersurat dari apa yangdisimaknya;
e. menemukan makna yang tersirat dari apa yang disimaknya; disimak:
f. menemukan ciri-ciri atau gaya bahasa yang digunakan dalam wacana yang
dibacakan:
g. isi dari apa yang disimaknya.

Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan guru kepada siswa tentu Saja


harus disesuaikan dengan tujuan yang telah dirumuskan. Dalam penggunaan
teknik ini, guru dituntut untuk dapat membaca dengan baik sesuai dengan jenis
wacana yang dibacanya. Oleh karena itu, guru perlu menyiapkan benar-benar
balhan bacaan dan cara membacanya, jangan sampai siswa mengalami kesulitan
memahami isi yang disimaknya hanya karena pembacaan yang kurang siap.
4. Teknik Satu Rekaman Satu Kelas
Guru terlebih dahulu menyiapkan rekaman melalui kaset ( tape
recorder ),CD, ataupun laptop yang berisi ceramah. Pembacaan puisi, pidato,
cerita/dongeng. Drama, dan sebagainya. Kemudian guru memberi petunjuk-
14
petunjuk sebelum kasctdi putar tentang hal-hal yang perlu disimak. Setelah Itu
guru memutar rekaman yang telah disiapkan sebelumnya (dongeng, misalnya).
5. Teknik Group cloze
Dalam penggunaan teknik ini, guru membacakan sebuah wacana sekali,
siswa diminta menyimak baik-baik. Kemudian, guru membacakan lagi wacana
tersebut dengan cara membaca paragraf awal penuh, sedangkan paragraf
berikutnya ada beberapa kata atau kelompok kata yang di hilangkan. Setelah itu,
tugas siswa adalah memikirkan konteks wacana dan mengisi tempat yang kosong
dengan kata-kata atau peristilahan atau kelompok kata yang asli dari wacana yang
dibacakan sebelumnya. 6. Teknik prafrase
Dalam penggunaan teknik ini, guru terlebih dahulu menyiapkan sebuah puisi
untuk disimak oleh siswa. Setelah itu, guru membacakan puisi yang telah
disiapkan dengan jelas. Kemudian setelah siswa selesai menyimak, siswa secara
bergiliran disuruh menceritakan kembali isi puisi yang telah disimaknya dengan
kata-kata sendiri. Dalam menerapkan teknik ini, guru harus menyesuaikan dengan
perkembangan kebahasaan siswa, agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan
sesuai tujuan.
7. Teknik Simak Libat Cakap
Sesuai dengan nama teknik ini, penyimak terlibat dalam pembicaraan.
Dalam pelaksanaan teknik ini guru dapat menugaskan siswa mengadakan
wawancara, misalnya dengan guru wali. Guru pengajar bahasa Bali, budayawan.
Sebelum mengadakan wawancara, siswa diminta menyiapkan apa yang perlu
ditanyakan kepada orang yang diwawancarai. Tugas selanjutnya siswa menyusun
hasil wawancara yang kemudian diserahkan kepada guru untuk teliti.
8. Teknik Simak Bebas Libat Cakap
Teknik ini senada dengan teknik simak libat cakap yang mementingkan
keterlibatan penyimak dalam pembicaraan. Penyimak di sini hanya berlaku
sebagai pemerhati yang penuh minat, tekun menyimak apa yang disampaikan
pembicara sehingga penyimak dapat memahami isi pembicaraan, tujuan
pembicaraan, serta akhirnya menilai isi pembicaraan.

BAB lV
HAKIKAT MEMBACA
A. Definisi Membaca

15
Menurut Henry Guntur Tarigan (1985:2 ) membaca adalah proses
pemerolehan pesan uang disampaikan oleh seorang penulis melalui tulisan.
Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,
tidak hanya sekedar melafalkan tulisan tetapi, juga melibatkan aktivitas visual,
berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif.
Adapun klein dalam Farida mengemukakan bahwa definisi membaca
mencakup (1) membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah strategis,
(3) membaca merupakan interaktif.
Dalam kaitannya dengan kajian disiplin ilmu, hakikat membaca dapat
ditelusuri dari definisi-definisi berikut.
• Membaca merupakan proses pengubahan lambang visual (katon) menjadi
lambang bunyi (auditoris).
• Membaca merupakan suatu proses decoding
• Membaca merupakan proses merekonstruksi makna dari bahan bahan cetak.
• Membaca merupakan suatu proses rekonstruksi makna melalui interaksi yang
dinamis antara pengetahuan siap pembaca.

B. Tujuan Membaca
1. Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta
2. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama
3. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita
4. Membaca untuk menyimpulkan, membaca referensi
5. Membaca untuk mengklasifikasikan
6. Membaca untuk menilai, mengevaluasi
7. Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan

C. Aspek Membaca

Secara garis besarnya terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu:

• keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap


berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini mencakup
pengenalan bentuk huruf
pengenalan unsur-unsur linguistik
pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi
kecepatan membaca bertaraf lambat
• Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat
dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order).
Aspek ini mencakup:

16
memahami pengertian sederhana
memahami signifikansi atau makna
evaluasi atau penilaian
kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan
dengan keadaan

D. Proses Meh
Membaca ialah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh membaca
untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis.
(Hodgson dalam Tarigan, 1985:7). Membaca ialah proses pengolahan bacaan
secara kritis dan kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman
yang bersifat menyeluruh tenang bacaan itu, dan penilaian terhadap keadaan, nilai,
fungsi, dan dampak bacaan itu. (Depdikbud. 1985:11). Batasan tersebut lebih tepat
jika dikenakan pada membaca tingkat lanjut , yakni membaca kritis dan membaca
kreatif.
Selanjutnya, Anderson dalam Tarigan (1985:7) berpendapat bahwa
membaca adalah proses kegiatan mencocokkan huruf atau melafalkan lambang-
lambang bahasa tulis. Batasan membaca tersebut dikenakan pada membaca level
yang paling rendah. Fiochiaro dan Bonono(1985:1 19) menyatakan bahwa
membaca adalah proses memahami arti/makna yang terkandung dalam bahasa
tulis. Batasan itu lebih tepat dikenakan pada membaca literal.
Menurut Harras dan Sulistianingsih (1997:1998), membaca merupakan
proses psikologis, sensori, perseptual, dan proses perkembangan keterampilan
berbahasa. Membaca sebagai proses psikologis, artinya adalah Kesiapan dan
kemampuan membaca sangat dipengaruhi dan berkaitan erat dengan faktor-faktor
yang bersifat psikis seperti motivasi, minat, latar belakang sosial ekonomi, serta
tingkat perkembangan diri, seperti inteligensi dan usia mental. Membaca sebagai
proses sensoris berarti bahwa membaca dimulai dari melihat atau meraba dengan
indera penglihatan dan perabaan. Membaca sebagai proses perseptual berarti
bahwa dalam membaca, persepsi dimulai dari melihat dan mendengar. Menurut
Vernon (1962), proses Perseptual dalam membaca terdiri atas empat bagian, yakni:
1. kesadaran akan rangsangan visual
2. kesadaran akan persamaan pokok untuk mengadakan klasifikasi umum
3. klasifikasi lambang-lambang visual untuk kata-kata yang ada dalam kelas Yang
umum

17
4. Identifikasi kata-kata yang dilakukan dengan jalan menyebutkannya.

E. Jenis-jenis Membaca

Tarigan (1985:11-13) membagankan jenis-jenis membaca sebagai berikut:


1. Membaca nyaring
2. Membaca dalam hati
A . Membaca Ekstensif
- Membaca survei
- Membaca sekilas
- Membaca dangkal

B . Membaca Intensif
- Membaca pemahaman
- Membaca kritis

BAB V
MEMBACA CEPAT

A. Definisi Membaca Cepat


Membaca cepat dan efektif yaitu membaca yang mengutamakan kecepatan
dan harus diikuti pula oleh peningkatan pemahaman terhadap bacaan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya membaca adalah proses yang
rumit dan kompleks. Kemampuan membaca itu adalah kemampuan yang spesifik,
yang menyebabkan setiap orang mempunyai kemampuan membaca yang berbeda
dengan orang lain.
B. Manfaat Membaca Cepat
Manfaat yang pertama yaitu memilih informasi yang penting dan tidak
penting. Manfaat kedua adalah menguasai suatu informasi yang penting dan
relevan. Manfaat yang ketiga adalah meningkatkan pemahaman.
C. Pola Dasar Membaca Cepat
Pada saat melakukan proses membaca, mata memiliki peran sebagai indera
yang digunakan untuk menangkap setiap kata dalam bacaan. Latihan kedua dalam
pola dasar yaitu mengenali kelompok kata atau bisa disebut frasa. Latihan ketiga
dalam pola dasar membaca cepat adalah fiksasi. Fiksasi sendiri dapat diartikan
sebagai sebuah proses berhentinya mata untuk mengenali kata.
D. Teknik Membaca Cepat
18
- Teknik scanning
- Teknik skimming
- Teknik previewing
E. Metode dan Mengukur Kecepatan Membaca
- Metode kosa kata
- Metode motivasi
- Metode gerak mata
BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan Isi Buku

Buku keterampilan bahasa reseptif ini membahas tentang kemampuan


berbahasa yaitu memcakup empat aspek yaitu menyimak, membaca, menulis,
berbicara.
Namun, pada buku keterampilan bahasa reseptif ini lebih membahas 2
aspek berbahasa, yaitu menyimak dan membaca karena dua aspek tersebut
merupakan kemampuan berbahasa yang bersifat reseptif sehingga sesuai dengan
bahasan pada buku ini.

Bahasan pada buku ini mencakup tentang definisi memyimak, jenis-jenis


menyimak, teknik falam menyimak sehingga dapat dikatakan sebagai penyimak
yang baik dan benar. Selain menyimak buku ini juga mencakup kemampuan
membaca yaitu apa definisi dari membaca, tujuan membaca, aspek dalam
membaca, jenis-jenis membaca, serta membaca cepat.

3.2 Penilaian Isi Buku

KELEBIHAN BUKU

Dari segi cover buku, buku ini sudah bagus dan menarik dilihat

Dari segi bahasa mudah dimengerti dan bahasa yang digunakan tidak terlalu berat

sehingga bisa di baca semua kalangan

Dari segi materi yang disampaikan sudah lengkap dan materi yang disampaikan

sesuai dengan judul buku yaitu keterampilan bahasa reseptif

PEMBANDINGAN KETIGA BUKU

19
Dari ketiga buku ini materi dari tiap bukunya mengandung inti yang sama
yaitu tentang penjelasan tentang keterampilan berbahasa reseptif yakni
kemampuan menyimak dan membaca dengan baik dan benar.
Namun yang menjadi pembeda buku ini adalah adanya beberapa materi
yang dibahas berbeda yakni pada buku pembanding 1 ada pembahasan tambahan
mengenai penggunaan tanda baca. Namun hal itu masih berkaitan pada materi
utamanya yaitu membaca. Dana pada buku pembanding 2 tampak tidak jauh beda
dengan buku utama, hanya saja cara penyampaian isi bukunya dengan versi
masing-masing
KELEMAHAN BUKU

Pada buku keterampilan bahasa reseptif ini memiliki kelemahan, yakni pada
bagian penulisan. Terdapat beberapa penulisan yang salah dan ada kata yang tidak
lengkap sehingga membuat penyampaian materi pada buku menjadi sedikit untuk
dipahami karena tidak lengkapnya kata pada buku.
Buku ini juga selain dari segi isi dan sampul buku, buku ini juga belum
termasuk resmi atau belum bisa di edarkan secara massal karena ketidak
lengkapan identitas buku yakni, ISBN, Penerbit buku. Buku ini hanya dapat di
edarkan di sekitar lingkungan FBS UNIMED saja.

Secara keseluruhan buku ini sudah bagus dan lengkap dalam materi-materi dalam
buku. Buku ini juga termasuk buku yang ringan untuk dibaca karena bahasa buku
mudah di pahami dan tidak berbelit-belit.
Meskipun ada beberapa kata dalam buku yang tidak pas yang membuat
penyampaian isi menjadi tidak maksimal, namun itu tidak menjadi penghalang
yang serius dalam penyampaian materi dal buku.

20
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Buku keterampilan bahasa reseptif ini adalah buku yang berisi tentang
keterampilan beebaha6yang bersifat reseptif yang mencakup aspek membaca dan
menyimak. Buku ini juga termasuk buku yang cukup ringan untuk dibaca karena
bahasa yang ada dalam buku termasuk mudah di pahami.

4.2 Saran

Buku ini sangat di sarankan bagi para siswa maupun mahasiswa untuk
meningkatkan kemampuan berbahasa reseptif nya sehingga dapat menjadi
penyimak yang baik dan kritis. Buku ini juga dapat di baca oleh kalangan dewasa
ataupun bagi orang yang ingin menambah wawasan untuk kemampuan berbahasa
reseptif nya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Febriana, ika dan Rosmaini,(2023); KETERAMPILAN BAHASA RESEPTIF.


Mahayanur; MEMBACA (suatu keterampilan reseptif).
Rohana & Syamsuddin ; keterampilan Bahasa Indonesia Pendidikan Dasar.

22

Anda mungkin juga menyukai