None 71510e69
None 71510e69
org
EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan, 19(1), 2021, 85-100
Naskah Diterima: 29 Mei 2020; Direvisi: 12 Februari 2021; Disetujui: 16 April 2021
Abstract
This paper aims to reveal the values of multicultural Islamic education which are implemented in
the tradition of the feast on marriage in Barumanis village, Rejang Lebong Regency, Bengkulu
Province. This research is qualitative research with a phenomenological approach. The research
informants consisted of community leaders, traditional leaders, and religious leaders in Barumanis
village. The data collection techniques used are passive participation observation and unstructured
interviews. To check the validity of the data, the technique of extension of observations and
triangulation of sources and data were used. Data analysis using the Miles and Huberman model.
The results showed that the values of multicultural Islamic education that are implemented in the
wedding festival tradition are, first, democratic values, which include freedom of expression,
adherence to manners, and the existence of equal rights. Second, humanistic values, which include
mutual respect, respect, and mutual assistance between one another in diversity. Third, pluralistic
value, which includes public awareness of diversity in differences and tolerance. The values of
multicultural Islamic education can become the glue of the unity of the Barumanis village
community so that harmony and peace are formed in diversity.
Keywords: Values; Multicultural Islamic Education; The tradition of festivity marriage
Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan nilai-nilai pendidikan Islam multikultural yang
diimplementasikan dalam tradisi kenduri nikah di desa Barumanis Kabupaten Rejang Lebong
Provinsi Bengkulu. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologis. Informan penelitian terdiri tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama desa
Barumanis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi passive participation dan
wawancara tidak terstruktur. Untuk mengecek keabsahan data digunakan teknik perpanjangan
pengamatan dan triangulasi sumber dan data. Analisis data menggunakan model Miles and
Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan Islam multikultural yang
diimplementasikan dalam tradisi kenduri nikah adalah pertama, nilai demokratis, yang mencakup
adanya kebebasan mengemukakan pendapat, adanya kepatuhan terhadap tata krama dan adanya
persamaan hak. Kedua, nilai humanistik, yang meliputi adanya sikap saling menghormati,
menghargai dan saling membantu antar sesama dalam keragaman. Ketiga, nilai pluralistik,
mencakup adanya kesadaran masyarakat tentang keragaman dalam perbedaan dan toleransi. Nilai-
nilai pendidikan Islam multikultural ini mampu menjadi perekat kesatuan masyarakat desa
Barumanis, sehingga terbentuk kerukunan dan kedamaian dalam keragaman.
Kata kunci: Nilai-nilai; Pendidikan Islam multikultural; Tradisi kenduri nikah
EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan, p-ISSN: 1693-6418, e-ISSN: 2580-247X
This is a open access article under CC-BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
SUTARTO, DEWI PURNAMA SARI
EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan, p-ISSN: 1693-6418, e-ISSN: 2580-247X | 86
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DALAM TRADISI KENDURI WALIMAH
DI DESA BARUMANIS
KAJIAN TEORI secara bahasa at-tarbiyah berarti
Memahami Nilai-nilai Penididkan Islam mengembangkan apa yang ada pada diri
Multikultural peserta didik, baik fisik, psikis, sosial maupun
spiritual. Al-Ta’lim berarti pengajaran. Shihab,
Ada tiga hal yang perlu dipahami terkait
M. Q, (2013) menjelaskan kata ta’lim atau
nilai-nilai pendidikan Islam multikultural,
yuallimu berarti mengisi benak peserta didik
yaitu nilai, pendidikan Islam dan multikultural.
dengan pengetahuan atau transfer of
Nilai adalah sesuatu yang abstrak namun
knowledge. Al-ta’dib berarti beradab atau
diyakini kebenaran dan manfaatnya bagi
bersopan santun. Al-ta’dib secara bahasa
seseorang atau sekelompok. Nilai dikatakan
bermakna pendidikan yang menekankan pada
abstrak karena tidak bisa raba dan dilihat
pembentukan ahklak (Abuddin Nata, 2016).
namun diyakini keberadaannya oleh seseorang
Berdasarkan pengertian tersebut dapat
atau sekelompok orang. Secara etimologi, kata
dipahami bahwa at-tarbiyah, al ta’lim dan al-
nilai berasal dari bahasa Latin, valu’ere, yang
ta’dib memiliki makna yang sama yaitu
berarti berdaya, diinginkan, sesuatu yang
dipandang baik, berguna, bermanfaat dan memiliki arti yang semakna dengan
pendidikan, namun memiliki penekanan yang
paling benar menurut keyakinan seseorang atau
berbeda-beda. At-tarbiyah mencakup semua
sekelompok orang (Adisusilo, S, 2013).
aspek dan mencakup di dalamnya ada al ta’lim
(Mulyana, R, 2011) mengartikan nilai sebagai
dan al-ta’dib. Sedangkan al ta’lim lebih
sesuatu yang dijadikan tolok ukur oleh
menekankan pada transfer of knowledge,
seseorang atau sekelompok orang dalam
sementara al-ta’dib lebih menekankan pada
bertingkah-laku. Nilai juga berarti segala
pendidikan akhlak.
sesuatu yang diyakini dan memberikan corak
dan menjadi tolok ukur dalam pemikiran Secara terminologi, pendidikan Islam
seseorang (Darajat, Z, 2012). (Al Munawwar, pada dasarnya upaya mengajak dan mendorong
S. A. H, 2011) menambahkan, nilai bukan manusia untuk hidup lebih maju berdasarkan
hanya mempengaruhi dan menjadi tolok ukur nilai-nilai kehidupan yang mulia menuju
seseorang dalam berpikir, tetapi sikap dan kepribadian sempurna (Fadhil al-Jamaly dalam
perilaku seseorang juga sangat dipengaruhi Suripto, S, 2018). Ahmad D. Marimba (dalam
oleh nilai-nilai yang dianut dan diyakini. Dana, M. A, 2020; Saepudin. J, 2019)
Penjelasan di atas memberikan pemahaman mengemukakan, pendidikan Islam merupakan
bahwa nilai adalah segala sesuatu yang upaya sadar yang dilakukan oleh guru untuk
diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang membimbing peserta didik, baik jasmani
dan kemudian mewarnai dan dijadikan tolok maupun rohani untuk membentuk insanul
ukur dalam berpikir, bersikap dan bertingkah- kamil. Menurut Toumy Al-Syaibany (dalam
laku. Machsun, T, 2017), pendidikan Islam adalah
upaya untuk mengubah tingkah laku individu
Pendidikan secara bahasa berasal dari
atau masyarakat berdasarkan nilai-nilai Islam.
kata “didik” yang berarti cara atau perbuatan
Sejalan dengan itu, Ramayulis, (2016)
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
mengemukakan bahwa, pendidikan Islam
2014).Dalam bahasa Yunani, kata pendidikan
adalah proses yang dilakukan dalam rangka
diistilahkan dengan “paedagogos”. Paedos
untuk mengembangkan potensi peserta didik
berarti anak dan gogos berarti membimbing,
berdasarkan ajaran Islam. Hal senada
paedagogos berarti membimbing anak
dikemukakan oleh Tafsir, A, (2011),
(Ramayulis, 2016). Dalam bahasa Inggris
pendidikan Islam pada hakikatnya merupakan
diistilahkan dengan “educational” yang berarti
upaya untuk membimbing dan
mengembangkan atau membimbing (Manser,
mengembangkan segala potensi manusia
H & Martin, H, 2011). Secara bahasa,
pendidikan berarti cara yang dilakukan, berdasarkan nilai-nilai keislaman.
mengembangkan atau membimbing. Dalam Mutikultural secara gramatikal berasal
Islam, ada beberapa istilah yang terkait dengan dari dua kata, multi dan cultural. Multi berarti
pendidikan, yaitu at-tarbiyah, al ta’lim dan al- beranekaragam atau banyak, dan cultural
ta’dib. Abuddin Nata, (2016) menjelaskan, berarti budaya (Masgnud, 2010). Multikultural
87 | EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan, p-ISSN: 1693-6418, e-ISSN: 2580-247X
SUTARTO, DEWI PURNAMA SARI
berarti beraneka ragam budaya (Pransiska. T, yang dominan, melainkan pendidikan yang
2019). Berbeda dengan multkulturalisme, lebih menekankan pada pengintegrasian semua
Amin Abdullah (dalam Rois, A, 2013; kelompok yang ada. Sejalan dengan itu, Paulo
Wibowo A. M, 2018). menjelaskan Freire (dalam Bukhori, I, 2018)
multikulturalisme merupakan suatu paham mengemukakan pendidikan multikultural
yang menekankan adanya kesetaraan budaya adalah pendidikan yang memberikan kasamaan
lokal dengan tidak mengabaikan eksistensi dan hak kepada semua kelompok, baik suku, ras,
hak-hak budaya lain. Rois, A, (2013) etnis, agama, budaya dan strata sosial. Menurut
mengatakan, multikulturalisme merupakan Sukardi, J. S dkk., (2019), ada beberapa nilai
suatu paham tentang keragaman budaya, inti dalam pendidikan multikultural, yaitu
dengan adanya pemahaman ini kemudian pertama, nilai demokratis atau kebebasan
muncul sikap saling menghargai, berekspresi tanpa paksaan. Kedua, nilai
menghormati, toleransi dan sebagainya. Jika humanisme, yaitu nilai berkaitan dengan
dikaitkan dengan pendidikan, maka pendidikan kemanusiaan, seperti saling menolong, saling
multikultural merupakan suatu proses membantu, saling menghargai dan sebagainya.
pendidikan yang menghormati dan menghargai Ketiga, nilai pluralisme, yaitu pengakuan
perbedaan budaya tradisi, etnis, aliran atau adanya kesetaraan, kemajemukan dan
agama. (Masgnud, 2010). (Baharun, H & perbedaan, seperti perbedaan agama, suku, ras,
Awwaliyah, R, 2017), mengemukakan, budaya dan sebagainya. Hal senada juga
pendidikan multikultural adalah pendidikan dikemukakan oleh Suryana, Yaya & Rusdiana
yang dilaksanakan dalam konteks keragaman H. A, (2015), nilai-nilai pendidikan
budaya. mulitikultural meliputi nilai perdamaian, nilai
inklusivisme, nilai toleransi, nilai humanisme
Berdasarkan beberapa konsep
dan nilai kebebasan.
sebagaimana dikemukakan di atas, dapat
dipahami bahwa nilai-nilai pendidikan Islam Berbicara tentang pendidikan
adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya dan multikultural, Islam sejak lima belas abad yang
bermanfaat dalam membimbing seseorang atau lalu sudah berbicara tentang pendidikan
sekelompok orang agar mendapatkan mutikultural. Nur, M, (2019), mengatakan ada
kehidupan yang lebih baik, jasmani maupun beberapa nilai-nilai yang dijadikan prinsip
rohani berdasarkan ajaran Islam. Dalam Islam, dasar dalam pendidikan Islam multikultural,
pendidikan erat kaitannya dengan tugas yaitu tentang persaudaraan atau ukhuwwah,
kekalifah-an manusia di muka bumi dan harus perdamaian atau shulhu, toleransi atau
dilaksanakan oleh setiap muslim. Oleh karena tasamuh, keadilan atau al-Adalah, demokrasi
itu, Islam memberikan prinsip-prinsip dasar atau al-Hurriyah dan kesetaraan atau al-
untuk dijadikan acuan dalam menjalankan Sawiyah. Hal senada dikemukakan oleh Aly,
pendidikan multikultural agar manusia dapat A, (2011), beberapa nilai ajaran Islam yang
mengembangkan potensinya dan saling dijadikan prinsip dasar dalam pendidikan Islam
mengenal dalam keragaman berdasarkan ajaran multikultural yaitu, prinsip kesetaraan,
Islam. demokrasi, keadilan, kebersamaan, kedamaian,
penerimaan dan pengakuan. Al Quran sebagai
Dilihat dari sejarahnya, konsep
sumber utama pendidikan Islam ditemukan
pendidikan multikultural pertama kali muncul
beberapa prinsip dasar pendidikan
di Amerika Serikat sebagai solusi untuk
multikultural. Misalnya Q.S al Syura: 38
mengatasi masalah pendidikan yang sangat
menjelaskan tentang prinsip dasar demokrasi,
diskriminatif. Pendidikan multikultural ini
Q.S surat al Hadid: 25, membicarakan masalah
dirancang sedemikian rupa untuk
kesetaraan, Q.S surat al A’raf: 181 berbicara
mengakomodir berbagai perbedaan budaya,
ras, suku, mengedepankan nilai kesamaan dan tentang prinsip dasar keadilan, Q.S surat Ali
demokrasi. (Rois, A, 2013).H.A.R, Tilaar, Imran: 103 berbicara tentang persaudaraan dan
Q.S surat al Kafirun: 1-6 berbicara tentang
(2012), mengemukakan pendidikan
prinsip dasar toleransi.
multikultural bukan memfokuskan pendidikan
untuk kelompok, ras, suku, agama dan kultur
EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan, p-ISSN: 1693-6418, e-ISSN: 2580-247X | 88
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DALAM TRADISI KENDURI WALIMAH
DI DESA BARUMANIS
Tradisi Kenduri Nikah selalu berkembang, diwariskan dari generasi ke
generasi berikutnya (Holilah, M, 2016).
Dalam kehidupan sehari-hari sering
Pembentukan dan perkembangan budaya
mendengar istilah tradisi dan budaya. Sebagian
dipengaruhi oleh banyak unsur, diantaranya
orang memberi makna yang sama antara tradisi
adalah sistem agama, politik, adat istiadat,
dan budaya. Secara bahasa kata tradisi berasal
bangunan, seni dan Bahasa (Suhendroyono, S
dari kata traditium, yang berarti segala sesuatu
& Novitasari, R, 2016). Hal ini lah yang
yang diwariskan atau ditransmisikan dari masa
menyebabkan budaya antara daerah yang satu
lalu, dan sampai sekarang masih ada (Rodin,
dengan lainnya berbeda-beda, karena dibentuk
R, 2013). Dalam Kamus besar Bahasa
dan dikembangkan oleh unsur yang berbeda-
Indonesia, tradisi diartikan adat istiadat yang
beda.
dilaksanakan oleh masyarakat sebagai warisan
dari nenek moyang. Piotr Sztompka (dalam Berdasarkan beberapa definisi tradisi
Wojciechowska, M, 2016) mendefinisikan atau kebiasaan dan budaya sebagaimana
tradisi sebagai ide atau segala benda yang dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa
bersumber dari masa lalu dan masih ada tradisi merupakan segala sesuatu yang
sampai sekarang. Menurut Soerjono Soekamto dilakukan oleh sekelompok orang secara
(dalam Sudirman, M, 2019), tradisi yaitu berulang-ulang dan diwariskan secara turun
semua kegiatan yang dijalankan secara temurun. Sedangkan budaya adalah cara hidup,
berulang-ulang oleh sekelompok masyarakat. hasil cipta, karya dan karsa sekelompok orang.
Hal senada dikemukakan oleh Coomans, M Tradisi dan budaya saling berkaitan. Budaya
(dalam Thohiri, M. K, 2018), tradisi tanpa dilakukan secara berulang-ulang, lama
merupakan perilaku sekelompok masyarakat kelamaan budaya tersebut akan punah.
yang dilakukan secara berulang-ulang dan Sedangkan tradisi yang dilakukan oleh
merupakan warisan nenek moyang. Dalam sekelompok orang pada umumnya adalah
litartur Islam, ada kata yang semakna dengan budaya sekelompok masyarakat itu sendiri.
tradisi adalah ‘urufdan ‘adat jama’iya.‘uruf Kenduri kawin atau kenduri perkawinan
yaitu kebiasaan yang dilakukan secara atau di sebagian daerah mengistilahkan dengan
berulang-oleh oleh mayoritas sekelompok walimatulu’rs atau walimatunnikah (Pulungan,
orang. Sedangkan ‘adat jama’iyah merupakan K. S, 2019). Dalam Kamus Besar Bahasa
kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok Indonesia kenduri berarti jamuan makan guna
orang secara berulang-ulang. Bila dicermati memperingati peristiwa penting atau meminta
secara sekasa, penekanan pada makna ‘uruf berkah (Departemen Pendidikan dan
adalah kebiasaan tersebut dilakukan oleh Kebudayaan, 2014). Masyarakat Jawa sering
mayoritas sekelompok orang, namun pada menyebut kenduri dengan istilah kenduren atau
tradisi hanya dilakukan oleh sekelompok orang selamatan, atau bancaan makan (Siswayanti,
secara berulang-ulang. Sekelompok orang N, 2018). Secara historis, kenduri
belum tentu menunjukkan mayoritas sesungguhnya sudah ada sejak zaman dulu
sekelompok orang. sebelum masuknya Islam ke nusantara.
Berbeda dengan budaya, budaya dalam Kenduri nikah atau kenduri perkawinan atau
bahasa Sansekersta disebut buddhaya, dalam walimatulu’rs pada hakikatnya merupakan
bahasa Inggris dikenal dengan istilah culture, jamuan makan sebagai ungkapan rasa syukur
dalam bahasa Laitin disebut colere dan dalam kepada Yang Maha Kuasa atas nikmat dan
bahasa Belandadisebut dengan cultuur, yang berkah yang di berikan. Kenduri nikah juga
berarti budi atau peradaban. Budaya juga bisa dimaksudkan untuk memberitahu kepada
bermakna mengolah (Elly.M dkk., 2011). khalayak pasangan tersebut sudah resmi
Kusniyati, H & Sitanggang, N. S. P, (2016) menjadi suami istri. Di samping itu juga ada
menjelaskan, budaya merupakan semua hasil nilai kemanusiaan, yaitu dijadikan sebagai
cipta dan karsa manusia atau sekelompok salah satu media untuk bersilaturahmi di antara
manusia yang diwariskan dari generasi yang sesama.
satu ke generasi berikutnya. Budaya juga
diartikan cara hidup sekelompok orang dan
89 | EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan, p-ISSN: 1693-6418, e-ISSN: 2580-247X
SUTARTO, DEWI PURNAMA SARI
EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan, p-ISSN: 1693-6418, e-ISSN: 2580-247X | 90
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DALAM TRADISI KENDURI WALIMAH
DI DESA BARUMANIS
pertimbangan yang peneliti gunakan adalah mengelompokkan data yang diperoleh sesuai
informan yang paling mengerti dan memahami dengan masalah penelitian dan membuang data
masalah penelitian. Teknik pengumpulan data yang tidak diperlukan. Kedua, penyajian data,
yang digunakan adalah observasi passive yaitu menyajikan data dalam bentuk tek
particioation dan wawancara tidak terstruktur. naratif. Ketiga, penarikan kesimpulan.
Sugiono, (2018) menjelaskan, observasi
passive particioation adalah teknik HASIL DAN PEMBAHASAN
pengumpulan data di mana peneliti datang ke Setting Sosial Budaya Masyarakat Desa
tempat informan melakukan kegiatan, peneliti Barumanis
hanya mengamati dan tidak ikut serta
melakukan kegiatan yang dilakukan oleh Desa Barumanis terletak di kaki Bukit
informan penelitian. Wawancara tidak Daun di Kecamatan Bermani Ulu Kabupaten
terstruktur adalah salah satu teknik Rejang Lebong Provinsi Bengkulu. Desa
pengumpulan data di mana peneliti tersebut berada pada 03° 24 55,78” LS dan
menggunakan pedoman wawancara, namun 102°13.32” BT dengan ketinggian +/- 1.200
hanya berupa garis-garis besar yang terkait meter di atas permukaan laut. Sebagian besar
dengan masalah penelitian (Nazir, Moh., atau sekitar 97% desa Barumanis merupakan
2015). Wawancara dilakukan dengan tokoh daerah perkebunan, dengan komoditas
masyarakat, pemuka agama, pemuka adat, utamanya adalah kopi, karet dan durian.
aparat desan dan tokoh pemuda desa Sementara 3% lainnya adalah lahan
Barumanis Kabupaten Rejang Lebong Provinsi persawahan dan kolam ikan(Profil Desa
Bengkulu. barumanis, 2018).
Untuk mendapatkan data yang kredibel, Pada awalnya, desa Barumanis bernama
peneliti menggunakan teknik perpanjangan desa air manis dan merupakan area perkebunan
pengamatan dan triangulasi. Perpanjangan teh yang dibangun oleh kolonoal Belanda pada
pengamatan dilakukan jika data yang diperoleh tahun 1927. Pada masa kolonial Belanda,
dari observasi sebelumnya dianggap belum orang-orang Jawa didatangkan ke desa
menjawab masalah penelitian, maka peneliti Barumanis untuk bekerja di perkebunan teh
kembali ke lokasi penelitian untuk melakukan dengan sistem kontrak. Para pekerja dari tanah
observasi kembali (Nazir, Moh., 2015). Jawa tinggal di bedengan milik perusahaan di
Triangulasi merupakan teknik pengujian pusat perkebunan teh yang terletak di
kredibilitas data yang dilakukan dengan Kampung Melayu. Bertahun-tahun masyarakat
pengecekan data melalui berbagai teknik jawa menjalani kehidupan sebagai buruh teh di
pengumpulan dan sumber data (Sugiono, desa tersebut sampai kemerdekaan Indonesai
2018). Triangulasi yang digunakan dalam diproklamasikan (Sali, M, Komunikasi Pribadi,
penelitian ini adalah triangulasi teknik dan 2019).
triangulasi sumber. Triangulasi teknik pada Setelah penjajah Belanda meninggalkan
dasarnya adalah teknik pengecekan kredibilitas Indonesia, sebagian besar masyarakat jawa
data penelitian dengan menggunakan beberapa tetap tinggal di desa Barumanis dan diizinkan
teknik pengumpulan data. Dalam penelitian ini membuka lahan perkebunan teh sebagai lahan
teknik pengumpulan data yang digunakan usaha masyarakat. Seiring dengan pergeseran
observasi passive particioation dan wawancara waktu, masyarakat desa Barumnais mengalih
tidak terstruktur. Triangulasi sumber fungsikan perkebunan teh menjadi perkebunan
merupakan teknik pengujian kredibilitas data kopi, karet, durian, dijadikan lahan persawahan
dengan cara mengecek data yang diperoleh dan kolam ikan seperti sekarang ini(Bastari,
melalui beberapa sumber (Sugiono, 2018). Komunikasi Pribadi, 2019).
Teknik analisis data yang digunakan Secara demografis, jumlah penduduk
adalah teknik analisis data model Miles and sekitar 2.171 jiwa dengan 758 Kepala
Huberman. Teknik analisis data model ini Keluarga. Jumlah pendudukan laki-laki sekitar
terdiri dari tiga langkah, yaitu: Pertama, 1.110 jiwa dan perempuan sekitar 1.059 jiwa.
reduksi data adalah memilih, merangkum dan Sebagian besar mata pencaharian penduduk
91 | EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan, p-ISSN: 1693-6418, e-ISSN: 2580-247X
SUTARTO, DEWI PURNAMA SARI
adalah petani, ada sebagai pedagang, peternak, Tradisi keagamaan masih dipegang-
Pegawai Negeri Sipil (PNS), karyawan dan teguh oleh sebagian besar masyarakat desa
buruh. Dilihat dari struktur masyarakatnya, Barumanis. Tradisi tersebut diwariskan secara
desa Barumanis termasuk desa multikultural, turun temurun dari generasi yang satu ke
karena masyarakat yang tinggal di desa generasi berikutnya. Di antara beberapa tradisi
tersebut terdiri bermacam suku, budaya, agama keagamaan yang masih tetap dilaksanakan oleh
dan keyakinan. Dari segi suku dan budaya masyarakat desa Barumanis adalah tradisi
masyarakat desa Barumanis,70% berasal dari selamatan, tradisi kenduri walimah, tradisi
suku Jawa, 25% Suku Rejang, dan 5% dari sedekah bumi, tradisi suroan, tradisi ziarah
suku Minang, Batak, Lembak, dan lainnya. kubur, tradisi keduri arwah dan tradisi
Dari segi agama dan keyakinan, masyarakat selamatan kelahiran bayi. Tradisi selamatan
desa Barumanis mayoritas atau sekitar 95% dilakukan ketika mendapatkan nikmat tertentu,
beragama Islam, 5% lainnya beragama Katolik, seperti menempati rumah baru, mendapatkan
Hindu dan Penganut Kepercayaan Sapto pekerjaan dan sebagainya. Tradisi kenduri
Darmo(Profil desa Barumanis, 2018). walimah adalah selamatan yang dilakukan oleh
Walaupun demikian, masyarakat desa masyarakat setempat setelah melangsungkan
Barumanis dapat hidup rukun, damai, saling pernikahan. Tradisi sedekah bumi biasanya
membantu, saling bekerja sama dan saling dilakukan setahun sekali setelah panen raya.
berdampingan antar suku, budaya dan Tradisi suroan adalah selamatan yang
pemeluk kepercayaan yang ada. Berdasarkan dilakukan untuk memperingati malam satu
catatan yang ada, di desa Barumanis belum suro. Tradisi kenduri arwah dilakukan pada
pernah terjadi konflik yang disebabkan oleh hari-hari tertentu kematian, seperti tiga hari,
perbedaan suku, budaya, agama dan tujuh hari, seratus hari dan seribu hari.
keyakinan. Sedangkan tradisi selamatan kelahiran
dilakukan apabila ada anggota keluarga yang
Kehidupan sosial masyarakat desa
baru melahiran(Sali, M, Komunikasi Pribadi,
Barumanis kebanyakan masih bersifat
2019).
tradisional, baik dalam interaksi sosial maupun
dalam pengembangan perekonomian(Sali, M, Tradisi kenduri kawin atau
Komunikasi Pribadi, 2019). Dalam melakukan walimatunnikah merupakan salah satu tradisi
interaksi sosial, masyarakat di desa Barumanis di desa Barumani Kecamatan Bermani Ulu
tidak ada batas-batas tertentu, antara satu Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu
dengan lainnya saling mengenal(Warsito, yang masih ada sampai sekarag. Tradisi ini
Komunikasi Pribadi, 2019).Kerja sama antar sudah dilaksanakan oleh masyarakat sejak
anggota masyarakat masih tinggi, pola berpuluh-puluh tahun yang lalu (Suryono,
interaksi bersifat kekeluargaan(Suryono, Komunikasi Pribadi, 2019). Kenduri nikah
Komunikasi Pribadi, 2019).Interaksi sistem biasanya dilaksanakan sesaat atau beberapa
kerja di masyarakat didasari oleh semangat hari setelah prosesi pernikahan. Kenduri nikah
gotong royong. Keakraban antar sesama dilaksanakan dengan tujuan sebagai ungkapan
anggota masyarakat sangat bagus. Pembagian rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas
tugas dalam kehidupan masyarakat seperti segala nikmat dan karunia yang telah
ketua panitia kenduri walimah, memimpin doa diberikan, sehingga acara prosesi pernikahan
dan tahlilan didasarkan pada tingkat usia bukan berjalan dengan lancar. Pada acara kenduri
keahlian(Bastari, Komunikasi Pribadi, 2019). nikah juga dipanjatkan doa agar rumah tangga
Begitu juga halnya dengan pengembangan kedua mempelai bahagia dan langgeng sampai
perekonomian kebanyakan masih dilakukan ke anak cucu. Selain itu. Kenduri nikah
secara tradisional. Hal ini terlihat dalam bertujuan untuk memberitahu kepada
pengolahan hasil perkebunan serti kopi, gula khalayak, bahwa pasangan tersebut sudah
aren dan pertanian seperti padi serta sayur- resmi menjadi suami istri. Selain itu, kenduri
sauran kebanyakan diolah secara tradisional nikah juga dijadikan sarana untuk menjalin
(Sali, M, Komunikasi Pribadi, 2019). silaturahmi dengan kerabat, saudara dan
masyarakat sekitar (Sali, M, Komunikasi
Pribadi, 2019).
EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan, p-ISSN: 1693-6418, e-ISSN: 2580-247X | 92
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DALAM TRADISI KENDURI WALIMAH
DI DESA BARUMANIS
Sebelum dilaksanakan acara kenduri untuk mengetahui nilai-nilai demokrasi dalam
nikah, ada beberapa rangkaian kegiatan yang kehidupan masyarakat, dapat dilihat dari
dilakukan oleh masyarakat yang akan sistem religi dan upacara keagamaan, sistem
melaksanakan acara tersebut. Rangkaian pengetahuan, kesenian dan bahasa, mata
kegiatan itu di antaranya adalah hantaran, rapat pencaharian dan sistem teknologi dan paralatan
pembentukan panitia, mendirikan tenda atau yang digunakan oleh masyarakat.
tarub, masak memasak makanan dan prosesi Tradisi kenduri nikah yang
akad nikah. Dalam kegiatan tersebut, kebiasaan dilaksanakan oleh masyarakat desa Barumanis
ahli rumah yang akan melaksanakan hajatan, erat kaitannya dengan sistem religi masyarakat
mengundang sanak saudara, famili dan seluruh setempat. Pelaksanaan tradisi kenduri nikah
masyarakat sekitar dengan tidak membedakan diiringi dengan beberapa kegiatan keagamaan,
suku, budaya, agama dan kepercayaan seperti membaca al Quran, marhaban, berdoa
(Suyono, Komunikasi Pribadi, 2019). Salah bersama dan dilaksanakan jauman makan
seorang tokoh masyarakat setempat bersama (Saring, Komunikasi Pribadi, 2019).
membenarkan hal tersebut, namun adakalanya Ada beberapa nilai demokrasi yang terdapat
orang yang beda agama dan keyakinan ada dalam tradisi kenduri nikah, di antaranya;
yang menghadiri dan ada yang tidak, Pertama, adanya kebebasan berkumpul dan
khususnya pada acara lamaran dan prosesi mengemukakan pendapat. Kebebasan
pernikahan, tetapi kebanyakan menghadiri berkumpul terlihat ketika masyarakat yang
acara kenduri nikah (Warsito, Komunikasi akan melaksanakan hajatan kenduri nikah
Pribadi, 2019).
mengundang sanak saudara dan masyarakat
untuk menghadiri acara hantaran, rapat panitia,
Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam
prosesi akad nikah, mendirikan tarub atau
Multkultural dalam Tradisi Kenduri Nikah
tenda, masak bersamaan dan mengadakan
Berdasarkan hasil penelitian, ada jamuan pernikahan. Dalam rapat pembentukan
beberapa nilai-nilai pendidikan Islam panitia, masyarakat diberi kebebasan untuk
multikultural yang diimplementasikan dalam menyampaikan pendapatnya untuk kebaikan
tradisi kenduri nikah, yaitu : dan kelancaran acara kenduri nikah (Bastari,
Nilai Demokrasi Komunikasi Pribadi, 2019).
93 | EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan, p-ISSN: 1693-6418, e-ISSN: 2580-247X
SUTARTO, DEWI PURNAMA SARI
nikah. Selain itu, masyarakat sekitar saling dalam rapat panitia dan berakhir setelah acara
bantu membantu dalam memasak makanan. kenduri nikah selesai. Panitia dibubarkan pada
Ada yang membawa beras, sayuran-sayuran, acara pembongkaran tarub atau tenda. Ketika
ayam dan sebagainya (Tumisem, Komunikasi ada warga yang akan melaksanakan kenduri
Pribadi, 2019). Sebagian masyarakat juga nikah, maka kepanitiaan tersebut dibentuk
saling bekerja sama dan saling membantu kembali. Struktur kepanitiaan tersebut terdiri
dalam mendirikan tarub atau tenda. Kerja dari Ketua Panitia, Wakil Ketua, Sekretaris,
sama dan saling membantu tersebut didasari Seksi Acara, Seksi Masak Memasak, Seksi
oleh semangat kekeluargaan, bukan atas dasar Hidangan, Seksi, Jamuan, Seksi Tamu, Seksi
paksaan. Masyarakat menyadari, setiap Keamanan dan Seksi Perparkiran (Bastari,
manusia pasti memerlukan bantuan orang lain. Komunikasi Pribadi, 2019). Di lihat dari aspek
”Hari ini orang lain yang mempunyai hajatan rotasi kepemimpinan kepanitiaan, maka dalam
untuk melaksanakan acara kenduri nikah, acara kenduri nikah ada nilai-nilai demokrasi.
besok atau lusa mungkin kita yang akan Kepanitiaan dipilih secara aklamasi dan
melaksanakan hajatan. Jika kita tidak acuh kesepakatan bersama. Warga masyarakat yang
terhadap kepentingan orang lain, maka orang terpilih, dengan suka rela melaksanakan tugas
lain akan tidak peduli terhadap kepentingan kepanitiaan sampai acara selesai.
kita (Suyono, Komunikasi Pribadi, 2019)”. Keenam, adanya toleransi dalam
Kesadaran masyarakat inilah yang menjadi perbedaan. Masyarakat desa Barumanis
salah satu faktor penyebab kerja sama dan merupakan masyarakat multiktural, yang
kebersamaan pada masyarakat desa khususnya
terdiri dari beberapa suku, budaya, agama dan
di desa Barumanis masih tetap lestari sampai aliran kepercayaan. Keragaman tersebut, bukan
sekarang. menjadi hambatan untuk saling toleransi antar
Keempat, adanya kesetaraan dan sesama. Toleransi antar sesama, terlihat dalam
persamaan hak. Kesetaraan dan persamaan hak pelaksanaan acara kenduri nikah. Hal ini
merupakan salah satu indikator jalannya terlihat dengan adanya sikap saling
prinsip-prinsip demokrasi dalam suatu negara menghormat dan menghargai antar kelompok
maupun masyarakat, termasuk dalam dan antar individu yang melaksanakan acara
pelaksanaan acara kenduri nikah di desa kenduri nikah. Walaupun berbeda suku,
Barumanis. Semua warga yang ada di sekitar budaya, daerah asal, agama dan kepercayaan,
tempat acara kenduri nikah, bahkan famili, kebanyakan masyarakat sekitar menghadiri
keluarga, kerabat, teman dan sahabat dari desa undangan dalam acara kenduri nikah yang
lain tanpa memperhatikan status ekonomi dan diselenggarakan oleh warga desa Barumanis
sosial diundang untuk menghadiri acara (Suyono, Komunikasi Pribadi, 2019).
kenduri nikah (Sali, M, Komunikasi Pribadi, Kehadiran masyarakat terebut merupakan salah
2019). Selain itu, warga desa Barumanis satu bentuk nyata adanya sikap toleransi antar
mempunyai hak yang sama dalam acara sesama.
kenduri nikah, tanpa membedakan suku, Berdasarkan hasil penelitian
bahasa, asal daerah termasuk agama dan sebagaimana dikemukakan di atas,
kepercayaan. Warga punya hak untuk menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan tradisi
melaksanakan acara kenduri nikah, punya hak kenduri nikah di desa Barumnais, terdapat
untuk dibantu, ditolong, dihormat dan
beberapa nilai demokrasi sebagai salah satu
sebagainya (Warsito, Komunikasi Pribadi, ciri adanya implementasi nilai-nilai pendidikan
2019). Islam multikultural. Nilai demokrasi tersebut
Kelima, adanya rotasi kepemimpinan. di antaranya adalah adanya jaminan kebebasan
Dalam acara kenduri walimah juga ada rotasi untuk berkumpul, adanya kepatuhan
kepemimpinan. Rotasi kepemimpinan ini masyarakat terhadap tata kerama, adanya kerja
terlihat dalam kepanitiaan kenduri nikah. sama, adanya kesetaraan dan persamaan,
Kepanitiaan dalam acara kenduri walimah di adanya rotasi kepemimpinan kepanitiaan, dan
desa Barumanis, biasanya dipilih secara adanya toleransi dalam perbedaan. Nilai-nilai
aklamasi berdasarkan kesepakatan masyarakat demokrasi tersebut sesungguhnya sudah ada
EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan, p-ISSN: 1693-6418, e-ISSN: 2580-247X | 94
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DALAM TRADISI KENDURI WALIMAH
DI DESA BARUMANIS
dan sudah diterapkan oleh masyarakat dalam Nisa’: 4, dan sebagainya. Salah satu bentuk
kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan amal soleh itu adalah berbuat baik terhadap
penjelasan Suacana, I. W. G, (2015), bahwa sesama manusia, seperti saling menghormati,
tradisi dan budaya masyarakat serat dengan saling menghargai, saling tolong menolong,
nilai-nilai demokrasi dan diwariskan secara menjaga perdamaian, menjaga persaudaraan,
turun temurun dari generasi yang satu ke toleransi, berjiwa rahmatan lil ’alamin dan
generasi berikutnya. Zuhro, 2009; Gaffat, sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa Islam
2004; Sorensen, 2003; Macris dan Brown, juga mengajarkan tentang nilai-nilai
1977, (dalam Suacana, I. W. G, 2015) juga humanistik. Nilai-nilai humanistik dalam Islam
menjelaskan indikator yang digunakan untuk merupakan humanistik teosentris yang
mengukur nilai-nilai demokrasi yang bersumber dari al Quran dan Sunnah.
berkembang dalam kehidupan masyarakat, di Humanistik dalam Islam tidak boleh
antaranya adalah adanya kebebasan berkumpul merendahkan manusia, dan tidak boleh juga
dan mengeluarkan pendapat, kepatuhan mendewakan manusia.
terhadap tata kerama, adanya semangat kerja Nilai-nilai humanistik teosentris sangat
sama, adanya kesetaraan dan penghargaan hak, diperlukan dalam masyarakat multikultural
adanya rotasi kepemimpinan dan adanya agar tercipta kedamaian dan ketentraman.
toleransi dalam perbedaan. Nilai-nilai humanistik ini bukan hanya ada
Menurut Prasisko, Y. G, (2019), di dalam tataran konsep, tetapi sudah
dalam adat istiadat, budaya tradisi, ritus, dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-
pengetahuan masyarakat memiliki nilai-nilai hari pada kehidupan masyarakat, termasuk
demokrasi yang punya andil sangat besar dalam melaksanakan suatu tradisi. Di desa
dalam masyarakat multikultural. Pembentukan Barumanis, nilai-nilai humanistik ini telah
sikap dan perilaku demokratis dalam setiap diimplementasikan oleh masyarakat dalam
individu, dipengaruhi oleh banyak faktor, di melaksanakan suatu tradisi, salah satu di
antaranya adalah pola asuh orang tua, antaranya adalah dalam melaksanakan tradisi
lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan kenduri nikah. Hasil penelitian menunjukkan
dan lingkungan masyarakat. Setiawan, A & ada beberapa nilai humanistik yang
Sulistiani, I. R, (2019), nilai-nilai budaya lokal diimplementasikan dalam tradisi kenduri
di samping memiliki nilai-nilai pendidikan, walimah, yaitu : pertama, toleransi. Toleransi
juga memiliki nilai yang penting dalam pada hakikatnya adalah sikap saling
membangun karakter demokratis peserta menghormati, menghargai dan tidak saling
didik. Selain itu, lingkungan pendidikan juga mengganggu antar sesama dan antar kelompok
memiliki peran yang sangat penting dalam yang berbeda suku, budaya, bahasa, agama dan
mengembangkan pemahaman, sikap dan keyakinan. Hal ini sesuai dengan ungkapan
perilaku demokrasi. Oleh karena itu, dalam yang disampaikan oleh salah seorang tokoh
dunia pendidikan, perlu dikembangkan agama desa Barumanis yang menyatakan
kebebasan berpendapat dan berkarya, adanya bahwa “walaupun berbeda agama dan budaya,
persamaan, adanya penghormatan terhadap masyarakat sangat toleran. Dalam kenduri
martabat individu (Irawan, I & Hermawan, D, walimah ini, sangat terlihat sekali sikap
2019). toleransi masyarakat, walaupun yang punya
hajatan kenduri walimah tersebut berbeda
Nilai Humanistik
suku, budaya, agama atau kepercayaan,
Islam dikenal sebagai agama yang sangat masyarakat tetap menghormati dan tidak saling
humanis, bahkan tauhid sebagai dimensi mengganggu (Saring, 2019)”. Senada dengan
transendental tidak bisa dipisahkan dengan itu Sali, M, (Komunikasi Pribadi, 2019) juga
dimensi sosial. Kesempurnaan ketauhidan mengatakan “sikap toleransi itu juga
seseorang sangat ditentukan oleh diwujudkan dalam bentuk sikap menghadiri
kesempurnaan kesolehan sosial. Banyak undangan kenduri nikah (Sumarno,
ditemukan ayat dalam al Quran yang Komunikasi Pribadi, 2019).
menyandingkan antara iman dan amal soleh,
misalnya Q.S surat al Asr:1-3, Q.S surat an
95 | EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan, p-ISSN: 1693-6418, e-ISSN: 2580-247X
SUTARTO, DEWI PURNAMA SARI
EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan, p-ISSN: 1693-6418, e-ISSN: 2580-247X | 96
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DALAM TRADISI KENDURI WALIMAH
DI DESA BARUMANIS
tidak menimbulkan konflik, yaitu tidak boleh Melalui tulisan ini, saya ucapkan terima
saling memaksakan keyakinan, memberi kasih yang sebesar-besarnya kepada pimpinan
kebebasan orang yang berbeda agama dan redaksi beserta tim, Jurnal Edukasi: Jurnal
keyakinan untuk melaksanakan ibadah sesuai Penelitian Pendidikan dan Keagamaan
dengan agama dan keyakinannya, harus ada Kementerian Agama Republik Indonesia.
sikap saling menghargai dan menghormati Ucapan terima kasih juga saya ucapkan kepada
(Abidin, A. A, 2018). Rektor IAIN Curup, Bapak Nursolihin, Ph.D
selaku reviewer penelitian ini yang telah
Menurut Ismail, F, (2016), untuk
memberikan bimbingan dan masukan untuk
menciptakan kerukunan antar umat beragama,
kesempurnaan penelitian ini. Selian itu, ucapan
maka pluralisme harus diwujudkan dalam
terima kasih juga penulis sampaikan kepada
bentuk toleransi, yaitu sikap saling menghargai
tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh adat
dan saling menghormati. Selain itu, untuk
desa Barumanis yang telah memberikan data
menjaga agar kerukunan tetap terjaga, maka
sikap setuju dalam perbedaan atau agree in untuk menjawab masalah penelitian ini.
disagreement terhadap agama atau Semoga semuanya dibalas oleh Allah dengan
kepercayaan lain perlu dikembangkan. Hal balasan yang berlipat ganda. Amiin.
senda juga dikemukakan oleh Hasanah, A,
DAFTAR PUSTAKA
(2018), ada nilai etik inti yang harus dimiliki
dan dikembangkan oleh setiap individu agar Abidin, A. A. (2018). Pluralisme Agama dan
muncul sikap pluralistik, yaitu kepedulian, rasa Implementasi Pendidikan Multikultural
hormat, keadilan, tanggung jawab dan dalam Mewujudkan Konsep Masyarakat
kejujuran. Jika nilai etika inti ini sudah dimiliki Madani di Indonesia. Proceedings of
oleh setiap anggota masyarakat, maka akan Annual Conference for Muslim Scholars,
terbentuk karakter individu yang menghargai Series 2, 937–948.
perbedaan dan sikap toleransi. Abuddin Nata. (2016). Ilmu Pendidikan Islam.
Kencana.
PENUTUP
Adisusilo, S. (2013). Pembelajaran Nilai-nilai
Nilai-nilai pendidikan Islam Karakter. Rajawali Press.
multikultural mampu menjadi perekat
kesatuan masyarakat desa Barumanis, sehingga Ahsantudhoni, A. (2019). Paradigma
terbentuk kehidupan yang rukun dan damai Multikulturalisme dan Pengembangan
dalam perbedaan suku, budaya, agama dan Kurikulum PAI. MIYAH: Jurnal Studi
aliran kepercayaan. Nilai-nilai pendidikan Islam, 14(12), 1–13.
Islam multikultural yang diimplementasikan Al Munawwar, S. A. H. (2011). Aktualisasi
dalam tradisi kenduri nikah tersebut adalah ; Nilai-nilai Qurani dalam Sistem
pertama, nilai demokratis, yang mencakup Pendidikan Islam. Ciputat Perss.
adanya kebebasan berkumpul dan
mengemukakan pendapat, adanya kepatuhan Alam, M. (2018). Studi Penerapan Pendidikan
terhadap tata kerama, adanya semangat kerja Agama Islam Berbasis Multikultural di
sama, adanya kesetaraan dan persamaan hak, Institut Agama Islam negeri (IAIN)
adanya rotasi kepemimpinan dan sikap Kerinci. Tadrib, 4(2), 319–334.
toleransi dalam perbedaan. Kedua, nilai Aly, A. (2011). Pendidikan Islam Multikultural
humanistik, yang meliputi adanya saling di Pesantren, Telaah terhadap
menghormati, menghargai, kerja sama dan Kurikulum Pondok Pesantren Modern
saling membantu antar sesama dalam Islam Assalaam Surakarta. Pustaka
keragaman. Ketiga, nilai pluralistik, mencakup Pelajar.
adanya kesadaran masyarakat tentang adanya
keragaman dalam perbedaan. Kesadaran ini Aly, A. (2017). Studi Deskriptif Tentang Nilai-
menimbulkan sikap kepedulian, tanggung Nilai Multikultural dalam Pendidikan di
jawab dan hidup rukun dalam perbedaan. Pondok Pesantren Modern Islam
Assalaam. Jurnal Ilmiah Pesantren, 1(1
UCAPAN TERIMAKASIH Januari).
97 | EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan, p-ISSN: 1693-6418, e-ISSN: 2580-247X
SUTARTO, DEWI PURNAMA SARI
EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan, p-ISSN: 1693-6418, e-ISSN: 2580-247X | 98
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DALAM TRADISI KENDURI WALIMAH
DI DESA BARUMANIS
Masgnud. (2010). Pendidikan Multikultural: Rois, A. (2013). Pendidikan Islam
Pemikiran dan Upaya Implementasinya. multikultural: Telaah Pemikiran
Idea Press. Muhammad Amin Abdullah. Epistemé:
Moleong, L. J. (2014). Metode Penelitian Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman,
Kualitatif. Remaja Rosdakarya. 8(2), 301–322.
Sali, M. (2019). Wawncara cengan M.Sali, 03
Mulyana, R. (2011). Mengartikulasikan
Pendidikan Nilai. Alfabeta. Oktober.
Nazir, Moh. (2015). Metode Penelitian. Ghalia Saring. (2019). Wawancara dengan Saring, 03
Indonesia. Oktpber.
Nur, M. (2019). Nilai-nilai Pendidikan Agama Saepudin, J. (2019). Pendidikan Agama Islam
Islam dalam Konsep Pendidikan Pada Sekolah Berbasis Pesantren: Studi
Multikultural. el-Buhuth: Borneo Kasus Pada SMP Al Muttaqin Kota
Journal of Islamic Studies, 2(1), 1–7. Tasikmalaya. Edukasi, 17(2), 294537.
Setiawan, A, & Sulistiani, I. R. (2019).
Pettalongi, S. S. (2013). Islam dan Pendidikan Pendidikan Nilai, Budaya Dan Karakter
Humanis dalam Resolusi Konflik Sosial. Dalam Pembelajaran Matematika Dasar
Cakrawala Pendidikan, 2, 95–142. Pada SD/MI. Elementerls: Jurnal Ilmiah
Pransiska, T. (2020). Model Pendidikan Pendidikan Dasar Islam, 1(1), 41–56.
Multikultural di Panti Asuhan Mizan Shihab, M. Q. (2013). Tafsir Al Quran Al
Amanah Yogyakarta: Prototip Karim: tafsir atas Surat-surat Pendek
Pendidikan Ramah Anak. EDUKASI: Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu.
Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Pustaka Hidayah.
Keagamaan, 18(1), 70-83.
Siswayanti, N. (2018). Mengenal Masjid
Prasisko, Y. G. (2019). Bemokrasi Indonesia Nahdliyin dalam Peranan Masjid Jami
dalam Masyarakat Multikultural. Kajen. Jurnal Bimas Islam, 11(2), 277–
Waskita: Jurnal Pendidikan Nilai dan 300.
Pembangunan Karakter, 3(1), 1–12.
Suacana, I. W. G. (2015). Nilai-nilai dan
Pulungan, K. S. (2019). Hukum Memberi Parameter Demokrasi dalam Kehidupan
Karangan Bunga pada Walimatul Ur’s Masyarakat Bali. Jurnal Kajian Bali
(Studi terhadap Pandangan Majelis (Journal of Bali Studies), 5(1).
Ulama Indonesia (MUI) Kab. Rokan
Hulu). HUKUMAH: Jurnal Hukum Sudirman, M. (2019). Tradisi Mappasikarawa
dalam Pernikahan Adat Bugis. Ash
Islam, 2(2), 51–69.
Shahabah, 5(1), 9–100.
Tim Penyusun. (2018). Profil desa Barumanis
Kecamatan Bermanu Ulu Kabupaten Sugiono. (2018). Metode Penelitian
Rejang LebongProvinsi Bengkulu Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatig dan R & D. Alfabeta.
Ramayulis. (2016). Ilmu Pendidikan Islam.
Kalam Mulia. Suhendroyono, S, & Novitasari, R. (2016).
Pengelolaan Wisata Alam Watu Payung
Rodin, R. (2013). Tradisi Tahlilan dan sebagai Ikon Wisata Berbasis Budaya di
Yasinan. IBDA: Jurnal Kajian Islam dan Gunungkidul Yogyakarta.
Budaya, 11(1), 76–87. Kepariwisataan: Jurnal Ilmiah, 10(1).
Rofiq, A, & Muqfy, H. (2019). ., &. (2019). Sukardi, J. S, Hanum, F, Dwiningrum, S. I. A,
Analisis Pendidikan Islam Multikultural & Efianingrum, A. (2019). Cultural
sebagai Pemersatu Bangsa. , 1(1), 134- Understanding of the Students for
147. MANAGERE: Indonesian Journal Multicultural Education in the
of Educational Management, 1(1), 134– University. KnE Social Sciences, 358–
147. 366.
99 | EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan, p-ISSN: 1693-6418, e-ISSN: 2580-247X
SUTARTO, DEWI PURNAMA SARI
EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan, p-ISSN: 1693-6418, e-ISSN: 2580-247X | 100