Anda di halaman 1dari 8

Disusun oleh kelompok 10:

1. Aulia Rezi (22010082)


2. Ummu Salamah (22010083)

TEORI-TEORI PEMBENARAN DALAM FILSAFAT ILMU

A. Fondasionalisme
Fondasionalisme adalah teori pembenaran yang menyatakan bahwa suatu
klaim kebenaran pengetahuan untuk dapat dipertanggungjawabkan secara rasional
yang perlu didasarkan atas suatu fondasi atau basis yang kokoh secara jelas dengan
sendirinya.
Aliran fondasionalisme versi ketat menuntut agar kepercayaan dasar yang
menjadi fondasi pembenaran pengetahuan merupakan suatu kepercayaan yang tidak
dapat keliru, tidak dapat diragukan, dan tidak dapat dikoreksi. Suatu kepercayaan
dipandang tidak dapat keliru kalau dipandang mustahil bahwa orang yang memegang
kepercayaan itu melakukan kekeliruan, sedangkan kepercayaan dipandang tidak
dapat diragukan kalau dipandang mustahil untuk meragukan kebenarannya.
Tuntutan fondasionalisme versi ketat tentang syarat yang harus dipenuhi agar
suatu kepercayaan dapat diterima sebagai kepercayaan dasar dan dengan demikian
dapat menjadi fondasi bagi semua kepercayaan lain, yakni bahwa kepercayaan
tersebut kebenarannya jelas dengan sendirinya, tidak dapat diragukan, dan tidak dapat
dikoreksi dalam praktek mustahil bisa terpenuhi.
Para fondasionalis membedakan antara kepercayaan dasar dan kepercayaan
simpulan. Kepercayaan dasar adalah kepercayaan yang sudah jelas dengan sendirinya
atau dapat membenarkan dirinya sendiri, sehingga dapat dijadikan sebagai fondasi
bagi pembenaran kepercayaan-kepercayaan lain yang bersifat simpulan, sedangkan
kepercayaan simpulan adalah kepercayaan yang disimpulkan dari satu atau lebih
kepercayaan dasar.
Alasan pokok bagi para fondasionalis mengapa harus ada ke suatu
kepercayaan dasar yang bisa dijadikan sebagai fondasi pembenaran pengetahuan
adalah karena tanpa itu apa yang disebut argumen penarikan mundur terus-menerus
(infinite regress argument).

1
Salah satu kekuatan teori fondasionalisme adalah perjangkaran empirisnya
pada pengalaman (baik indrawi maupun introspektif) sebagai sumber informasi
pengetahuan kita tentang dunia ini dan pembenarannya. Seperti sudah kita tegaskan
pada bab tentang pengalaman indrawi sebagai makhluk jasmani, Indra kita
merupakan satu-satunya pintu gerbang bagi kita untuk memperoleh informasi dari
luar diri kita yang mana fondasionalisme juga mempunyai daya tarik tersendiri.
Fondasionalisme sesungguhnya mengandung beberapa persoalan, pertama,
fondasionalisme versi ketat atau garis keras dengan tuntutannya bahwa hanya
kepercayaan yang tidak mungkin keliru, yang jelas dengan sendirinya, mustahil
diragukan boleh menjadi kepercayaan dasar, dan bahwa ikatan antara kepercayaan
lain dengan kepercayaan dasar harus bentuk implikasi logis atau induksi penuh.
Kedua, pembedaan dan bahkan pemisahan secara tegas antar kepercayaan
dasar dan kepercayaan simpulan dalam kenyataan tidak tanpa kesulitan, apa yang
diklaim sebagai kepercayaan dasar tidak selalu kebenarannya sudah jelas dengan
sendirinya bagi setiap orang. Kalau ukurannya adalah yang memiliki probabilitas
kebenaran tinggi dibandingkan dengan kepercayaan lain, orang yang masih bisa
bertanya apa dasarnya untuk menentukan tingkat probabilitas tersebut.
Kalau dijawab berdasarkan praktek yang sampai sekarang berjalan dan sudah
diterima kebenarannya oleh masyarakat umum, bukankah apa yang diklaim sebagai
kepercayaan dasar sebenarnya tidak demikian, karena didasarkan atas pengandaian
lain dan bukan sesuatu yang kebenarannya sudah jelas dengan sendirinya atau dapat
membenarkan dirinya sendiri? Apa yang diklaim sebagai kepercayaan dasar dan
kebenarannya sudah jelas dengan sendirinya dan tidak dapat diragukan lagi.
Ketiga, argumen penarikan mundur terus-menerus yang dijadikan sebagai
alasan pokok bagi fondasionalisme untuk perlu adanya kepercayaan dasar sebagai
fondasi bagi kepercayaan-kepercayaan yang lain, bukankah argumen yang konslusif,
karena argumen itu mengasumsikan bahwa alasan-alasan untuk memegang suatu
kepercayaan membentuk semacam rangkaian yang harus berhenti.
Alternatif yang pertama dan kedua tersebut tidak menghabiskan seluruh
kemungkinan-kemungkinan yang sudah tersedia dalam penjelasan ini, masih
mungkin ada alternatif ketiga, yakni bahwa tidak perlu harus ada rangkaian alasan
dan bahwa alasan yang melingkar selalu merupakan lingkaran setan.

2
B. Koherentisme
Epistemolog memilih teori pembenaran yang lain karena teori
fondasionalisme mengandung kelemahan yang sulit dihindari dan teori itu adalah
teori koherentisme. Teori koherentisme adalah seluruh kepercayaan yang mempunyai
kedudukan epistemik yang sama sehingga tidak perlu ada pembedaan antar
kepercayaan dasar dan kepercayaan simpulan. hal ini tidak didasarkan atas suatu
fondasi berupa kepercayaan sendiri atau kebenaran yang tidak dapat diragukan lagi.
Kalau gambar dasar bagi teori pembenaran fondasionalisme adalah sebuah
hierarki atau bangunan rumah bertingkat, sedangkan gambaran dasar bagi teori
pembenaran koherentisme adalah sebuah sistem jaringan yang terbuat dan
memperoleh kekuatannya dari berbagai kepercayaan yang saling mendukung antar
satu sama lain.
Koherentisme garis besar menuntut bahwa suatu sistem jaringan kepercayaan
disebut koheren, bukan hanya komponen kepercayaan yang bentuknya konsisten satu
sama lain, tetapi juga jika mereka secara logis saling mengimplikasikan, sedangkan
koherentisme garis lunak berpandangan bahwa suatu sistem jaringan kepercayaan
disebut koheren jika komponen kepercayaan yang menjadikan sistem jaringan
kepercayaan itu lebih dari sekedar konsisten satu sama lain.
Semakin banyak kepercayaan yang menjadi komponen sistem jaringan
kepercayaan itu dapat saling mengandaikan, semakin tinggi tingkat koheren sistem
tersebut, dan semakin banyak komponen kepercayaan yang tidak bisa dijelaskan
berdasarkan komponen lain dalam sistem semakin rendah tingkat koheren sistem itu.
Koherentisme holistik tidak bersifat linear. Suatu kepercayaan tidak
memperoleh pembenaran epistemik melulu dari kepercayaan lain, tetapi juga dengan
memainkan peran penting dalam keseluruhan sistem kepercayaan. Para penganut
koherentisme umumnya menolak koherentisme linear dan memeluk koherentisme
holistik.
Dalam koherentisme holistik, kepercayaan yang dipersoalkan dasar
pertanggungjawabannya ditempatkan dalam keseluruhan sistem kepercayaan yang
berlaku dan dilihat apakah koheren dengannya atau tidak. Prinsip kerja koherentisme
holistik sama dengan cara berdasarkan berbagai kejadian atau petunjuk kunci (clues)
yang berbeda-beda.

3
Ada 4 macam keberatan atau kritikan yang bisa dikemukakan sebagai kritik
terhadap teori pembenaran. Pertama, keberatan atau kritikan berdasarkan
argumentasi isolasi atau keberatan berdasarkan sistem tandingan. Argumentasi isolasi
adalah alasan untuk berkeberatan pada koherentisme. teori pembenaran ini sepertinya
mengisolasi diri dari kenyataan dunia. Kenapa bisa argumen isolasi disebut dengan
keberatan pada adanya sistem pertandingan yang sama-sama koheren secara internal.
Berdasarkan koherensi saja belum bisa ditentukan, mana diantara dua sistem
tandingan itu yang benar atau paling mendekati kebenaran. Dapatkah teori
pembenaran koherentisme memberi tolak ukur untuk membedakan antara sistem yang
benar dan sistem yang salah? Kalau tidak, lalu bagaimana suatu kepercayaan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya?
Kedua, keberatan atau kritikan yang tidak adanya masukan dari dunia luar.
Koherentisme melulu terdiri dari serangkaian kepercayaan secara internal saling
berhubungan dan saling mendukung, tetapi tidak mempunyai tolak ukur untuk
menilai seberapa jauh kepercayaan itu merujuk kenyataan sesungguhnya di dunia
luar. Dengan kata lain, yang kurang adalah masukan dari dunia luar. Sistem
kepercayaan yang memadai harus didasarkan atas kepercayaan pada pengamatan itu.
Ketiga, keberatan atau kritikan berdasarkan alasan penarikan mundur terus-
menerus tanpa batas. Seperti sudah dikemukakan di atas, bagi fondasionalis, kalau
hanya ada kepercayaan dasar sebagai fondasi untuk kepercayaan-kepercayaan lain
yang diturunkan atau dibangun atasnya, maka keberatan berdasarkan alasan penarikan
mundur terus-menerus tanpa batas itu dapat dihindarkan. Prosedur pembenaran itu
tetap jatuh ke dalam kelemahan penarikan mundur terus-menerus tanpa batas.
Keempat. Keberatan atau kritikan berdasarkan kenyataan bahwa bukan hanya
koherensi itu tidak mencukupi, tetapi bahkan dalam situasi tertentu suatu kepercayaan
dapat dibenarkan tanpa harus koheren dengan kepercayaan-kepercayaan lain
sebelumnya yang sudah dianggap benar. Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa
setiap revolusi dalam perkembangan pengetahuan selalu menguat unsur penerimaan.
Berbeda dengan keberatan atau kritikan yang pertama, kedua, dan ketiga,
kritik atau kebenaran keempat juga masih mempertanyakan keniscayaan perlunya
konsistensi sebagai dasar pembenaran. Keberatan atau kritikan ini sering disebut
sebagai paradoks lotre.

4
C. Internalisme
Internalisme adalah pandangan bahwa orang selalu dapat menentukan dengan
melakukan introspeksi diri apakah kepercayaan atau pendapatnya dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara rasional atau tidak. Motivasi yang
mendorong orang untuk menganut internalisme adalah bahwa manusia sebagai
makhluk rasional secara prima facie kita menjadi tergolong sebagai orang yang tidak
mempunyai tanggung jawab.
Kalau keharusan untuk memberi pertanggungjawaban rasional itu diterima
kemungkinannya, maka, menurut para internalis, manusia juga memiliki akses ke
persyaratan yang menentukan apakah suatu kepercayaan atau pendapat yang dia
pegang dapat dibenarkan atau tidak. Dengan introspeksi diharapkan orang bukan
hanya dapat mengetahui apa yang menjadi kepercayaan atau pendapatnya, tetapi juga
mengapa dia memegang kepercayaan atau pendapat tersebut.
Internalisme garis keras meyakini bahwa pikiran manusia yang terlatih baik
dapat memiliki akses kognitif introspektif yang tidak dapat keliru, misalnya dalam hal
intuisi akal budi akan dunia ide-ide. Dalam sejarah filsafat modern, eksistensi diri,
eksistensi Tuhan, dan realitas dunia luar pikiran manusia mempunyai gagasan yang
begitu jelas dan terpilah-pilah, sehingga tidak mungkin dapat diragukan lagi
kebenarannya.
Internalisme garis lunak adalah pandangan bahwa kendati mungkin orang
tidak secara introspektif mempunyai akses kognitif yang tidak dapat keliru atau tidak
mungkin diragukan lagi ke persyaratan yang menentukan apakah suatu kepercayaan
dapat dibenarkan atau tidak. suatu kepercayaan yang memiliki alasan yang masuk
akal bagi orang yang memiliki kondisi psikologis yang sehat.
Tanggung jawab epistemik untuk mencari dan menemukan kebenaran dengan
selalu berusaha mempertanggungjawabkan secara rasional setiap kepercayaan atau
pendapat yang dipegang analog dengan tanggung jawab moral. Keduanya berakar
pada kewajiban.
Hubungan antara kendali atau kehendak bebas kita dan kepercayaan yang
dalam kenyataan kita pegang merupakan soal yang cukup kompleks untuk secara luas
dibahas di sini, sungguhkah kita mempunyai kendali langsung atas tentang bagaimana
kita sampai memperoleh dan memegang suatu kepercayaan atau pendapat tertentu.

5
Sepintas apa yang dikemukakan oleh teori pembenaran internalisme memang
masuk. Tetapi sebenarnya ada beberapa persoalan yang pantas diajukan sebagai kritik
atau keberatan terhadap teori ini. Salah satu persoalan pokok yang sering
dikemukakan adalah pendapatnya tentang dimilikinya akses introspektif langsung
terhadap apa yang menjamin kebenaran suatu kepercayaan atau pendapat.
Internalisme garis keras meyakini bahwa pikiran kita memiliki akses
introspektif yang tidak mungkin keliru dan tidak dapat dilakukan lagi terhadap apa
yang menjamin kebenaran suatu kepercayaan atau pendapat kita. Sungguhkah kita
mempunyai akses kognitif introspektif langsung seperti itu? Misalnya sementara
fondasionalis empiris meyakini tentang kepastian kebenaran dari apa yang secara
perseptual terberi dalam pengalaman langsung.
Contoh lain, halusinasi bisa membuat orang seperti betul-betul melihat sesuatu
atau seseorang yang sebenarnya tidak dia lihat. Kemudian dalam psikologi dalam
(depth psychology) juga dapat menunjukkan bagaimana apa yang secara langsung kita
sadari dan berpengaruh pada sikap dan perilaku kita itu hanya kecil sekali
persentasenya dibandingkan dengan apa yang tidak kita sadari atau ada di bawah
kesadaran kita.
Ada berbagai bentuk mekanisme pembelaan diri yang secara bawah sadar
akan mempengaruhi sikap dan perilaku kita, sehingga apa yang kita yakini sebagai
benar, belum tentu dalam kenyataan memang demikian. Orang bisa saja terkena sesak
nafas yang terasa di dada, gatal-gatal di seluruh tubuh, batuk terus menerus, kemudian
dia yakini sendiri bahwa dia sakit secara fisik, dan setelah dicek ke dokter, fisiknya
dinyatakan normal.
Misalnya ada seorang yang pesimis bahwa biasanya cenderung cepat merasa
cemas bahwa akan gagal atau bahwa keadaan sudah begitu parah dan tanpa harapan
lagi, sedangkan yang optimis keadaan yang sama bisa disikapi secara berbeda sama
sekali. Kita bisa saja dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Cara kita melihat berpikir menafsirkan bicara dan bertindak kadang sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar kita. Hal ini menunjukkan bahwa dari kenyataan
orang yang merasa yakin memiliki jaminan kebenaran dari apa yang dipercayai
menjadi pendapatnya, belum terjamin sepenuhnya kepercayaan atau pendapatnya
memang dikatakan benar.

6
D. Eksternalisme
Eksternalisme adalah pernyataan yang menekankan proses penyebaban dari
faktor-faktor eksternal seperti dapat diandalkan tidaknya proses pemerolehan
pengetahuan yang terjadi, berfungsi tidaknya secara normal dan semestinya sarana-
sarana wajar kita untuk mengetahui. Lingkungan, sejarah, dan sosial yang
mempengaruhi proses pemerolehan pengetahuan menjadi bagian dari faktor penentu
dibenarkan tidaknya suatu kepercayaan atau pendapat.
Ada dua jenis proses kognitif dalam hal ini, pertama, proses yang tergantung
pada suatu kepercayaan, dan kedua, proses yang tidak tergantung pada suatu
kepercayaan. Contoh yang pertama adalah proses penalaran sesuai dengan asas-asas
logika, sedangkan yang kedua adalah persepsi indrawi. Proses kognitif lain yang
melulu mendasarkan diri pada dugaan, pengandaian-pengandaian, perampatan yang
tergesa-gesa, penalaran yang kacau merupakan kognitif yang tidak terandalkan.
Suatu proses kognitif dapat diandalkan kalau proses itu membawa ke
kepercayaan yang benar karena keandalan atau reliabilitas proses kognitif sebagian
ditentukan oleh lingkungan eksternal di mana kegiatan kognitif itu dilakukan, maka
pembenaran epistemik yang menganut paham ini merupakan eksternalisme. Persepsi
indrawi yang sama sebagai proses kognitif yang wajar dan dapat diandalkan sekaligus
membawa ke pengetahuan yang benar maupun yang salah.
Keandalan berdasarkan kewajaran proses kognitif saja tidak cukup untuk
menjamin bahwa pengetahuan yang dihasilkan selalu dapat dibenarkan. Apalagi
bagaimana kita mau menentukan mana proses kognitif yang wajar dan yang tidak?
Apa ukurannya?
Sebagai pengganti keandalan proses kognitif sebagai dasar pembenaran, daya
kognitif yang berfungsi semestinya sesuai dengan desain atau rancang bangun daya
kognitif tersebut dalam lingkungan yang sesuai. Suatu kepercayaan terjamin
kebenarannya, dan dengan demikian dapat dipertanggungjawabkan secara rasional
untuk memegangnya kalau kepercayaan itu dihasilkan oleh daya kognitif.
Konsep desain yang didasari berfungsi semestinya daya-daya kognitif bisa
diberi tafsiran komplit sebagai rencana ilahi dalam menciptakan organ-organ tubuh
manusia, tetapi juga bisa dimengerti secara alami. Konsep-konsep dari teori tersebut
digagas oleh beberapa filsuf-filsuf terkenal.

7
Bukan hanya eksternalisme dalam bentuk reliabilisme saja yang mengandung
persoalan yang pantas dikritik, juga eksternalisme baru yang menekankan jaminan
berdasarkan berfungsi semestinya daya-daya kognitif kita struktur desain sang
pencipta dalam lingkungan yang sesuai untuknya, tak lepas dari persoalan yang pantas
dikritik. Tetapi sungguhkah daya-daya kognitif kita selalu berfungsi semestinya
seperti dipikirkan oleh filsuf.
Emosi yang bergejolak dapat sangat mempengaruhi daya pertimbangan dan
putusan kita. Proses kognitif kita tidak berfungsi secara optimal atau bahkan
mendekati optimal. Sebaliknya, daya kognitif kita cukup rapuh dan kadang tidak lagi
berfungsi dengan baik karena penyakit atau umur. Tidaklah jelas sampai seberapa jauh
proses kognitif kita perlu menghasilkan kepercayaan yang benar dibandingkan
dengan yang salah untuk dapat kita katakan berfungsi dengan semestinya.
Dalam hal ini desain dengan fungsi dalam pemikiran ini memiliki ikatan yang
sangat kuat. Apakah sebuah rancang desain suatu syarat mutlak untuk adanya jaminan
bahwa berfungsi semestinya? Pemikiran ini mendefinisikan pengertian berfungsi
semestinya sebagai erat terkait dengan rancang desain yang secara berhasil diarahkan
kepada kebenaran. Namun, dapat saja kita bayangkan situasi di mana kita cukup
terjamin dalam memegang suatu kepercayaan walaupun tidak adanya rancang desain.
Bagi kaum internalis, memenuhi kewajiban epistemologis untuk dapat
memberi pertanggungjawaban atau alasan yang masuk akal atas klaim kebenaran
pertama-tama berarti suatu pembenaran subjektif. Artinya subjek yang membuat
klaim kebenaran sendiri sekurang-kurangnya dapat menjawab secara masuk akal bila
ditanya tentang alasan mengapa dia mempercayai apa yang dia percayai.
Pembenaran subjektif atau suatu kepercayaan belum menjamin pembenaran
objektif, dan dengan demikian juga belum mencukupi untuk pembenaran
pengetahuan, Namun, sesungguhnya para internalis tidak pernah berpotensi bahwa
secara subjektif mampu memberi pembenaran atas apa yang dipercayai sudah
mencukupi untuk memberi pembenaran atas pengetahuan.
Satu hal yang kiranya merupakan sumbangan penting dari kaum internalis dan
cenderung diabaikan oleh para eksternalis adalah bahwa memiliki pembenaran
subjektif, walaupun tidak mencukupi dan bahkan kadang dalam keadaan tertentu bisa
jadi tidak diperlukan bagi pembenaran pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai

  • artikelku
    artikelku
    Dokumen16 halaman
    artikelku
    reziprakerja
    Belum ada peringkat
  • Adm 2
    Adm 2
    Dokumen10 halaman
    Adm 2
    reziprakerja
    Belum ada peringkat
  • Katpeng Dan Daftsii
    Katpeng Dan Daftsii
    Dokumen2 halaman
    Katpeng Dan Daftsii
    reziprakerja
    Belum ada peringkat
  • Makalah Adm Kel 2
    Makalah Adm Kel 2
    Dokumen9 halaman
    Makalah Adm Kel 2
    reziprakerja
    Belum ada peringkat
  • Coverr
    Coverr
    Dokumen1 halaman
    Coverr
    reziprakerja
    Belum ada peringkat
  • Rosita
    Rosita
    Dokumen11 halaman
    Rosita
    reziprakerja
    Belum ada peringkat