8007 29550 1 PB
8007 29550 1 PB
Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudarto. No 13 Tembalang, Kota Semarang
*E-mail: mitaerliaristi16@gmail.com
(Diterima 21-06-2022; Disetujui 21-07-2022)
ABSTRAK
Pemuda sekarang mayoritas tidak memilih pekerjaan sebagai petani karena dianggap tidak
menguntungkan bagi kehidupan. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk: (1) Menganalisis
persepsi pemuda terhadap profesi petani padi, (2) Menganalisis pengaruh secara serentak maupun
parsial faktor pendapatan, modal, lingkungan sosial, umur dan pendidikan terhadap persepsi
pemuda terhadap profesi petani padi di Kota Semarang.Penelitian ini dilaksanakan di Kota
Semarang. Metode penentuan sampel menggunakan metode cluster sampling dengan total sampel
sebanyak 125 orang. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder yang diperoleh
dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah
analisis deskriptif dan uji regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi positif
tersebut dapat dilihat dari persepsi pemuda terhadap petani padi dengan pandangan yang positif
atau sesuai dengan harapan pemuda terhadap petani padi tersebut yang dapat dilihat dari segi
pendapatan, modal, lingkungan sosial, umur dan pendidikan. Pemuda setuju dengan pendapatan
petani padi disesuaikan dengan luas lahan yang dimiliki petani dan pendapatan petani bersifat
fluktuatif. Pemuda menilai untuk menjadi petani tidak perlu memiliki lahan pribadi karena petani
bisa menggarap lahan milik orang lain. Kekurangan modal dapat mempengaruhi pendapatan petani
padi. Teman sebaya yang berada di lingkungan sekitar pemuda tidak menganggap sepele profesi
petani padi serta orang tua pemuda tidak mendukung anaknya untuk menjadi petani padi. Pemuda
menilai untuk menjadi petani padi tidak memiliki batasan umur tertentu dan pemuda cocok untuk
menjadi petani padi. Pemuda selama menempuh bangku pendidikan tidak memperoleh
pengetahuan mengenai petani padi. Pemuda menilai untuk menjadi petani padi memerlukan
pengetahuan, pengalaman dan skill.
ABSTRACT
The majority of youth today do not choose jobs as farmers because they are considered
unprofitable for life. This study aims to: (1) analyze youth perceptions of the rice farming
profession, (2) analyze the simultaneous or partial influence of income, capital, social
environment, age and education factors on youth perceptions of the rice farming profession in
Semarang City. implemented in the city of Semarang. The method of determining the sample using
the cluster sampling method with a total sample of 125 people. The type of data used is primary
and secondary data obtained by interview, observation, and documentation. The data analysis
method used is descriptive analysis and multiple regression test. The results showed that this
positive perception can be seen from the youth's perception of rice farmers with a positive view or
in accordance with the youth's expectations of the rice farmers which can be seen in terms of
income, capital, social environment, age and education. Pemuda agrees that rice farmers' income
is adjusted to the area of land owned by farmers and farmers' income is fluctuating. The youth
considered that to become a farmer it was not necessary to have private land because farmers
1387
PERSEPSI PEMUDA TERHADAP PROFESI PETANI PADI DI KOTA SEMARANG
Mita Erliaristi, Kadhung Prayoga, dan Joko Mariyono
could work on other people's land. Lack of capital can affect the income of rice farmers. Peers who
are in the environment around the youth do not take lightly the rice farmer profession and the
youth's parents do not support their children to become rice farmers. Youth considers that to
become a rice farmer there is no certain age limit and youth is suitable to be a rice farmer. Youth
during their education did not acquire knowledge about rice farmers. Youth considers that being a
rice farmer requires knowledge, experience and skills..
1388
Mimbar Agribisnis:
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis
Juli 2022, 8(2): 1387-1408
1389
PERSEPSI PEMUDA TERHADAP PROFESI PETANI PADI DI KOTA SEMARANG
Mita Erliaristi, Kadhung Prayoga, dan Joko Mariyono
tidak dapat mengendalikan dampak harus membagi hasil panen dengan petani
kerawanan pangan, maka akan muncul pemilik sesuai dengan kesepakatan antara
negara berdaulat pangan. Untuk kedua belah pihak. Oleh karena itu, jika
mencapai kedaulatan pangan, diperlukan luas lahan diasumsikan sama, baik petani
peserta pertanian yang berkelanjutan. penyewa maupun penggarap dapat
Persepsi pemuda terhadadap profesi dikatakan bahwa pendapatan dari
petani padi dipengaruhi oleh pendapatan. usahatani padi lebih kecil dari pendapatan
Ketidaktertarikan pemuda untuk bekerja petani pemilik sendiri.
sebagai petani padi dikarenakan Persepsi pemuda terhadap petani
pendapatan yang diterima petani padi padi dapat dipengaruhi oleh lingkup
yang relatif kecil. Semakin kecil biaya sosial sekitarnya. Pihak-pihak yang
yang ditanggung petani padi, semakin berpengaruh tersebut terdiri dari orang
besar pendapatan yang diperoleh petani. tua, teman sebaya serta masyarakat. Saat
Biaya yang dibutuhkan untuk usahatani ini semakin banyak orang tua yang tidak
padi terdiri dari biaya tetap dan biaya memperkenalkan pertanian kepada
variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya anaknya dengan berbagai alasan, seperti
sewa lahan, penyusutan, traktor dan pertanian memerlukan kerja keras,
pajak. Biaya variabel terdiri dari biaya menguras waktu dan tenaga serta
benih, pestisida, pupuk dan upah tenaga penghasilan yang diperoleh tidak
kerja. Pemuda menilai untuk menjadi menentu. Rendahnya ketertarikan
seorang petani padi memerlukan modal pemuda terhadap petani padi
yang besar. Upaya untuk memperoleh menyebabkan pekerjaan ini mayoritas
modal berasal dari tabungan pribadi, ditekuni oleh petani padi berusia tua dan
meminjam dari keluarga ataupun produktivitasnya yang menurun.
pinjaman dari lembaga keuangan. Petani Semakin tua umur suatu generasi
padi berusaha untuk mencari modal untuk maka semakin lemah daya psikologis,
membeli lahan, karena status kepemilikan biologis, motivasi, daya juang dan
lahan berpengaruh terhadap pendapatan optimisnya terhadap pertanian. Tanpa
rumah tangga petani padi. Perbedaan regenerasi, seseorang, komunitas, bangsa
pendapatan ini terletak pada petani dan negara akan mati. Regenerasi petani
penggarap harus mengeluarkan uang perlu dilakukan untuk mengganti petani
untuk menyewa sawah. Para petani padi yang sudah lanjut usia. Persepsi yang
1390
Mimbar Agribisnis:
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis
Juli 2022, 8(2): 1387-1408
1391
PERSEPSI PEMUDA TERHADAP PROFESI PETANI PADI DI KOTA SEMARANG
Mita Erliaristi, Kadhung Prayoga, dan Joko Mariyono
1392
Mimbar Agribisnis:
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis
Juli 2022, 8(2): 1387-1408
1393
PERSEPSI PEMUDA TERHADAP PROFESI PETANI PADI DI KOTA SEMARANG
Mita Erliaristi, Kadhung Prayoga, dan Joko Mariyono
1394
Mimbar Agribisnis:
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis
Juli 2022, 8(2): 1387-1408
1395
PERSEPSI PEMUDA TERHADAP PROFESI PETANI PADI DI KOTA SEMARANG
Mita Erliaristi, Kadhung Prayoga, dan Joko Mariyono
1396
Mimbar Agribisnis:
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis
Juli 2022, 8(2): 1387-1408
dihadapkan oleh risiko produksi yang dan traktor. Pemuda setuju bahwa
menyebabkan fluktuasi produksi disetiap kekurangan modal menyebabkan tingkat
musim tanam dan tidak bisa diperkirakan adopsi teknologi petani rendah dan akan
risiko produksi yang dialami petani. Hal berimbas pada rendahnya produktivitas
tersebut akan berimbas pada usahatani sehingga dapat mempengaruhi
ketidakpastian pendapatan petani padi. pendapatan petani padi. Hal ini sesuai
Apabila penerimaan petani mengalami dengan pendapat Yanti et al., (2014)
perubahan maka pendapatan yang yang menyatakan bahwa kelemahan
diterima petani juga berubah. petani padi terletak pada kekurangan
Berdasarkan uraian di atas, dapat modal seperti tidak sanggup untuk
disimpulkan bahwa pemuda menilai membeli sarana produksi yang
petani padi merupakan pekerjaan penuh berkualitas (bibit dan pupuk) serta
akan risiko. Risiko produksi yang tidak penggunaan teknologi. Pemuda menilai
bisa diprediksi menjadi salah satu bahwa petani sulit untuk mendapatkan
kekhawatiran pemuda jika ingin menjadi suntikan modal terutama dari perbankan,
petani padi. Jika risiko produksi berupa karena tidak memenuhi kriteria yang
gagal panen dengan jumlah yang sangat ditentukan oleh perbankan. Hal ini sesuai
besar, tentunya akan berimbas pada dengan pendapat Hermawan dan
penurunan pendapatan petani padi. Hal Andrianyta (2013) yang menyatakan
tersebut membuat pemuda mengurungkan bahwa petani sulit mendapatkan
niatnya untuk bekerja sebagai petani. pinjaman modal dari bank karena tidak
Pemuda lebih memilih untuk bekerja memenuhi ketentuan yang telah
diluar sektor pertanian dengan ditetapkan serta alokasi kredit untuk
pendapatan yang lebih tinggi, stabil dan sektor pertanian yang relative kecil yaitu
minim risiko. 6 %.
Modal Dalam menjalankan usahatani,
Modal merupakan salah satu aspek petani memerlukan lahan untuk budidaya
yang penting dalam usahatani padi. padi. Lahan tersebut bisa milik pribadi,
Namun, tidak semua petani memiliki sewa serta milik dan sewa. Pemuda tidak
modal yang cukup. Modal yang setuju dengan petani padi harus memiliki
dibutuhkan petani padi terdiri dari lahan, lahan pribadi, karena harganya yang
bibit, pengetahuan, SDM, cangkul, sabit mahal dan tidak semua petani memiliki
1397
PERSEPSI PEMUDA TERHADAP PROFESI PETANI PADI DI KOTA SEMARANG
Mita Erliaristi, Kadhung Prayoga, dan Joko Mariyono
modal yang cukup untuk membeli lahan pendapatan yang besar dan enggan untuk
pertanian. Hal ini sesuai dengan pendapat mengambil perbankan karena takut tidak
Hidayat et al., (2017) yang menyatakan bisa membayar. Selain itu, petani
bahwa lahan pertanian saat ini harganya penggarap tentunya memiliki upah yang
sudah relatif mahal sehingga petani dapat lebih sedikit daripada petani pemilik dan
menyewa atau menggarap lahan orang penyewa. Meskipun risiko akan kerugian
lain untuk berusahatani. Petani yang tidak petani penggarap minim, tetapi
memiliki lahan pribadi, mereka akan pendapatannya cenderung lebih rendah
menggarap lahan milik orang lain. Hal ini daripada petani lain. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Wahyuni (2017) membuat pemuda mengurungkan niatnya
yang menyatakan bahwa petani pemilik untuk bekerja sebagai petani padi.
merupakan sebagai majikan yang Lingkungan Sosial
tanahnya digarap oleh petani penggarap, Persepsi pemuda terhadap petani
sehingga petani pemilik tersebut berperan padi dapat dipengaruhi oleh lingkungan
sebagai pengelola dalam usaha taninya. sekitarnya. Pihak-pihak yang
Petani buruh adalah petani yang berpengaruh tersebut terdiri dari orang
mengygunakan keterampilan bercocok tua, teman sebaya serta masyarakat.
tanam sebagai juru tani dengan Pemuda pada umumnya akan
mengandalkan keterampilan tangan, otot berkomunikasi dengan teman sebayanya.
dan mata. Tingginya hubungan interpersonal
Berdasarkan uraian di atas, dapat pemuda dengan temannya akan
disimpulkan bahwa pemuda menilai mempengaruhi dalam hal pengambilan
petani padi memerlukan modal yang keputusan. Teman sebaya pemuda tidak
besar untuk membeli sarana produksi menganggap sepele profesi petani padi,
pertanian. Jika petani masih karena petani memiliki peranan penting
menggunakan alat yang manual, seperti terhadap pangan bangsa. Hal ini sesuai
membajak sawah hanya menggunakan dengan pendapat Suratha (2017) yang
sapi tidak menggunakan traktor tentunya menyatakan bahwa petani memiliki
akan membutuhkan waktu yang lebih peranan penting dalam pemenuhan
lama. Peralatan yang lebih modern kebutuhan pangan suatu negara.
tentunya memerlukan biaya yang besar, Meskipun lingkungan sekitar pemuda
sedangkan tidak semua petani memiliki tidak menganggap sepele petani, pemuda
1398
Mimbar Agribisnis:
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis
Juli 2022, 8(2): 1387-1408
tidak berminat untuk menjadi petani padi. Berdasarkan uraian di atas, dapat
Mereka lebih memilih untuk bekerja disimpulkan bahwa teman sebaya
kantoran/pabrik dengan pendapatan yang pemuda tidak menganggap sepele profesi
tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat petani padi. Meskipun tidak menganggap
Prayoga et al., (2019) yang menyatakan sepele petani, pemuda enggan untuk
bahwa pemuda memilih bekerja diluar menjadi petani padi. Pemuda ingin
sektor pertanian karena memberikan bekerja sesuai dengan kemampuan,
kontribusi pendapatan yang tinggi. minat, dan trend yang ada saat ini. Teman
Keputusan pemuda untuk berkarir sebaya pemuda mayoritas bekerja di
tidak terlepas dari pengaruh orang perusahaan atau kafe yang identik dengan
tuanya. Orang tua pemuda tidak lingkungan kerja yang bersih, nyaman
mendukung anaknya untuk berkarir dan gaji cukup. Tidak jauh berbeda
menjadi petani padi. Penyebab dari hal dengan orang tua pemuda, mereka lebih
tersebut yaitu karena minimnya lahan merestui anaknya untuk bekerja kantoran
pertanian di Kota Semarang, pemuda karena pendapatan tinggi, lingkungan
berminat untuk kerja kantoran dan kerja yang nyaman dan adanya
minimnya orang sekitar pemuda yang peningkatan jenjang karir.
bekerja sebagai petani padi. Hal ini sesuai Umur
dengan pendapat Arvianti et al., (2019) Pemuda menilai petani padi di Kota
yang menyatakan bahwa pemuda lebih Semarang mayoritas berusia tua.
memilih untuk bekerja diluar sektor Fenomena ini semakin dikuatkan dengan
pertanian karena dianggap kurang data dari Hasil Survei Pertanian Antar
bergengsi sedangkan di sektor industri Sensus Provinsi Jawa Tengah (2018)
dan teknologi sudah sangat maju serta yang menunjukkan bahwa jumlah petani
pendapatan yang lebih tinggi. Pemuda di Kota Semarang dengan kelompok
juga tidak memilih untuk bekerja sebagai umur 45-54 dan 55-64 tahun memiliki
petani karena petani identik dengan jumlah lebih banyak dibandingkan
kotor. Hal ini sesuai dengan pendapat dengan kelompok umur yang lain. Petani
Arimbawa dan Rustariyuni (2018) yang dengan usia lanjut identik dengan
menyatakan bahwa persepsi pertanian menggunakan alat dan teknologi yang
dicirikan dengan 3D yaitu dirty, tradisional. Hal ini sesuai dengan
dangerous and difficult. pendapat Rasmikayati et al., (2017) yang
1399
PERSEPSI PEMUDA TERHADAP PROFESI PETANI PADI DI KOTA SEMARANG
Mita Erliaristi, Kadhung Prayoga, dan Joko Mariyono
menyatakan bahwa petani yang berusia bekerja menjadi petani padi. Bahkan jika
tua akan mempengaruhi kemampuan fisik seseorang yang berumur lebih dari 50
dan respon terhadap hal-hal baru. tahun dan memiliki kekuatan fisik yang
Petani tua masih banyak memakai cukup prima dapat bekerja sebagai petani
alat dan mesin pertanian konvensional padi. Adanya hal tersebut membuat
sehingga apabila pemuda tidak berminat pemuda saat ini lebih berminat untuk
untuk menjadi petani akan sulit untuk bekerja diluar sektor pertanian. Pemuda
membangun pertanian berkelanjutan. dengan usia 16-30 tahun yang identik
Meskipun petani tua masih menggunakan dengan ingin mencoba hal baru,
teknologi tradisional, pemuda dapat meningkatkan hard skill dan soft skill
belajar dengan petani tua yang memiliki akan terus mengasah kemampuan mereka
banyak pengalaman. Hal tersebut sesuai untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih
dengan pendapat Zakirin et al., (2013) layak daripada menjadi petani padi.
yang menyatakan bahwa semakin Pendidikan
bertambahnya umur petani maka semakin Permasalahan utama sumber daya
banyak pengalaman dan keterampilan manusia di sektor pertanian adalah
dalam budidaya padi. Pengetahuan, tingkat pendidikan. Pemuda menilai
keterampilan dan pengalaman petani tua pendidikan di sekolah tidak akrab dengan
tersebut dapat diajarkan kepada petani pertanian. Hal ini sesuai dengan pendapat
muda. Apalagi petani padi cocok dengan Fikri et al., (2021) yang menyatakan
karakteristik pemuda yang berusia bahwa pendidikan di sekolah tidak akrab
produktif. Hal ini sesuai dengan pendapat dengan pertanian. Mayoritas tingkat
Nurazira et al., (2021) yang menyatakan pendidikan pemuda yaitu SMA dan lebih
bahwa semakin muda petani, semakin memiliki rencana karir kedepan untuk
tinggi rasa ingin tahunya, semakin cepat bekerja diluar sektor pertanian. Hal ini
ia mengadopsi inovasi dan informasi baru sesuai dengan pendapat Tana et al.,
yang berguna untuk pertaniannya. (2020) yang menyatakan bahwa semakin
Berdasarkan uraian di atas, dapat tinggi tingkat pendidikan pemuda maka
disimpulkan bahwa pemuda menilai saat itu pula pemuda mulai memikirkan
untuk menjadi petani padi tidak terdapat pekerjaan-pekerjaan lain yang berada di
batasan umur tertentu. Umur berapapun sektor non pertanian.
asalkan kemampuan fisik mumpuni dapat
1400
Mimbar Agribisnis:
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis
Juli 2022, 8(2): 1387-1408
Padahal untuk menjadi petani padi hidup dan pengetahuan apapun yang
memelukan pendidikan, skill dan berhubungan dengan pekerjaan yang
pengalaman yang mumpuni. Hal ini dibutuhkan saat ini.
sesuai dengan pendapat Patandianan dan Uji F
Kapantow (2021) yang menyatakan Uji f digunakan untuk mengetahui
bahwa petani padi harus memiliki soft pengaruh pendapatan (X1), modal (X2),
skill yang sangat bergantung pada lingkungan sosial (X3), umur (X4) dan
pendidikan yang dimilikinya. Apabila pendidikan (X5) secara serempak
pemuda ingin berkarir menjadi petani terhadap persepsi (Y). Uji f dilakukan
padi dapat memperoleh pengetahuan, dengan melihat anova untuk mengetahui
pengalaman dan skill melalui pendidikan seberapa besar pengaruh variabel
di universitas dan belajar dengan petani independen secara serempak terhadap
yang berpengalaman. Hal tersebut sesuai variabel dependent. Berdasarkan hasil
dengan pendapat Zakirin et al., (2013) yang didapatkan bahwa nilai f hitung
yang menyatakan bahwa semakin sebesar 194,702 dengan nilai sig sebesar
bertambahnya umur petani maka semakin 0,000. Hasil tersebut menunjukkan f
banyak pengalaman dan keterampilan hitung > f tabel dengan nilai 194.702 >
dalam budidaya padi. 2,45 serta nilai sig < 0,05, sehingga H0
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditolak, dapat diartikan bahwa variabel
disimpulkan bahwa pemuda menilai pendapatan (X1), modal (X2), lingkungan
untuk menjadi petani padi memerlukan sosial (X3), umur (X4) dan pendidikan
pengetahuan dan skill yang mumpuni. (X5) secara serempak atau bersama –
Tetapi pemuda tidak memperoleh sama mempengaruhi terhadap persepsi
pengetahuan tentang pertanian saat (Y). Hal tersebut sesuai pendapat Ghozali
menempuh pendidikan formal. Jika ingin (2011) bahwa pengambilan keputusan
menjadi petani, pemuda harus belajar pada uji f jika nilai f hitung > f tabel dan
secara mandiri mengenai pengetahuan nilai probability sig. < 0,05, maka H0
dan skill yang dibutuhkan untuk menjadi ditolak, artinya semua variabel
petani padi. Permasalannya, saat ini independen secara serempak dan
pemuda enggan untuk belajar dibidang signifikan mempengaruhi variabel
pertanian. Mereka lebih memilih untuk dependen.
belajar terkait dengan teknologi, gaya
1401
PERSEPSI PEMUDA TERHADAP PROFESI PETANI PADI DI KOTA SEMARANG
Mita Erliaristi, Kadhung Prayoga, dan Joko Mariyono
1402
Mimbar Agribisnis:
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis
Juli 2022, 8(2): 1387-1408
1403
PERSEPSI PEMUDA TERHADAP PROFESI PETANI PADI DI KOTA SEMARANG
Mita Erliaristi, Kadhung Prayoga, dan Joko Mariyono
menyatakan bahwa saat ini semakin dimiliki akan semakin produktif sampai
banyak orang tua yang tidak mengajak batas tertentu. Petani muda lebih kuat
anak-anaknya untuk bertani dengan secara fisik, namun petani tua lebih
berbagai alasan, seperti pertanian matang dalam pemikiran. Hal tersebut
merupakan jenis pekerjaan yang sesuai dengan pendapat Zakirin et al.,
membutuhkan kerja keras, menguras (2013) yang menyatakan bahwa semakin
waktu dan tenaga serta penghasilan yang bertambahnya umur petani maka semakin
diperoleh tidak menentu. banyak pengalaman dan keterampilan
Berdasarkan hasil penelitian dapat dalam budidaya padi sehingga akan
diketahui bahwa variabel umur memiliki berpengaruh terhadap produksi padi.
nilai sig 0,065. Hal tersebut menunjukkan Berdasarkan hasil penelitian dapat
nilai sig > 0,05, sehingga menyatakan diketahui bahwa variabel pendidikan
bahwa variabel umur tidak berpengaruh memiliki nilai sig 0,002. Hal tersebut
secara nyata terhadap persepsi pemuda menunjukkan nilai sig < 0,05, sehingga
terhadap profesi petani padi di Kota menyatakan bahwa variabel pendidikan
Semarang. Pemuda beranggapan bahwa berpengaruh secara nyata terhadap
untuk menjadi petani tidak memiliki persepsi pemuda terhadap profesi petani
batasan umur tertentu. Pemuda menilai padi di Kota Semarang. Pemuda merasa
bahwa orang dengan umur berapapun pendidikan di sekolah tidak akrab dengan
serta kekuatan fisik yang mumpuni dapat pertanian. Selama pemuda menempuh
bekerja menjadi petani padi. Pemuda juga pendidikan formal, pemuda tidak pernah
tidak setuju dengan anggapan semakin mendapatkan ilmu tentang pertanian. Hal
tua umur petani maka semakin menurun ini sesuai dengan pendapat Fikri et al.,
kinerja petani tersebut. Hal tersebut (2021) yang menyatakan bahwa
dikarenakan tidak semua petani yang pendidikan melahirkan generasi muda
berumur tua memiliki kinerja yang yang terdidik tetapi tidak akrab dengan
menurun tetapi terdapat pula petani yang pertanian. Padahal untuk menjadi petani
sudah berusia tua tetapi masih memiliki padi memerlukan pengalaman dan skill
fisik yang kuat. Hal ini sesuai dengan khusus. Hal ini sesuai dengan pendapat
pendapat Andriani et al., (2018) yang Bu’ulolo dan Zendrato (2021) yang
menyatakan bahwa semakin bertambah menyatakan bahwa kemampuan yang
umur petani maka tenaga kerja yang harus dimiliki petani padi terdiri dari
1404
Mimbar Agribisnis:
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis
Juli 2022, 8(2): 1387-1408
1405
PERSEPSI PEMUDA TERHADAP PROFESI PETANI PADI DI KOTA SEMARANG
Mita Erliaristi, Kadhung Prayoga, dan Joko Mariyono
1406
Mimbar Agribisnis:
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis
Juli 2022, 8(2): 1387-1408
1407
PERSEPSI PEMUDA TERHADAP PROFESI PETANI PADI DI KOTA SEMARANG
Mita Erliaristi, Kadhung Prayoga, dan Joko Mariyono
1408