Anda di halaman 1dari 22

Mimbar Agribisnis:

Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis


Juli 2022, 8(2): 1387-1408

PERSEPSI PEMUDA TERHADAP PROFESI PETANI PADI


DI KOTA SEMARANG

YOUTH PERCEPTIONS ON THE PROFESSION OF FARMERS


IN SEMARANG CITY

Mita Erliaristi*, Kadhung Prayoga, Joko Mariyono

Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudarto. No 13 Tembalang, Kota Semarang
*E-mail: mitaerliaristi16@gmail.com
(Diterima 21-06-2022; Disetujui 21-07-2022)

ABSTRAK
Pemuda sekarang mayoritas tidak memilih pekerjaan sebagai petani karena dianggap tidak
menguntungkan bagi kehidupan. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk: (1) Menganalisis
persepsi pemuda terhadap profesi petani padi, (2) Menganalisis pengaruh secara serentak maupun
parsial faktor pendapatan, modal, lingkungan sosial, umur dan pendidikan terhadap persepsi
pemuda terhadap profesi petani padi di Kota Semarang.Penelitian ini dilaksanakan di Kota
Semarang. Metode penentuan sampel menggunakan metode cluster sampling dengan total sampel
sebanyak 125 orang. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder yang diperoleh
dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah
analisis deskriptif dan uji regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi positif
tersebut dapat dilihat dari persepsi pemuda terhadap petani padi dengan pandangan yang positif
atau sesuai dengan harapan pemuda terhadap petani padi tersebut yang dapat dilihat dari segi
pendapatan, modal, lingkungan sosial, umur dan pendidikan. Pemuda setuju dengan pendapatan
petani padi disesuaikan dengan luas lahan yang dimiliki petani dan pendapatan petani bersifat
fluktuatif. Pemuda menilai untuk menjadi petani tidak perlu memiliki lahan pribadi karena petani
bisa menggarap lahan milik orang lain. Kekurangan modal dapat mempengaruhi pendapatan petani
padi. Teman sebaya yang berada di lingkungan sekitar pemuda tidak menganggap sepele profesi
petani padi serta orang tua pemuda tidak mendukung anaknya untuk menjadi petani padi. Pemuda
menilai untuk menjadi petani padi tidak memiliki batasan umur tertentu dan pemuda cocok untuk
menjadi petani padi. Pemuda selama menempuh bangku pendidikan tidak memperoleh
pengetahuan mengenai petani padi. Pemuda menilai untuk menjadi petani padi memerlukan
pengetahuan, pengalaman dan skill.

Kata kunci: modal, pemuda, persepsi, regenerasi, umur

ABSTRACT
The majority of youth today do not choose jobs as farmers because they are considered
unprofitable for life. This study aims to: (1) analyze youth perceptions of the rice farming
profession, (2) analyze the simultaneous or partial influence of income, capital, social
environment, age and education factors on youth perceptions of the rice farming profession in
Semarang City. implemented in the city of Semarang. The method of determining the sample using
the cluster sampling method with a total sample of 125 people. The type of data used is primary
and secondary data obtained by interview, observation, and documentation. The data analysis
method used is descriptive analysis and multiple regression test. The results showed that this
positive perception can be seen from the youth's perception of rice farmers with a positive view or
in accordance with the youth's expectations of the rice farmers which can be seen in terms of
income, capital, social environment, age and education. Pemuda agrees that rice farmers' income
is adjusted to the area of land owned by farmers and farmers' income is fluctuating. The youth
considered that to become a farmer it was not necessary to have private land because farmers

1387
PERSEPSI PEMUDA TERHADAP PROFESI PETANI PADI DI KOTA SEMARANG
Mita Erliaristi, Kadhung Prayoga, dan Joko Mariyono

could work on other people's land. Lack of capital can affect the income of rice farmers. Peers who
are in the environment around the youth do not take lightly the rice farmer profession and the
youth's parents do not support their children to become rice farmers. Youth considers that to
become a rice farmer there is no certain age limit and youth is suitable to be a rice farmer. Youth
during their education did not acquire knowledge about rice farmers. Youth considers that being a
rice farmer requires knowledge, experience and skills..

Keywords: capital, youth, perception, regeneration, age

PENDAHULUAN (2018) yang menunjukkan bahwa jumlah


Keberlanjutan sektor pertanian petani di Kota Semarang dengan
sedang dihadapkan dengan berbagai kelompok umur 45-54 dan 55-64 tahun
tantangan, salah satunya yaitu regenerasi memiliki jumlah lebih banyak
petani. Regenerasi petani adalah proses dibandingkan dengan kelompok umur
transfer kegiatan usahatani dari petani tua yang lain. Berdasarkan data tersebut
kepada generasi penerusnya atau petani dapat disimpulkan bahwa mayoritas
muda. Data Statistik Ketenagakerjaan petani di Kota Semarang yaitu petani
Sektor Pertanian (2018) menunjukkan berusia tua.
jumlah petani berdasarkan kelompok Umur petani menjadi bahasan yang
umur di Jawa Tengah pada tahun 2017 terus dibicarakan mengingat umur petani
terdapat 4.718.035 petani dan pada tahun akan mempengaruhi kemampuan fisik
2018 terjadi penurunan menjadi dan respon terhadap hal-hal baru dalam
4.516.590 petani. Berdasarkan data melaksanakan usahataninya. Petani
tersebut dalam kurun waktu 1 tahun berusia lanjut sulit diberikan pengertian
terdapat penurunan 201.445 petani di yang dapat merubah cara berfikir, kerja
Jawa Tengah. Regenerasi petani sangat dan cara hidup. Petani tua masih banyak
perlu dilakukan karena mengingat jumlah memakai alat dan mesin pertanian
petani dari tahun ke tahun terus konvensional sehingga apabila pemuda
mengalami penurunan. Petani di Jawa tidak berminat untuk menjadi petani akan
Tengah yang berusia 25 – 59 dan 60+ sulit untuk membangun pertanian
tahun memiliki jumlah lebih banyak berkelanjutan. Dampak dari semakin
daripada petani dengan usia 15 – 24 tuanya umur petani di Kota Semarang
tahun. Fenomena ini semakin dikuatkan adalah dalam hal penyediaan pangan
dengan data dari Hasil Survei Pertanian sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dari
Antar Sensus Provinsi Jawa Tengah tingkat produksi tanaman pangan di Kota

1388
Mimbar Agribisnis:
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis
Juli 2022, 8(2): 1387-1408

Semarang khususnya padi (Oryza sativa). tidak menguntungkan bagi kehidupan,


Produksi padi di Kota Semarang pada identik dengan kemiskinan, status sosial
tahun 2018 sebesar 24,3 ribu ton Gabah yang rendah, kotor dan tidak bergengsi,
Kering Giling (GKG) sehingga jika di sehingga hal tersebut menyebabkan
konversikan menjadi beras setara dengan generasi muda tidak tertarik dengan
9 ribu ton beras. Sementara itu, konsumsi pertanian.
beras di Kota Semarang pada tahun 2018 Minimnya regenerasi petani
sekitar 192.541 ton. Angka konsumsi disebabkan oleh kurangnya minat
beras jauh lebih tinggi jika dibandingkan generasi muda untuk melanjutkan
dengan produksi beras pada tahun 2018. pendidikan dan tidak berminat bekerja di
Kota Semarang telah terjadi defisit beras sektor pertanian. Regenerasi diharapkan
sekitar 178.663 ton (Badan Pusat akan memberikan “energi” baru, baik
Statistik, 2018). material maupun non material. Energi ini
Fakta tersebut menunjukan bahwa berkaitan dengan kebutuhan usia
isu terkait regenerasi petani menjadi hal produktif, secara fisik dapat menunjang
yang penting untuk dibahas. Minimnya pekerjaan fisik di bidang pertanian.
regenerasi petani muda mejadi stressor Regenerasi petani harus berjalan
atau tekanan yang cukup mengguncang di berkesinambungan karena 3 alasan.
dunia pertanian. Proses regenerasi petani Pertama, regenerasi petani merupakan
juga berkaitan dengan keluarga. Generasi prasyarat bagi terwujudnya pertanian
muda memasuki dunia pertanian berkelanjutan. Petani dalam pertanian
umumnya terjadi melalui proses berkelanjutan dapat memastikan pasokan
regenerasi petani dalam keluarga, yang pangan untuk generasi sekarang dan
berarti bahwa hak pengelolaan usaha mendatang. Kedua, regenerasi petani
pertanian diturunkan dari orang tua sangat penting untuk mencapai ketahanan
kepada anak-anaknya. Lahan yang pangan di masa depan. Hal ini ditentukan
diwariskan dari keluarga dapat oleh kehadiran petani muda saat ini.
mendorong terjadinya proses regenerasi Ketiga, regenerasi petani sangat penting
petani dan munculnya petani-petani bagi terwujudnya kedaulatan pangan.
muda. Permasalahannya, pemuda Kedaulatan pangan terkait dengan
sekarang mayoritas tidak memilih kemampuan memenuhi kebutuhan
pekerjaan sebagai petani karena dianggap pangan secara mandiri. Ketika negara

1389
PERSEPSI PEMUDA TERHADAP PROFESI PETANI PADI DI KOTA SEMARANG
Mita Erliaristi, Kadhung Prayoga, dan Joko Mariyono

tidak dapat mengendalikan dampak harus membagi hasil panen dengan petani
kerawanan pangan, maka akan muncul pemilik sesuai dengan kesepakatan antara
negara berdaulat pangan. Untuk kedua belah pihak. Oleh karena itu, jika
mencapai kedaulatan pangan, diperlukan luas lahan diasumsikan sama, baik petani
peserta pertanian yang berkelanjutan. penyewa maupun penggarap dapat
Persepsi pemuda terhadadap profesi dikatakan bahwa pendapatan dari
petani padi dipengaruhi oleh pendapatan. usahatani padi lebih kecil dari pendapatan
Ketidaktertarikan pemuda untuk bekerja petani pemilik sendiri.
sebagai petani padi dikarenakan Persepsi pemuda terhadap petani
pendapatan yang diterima petani padi padi dapat dipengaruhi oleh lingkup
yang relatif kecil. Semakin kecil biaya sosial sekitarnya. Pihak-pihak yang
yang ditanggung petani padi, semakin berpengaruh tersebut terdiri dari orang
besar pendapatan yang diperoleh petani. tua, teman sebaya serta masyarakat. Saat
Biaya yang dibutuhkan untuk usahatani ini semakin banyak orang tua yang tidak
padi terdiri dari biaya tetap dan biaya memperkenalkan pertanian kepada
variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya anaknya dengan berbagai alasan, seperti
sewa lahan, penyusutan, traktor dan pertanian memerlukan kerja keras,
pajak. Biaya variabel terdiri dari biaya menguras waktu dan tenaga serta
benih, pestisida, pupuk dan upah tenaga penghasilan yang diperoleh tidak
kerja. Pemuda menilai untuk menjadi menentu. Rendahnya ketertarikan
seorang petani padi memerlukan modal pemuda terhadap petani padi
yang besar. Upaya untuk memperoleh menyebabkan pekerjaan ini mayoritas
modal berasal dari tabungan pribadi, ditekuni oleh petani padi berusia tua dan
meminjam dari keluarga ataupun produktivitasnya yang menurun.
pinjaman dari lembaga keuangan. Petani Semakin tua umur suatu generasi
padi berusaha untuk mencari modal untuk maka semakin lemah daya psikologis,
membeli lahan, karena status kepemilikan biologis, motivasi, daya juang dan
lahan berpengaruh terhadap pendapatan optimisnya terhadap pertanian. Tanpa
rumah tangga petani padi. Perbedaan regenerasi, seseorang, komunitas, bangsa
pendapatan ini terletak pada petani dan negara akan mati. Regenerasi petani
penggarap harus mengeluarkan uang perlu dilakukan untuk mengganti petani
untuk menyewa sawah. Para petani padi yang sudah lanjut usia. Persepsi yang

1390
Mimbar Agribisnis:
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis
Juli 2022, 8(2): 1387-1408

buruk menjadi penyebab minimnya padi dan seberapa besar pengaruh


tenaga kerja yang bergerak disektor pendapatan, modal, lingkungan, umur
pertanian. Pemuda menilai bahwa risiko dan pendidikan terhadap persepsi pemuda
pekerjaan di sektor pertanian sangat terhadap profesi petani padi di Kota
rentan akan hama, risiko gagal panen dan Semarang. Penelitian ini melakukan
ketergantungan terhadap cuaca. Pemuda analisis dengan menggabungkan 5
percaya bahwa tidak ada cara untuk variabel yang terdiri dari pendapatan,
mengatasi risiko usahatani tersebut. modal, lingkungan, umur dan pendidikan
Faktor pendidikan mempengaruhi merupakan kebaharuan dari penelitian
cara berfikir pemuda dalam membentuk ini, dimana pada penelitian yang sudah
persepsi terhadap profesi petani padi. ada hanya dilakukan analisis terhadap
Pendidikan telah melahirkan generasi- dua atau tiga variabel saja. Penelitian ini
generasi pemuda yang terdidik tetapi diharapkan berguna untuk meningkatkan
tidak akrab dengan pengetahuan di pemahaman masyarakat terkait persepsi
bidang pertanian. Pemuda menganggap pemuda perkotaan terhadap profesi petani
petani padi hanya cocok bagi mereka padi.
yang tidak berprestasi di sekolah. Tujuan dari penelitian ini yaitu
Pemuda dengan latar belakang untuk menganalisis tentang; (1)
pendidikan yang rendah memiliki menganalisis persepsi pemuda terhadap
persepsi yang lebih baik daripada pemuda profesi petani padi, (2) Menganalisis
dengan tingkat pendidikan yang lebih pengaruh secara serentak maupun parsial
tinggi terhadap petani padi. Pemuda faktor pendapatan, modal, lingkungan
dengan pendidikan yang rendah menilai sosial, umur dan pendidikan terhadap
petani padi tidak memerlukan persepsi pemuda terhadap profesi petani
keterampilan yang tinggi. Semakin tinggi padi di Kota Semarang.
tingkat pendidikan pemuda maka saat itu
pula pemuda mulai memikirkan METODE PENELITIAN
pekerjaan-pekerjaan lain yang berada di Penelitian ini dilaksanakan pada
sektor non pertanian. bulan Januari sampai Februari 2022 di
Berdasarkan uraian di atas, maka Kota Semarang. Lokasi penelitian dipilih
peneliti tertarik untuk menganalisis secara purposive sampling. Kota
persepsi pemuda terhadap profesi petani Semarang dipilih dengan pertimbangan

1391
PERSEPSI PEMUDA TERHADAP PROFESI PETANI PADI DI KOTA SEMARANG
Mita Erliaristi, Kadhung Prayoga, dan Joko Mariyono

bahwa minimnya pemuda Kota Semarang Science) untuk menganalisis pengaruh


yang berprofesi sebagai petani. pendapatan, modal, lingkungan sosial,
Metode pengambilan sampel yang umur dan pendidikan terhadap persepsi.
digunakan adalah cluster sampling. Nilai dari masing – masing variabel
Jumlah sampel yang dipilih yaitu 125 diukur berdasarkan hasil kuesioner skala
pemuda di Kota Semarang dengan likert dari jawaban responden. Hasil
berusia 16-30 tahun. kuesioner skala likert tersebut dilakukan
Metode pengumpulan data yang uji validitas dan reliabilitas terlebih
digunakan dalam penelitian ini yaitu dahulu lalu dilanjutkan dengan uji asumsi
wawancara, observasi dan dokumentasi. klasik sebagai prasyarat analisis regresi
Wawancara dilakukan dengan linier berganda. Langkah selanjutnya
menggunakan kuesioner skala likert yaitu dengan uji hipotesis berupa uji T
mengenai persepsi pemuda terhadap profesi dan uji F. Rumus analisis regresi linier
petani. Kuesioner penelitian ini akan berganda adalah sebagai berikut:
menggunakan 3 poin penilaian skala Y = a0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +
likert yaitu sangat setuju, setuju, sangat b5X5 + e
tidak setuju dan tidak setuju. Observasi Keterangan:
dilakukan sebelum dan pada saat Y = Persepsi
penelitian, dimana observasi sebelum a0 = Konstanta
penelitian digunakan untuk mengamati b = Koefisien regresi
permasalahan dan topik yang akan X1 = Pendapatan
diambil pada lokasi penelitian. X2 = Modal
Dokumentasi merupakan kegiatan X3 = Lingkungan sosial
mencari dan mengumpulkan data terkait X4 = Umur
hal – hal yang dibutuhkan berupa gambar X5 = Pendidikan
atau foto, catatan, buku, agenda, notulen e = error term
rapat.
Metode analisis data yang HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan adalah metode deskriptif Gambaran Umum Kota Semarang
kuantitatif berupa analisis regresi linier Kota Semarang merupakan ibukota
berganda dengan menggunakan SPSS Provinsi Jawa Tengah yang telah berdiri
(Statistical Package for the Social sejak tanggal 2 Mei 1547. Secara

1392
Mimbar Agribisnis:
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis
Juli 2022, 8(2): 1387-1408

geografis Kota Semarang terletak di penggunaan lainnya. Menurut data dari


antara garis 6050’ – 7010’ Lintang Selatan Dinas Pertanian Kota Semarang (2021)
0 0
dan garis 109 35’ – 110 50’ Bujur Timur. produksi padi di Kota Semarang pada
Batas wilayah administratif Kota tahun 2021 sebesar 5,71 ribu ton Gabah
Semarang di sebelah barat berbatasan Kering Giling (GKG) sehingga jika
dengan Kabupaten Kendal, di sebelah dikonversikan menjadi beras setara
timur berbatasan dengan Kabupaten dengan 2 ribu ton beras. Sedangkan
Demak, di sebelah selatan berbatasan produksi padi di Kota Semarang pada
dengan Kabupaten Semarang dan di tahun 2018 sebesar 24,3 ribu ton Gabah
sebelah utara berbatasan dengan Laut Kering Giling (GKG) sehingga jika di
Jawa. konversikan menjadi beras setara dengan
Kota Semarang terdiri dari 16 9 ribu ton beras. Sementara itu, konsumsi
kecamatan yaitu Kecamatan Mijen, beras di Kota Semarang pada tahun 2018
Kecamatan Gunungpati, Kecamatan sekitar 192.541 ton. Angka konsumsi
Banyumanik, Kecamatan Gajah beras jauh lebih tinggi jika dibandingkan
Mungkur, Kecamatan Semarang Selatan, dengan produksi beras pada tahun 2018.
Kecamatan Candisari, Kecamatan Kota Semarang telah terjadi defisit beras
Tembalang, Kecamatan Pedurungan, sekitar 178.663 ton (Badan Pusat
Kecamatan Genuk, Kecamatan Statistik, 2018). Berdasarkan tabel
Gayamsari, Kecamatan Semarang Timur, tersebut dapat dilihat bahwa dari tahun
Kecamatan Semarang Utara, Kecamatan 2018 – 2021 terjadi defisit beras di Kota
Semarang Tengah, Kecamatan Semarang Semarang karena lahan pertanian padi
Barat, Kecamatan Tugu dan Kecamatan yang sempit dan hasil produksi yang
Ngaliyan. menurun.
Kota Semarang memiliki luas Karakteristik Responden
wilayah 37.370 ha terdiri dari luas lahan Karakteristik responden yang
sawah sebesar 4.505 ha dan luas lahan dibahas dalam penelitian ini yaitu jenis
bukan sawah seluas 32.865 ha. Lahan kelamin, umur, tingkat pendidikan dan
bukan sawah di Kota Semarang terdiri pekerjaan.
dari perumahan, tegalan, kebun
Berdasarkan Jenis Kelamin
campuran, sawah, tambak, hutan,
Berdasarkan hasil penelitian dapat
perusahaan, jasa, industri dan
diketahui bahwa responden penelitian

1393
PERSEPSI PEMUDA TERHADAP PROFESI PETANI PADI DI KOTA SEMARANG
Mita Erliaristi, Kadhung Prayoga, dan Joko Mariyono

didominasi oleh pemuda perempuan Berdasarkan Umur


sebanyak 77 orang dengan presentase Berdasarkan hasil penelitian dapat
62% dan laki-laki sebanyak 48 orang diketahui bahwa responden penelitian
dengan presentase 38%. Karakteristik didominasi oleh responden dengan usia
berdasarkan jenis kelamin memberikan 21-25 tahun sebanyak 70 orang dengan
persepsi yang berbeda antara laki-laki presentase 56% yang tergolong usia
dan perempuan. Hal ini sesuai dengan produktif. Hasil penelitian menunjukkan
pendapat Kurnyati et al., (2019) yang bahwa karakteristik pemuda cocok untuk
menyatakan bahwa persepsi laki – laki menjadi petani padi. Hal tersebut
dan perempuan terhadap petani padi akan dikarenakan pemuda dengan usia
sangat berbeda, karena persepsi tersebut produktif dari segi kemampuan fisik jauh
dipengaruhi oleh lingkungan masing- lebih kuat dalam menjalankan usaha
masing individu. Mayoritas responden pertanian. Hal ini sesuai dengan pendapat
berjenis kelamin perempuan berada di Febrimeli et al., (2020) yang menyatakan
lingkungan sosial yang tidak bahwa pemuda dengan rentang usia
mendukungnya untuk menjadi petani tersebut memiliki kemampuan fisik yang
padi, karena tidak adanya dukungan mendukung dalam mengelola usaha
orang tua, minimnya lahan pertanian pertanian. Pemuda dengan usia produktif
serta ingin berkarir diluar bidang banyak mencari peluang atau informasi
pertanian. Hal ini sesuai dengan pendapat tentang usahatani padi. Hal ini sesuai
Isnaeni et al., (2018) yang menyatakan dengan pendapat Wardhani et al., (2020)
bahwa pemuda sekarang mayoritas tidak yang menyatakan bahwa petani dengan
memilih pekerjaan sebagai petani padi usia muda memiliki keberanian untuk
karena dianggap tidak menguntungkan mencoba inovasi baru untuk kemajuan
bagi kehidupan, identik dengan usahataninya dan menanggung resiko.
kemiskinan, status sosial yang rendah, Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan
Umur
kotor dan tidak bergengsi. Umur (tahun) Jumlah Presentase (%)
(orang)
Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan
16-20 50 40%
Jenis Kelamin
21-25 70 56%
Jenis Jumlah
Presentase (%) 26-30 5 4%
Kelamin (orang)
Total 125 100%
Laki-laki 48 38%
Sumber: Data Primer Penelitian, 2022
Perempuan 77 62%
Total 125 100%
Sumber: Data Primer Penelitian, 2022

1394
Mimbar Agribisnis:
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis
Juli 2022, 8(2): 1387-1408

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Berdasarkan Pekerjaan


Berdasarkan hasil penelitian dapat Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa tingkat pendidikan diketahui bahwa pekerjaan responden
responden penelitian didominasi oleh penelitian didominasi oleh mahasiswa
tingkat SMA yaitu sebanyak 108 orang yaitu sebanyak 87 orang dengan
dengan presentase 86%. Tingkat presentase 70%. Hasil penelitian
pendidikan paling sedikit adalah SMP menunjukan bahwa pemuda yang
dan D3 masing – masing sebanyak 3 berprofesi sebagai mahasiswa cenderung
orang dengan presentase 3%. Rata-rata untuk memilih pekerjaan disesuaikan
tingkat pendidikan pemuda tinggi, hal ini dengan pendidikan yang telah diambil.
menunjukan bahwa perbedaan tingkat Hal ini sesuai dengan pendapat
pendidikan tentu mempengaruhi pola Warembian et al., (2018) yang
pikir pemuda yang nantinya dapat menyatakan bahwa pemuda memiliki
berperan pula dalam pembentukan keinginan untuk bekerja diluar sektor
persepsi terhadap petani padi. Mayoritas pertanian karena merasa mampu untuk
pemuda dengan pendidikan minimal bekerja pada suatu bidang tertentu dan
SMA memilih untuk bekerja diluar sektor disesuaikan dengan pendidikan yang
pertanian. Pemuda menganggap bahwa telah dicapainya. Pekerjaan paling sedikit
ijazah mereka akan sia-sia jika digunakan adalah TNI, HRD, Marketing dan
untuk bekerja sebagai petani. Hal tersebut Accounting masing – masing sebanyak 1
sesuai dengan pendapat Tana et al., orang dengan presentase 1%. Pemuda
(2020) yang menyatakan bahwa semakin memilih pekerjaan tersebut dikarenakan
tinggi tingkat pendidikan pemuda maka pendapatan yang diperloh setiap
saat itu pula pemuda mulai memikirkan bulannya bersifat tetap. Hal tersebut
pekerjaan – pekerjaan lain yang berada di sesuai dengan pendapat Tana et al.,
sektor non pertanian. (2020) yang menyatakan bahwa pemuda
Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan memilih pekerjaan diluar sektor pertanian
Tingkat Pendidikan
Tingkat Jumlah Presentase (%) karena kepastian pendapatan yang
Pendidikan (orang)
SMP 3 3% diperoleh pada setiap bulannya.
SMA / SMK 108 86%
D3 3 3%
S1 11 8%
Total 125 100%
Sumber: Data Primer Penelitian, 2022

1395
PERSEPSI PEMUDA TERHADAP PROFESI PETANI PADI DI KOTA SEMARANG
Mita Erliaristi, Kadhung Prayoga, dan Joko Mariyono

Tabel 4. Karakteristik Responden yang maksimal, petani harus


Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Presentase (%) meningkatkan hasil produksi dan
(Orang)
Pelajar 4 3% menekan biaya produksinya. Hal ini
Mahasiswa 87 70%
Swasta 20 16%
sesuai dengan pendapat Pardede (2017)
Barista 6 4% yang menyatakan bahwa untuk
TNI 1 1%
HRD 1 1% memperoleh pendapatan yang terbaik,
Marketing 1 1%
Accounting 1 1% petani harus mampu menganalisis alokasi
Tidak bekerja 4 3%
Total 125 100% biaya dalam usahataninya dan
Sumber: Data Primer Penelitian, 2022 menggunakan faktor produksi se-efisien
Persepsi Pemuda Terhadap Petani mungkin.
Padi
Selain itu, pendapatan petani padi
Persepsi pemuda terhadap profesi juga disesuaikan dengan luas lahan yang
petani padi di Kota Semarang dimiliki. Hal ini sesuai dengan pendapat
memperoleh skor 6.366. Nilai tengah dari Atnan dan Tangkesalu (2017) yang
skala interval persepsi pemuda terhadap menyatakan bahwa luas lahan akan
profesi petani padi yaitu 3.750. Pemuda mempengaruhi jumlah pendapatan yang
memperoleh skor 6.366 > 3.750 diterima petani padi. Pemuda menilai
dikategorikan sebagai pemuda yang bahwa petani dengan lahan yang luas
memiliki persepsi positif terhadap profesi akan menentukan besar kecilnya hasil
petani padi. Persepsi positif tersebut produksi padi dan pendapatan petani.
terdiri dari: Semakin luas lahan yang dimiliki petani
Pendapatan maka semakin banyak padi yang dapat
Pendapatan petani padi merupakan dinamam dan dikelola dengan
salah satu aspek yang dilihat pemuda semaksimal mungkin. Padi yang dikelola
untuk berkarir menjadi petani padi. secara maksimal akan menghasilkan hasil
Pemuda menilai pendapatan petani padi produksi yang melimpah dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti meningkatkan pendapatan petani.
produksi, harga, dan biaya produksi. Bagi pemuda, pendapatan petani
Pendapatan yang tinggi selalu diharapkan cenderung fluktuatif. Pendapatan petani
petani dalam menghasilkan produksi padi bersifat fluktuatif karena disesuaikan
pertaniannya. Pemuda beranggapan dengan hasil panen petani yang tidak
bahwa untuk mendapatkan pendapatan menentu. Menurut pemuda, petani padi

1396
Mimbar Agribisnis:
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis
Juli 2022, 8(2): 1387-1408

dihadapkan oleh risiko produksi yang dan traktor. Pemuda setuju bahwa
menyebabkan fluktuasi produksi disetiap kekurangan modal menyebabkan tingkat
musim tanam dan tidak bisa diperkirakan adopsi teknologi petani rendah dan akan
risiko produksi yang dialami petani. Hal berimbas pada rendahnya produktivitas
tersebut akan berimbas pada usahatani sehingga dapat mempengaruhi
ketidakpastian pendapatan petani padi. pendapatan petani padi. Hal ini sesuai
Apabila penerimaan petani mengalami dengan pendapat Yanti et al., (2014)
perubahan maka pendapatan yang yang menyatakan bahwa kelemahan
diterima petani juga berubah. petani padi terletak pada kekurangan
Berdasarkan uraian di atas, dapat modal seperti tidak sanggup untuk
disimpulkan bahwa pemuda menilai membeli sarana produksi yang
petani padi merupakan pekerjaan penuh berkualitas (bibit dan pupuk) serta
akan risiko. Risiko produksi yang tidak penggunaan teknologi. Pemuda menilai
bisa diprediksi menjadi salah satu bahwa petani sulit untuk mendapatkan
kekhawatiran pemuda jika ingin menjadi suntikan modal terutama dari perbankan,
petani padi. Jika risiko produksi berupa karena tidak memenuhi kriteria yang
gagal panen dengan jumlah yang sangat ditentukan oleh perbankan. Hal ini sesuai
besar, tentunya akan berimbas pada dengan pendapat Hermawan dan
penurunan pendapatan petani padi. Hal Andrianyta (2013) yang menyatakan
tersebut membuat pemuda mengurungkan bahwa petani sulit mendapatkan
niatnya untuk bekerja sebagai petani. pinjaman modal dari bank karena tidak
Pemuda lebih memilih untuk bekerja memenuhi ketentuan yang telah
diluar sektor pertanian dengan ditetapkan serta alokasi kredit untuk
pendapatan yang lebih tinggi, stabil dan sektor pertanian yang relative kecil yaitu
minim risiko. 6 %.
Modal Dalam menjalankan usahatani,
Modal merupakan salah satu aspek petani memerlukan lahan untuk budidaya
yang penting dalam usahatani padi. padi. Lahan tersebut bisa milik pribadi,
Namun, tidak semua petani memiliki sewa serta milik dan sewa. Pemuda tidak
modal yang cukup. Modal yang setuju dengan petani padi harus memiliki
dibutuhkan petani padi terdiri dari lahan, lahan pribadi, karena harganya yang
bibit, pengetahuan, SDM, cangkul, sabit mahal dan tidak semua petani memiliki

1397
PERSEPSI PEMUDA TERHADAP PROFESI PETANI PADI DI KOTA SEMARANG
Mita Erliaristi, Kadhung Prayoga, dan Joko Mariyono

modal yang cukup untuk membeli lahan pendapatan yang besar dan enggan untuk
pertanian. Hal ini sesuai dengan pendapat mengambil perbankan karena takut tidak
Hidayat et al., (2017) yang menyatakan bisa membayar. Selain itu, petani
bahwa lahan pertanian saat ini harganya penggarap tentunya memiliki upah yang
sudah relatif mahal sehingga petani dapat lebih sedikit daripada petani pemilik dan
menyewa atau menggarap lahan orang penyewa. Meskipun risiko akan kerugian
lain untuk berusahatani. Petani yang tidak petani penggarap minim, tetapi
memiliki lahan pribadi, mereka akan pendapatannya cenderung lebih rendah
menggarap lahan milik orang lain. Hal ini daripada petani lain. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Wahyuni (2017) membuat pemuda mengurungkan niatnya
yang menyatakan bahwa petani pemilik untuk bekerja sebagai petani padi.
merupakan sebagai majikan yang Lingkungan Sosial
tanahnya digarap oleh petani penggarap, Persepsi pemuda terhadap petani
sehingga petani pemilik tersebut berperan padi dapat dipengaruhi oleh lingkungan
sebagai pengelola dalam usaha taninya. sekitarnya. Pihak-pihak yang
Petani buruh adalah petani yang berpengaruh tersebut terdiri dari orang
mengygunakan keterampilan bercocok tua, teman sebaya serta masyarakat.
tanam sebagai juru tani dengan Pemuda pada umumnya akan
mengandalkan keterampilan tangan, otot berkomunikasi dengan teman sebayanya.
dan mata. Tingginya hubungan interpersonal
Berdasarkan uraian di atas, dapat pemuda dengan temannya akan
disimpulkan bahwa pemuda menilai mempengaruhi dalam hal pengambilan
petani padi memerlukan modal yang keputusan. Teman sebaya pemuda tidak
besar untuk membeli sarana produksi menganggap sepele profesi petani padi,
pertanian. Jika petani masih karena petani memiliki peranan penting
menggunakan alat yang manual, seperti terhadap pangan bangsa. Hal ini sesuai
membajak sawah hanya menggunakan dengan pendapat Suratha (2017) yang
sapi tidak menggunakan traktor tentunya menyatakan bahwa petani memiliki
akan membutuhkan waktu yang lebih peranan penting dalam pemenuhan
lama. Peralatan yang lebih modern kebutuhan pangan suatu negara.
tentunya memerlukan biaya yang besar, Meskipun lingkungan sekitar pemuda
sedangkan tidak semua petani memiliki tidak menganggap sepele petani, pemuda

1398
Mimbar Agribisnis:
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis
Juli 2022, 8(2): 1387-1408

tidak berminat untuk menjadi petani padi. Berdasarkan uraian di atas, dapat
Mereka lebih memilih untuk bekerja disimpulkan bahwa teman sebaya
kantoran/pabrik dengan pendapatan yang pemuda tidak menganggap sepele profesi
tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat petani padi. Meskipun tidak menganggap
Prayoga et al., (2019) yang menyatakan sepele petani, pemuda enggan untuk
bahwa pemuda memilih bekerja diluar menjadi petani padi. Pemuda ingin
sektor pertanian karena memberikan bekerja sesuai dengan kemampuan,
kontribusi pendapatan yang tinggi. minat, dan trend yang ada saat ini. Teman
Keputusan pemuda untuk berkarir sebaya pemuda mayoritas bekerja di
tidak terlepas dari pengaruh orang perusahaan atau kafe yang identik dengan
tuanya. Orang tua pemuda tidak lingkungan kerja yang bersih, nyaman
mendukung anaknya untuk berkarir dan gaji cukup. Tidak jauh berbeda
menjadi petani padi. Penyebab dari hal dengan orang tua pemuda, mereka lebih
tersebut yaitu karena minimnya lahan merestui anaknya untuk bekerja kantoran
pertanian di Kota Semarang, pemuda karena pendapatan tinggi, lingkungan
berminat untuk kerja kantoran dan kerja yang nyaman dan adanya
minimnya orang sekitar pemuda yang peningkatan jenjang karir.
bekerja sebagai petani padi. Hal ini sesuai Umur
dengan pendapat Arvianti et al., (2019) Pemuda menilai petani padi di Kota
yang menyatakan bahwa pemuda lebih Semarang mayoritas berusia tua.
memilih untuk bekerja diluar sektor Fenomena ini semakin dikuatkan dengan
pertanian karena dianggap kurang data dari Hasil Survei Pertanian Antar
bergengsi sedangkan di sektor industri Sensus Provinsi Jawa Tengah (2018)
dan teknologi sudah sangat maju serta yang menunjukkan bahwa jumlah petani
pendapatan yang lebih tinggi. Pemuda di Kota Semarang dengan kelompok
juga tidak memilih untuk bekerja sebagai umur 45-54 dan 55-64 tahun memiliki
petani karena petani identik dengan jumlah lebih banyak dibandingkan
kotor. Hal ini sesuai dengan pendapat dengan kelompok umur yang lain. Petani
Arimbawa dan Rustariyuni (2018) yang dengan usia lanjut identik dengan
menyatakan bahwa persepsi pertanian menggunakan alat dan teknologi yang
dicirikan dengan 3D yaitu dirty, tradisional. Hal ini sesuai dengan
dangerous and difficult. pendapat Rasmikayati et al., (2017) yang

1399
PERSEPSI PEMUDA TERHADAP PROFESI PETANI PADI DI KOTA SEMARANG
Mita Erliaristi, Kadhung Prayoga, dan Joko Mariyono

menyatakan bahwa petani yang berusia bekerja menjadi petani padi. Bahkan jika
tua akan mempengaruhi kemampuan fisik seseorang yang berumur lebih dari 50
dan respon terhadap hal-hal baru. tahun dan memiliki kekuatan fisik yang
Petani tua masih banyak memakai cukup prima dapat bekerja sebagai petani
alat dan mesin pertanian konvensional padi. Adanya hal tersebut membuat
sehingga apabila pemuda tidak berminat pemuda saat ini lebih berminat untuk
untuk menjadi petani akan sulit untuk bekerja diluar sektor pertanian. Pemuda
membangun pertanian berkelanjutan. dengan usia 16-30 tahun yang identik
Meskipun petani tua masih menggunakan dengan ingin mencoba hal baru,
teknologi tradisional, pemuda dapat meningkatkan hard skill dan soft skill
belajar dengan petani tua yang memiliki akan terus mengasah kemampuan mereka
banyak pengalaman. Hal tersebut sesuai untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih
dengan pendapat Zakirin et al., (2013) layak daripada menjadi petani padi.
yang menyatakan bahwa semakin Pendidikan
bertambahnya umur petani maka semakin Permasalahan utama sumber daya
banyak pengalaman dan keterampilan manusia di sektor pertanian adalah
dalam budidaya padi. Pengetahuan, tingkat pendidikan. Pemuda menilai
keterampilan dan pengalaman petani tua pendidikan di sekolah tidak akrab dengan
tersebut dapat diajarkan kepada petani pertanian. Hal ini sesuai dengan pendapat
muda. Apalagi petani padi cocok dengan Fikri et al., (2021) yang menyatakan
karakteristik pemuda yang berusia bahwa pendidikan di sekolah tidak akrab
produktif. Hal ini sesuai dengan pendapat dengan pertanian. Mayoritas tingkat
Nurazira et al., (2021) yang menyatakan pendidikan pemuda yaitu SMA dan lebih
bahwa semakin muda petani, semakin memiliki rencana karir kedepan untuk
tinggi rasa ingin tahunya, semakin cepat bekerja diluar sektor pertanian. Hal ini
ia mengadopsi inovasi dan informasi baru sesuai dengan pendapat Tana et al.,
yang berguna untuk pertaniannya. (2020) yang menyatakan bahwa semakin
Berdasarkan uraian di atas, dapat tinggi tingkat pendidikan pemuda maka
disimpulkan bahwa pemuda menilai saat itu pula pemuda mulai memikirkan
untuk menjadi petani padi tidak terdapat pekerjaan-pekerjaan lain yang berada di
batasan umur tertentu. Umur berapapun sektor non pertanian.
asalkan kemampuan fisik mumpuni dapat

1400
Mimbar Agribisnis:
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis
Juli 2022, 8(2): 1387-1408

Padahal untuk menjadi petani padi hidup dan pengetahuan apapun yang
memelukan pendidikan, skill dan berhubungan dengan pekerjaan yang
pengalaman yang mumpuni. Hal ini dibutuhkan saat ini.
sesuai dengan pendapat Patandianan dan Uji F
Kapantow (2021) yang menyatakan Uji f digunakan untuk mengetahui
bahwa petani padi harus memiliki soft pengaruh pendapatan (X1), modal (X2),
skill yang sangat bergantung pada lingkungan sosial (X3), umur (X4) dan
pendidikan yang dimilikinya. Apabila pendidikan (X5) secara serempak
pemuda ingin berkarir menjadi petani terhadap persepsi (Y). Uji f dilakukan
padi dapat memperoleh pengetahuan, dengan melihat anova untuk mengetahui
pengalaman dan skill melalui pendidikan seberapa besar pengaruh variabel
di universitas dan belajar dengan petani independen secara serempak terhadap
yang berpengalaman. Hal tersebut sesuai variabel dependent. Berdasarkan hasil
dengan pendapat Zakirin et al., (2013) yang didapatkan bahwa nilai f hitung
yang menyatakan bahwa semakin sebesar 194,702 dengan nilai sig sebesar
bertambahnya umur petani maka semakin 0,000. Hasil tersebut menunjukkan f
banyak pengalaman dan keterampilan hitung > f tabel dengan nilai 194.702 >
dalam budidaya padi. 2,45 serta nilai sig < 0,05, sehingga H0
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditolak, dapat diartikan bahwa variabel
disimpulkan bahwa pemuda menilai pendapatan (X1), modal (X2), lingkungan
untuk menjadi petani padi memerlukan sosial (X3), umur (X4) dan pendidikan
pengetahuan dan skill yang mumpuni. (X5) secara serempak atau bersama –
Tetapi pemuda tidak memperoleh sama mempengaruhi terhadap persepsi
pengetahuan tentang pertanian saat (Y). Hal tersebut sesuai pendapat Ghozali
menempuh pendidikan formal. Jika ingin (2011) bahwa pengambilan keputusan
menjadi petani, pemuda harus belajar pada uji f jika nilai f hitung > f tabel dan
secara mandiri mengenai pengetahuan nilai probability sig. < 0,05, maka H0
dan skill yang dibutuhkan untuk menjadi ditolak, artinya semua variabel
petani padi. Permasalannya, saat ini independen secara serempak dan
pemuda enggan untuk belajar dibidang signifikan mempengaruhi variabel
pertanian. Mereka lebih memilih untuk dependen.
belajar terkait dengan teknologi, gaya

1401
PERSEPSI PEMUDA TERHADAP PROFESI PETANI PADI DI KOTA SEMARANG
Mita Erliaristi, Kadhung Prayoga, dan Joko Mariyono

Uji T maka semakin tinggi pula pendapatan


Uji t digunakan untuk mengetahui yang diterima petani padi. Pemuda
pengaruh pendapatan (X1), modal (X2), menilai bahwa menjadi petani padi dapat
lingkungan sosial (X3), umur (X4) dan dikatakan sukses apabila petani padi
pendidikan (X5) secara parsial terhadap dapat menghasilkan pendapatan yang
persepsi (Y). Apabila signifikansi ≤ 0,05, tinggi yaitu sekitar 9 juta rupiah. Hal ini
maka variabel X secara parsial sesuai dengan pendapat Niswati (2019)
berpengaruh terhadap variabel Y. Hasil yang menyatakan bahwa kesuksesan
uji t dapat dilihat pada Tabel 5. petani padi dapat dilihat dari pendapatan
Tabel 5. Hasil Uji T yang diperoleh. Semakin besar
Variabel Sig.
Pendapatan (X1) 0,000 pendapatan yang diperoleh petani maka
Modal (X2) 0,650
Lingkungan Sosial (X3) 0,014 dapat dikatakan sukses dan akan timbul
Umur (X4) 0,065
Pendidikan (X5) 0,002
kepuasan tersendiri pada petani.
Sumber: Data Primer Penelitian, 2022 Berdasarkan hasil penelitian dapat
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel modal memiliki
diketahui bahwa variabel pendapatan nilai sig 0,650. Hal tersebut menunjukkan
memiliki nilai sig 0,000. Hal tersebut nilai sig > 0,05, sehingga menyatakan
menunjukkan nilai sig < 0,05, sehingga bahwa variabel modal tidak berpengaruh
menyatakan bahwa variabel pendapatan secara nyata terhadap persepsi pemuda
berpengaruh secara nyata terhadap terhadap profesi petani padi di Kota
persepsi pemuda terhadap profesi petani Semarang. Pemuda menganggap bahwa
padi di Kota Semarang. Pemuda setuju untuk menjadi petani padi tidak perlu
bahwa pendapatan petani padi memiliki lahan pribadi. Petani yang tidak
disesuaikan dengan luas lahan yang memiliki lahan pribadi dapat bekerja
dimiliki. Semakin besar lahan yang sebagai petani penggarap dan petani
dimiliki petani dan dikelola dengan buruh. Hal ini sesuai dengan pendapat
maksimal maka akan memperoleh hasil Wahyuni (2017) yang menyatakan bahwa
produksi melimpah dan meningkatkan petani pemilik merupakan sebagai
pendapatan petani. Hal ini sesuai dengan majikan yang tanahnya digarap oleh
pendapat Hardin (2019) yang petani penggarap, sehingga petani
menyatakan bahwa semakin besar luas pemilik tersebut berperan sebagai
lahan yang dimiliki dan dikelola petani pengelola dalam usaha taninya. Petani

1402
Mimbar Agribisnis:
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis
Juli 2022, 8(2): 1387-1408

buruh adalah petani yang menggunakan lingkungan sosial berpengaruh secara


keterampilan bercocok tanam sebagai nyata terhadap persepsi pemuda terhadap
juru tani dengan mengandalkan profesi petani padi di Kota Semarang.
keterampilan tangan, otot dan mata. Persepsi dilingkungan sosial pemuda
Modal yang dibutuhkan petani padi dapat dilihat dari teman sebaya dan orang
terdiri dari lahan, bibit, pengetahuan, tuanya. Teman sebaya dilingkungan
SDM, cangkul, sabit dan traktor. sekitar pemuda yang akrab denga
Banyaknya modal yang dibutuhkan pertanian padi tidak menganggap sepele
petani tentu memerlukan biaya yang terhadap profesi petani padi, karena
besar untuk membelinya. Padahal tidak banyaknya teman mereka yang
semua petani memiliki modal yang cukup membantu orang tuanya bertani. Berbeda
untuk memenuhi kebutuhan dengan teman sebaya pemuda yang
usahataninya. Pemuda menilai bahwa tinggal di wilayah perkotaan, beberapa
kekurangan modal menyebabkan petani dari mereka menganggap sepele profesi
membeli sarana produksi seadanya, petani padi karena pekerjaan petani yang
menggunakan peralatan tradisional, identik dengan kotor-kotoran dan
tingkat adopsi teknologi petani rendah pendapatan yang fluktuatif. Teman
dan akan berimbas pada rendahnya sebaya pemuda menilai bahwa petani
produktivitas usahatani sehingga dapat padi sangat berjasa bagi pemenuhan
mempengaruhi pendapatan petani padi. kebutuhan pokok bangsa. Hal ini sesuai
Hal ini sesuai dengan pendapat Yanti et dengan pendapat Keumala dan
al., (2014) yang menyatakan bahwa Zaenuddin (2018) yang menyatakan
kelemahan petani padi terletak pada bahwa petani merupakan salah satu orang
kekurangan modal seperti tidak sanggup yang paling berjasa dalam pemenuhan
untuk membeli sarana produksi yang kebutuhan hidup orang banyak dan petani
berkualitas (bibit dan pupuk) serta perlu disejahterakan. Mayoritas orang tua
penggunaan teknologi. pemuda kurang mendukung anaknya
Berdasarkan hasil penelitian dapat untuk bekerja sebagai petani padi karena
diketahui bahwa variabel lingkungan lingkungan sekitar yang tidak akrab
sosial memiliki nilai sig 0,014. Hal dengan pertanian dan pendapatan petani
tersebut menunjukkan nilai sig < 0,05, yang tidak pasti. Hal ini sesuai dengan
sehingga menyatakan bahwa variabel pendapat Ningsih dan Syaf (2015) yang

1403
PERSEPSI PEMUDA TERHADAP PROFESI PETANI PADI DI KOTA SEMARANG
Mita Erliaristi, Kadhung Prayoga, dan Joko Mariyono

menyatakan bahwa saat ini semakin dimiliki akan semakin produktif sampai
banyak orang tua yang tidak mengajak batas tertentu. Petani muda lebih kuat
anak-anaknya untuk bertani dengan secara fisik, namun petani tua lebih
berbagai alasan, seperti pertanian matang dalam pemikiran. Hal tersebut
merupakan jenis pekerjaan yang sesuai dengan pendapat Zakirin et al.,
membutuhkan kerja keras, menguras (2013) yang menyatakan bahwa semakin
waktu dan tenaga serta penghasilan yang bertambahnya umur petani maka semakin
diperoleh tidak menentu. banyak pengalaman dan keterampilan
Berdasarkan hasil penelitian dapat dalam budidaya padi sehingga akan
diketahui bahwa variabel umur memiliki berpengaruh terhadap produksi padi.
nilai sig 0,065. Hal tersebut menunjukkan Berdasarkan hasil penelitian dapat
nilai sig > 0,05, sehingga menyatakan diketahui bahwa variabel pendidikan
bahwa variabel umur tidak berpengaruh memiliki nilai sig 0,002. Hal tersebut
secara nyata terhadap persepsi pemuda menunjukkan nilai sig < 0,05, sehingga
terhadap profesi petani padi di Kota menyatakan bahwa variabel pendidikan
Semarang. Pemuda beranggapan bahwa berpengaruh secara nyata terhadap
untuk menjadi petani tidak memiliki persepsi pemuda terhadap profesi petani
batasan umur tertentu. Pemuda menilai padi di Kota Semarang. Pemuda merasa
bahwa orang dengan umur berapapun pendidikan di sekolah tidak akrab dengan
serta kekuatan fisik yang mumpuni dapat pertanian. Selama pemuda menempuh
bekerja menjadi petani padi. Pemuda juga pendidikan formal, pemuda tidak pernah
tidak setuju dengan anggapan semakin mendapatkan ilmu tentang pertanian. Hal
tua umur petani maka semakin menurun ini sesuai dengan pendapat Fikri et al.,
kinerja petani tersebut. Hal tersebut (2021) yang menyatakan bahwa
dikarenakan tidak semua petani yang pendidikan melahirkan generasi muda
berumur tua memiliki kinerja yang yang terdidik tetapi tidak akrab dengan
menurun tetapi terdapat pula petani yang pertanian. Padahal untuk menjadi petani
sudah berusia tua tetapi masih memiliki padi memerlukan pengalaman dan skill
fisik yang kuat. Hal ini sesuai dengan khusus. Hal ini sesuai dengan pendapat
pendapat Andriani et al., (2018) yang Bu’ulolo dan Zendrato (2021) yang
menyatakan bahwa semakin bertambah menyatakan bahwa kemampuan yang
umur petani maka tenaga kerja yang harus dimiliki petani padi terdiri dari

1404
Mimbar Agribisnis:
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis
Juli 2022, 8(2): 1387-1408

pengetahuan tentang pertanian dan dan pendapatan petani bersifat


pengalaman bertani. Petani yang tidak fluktuatif.
memiliki pengetahuan, pengalaman dan b. Pemuda menilai untuk menjadi
skill yang mumpuni tidak bisa mengelola petani tidak perlu memiliki lahan
usahataninya secara maksimal dan pribadi karena petani bisa
cenderung mengalami keuntungan yang menggarap lahan milik orang lain.
minim atau bahkan kerugian. Kekurangan modal dapat
mempengaruhi pendapatan petani
KESIMPULAN DAN SARAN padi.
Kesimpulan c. Teman sebaya yang berada
Berdasarkan hasil penelitian yang dilingkungan sekitar pemuda tidak
telah dilakukan dengan judul “Persepsi menganggap sepele profesi petani
Pemuda Terhadap Profesi Petani Padi di padi serta orang tua pemuda tidak
Kota Semarang” dapat disimpulkan mendukung anaknya untuk
bahwa: menjadi petani padi.
1. Persepsi pemuda terhadap profesi d. Pemuda menilai untuk menjadi
petani padi di Kota Semarang petani padi tidak memiliki batasan
memperoleh skor 6.366 dikategorikan umur tertentu dan pemuda cocok
sebagai pemuda yang memiliki untuk menjadi petani padi.
persepsi positif terhadap profesi e. Pemuda selama menempuh
petani padi. Persepsi positif tersebut bangku pendidikan tidak
dapat dilihat dari persepsi pemuda memperoleh pengetahuan
terhadap petani padi dengan mengenai petani padi. Pemuda
pandangan yang positif atau sesuai menilai untuk menjadi petani padi
dengan harapan pemuda terhadap memerlukan pengetahuan,
petani padi tersebut yang dapat dilihat pengalaman dan skill.
dari segi pendapatan, modal, 2. Berdasarkan hasil uji f, variabel
lingkungan sosial, umur dan pendapatan, modal, lingkungan sosial,
pendidikan. umur dan pendidikan berpengaruh
a. Pemuda setuju dengan pendapatan secara serempak terhadap persepsi
petani padi disesuaikan dengan pemuda terhadap profesi petani padi.
luas lahan yang dimiliki petani Hasil uji-t menunjukakan bahwa

1405
PERSEPSI PEMUDA TERHADAP PROFESI PETANI PADI DI KOTA SEMARANG
Mita Erliaristi, Kadhung Prayoga, dan Joko Mariyono

secara parsial variabel pendapatan, terbebas dari tuntutan supaya tidak


lingkungan sosial dan pendidikan menjadi petani.
berpengaruh terhadap persepsi 3. Bagi pemerintah: perlu mengadakan
sedangkan variabel modal dan umur kegiatan penyuluhan serta pelatihan
tidak berpengaruh terhadap persepsi pertanian di sekolah dan mengajak
pemuda terhadap profesi petani padi generasi muda untuk berkarir menjadi
di Kota Semarang. petani padi. Luas lahan pertanian
Kota Semarang yang minim,
Saran pemerintah dapat menggerakkan
Berdasarkan penelitian yang telah warganya untuk menerapkan urban
dilakukan dapat disarankan sebagai farming di perkotaan.
berikut:
1. Bagi pemuda: perlu adanya kesadaran DAFTAR PUSTAKA
dari pemuda bahwa minimnya jumlah Andriani, R., K. Sobri., dan H. Iswarini.
(2018). Faktor-Faktor Yang
petani muda di Kota Semarang dan
Mempengaruhi Keputusan Petani
pemuda minat untuk berkarir menjadi Mengusahakan Padi Organik Di
Desa Karang Sari Kecamatan
petani. Pemuda yang berada
Belitang Iii Kabupaten Oku
dilingkungan sekitar tidak terdapat Timur. Jurnal Ilmu-Ilmu
Agribisnis, 7 (1): 60-70.
sawah dapat menerapkan urban
Arimbawa, I., dan S. D. Rustariyuni.
farming di sekitar rumahnya. (2018). Respon Anak Petani
Meneruskan Usaha Tani Keluarga
2. Bagi orang tua: Paradigma orangtua
Di Kecamatan Abiansemal. Jurnal
harus menyekolahkan anaknya ke Ekonomi Pembangunan
Umiversitas Udayana, 7 (7): 1558-
perguruan tinggi supaya jangan hanya
1586.
menjadi petani merupakan persepsi Arvianti, E. Y., M. Masyhuri., L.R.
Waluyati., dan D.H. Darwanto.
buruk yang berpengaruh pada
(2019). Gambaran Krisis Petani
ketertarikan pemuda untuk menjadi Muda Indonesia. Jurnal
Agriekonomika, 8 (2): 168-180.
petani. Perlu adanya sosialisasi
Atnan, A., dan D. Tangkesalu. (2017).
kepada masyarakat Kota Semarang Analisis Pendapatan Usahatani Padi
Sawah Di Desa Buyumpondoli
tentang hebatnya menjadi petani,
Kecamatan Pamona Puselemba
sehingga dapat merubah persepsi Kabupaten Poso. Jurnal Ilmu
Pertanian, 5 (4): 501-508.
buruk masyarakat tentang pekerjaan
Badan Pusat Statistik. (2018). Hasil
sebagai petani dan membuat pemuda Survei Pertanian Antar Sensus 2018
Provinsi Jawa

1406
Mimbar Agribisnis:
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis
Juli 2022, 8(2): 1387-1408

Tengah.https://jateng.bps.go.id/publ (NTP) Dan Pembiayaan Syariah


ication/2019/10/31/ebaca4c0465f01 Sebagai Solusi. Jurnal Ekonomi
44b1c7e36c/hasil-survei-pertanian- Islam, 9 (1): 129-149.
antar-sensus--sutas--2018-provinsi- Ningsih, F., dan S. Syaf. (2015). Faktor-
jawa-tengah-seri-a2.html. Diakses Faktor Yang Menentukan
pada 16 Juni 2021. Keterlibatan Pemuda Pedesaan
Dinas Pertanian Kota Semarang. (2021). Pada Kegiatan Pertanian
Luas tanam, luas panen dan Berkelanjutan. Jurnal Penyuluhan,
produktivitas padi di Kota 11 (1): 23 – 37.
Semarang. Niswati, D. (2019). Analisis Usahatani
https://dispertan.semarangkota.go.i Padi Gogo Di Jorong Lubuk
d/data-tanaman-pangan/. Diakses Gadang, Nagari Parit, Kecamatan
pada 10 Maret 2022. Koto Balingka, Kabupaten
Febrimeli, D., A.Z. Siregar, dan R.G. Pasaman Barat. Unes Journal
Luahambowo. (2020). Persepsi Mahasiswa Pertanian, 3 (1): 1-10.
Komunitas Pemuda Tani Terhadap Nurazira, N., R. Rosnita., dan Y.
Upaya Berkelompoktani Di Andriani. (2021). Peran Opinion
Bahorok-Langkat, Sumatera Leader Dalam Komunikasi Pada
Utara. Journal of Agricultural Kelompok Tani Padi Di Desa
Extension, 44 (1): 1-14. Mentayan Kecamatan Bantan
Fikri, M. R. A., R. Witjaksono., dan R.I. Kabupaten Bengkalis. Jurnal
Wati. (2021). Peranan Sekolah Agribisnis Universitas
Menengah Kejuruan (SMK) Malikussaleh, 6 (1): 13-22.
Pertanian Di Yogyakarta Terhadap Pardede, H. D. (2017). Analisis Faktor
Keberlanjutan Pertanian Dari Segi Produksi Terhadap Pendapatan
Sumber Daya Manusia. Jurnal Petani Padi Sawah Dengan Sistem
Agribusiness, Rural Management, PTT. Jurnal Politeknik Bisnis
and Development Extension, 1 (2): Indonesia, 7 (1): 62-77.
61-69. Prayoga, K., S. Nurfadillah., M. Saragih.,
Hardin, H. (2019). Identitas Petani Yang dan A.M. Riezky. (2019). Menakar
Mempengaruhi Pendapatan Bagi Perubahan Sosio-Kultural
Usahatani Padi Sawah Di Kota Masyarakat Tani Akibat
Baubau. Jurnal Universitas Miskonsepsi Modernisasi
Muhammadiyah Buton, 3 (2): 121- Pembangunan Pertanian. Journal
144. on Socio-Economics of Agriculture
Insnaeni, F. R., I. Setiawan, dan S. and Agribusiness, 13 (1): 96-114.
Rasiska. (2018). Determinan Rasmikayati, E., I. Setiawan, dan B.R.
Partisipasi Dan Peran Petani Muda Saefudin. (2017). Kajian
Dalam Pengembangan Pertanian Karakteristik, Perilaku Dan Faktor
Ramah Lingkungan Di Desa Pendorong Petani Muda Terlibat
Cisondari, Kecamatan Ciwidey, Dalam Agribisnis Pada Era Pasar
Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Global. Jurnal Pemikiran
Jurnal Pemikiran Masyarakat Masyarakat Ilmiah Berwawasan
Ilmiah Berwawasan Agribisnis, 4 Agribisnis, 3 (2): 134-149.
(2): 153-168. Suratha, I. K. (2017). Krisis Petani
Keumala, C. M., dan Z. Zainuddin. Berdampak Pada Ketahanan
(2018). Indikator Kesejahteraan Pangan Di Indonesia. Jurnal
Petani Melalui Nilai Tukar Petani Undiksha, 16 (1): 67-80.

1407
PERSEPSI PEMUDA TERHADAP PROFESI PETANI PADI DI KOTA SEMARANG
Mita Erliaristi, Kadhung Prayoga, dan Joko Mariyono

Tana, Y. J., I. M. Tamba, dan I. M. Generasi Muda Terhadap Kegiatan


Sukerta. (2020). Persepsi Pemuda Pertanian Di Kelurahan Buha
Terhadap Pekerjaan Di Sektor Kecamatan Mapanget Kota
Pertanian (Studi Kasus Desa Manado. Jurnal Agri-
Timpag, Kerambitan, Tabanan). Sosioekonomi, 14 (3): 123-130.
Jurnal Pertanian Berbasis Yanti, S. N., S. Kesuma., dan S. Indra.
Keseimbangan Ekosistem, 10 (20): (2014). Strategi Peningkatan
24-28. Pendapatan Petani Padi
Wahyuni, D. (2017). Analisis Sistem Organik. Journal of Agriculture
Pengupahan “Bawon” Pada and Agribusiness Socioeconomics,
Pertanian Padi (Studi Kasus Pada 3 (4): 1-14.
Petani Di Desa Gambar Kecamatan Zakirin, M., E. Yurisinthae., dan N.
Wonodadi Kabupaten Blitar). Kusrini. (2013). Analisis Risiko
Jurnal Bisnis, Manajemen dan Usahatani Padi Pada Lahan Pasang
Perbankan, 2 (2): 103-120. Surut Di Kabupaten
Werembinan, C. S., C.B. Pakasi., dan Pontianak. Jurnal Social Economic
L.R. Pangemanan. (2018). Persepsi of Agriculture, 2 (1): 75-84.

1408

Anda mungkin juga menyukai