Anda di halaman 1dari 2

Bab II

Kajian Pustaka dan Kerangka Teori

A. Kajian Pustaka
Setelah melalui proses pencarian terhadap karya-karya yang mengupas tentang peran
reog sebagai media pergaulan yang mampu mempererat kerukunan hidup masyarakat,
penulis mengambil kesimpulan bahwa karya penelitian yang memfokuskan diri pada peran
reog yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan saja, tetapi juga sebagai media pergaulan
masih sedikit. Beberapa buku yang memberikan informasi terkait dengan fokus penelitian
adalah buku yang berjudul Mengenal tari-Tarian Rakyat di Daerah istimewa Yogyakarta
karya Soedarsono. Buku yang diterbitkan oleh Akademi Seni Tari Indonesia pada tahun
1976 ini secara garis besar berisi tentang jenis dan macam tari-tarian rakyat yang ada di
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Buku berikutnya berjudul Seni Pertunjukkan Tradisional Nilai, Fungsi dan
Tantangannya yang disusun oleh Sujarno, Christiyati Ariani, Siti Munawaroh dan Suyami.
Buku yang diterbitkan oleh Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional tahun 2003 ini berisi
informasi tentang berbagai macam seni pertunjukkan tradisional di Yogyakarta, lengkap
dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, fungsi pertunjukan dan tantangan yang
harus dihadapi oleh seni tradisional agar tetap eksis.
Karya yang lain adalah Cultural Dimension and Human development tulisan Fuad
Hassan, yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1976.
Buku tersebut memuat informasi tentang dimensi-dimensi kebudayaan dalam perkembangan
kehidupan manusia. Manusia dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Kebudayaan eksis dan berkembang karena manusia. Manusia yang membuat
kebudayaan berkembang atau justru mati. Kebudayaan merupakan bukti perkembangan
semua aspek dalam kehidupan manusia dan dapat digunakan untuk mempertegas eksistensi
manusia.
B. Kerangka Teori
Seni tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Seni selalu ambil bagian dalam
proses kehidupan manusia. Semakin rumit dan modern kehidupan manusia, seni juga akan
semakin kompleks, baik bentuk maupun jenisnya. Fokus seni selalu berubah sesuai dengan
perubahan sosial, ekonomi, politik, bahkan keagamaan yang sedang berlangsung pada saat
itu (Ardipal. 2008: 87).
Reog merupakan merupakan jenis tarian rakyat. Tarian rakyat merupakan tarian
dengan komposisi sederhana yang disusun untuk kepentingan masyarakat setempat
(Soedarsono. 1976: 3). Reog sebenarnya tokoh binatang unik yang hadir dalam pertunjukkan
jathilan. Reog ditarikan oleh seorang laki-laki yang menggunakan selubung berbentuk
kepala singa bermahkota besar dan tinggi yang biasa disebut dengan Dhadhak merak
(Soedarsono, 1976: 12). Kesenian reog juga diartikan sebagai seni pertunjukan yang
ditarikan oleh suatu kelompok penari, diiringi oleh musik khas. Setiap daerah memiliki
kekhasan dalam pertunjukan reog, baik dari tokoh-tokoh dalam kelompok reog, kostum,
iringan dan lain sebagainya.
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling berinteraksi sesuai dengan sistem
adat istiadat tertentu yang sifatnya berkesinambungan dan terikat oleh identitas bersama.
(Koentjaraningrat. Pengantar Antropologi I, 1996: 122) Salah satu media yang bisa
memperkuat ikatan identitas masyarakat adalah seni. Bagi masyarakat Dusun Gadungsari,
Wonosari, Gunungkidul, Reog Pramurti merupakan media yang memperkuat ikatan antara
anggota masyarakatnya. Kehidupan sosial masyarakat tidak luput dari sentuhan kebudayaan.
Reog Pramurti merupakan salah satu bukti dari dinamika budaya masyarakat Gadungsari.
Semua personil kelompok seni ini adalah warga Gadungsari dengan rentang usia antara 10
sampai dengan 55 tahun. Reog Pramurti akan ditampilkan jika ada perayaan atau even-even
penting bagi kampung.

Anda mungkin juga menyukai