Anda di halaman 1dari 12

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN DAN DISRUPSI TEKNOLOGI

PERTANIAN DI ERA DIGITAL


MAKALAH BAHASA INDONESIA

Yuliana Pratiwi Asti


512020023

FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS


UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................................2
BAB I................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN............................................................................................................................2
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................4
I.3 Tujuan....................................................................................................................................4
BAB II..............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................................................................4
2.1 Peran Teknologi di Bidang Pertanian..................................................................................4
2.2 Disrupsi Teknologi Pertanian dan Upaya Pengendalian....................................................7
BAB III...........................................................................................................................................10
PENUTUP......................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................10
3.2 Saran....................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Menurut Saptana (2013) menyatakan bahwa, pertanian merupakan sebuah sector
yang memiliki peranan penting di kehidupan manusia. Karena menjadi dasar dalam
penyediaan bahan sandang, pangan, dan papan dalam menjalankan kehidupan. Selain
itu di Indonesia sector pertanian menjadi sector andalan dan menjadi tumpuan
kehidupan masyarakat pada umumnya, sebab Indonesia merupakan Negara agraris.
Akibatnya banyak masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai petani.
Akan tetapi pengelolaan usaha tani di Indonesia masih bersifat tradisional dan
belum menggunakan teknologi yang tinggi. Sehingga berdampak pada rendahnya
produktivitas usaha tani yang dihasilkan. Seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk, secara otomatis kebutuhan terhadap sector pertanian dan tuntutan terhadap
kebutuhan pangan, sandang, dan papan pun semakin meningkat terutama pada
kebutuhan pangan. Apabila kebutuhan pangan tidak tercukupi, maka masyarakat tidak
dapat bertahan hidup dan ketahanan pangan suatu Negara menjadi terganggu.
Saptana (2013) Untuk memenuhi tuntutan yang semakin besar terhadap sector
pertanian khususnya pangan maka diperlukan adanya upaya pengembangan di
berbagai sisi, termasuk pengembangan teknologi, system manajemen usaha tani, dan
lain sebagainya. Sedangkan menurut Hanifah (2011: 14 (2) dengan menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi di bidang pertanian maka dapat meningkatkan
kompetensi dan kemanfaatannya dalam arti luas di Indonesia.
Petani memerlukan berbagai sumber informasi terkini terkait prospek pasar yang
berkaitan dengan sarana produksi dan produksi pertanian. System pengetahuan dan
informasi pertanian tersebut dapat membantu petani dengan melibatkan secara
langsung terhadap sejumlah kesempatan sehingga petani mampu memilih kesempatan
yang sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan (Hanifah, 2011: 14 (2)
Perkembangan pertukaran informasi antara pelaku yang terkait dengan bidang
pertanian merupakan aspek terpenting dalam mewujudkan system pengetahuan dan
informasi pertanian. Akan tetapi petani di Indonesia mengalami kesulitan mengakses
teknologi yang telah dikembangkan oleh para peneliti, sehingga dibutuhkan peran
penyuluh pertanian untuk mensosialisasikan penggunaan teknologi yang dapat
membantu dalam pengelolaan usaha tani supaya dapat menciptakan suatu usaha tani
yang lebih produktif dan efisien (Sadono, 2008: 4(1)
Akibat dari kesulitan petani dalam mengakses informasi pertanian membuat
sejumlah petani tidak mengerti perkembangan teknologi di bidang pertanian. Menurut
Nuryanti (2011: 29(2) ketika terjadi perubahan besar dalam penerapan teknologi dari
sector manufaktur dan pertanian menjadi sector industry jasa dan telekomunikasi,
memberikan dampak bagi system dan lingkungan yang telah ada sejak dulu. Salah
satu factor pendorong perubahan teknologi di bidang pertanian, yaitu menipisnya
sumber daya alam atau tidak adanya sumber daya alam pada suatu Negara. Namun
sebaliknya terjadi perkembangan pesat pada sector teknologi pada Negara tesebut.
Sehingga menimbulkan disrupsi teknologi pertanian yang menjadi tantangan dalam
memunculkan sebuah paradigma baru. Dan untuk mengatasi permasalahan disrupsi
teknologi pertanian di era digital saat ini, perlu menyiapkan wirausaha pertanian muda
yang memahami disrupsi inovasi untuk menghasilkan produk pertanian yang sesuai
dengan tujuan serta segmen pasarnya di era digital (Bahua, 2016)

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana peranan teknologi di bidang pertanian?
2. Factor apa saja yang mempengaruhi disrupsi teknologi pertanian serta
bagaimana upaya pengendaliannya di bidang pertanian?
I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui peranan teknologi di bidang pertanian
2. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi disrupsi teknologi
pertanian serta upaya pengendalian disrupsi di bidang pertanian
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peran Teknologi di Bidang Pertanian


Teknologi merupakan segala sesuatu yang dilakukan manusia agar memenuhi
kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera. Penggunaan teknologi dapat berupa alat
maupun ilmu pengetahuan yang dapat membantu kehidupan manusia.
Saat ini perkembangan teknologi telah berkembang pesat dan telah mengubah
perilaku manusia dari kehidupan yang konvesional menjadi lebih modern. Hal ini
dikarenakan adanya tuntutan kebutuhan dan juga keinginan manusia untuk terus
melakukan perubahan menjadi lebih baik. Teknologi sangat berperan dalam kehidupan
manusia termasuk dalam pembangunan pertanian.
Berdasarkan pengalaman dari Arthur Mosher, beliau mengungkapkan lima syarat
yang harus ada dan harus diperhatikan di dalam pembangunan pertanian, antara lain :
1. Adanya pasar hasil pertanian.
2. Teknologi yang senantiasa berkembang.
3. Tersedianya factor produksi.
4. Rangsangan bagi petani.
5. System transportasi.
Sedangkan menurut Gumbira-Said terdapat lima pra syarat pada teknologi yang
mendukung pembangunan pertanian Indonesia pada pertanian berkelanjutan, yaitu :
1. Berbasis sumber daya local sehingga keunggulan komparatif yang dimiliki
dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk diubah menjadi keunggulan
kompetitif.
2. Melakukan orientasi pada pasar local, domestic, dan internasional (ekspor).
Dengan berlakunya globalisasi ekonomi, maka segmentasi pasar-pasar
tersebut menjadi tidak toleran sejauh mutu produknya memiliki daya saing
global.
3. Menghasilkan keragaman usaha yang besar dan mendorong perrtumbuhan
ekonomi wilayah.
4. Memiliki sumber daya manusia unggulan yang mampu mengembangkan dan
melakukan inovasi teknologi yang tepat terap dan tepat sasaran selain
memiliki jiwa kewirausahaan yang tinggi.
5. Memiliki kelayakan ekonomi dan finansial usaha yang baik dan mampu
berkompetisi sekurang-kurangnya secara regional.
Teknologi yang digunakan saat ini terutama pada sector pertanian memiliki tujuan
untuk meningkatkan produktivitas meliputi produktivitas lahan, modal, atau tenaga
kerja. Dengan demikian teknologi yang mendukung pembangunan pertanian di
Indonesia harus dapat digunakan pada kegiatan on farm dan off farm. Teknologi
dalam kegiatan on farm meliputi teknologi biologis untuk menghasilkan produk usaha
tani, penggunaan teknologi untuk pertanian organic, serta teknologi pengadaan
peralatan dan mesin pertanian. Sementara pada teknologi dalam kegiatan off farm
meliputi teknologi pengolahan, pengawetan, pengemasan, pengepakan, dan distribusi
(Dwi, 2019: 3(1) hal. 27)
Menurut Dwi (2019: 3(1) hal.27) dalam bidang pertanian, teknologi digital bisa
dimanfaatkan selama proses on farm maupun off farm. Teknologi mobile juga dapat
digunakan dalam inovasi pertanian. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan peluang
bagi petani dalam mengakses informasi tentang komoditas pertanian melalui layanan
informasi tentang komoditas pertanian. Layanan informasi berbasis mobile diperlukan
pada saat petani membutuhkan informasi pertanian secara cepat. Sehingga tidak
memerlukan waktu lama untuk mengetahui informasi tersebut, terutama tentang
komoditas seperti harga bibit dan ketersediaan pupuk, harga komoditas di pasar, luas
tanaman komoditas, prediksi masa panen, dan sarana untuk mengumpulkan kelompok
tani. Dalam proses on farm, aplikasi digital dapat diterapkan untuk mengontrol
tanaman dari jarak jauh sehingga proses pengawasan dapat dilakukan dengan waktu
yang tidak terbatas dan mampu meningkatkan hasil panen hingga 100 persen.
Misalnya teknologi system pertanian berbasis IT yang dapat digunakan untuk
mengawasi dan mengetahui kebutuhan tanaman. System informasi dapat mengirimkan
pesan singkat yang dikirimkan oleh aplikasi atau melihat langsung lokasi pertanian
menggunakan kamera CCTV. System pertanian digital dapat menjadi solusi untuk
mengatasi persoalan pangan dalam negeri agar lebih tertata untuk membuat proses
kebijakan. Dengan adanya system pertanian digital pemerintah dapat mengontrol
komoditas apa yang ditanam dan dipanen dari daerah satu ke daerah yang lainnya
dengan harapan tidak ada perbedaan yang jauh antara data dengan kondisi lapangan.
Melalui system ini pemerintah dapat lebih mudah mengetahui wilayah mana yang
mengalami surplus ataupun deficit pangan sehingga lebih mudah dalam mencari
solusinya (Dwi, 2019: 3(1) hal.27)
Menurut Dwi (2019: 3(1) hal.27) dengan system pertanian digital memberikan
keuntungan bagi petani dan konsumen karna dapat terhindar dari permainan harga
oleh para oknum pangan. Selain itu system pertanian digital akan mempermudah
distribusi dari petani kepada konsumen sehingga akan memperpendek system rantai
pasok pangan. System pertanian digital tidak terbatas waktu dan tempat dalam
mengakses nya sehingga diharapkan dapat meningkatkan peluang keberdayaan petani,
mampu menurunkan ketimpangan akses pangan dan dapat mempercepat pemenuhan
kebutuhan pangan dari satu daerah ke daerah lainnya serta berkontribusi nyata
terhadap pembangunan perekonomian di Indonesia.
2.2 Disrupsi Teknologi Pertanian dan Upaya Pengendalian
Teknologi mampu mendorong perubahan tatanan kelembagaan di pedesaan dan
perubahan kelembagaan tersebut dapat berdampak pada struktur tenaga kerja dan
pendapatan masyarakat pedesaan. Dengan begitu perubahan teknologi akan
mengakibatkan redistribusi pendapatan usaha tani. Oleh karena itu, pemilihan inovasi
pertanian yang tepat guna (good innovation) akan meningkatkan minat petani untuk
menggunakan teknologi yang telah diintroduksikan inovasi baru serta harus
didampingi dengan penyuluhan yang efektif. Sehingga adopsi teknologi akan
mencapai sasarannya dan tenaga penyuluhan pertanian dapat diberdayakan secara
optimal. Akan tetapi budaya dan tata nilai juga dapat mempengaruhi sikap petani
dalam suatu kelompok tani, sehingga dalam satuan organisasi dapat menimbulkan
konflik yang menghambat pemberdayaan kelompok untuk lebih maju dan kuat.
Sumber Hambatan dalam penggunaan teknologi bisa disebut juga sebagai disrupsi
teknologi (Nuryanti, 29 (2): 121-124)
Disrupsi teknologi bisa menjadi hambatan yang akan mempengaruhi muncul ide
baru dalam penggunaan teknologi. Di bidang pertanian, disrupsi teknologi dapat
disebabkan oleh beberapa factor, antara lain :
1. Sumber daya manusia
Saat ini sebagian besar petani berusia lebih dari 40 tahun dan lebih dari 70
persen petani di Indonesia hanya berpendidikan setara SD bahkan
dibawahnya. Pendidikan formal yang rendah tersebut menyebabkan
pengetahuan dalam pengolahan pertanian tidak berkembang dan
cenderung monoton. Petani hanya mengolah pertanian seperti biasanya
tanpa menciptakan inovasi-inovasi terbaru demi peningkatan hasil pangan
yang berlimpah.
2. Kondisi lahan pertanian
Penyebaran penduduk dan pembangunan yang belum merata di Indonesia
membuat banyak lahan yang belum tergarap oleh masyarakat di daerah-
daerah pedalaman, sementara lahan di suatu wilayah strategis justru
menjadi rebutan dengan harga mahal. Mengingat harga tanah yang
semakin melonjak tinggi, luas kepemilikian lahan pertanian para petani di
Indonesia pun rata-rata kecil. Bahkan, sebagian besar petani hanya bisa
menggarap lahan milik orang lain sehingga hasilnya pun harus dibagi dua.
Selain itu, dampak akibat konversi lahan pertanian menjadi non pertanian
yang mencapai 150-200 ribu per tahun juga menyebabkan petani
kekurangan lahan untuk bercocok tanam.
3. Teknologi masa kini
System pengalihan teknologi dari tradisional menjadi modern dalam
pengelolaan pertanian belum dapat diterima oleh sebagian besar petani,
sehingga masih banyak memilih menggunakan peralatan tradisional
dibandingkan peralatan teknologi canggih. Selain karena keterbatasan
biaya, keterbatasan pengetahuan juga menjadi factor yang menghambat
laju teknologi untuk merambah sector pertanian secara luas.
Dengan banyak nya factor-faktor disrupsi teknologi pertanian, diperlukan upaya-
upaya untuk mengatasi nya. Antara lain :
1) Peningkatan sumber daya manusia
Peningkatan SDM dapat dilakukan dengan memberikan sosialisasi
mengenai peluang bisnis di bidang pertanian kepada para generasi muda,
akan memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengembangkan diri
dalam bidang pertanian. Sehingga dapat terciptakan inovasi-inovasi
terbaru untuk meningkatkan hasil pangan yang lebih baik. Peningkatan
SDM petani dan pertanian juga dapat dilakukan melalui upaya
pemberdayaan masyarakat pedesaan. Tujuan dari pemberdayaan tersebut
adalah untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar mampu
menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya untuk
mencapai suatu keberlanjutan.
2) Penyediaan lahan pertanian
Dengan memanfaatkan lahan-lahan yang masih banyak kosong, misalnya
lahan pertanian yang mayoritas berada diluar pulau Jawa. Dengan
pengolahan lahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk pengembangan
produksi pertanian dan dapat memenuhi kebutuhan pangan rakyat
Indonesia. Misalnya dengan mengoptimalisasi lahan rawa menjadi sawah
produktif.
3) Mengenalkan teknologi masa kini
Upaya untuk mengatasi disrupsi di bidang pertanian dapat dilakukan
dengan memberikan penyuluhan mengenai penggunaan alat pertanian
yang dilengkapi dengan teknologi modern. Pemberian penyuluhan dapat
dilakukan oleh instansi pemerintah maupun swasta. Penyuluhan yang
diberikan diharapkan mampu mengubah pola pikir serta kebiasaan petani
dalam melakukan kegiatan pertanian yang semula tradisional menjadi
modern.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Peranan teknologi di bidang pertanian bertujuan untuk meningkatkan produktivitas
meliputi produktivitas lahan, modal, atau tenaga kerja. Contoh peranan teknologi
dalam kegiatan on farm meliputi teknologi biologis untuk menghasilkan produk
usaha tani, penggunaan teknologi untuk pertanian organic, serta teknologi
pengadaan peralatan dan mesin pertanian. Sementara pada peranan teknologi dalam
kegiatan off farm meliputi teknologi pengolahan, pengawetan, pengemasan,
pengepakan, dan distribusi.
2. Disrupsi teknologi pertanian merupakan sumber hambatan dalam penggunaan
teknologi. Upaya yang dapat dilakukan dalam pengendalian disrupsi teknologi
antara lain peningkatan sumber daya manusia, penyediaan lahan pertanian, dan
pengenalan teknologi modern saat ini.
3.2 Saran
1. Penyuluhan mengenai teknologi modern pertanian perlu ditingkatkan dalam
mengatasi disrupsi teknologi dibidang pertanian.
2. Sumber daya manusia, lahan pertanian dan teknologi modern merupakan tiga aspek
yang perlu diperhatikan dalam mengatasi disrupsi di bidang pertanian.
DAFTAR PUSTAKA

Asparno Marzuki. 1990. Pertanian Modern dan Masalahnya. Yogyakarta. Erlangga.


Dwi Puspitasari Retno. 2019. Pertanian Berkelanjutan Berbasis Revolusi Industri 4.0.
Jurnal Layanan Masyarakat Universitas Airlangga. Vol.3, No. 1, halaman 27.
Hanifah Vyta W. & R Hendayana. 2011. Kinerja Komponen Teknologi Peternakan
Penentu Percepatan Adopsi Inovasi Mendukung PSDS 2014 Di Jawa Timur.
Widyariset. Vol.14, No.2.
Hendarto kuswanto. 2010. Teknologi Pertanian Modern. Jakarta. Gramedia.
Jones T Simatupang. 2006. Pengembangan dan Aplikasi IPTEK Dalam Pembangunan
Pertanian di Indonesia. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian. Vol. 4, No. 1, halaman
3-4.
Kasriyah. 2018. Pertanian Berkelanjutan Berbasis Revolusi 4.0, Mungkinkah. Jakarta.
Akurat
Mirnawati Mira et. Al. 2016. Prosiding : Seminar Nasional Gaya Kerja Milenial dan
Tantangan Kolaborasi di Era Disrupsi Teknologi. Gorontalo. Ideas Publishing.
Nuryanti Sri, & Dewa Ketut Sadra Swastika. 2011. Peran Kelompok Tani Dalam
Penerapan Teknologi Pertanian. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Vol. 29 No. 2
Napitupulu, Tom Edward Marasi. 2000. Pembangunan Pertanian dan Pengembangan
Agroindustri. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan.
Sadono Dwi. 2008. Pemberdayaan Petani : Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian di
Indonesia. Jurnal Penyuluhan. Vol. 4 No. 1
Saptana., & Arief Daryanto. 2013. Dinamika Kemitraan Usaha Agribisnis Berdayasaing
dan Berkelanjutan. Jurnal Bogor (ID) : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Anda mungkin juga menyukai