Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“SISTEM PEMBAGIAN KEKUASAAN


NEGARA REPUBLIK INDONESIA”

DISUSUN OLEH :
NOVRITA VIRAWATI TOWAKI
KELAS X IPA B

SMA NEGERI 1 LORE UTARA

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan

rahmat dan karuniaNya sehingga makalah yang berjudul “sistem pembagian

kekuasaan Negara Republik Indonesia” ini dapat diselesaikan dengan baik.

Makalah ini saya buat untuk melengkapi tugas mata pelajaran PKN. Saya ucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,

dan saya juga menyadari pentingnya sumber bacaan dan referensi internet yang telah

membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.

Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehinggah

saya harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan

makalah ini. Saya mohon maaf jika didalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan

kekurangan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

B. Rumusan masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Macam macam kekuasaan Negara

B. Prinsip pembagian kekuasaan Negara kesatuan

1. Negara kesatuan dengan sistem sentralistik

2. Negara kesatuan dengan sistem desentralistik

C. Konsep pembagian kekuasaan di Indonesia

D. Pembagian kekuasaan secara horizontal

1. Kekuasaan Konstitutif

2. Kekuasaan Eksekutif

3. Kekuasaan Legislatif

4. Kekuasaan Yudikatif

5. Kekuasaan Eksaminatif/inspektif

6. Kekuasaan Moneter

E. Pembagian kekuasaan secara vertical

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pemerintah merupakan salah satu unsur konstitutif (mutlak) berdirinya sebuah

Negara, selain dari rakyat dan wilayah. Pemerintah bertugas menyelenggarakan

pemerintahan Negara, atau dengan kata lain Pengelolaan Kekuasaan Negara untuk

mencapai cita-cita dan tujuan Negara. Pemerintahlah yang mempunyai kewenangan

mengatur seluruh rakyat dan menjaga keutuhan wilayah Negara untuk mencapai

kemakmuran rakyat.

Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai pemegang

kekuasaan Negara yang terdiri atas dua tingkatan, yaitu pemerintahan pusat dan

pemerintahan daerah. Dalam arti luas, pemerintah pusat dilaksanakan oleh setiap

lembaga Negara yang tugas dan kewenangannya sudah di atur dalam UUD Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 serta peraturan perundang-undangan yang lainnya.

Dalam arti sempit pemerintah pusat dilaksanakan oleh lembaga eksekutif, yaitu

presiden, wakil presiden, kementrian Negara, dan pemerintahan non-kementrian.

Pemerintahan daerah di Indonesia terdiri atas pemerintahan provinsi dan

pemerintahan kabupaten/kota. Pemerintah daerah dilaksanakan oleh pemerintah

daerah (yang dipimpin oleh kepala daerah) dan DPRD.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan di bahas di dalam

makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa saja macam-macam kekuasaan Negara?

2. Apa saja prinsip pembagian kekuasaan Negara Kesatuan?

3. Bagaimana konsep pembagian kekuasaan di Indonesia?

4. Bagaimana konsep pembagian kekuasaan secara horizontal ?

5. Bagaimana konsep pembagian kekuasaan secara vertikal ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. MACAM-MACAM KEKUASAAN NEGARA


Konsep kekuasaan tentu saja merupakan konsep yang tidak asing lagi. Dalam

kehidupan sehari-hari konsep ini sering sekali diperbincangkan,baik dalam obrolan di

masyarakat maupun dalam berita di media cetak maupun elektronik. Secara sederhana

kekuasaan dapat diartiakan sebagai kemampuan seseorang untuk memengaruhi orang

lain supaya melakukan tindakan-tindakan yang dikehendaki atau diperintahkannya.

Negara mempunyai kekuasaan, karena pada dasarnya Negara merupakan organisasi

kekuasaan. Dengan kata lain, bahwa Negara memiliki banyak sekali kekuasaan.

Kekuasaan Negara merupakan kewenangan Negara untuk mengatur seluruh rakyatnya

untuk mencapai keadilan dan kemakmuran, serta keteraturan. Kekuasaan Negara

banyak sekali macamnya. Menurut John Locke sebagaimana dikutip oleh Riyanto

(2006 : 273) bahwa kekuasaan Negara itu dapat dibagi menjadi tiga macam kekuasaan

sebagai berikut :

1. Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat atau membentuk undang

undang.

2. Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang.

Termasuk kekuasaan untuk mengadili setiap pelangaaran terhadap undang-

undang.

3. Kekuasaan federatif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan hubungan luar negeri.


Selain John Locke, ada tokoh lain yang berpendapat tentang kekuasaan Negara, yaitu

Montesquieu, sebagai berikut :

1. Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat atau membentuk undang-

undang.

2. Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang.

3. Kekuasaan yudikatif, yaitu kekuasaan untuk mempertahankan undang-undang

termasuk kekuasaan untuk mengadili setiap pelanggaran terhadap undang-

undang.

Pendapat yang di kemukakan oleh Montesquieu merupakan penyempurnaan dari

pendapat John Locke. Kekuasaan federatif oleh Montesquieu dimasukan kedalam

kekuasaan eksekutif, fungsi mengadili di jadikan kekuasaan yang berdiri sendiri. Ketiga

kekuasaan tersebut dilaksanakan oleh lembaga-lembaga yang berbeda yang sifatnya

terpisah. Teoti Montesquieu ini dinamakan Trias Politika.

B. PRINSIP PEMBAGIAN KEKUASAAN NEGARA KESATUAN

Pendapat C.T. strong yang di kutip Miriam Budiardjo menyatakan bahwa ciri

mutlak yang melekat pada Negara kesatuan ialah: pertama, adanya supremasi dari DPR

pusat, dan kedua tidak adanya badan-badan lain yang berdaulat. Kekuasan pemerintah

dalam suatu Negara yang berbentuk kesatuan seperti itu dapat diselenggarakan dengan

cara terhimpun/ditumpuk (ghatered) secara sentralisasi (centralized), sehinggah segala

urusan dalam Negara terletak di tangan pemerintah pusat (central government).dan

semua kewenangan pemerintah pusat dilakukan oleh satu pusat pemerintahan (single

centralized government, atau oleh pusat bersama-sama dengan organnya yang berada di

daerah-daerah.
Pemencaran organ-organ yang menjalankan kewenangan pemerintah pusat di

daerah-daerah seperti itu, menurut Bagir Manan dikenal sebagai dekosentrasi di mana

semua kewenangan pemerintah daerah, termasuk kewenangan organ-organ dalam

membentuk peraturan perundang-undangan didasarkan atau sangat tergantung pada

pemerintah pusat. Lepas dari dua sistem yang berbeda dalam Negara kesatuan diatas,

Negara kesatuan pada hakikatnya tidak terbagi, atau dalam arti lain kekuasaan

pemerintahan pusat tidak dibatasi, karena konstitusi Negara kesatuan tidak mengakui

badan legislatif lain, selain badan legislatif pusat. Jadi kalaupun ada wewenang bagi

daerah, seperti membuat peraturan daerah (perda) tidak berarti bahwa pemerintah

daerah itu berdaulat karena pengawasan dan kekuasaan tertinggi masih tetap terletak

di pemerintah pusat.

Disebut Negara kesatuan apabila kekuasaan pemerintah pusat dan pemerintah

daerah tidak sama dan tidak sederajat. Kekuasaan pemerintah pusat merupakan

kekuasaan yang menonjol dalam Negara, dan tidak ada saingan dari badan legislatif

pusat dalam membentuk undang-undang. Kekuasaan pemerintah yang di daerah

bersifat derifatif (tidak langsung) dan sering dalam bentuk otonom yang luas dengan

demikian tidak dikenal adanya badan legislatif pusat dan daerah yang sederajat

melainkan sebaliknya. Negara kesatuan dapat di bedakan dalam dua bentuk, yaitu:

1. Negara kesatuan dengan sistem sentralistik

Dalam Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi segala sesuatu dalam Negara

langsung di

Atur dan di urus oleh pemerintah pusat dan daerah hanya tinggal melaksanakan

segala apa yang Telah di instruksikan oleh pemerintah pusat.

2. Negara kesatuan dengan sistem desentralistik


Sedangkan dalam Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, kepada daerah-

daerah di Berikan kesempatan dan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus rumah

tangganya sendiri yang Dinamakan daerah otonom.

C. KONSEP PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA


Dalam sebuah praktik ketatanegaraan tidak jarang terjadi pemusatan kekuasaan

pada satu orang saja, terjadi pengelolaan sistem pemerintahan dilakukan secara absolut

atau otoriter. Untuk menghindari hal tersebut perlu ada pemisahan atau pembagian

kekuasaan agar terjadi kontrol dan keseimbangan di antara lembaga pemegang

kekuasaan. Dengan kata lain kekuasaan legislatif,eksekitif,maupun yudikatif tidak di

pegang oleh satu orang saja.

Istilah pemisahan kekuasaan dan pembagian kekuasaan merupakan dua istilah

yang memiliki pengertian berbeda satu sama lainnya. Pemisahan kekuasaan berarti

kekuasaan Negara itu terpisah-pisah dalam beberapa bagian, baik mengenai

organmaupun fungsinya.

D. PEMBAGIAN KEKUASAAN SECARA HORIZONTAL


Pembagian kekuasaan secara horizontal yaitu pembagian kekuasaan menurut

fungsi lembaga-lembaga tertentu. Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun

1945, secara horizontal pembagian kekuasaan Negara dilakukan pada tingkatan

pemerintah pusat berlangsung anatara lembaga-lembaga Negara yang sederajat.

Pembagian kekuasan pada tingkat pusat mengalami pergesaran setelah terjadinya

perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pergeseran yang dimaksud

adalah pergeseran klasifikasi kekuasaan


Negara yang umumnya terdiri atas tiga jenis kekuasaan menjadi enam kekuasaan

Negara.

1. kekuasaan konstitutif

Kekuasaan konstitutif adalah kekuasaan untuk mengubah dan menetapkan

undang-undang dasar. Kekuasaan ini di jalankan oleh MPR sebagaimana ditegaskan

dalam pasal 3 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan

bahwa “majelis permusyawaratan rakyat berwenang mengubah dan menetapkan undang

undang dasar”.

2. kekuasaan eksekutif

Kekuasan eksekutif adalah kekuasaan untuk menjalankan undang-undang dan

penyelengaraan pemerintahan Negara. Kekuasaan ini dipegang oleh presiden

sebagaimana di tegaskan dalam pasal 4 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun

1945 yang menyatakan bahwa “presiden republic Indonesia memegang kekuasaan

pemerintahan menurut undang-undang”.

3. kekuasaan legislatif

Kekuasaan legislatif adalah kekuasaan untuk membentuk undang-undang.

Kekuasaan ini di pegang oleh DPR sebagaimana ditegaskan dalam pasal 20 ayat (1) UUD

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “dewan perwakilan

rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang”.

4. kekuasaan yudikatif

Kekuasaan yudikatif atau biasa di sebut kekuasaan kehakiman adalah kekuasan

untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.


Kekuasaan ini dipegang oleh MA dan MK sebagaimana ditegaskan dalam pasal 24 ayat

(2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “kekuasaan

kehakiman dilakukan oleh mahkamah agung dan badan peradilan yang berada

dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,

lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha Negara,dan mahkamah

konstitusi”.

5. kekuasaan eksaminatif/inspektif

Kekuasaan eksaminatif/inspektif adalah kekuasaan yang berhubungan dengan

penyelenggaraan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan

Negara. Kekuasaan ini dijalankan oleh BPK sebagaimana ditegaskan dalam pasal 23 E

ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “untuk

memeriksa pengeloaan dan tanggung jawan keuangan Negara diadakan satu badan

pemeriksa keuangan yang bebas dan mandiri”.

6. kekuasaan moneter

Kekuasaan moneter adalah kekuasaan untuk menetapkan dan melaksanakan

kebijakan moneter, mengatur dan menjaga keamanan sistem pembayaran, serta

memelihara kestabilan nilai rupiah,kekuasaan ini dijalankan oleh bank Indonesia selaku

bank sentral di Indonesia sebagaimana di tegaskan dalam pasal 23 D UUD Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “Negara memiliki suatu bank

sentral yang susunan,kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan idepedensinya

diatur dalam undang-undang”.


Pembagian kekuasaan horizontal pada tingkatan pemerintahan daerah

berlangsung antara lembaga-lembaga daerah yang sederajat yaitu, antara pemerintah

daerah, DPRD. Pada tingkat provinsi pembagian kekuasaan berlangsung antara

pemerintah provinsi dan DPRD provinsi. Sedangkan pada tingkat kabupaten/kota

pembagian kekuasaan berlangsung antara pemerintah kabupaten/kota dan DPRD

kabupaten/kota.

E. PEMBAGIAN KEKUASAAN SECARA VERTIKAL


Pembagian kekuasaan secara vertikal merupakan pembagian kekuasaan

berdasarkan tingkatanya, yaitu pembagian kekuasaan antara beberapa tingkatan

pemerintahan. Pasal 18 ayat (1) UUD “Negara kesatuan republic Indonesia dibagi atas

daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang

tiap-tiap provinsi,kabupaten,dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur

dengan undang-undang”.

Pembagian kekuasaan vertikal muncul sebagai konsekuensi dari diterapkannya

asas desentralisasi di Negara republik Indonesia. Dengan asas tersebut pemerintah

pusat menyerahkan wewenang pemerintahan kepada pemerintah daerah otonom untuk

mengurus dan mengatur sendiri urusan pemerintahan didaerahnya, kecuali urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, yaitu kewenangan yang

berkaitan dengan politik luar negeri, pertahan, keamanan,yustisi, agama, moneter dan

fiskal.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada dasarnya sistem pemerintahan yang diterapkan di Republik Indonesia

adalah pemerintahan presidensial. Akan tetapi terdapat dalam hal operasionalisasi

sistem pemerintahan seperti yang tercantum dalam undang-undang dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 sebelum perubahan dengan yang tercantum dalam

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sesudah perubahan.

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa sistem

pemerintahan Indonesia menganut sistem pembagian kekuasaan bukan pemisah

kekuasaan. Pembagiaan kekuasaan di Negara kita dilakukan dengan dua cara, yaitu

secara horizontal (pembagian kekuasaan Negara antara lembaga-lembaga Negara yang

sederajat) dan vertikal (pembagian kekuasaan Negara antara pemerintah pusat dan

pemerintah daerah/provinsi/kabupaten/kota).

Pemerintahan daerah baik itu provinsi ataupun kabupaten/kota merupakan

wujud dari pola pembagian kekuasaan secara vertikal. Pemerintahan daerah

menyelenggarakan semua urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya

berdasarkan pada asas otonomi dan tugas perbantuan.


B. SARAN
Penyenggaran pemerintahan Negara baik di tingkat pusat maupun daerah, tidak

akan efektif apabila tidak didukung secara aktif oleh seluruh rakyat Indonesia. Kita

sebagai rakyat Indonesia juga mempunyai kewajiban mendukung setiap

penyelenggaraan pemerintahan di Negara kita, salah satunya adalah dengan

mengetahui dan memahami pembagian kekuasaan Negara Republik Indonesia.


DAFTAR PUSAKA

Fatmah Indahwati.

Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan

Surakarta : Putra Nugraha

Asshiddiqie, Jimly. 2004.

Format kelembagaan Negara dan pergeseran kekuasaan dalam UUD 1945.

Yogyakarta. FH-UII Press.

Astawa, I Gde Pantja & Suprin Na’a. 2012

Memahami ilmu Negara dan teori Negara.

Bandung : PT. Refika Aditama.

Busroh, Abu Daud. 2009.

Ilmu Negara

Jakarta :Bumi Aksara

Erwin,Muhammad. 2012.

Pendidikan kewarganegaraan Republik Indonesia.

Bandung : Refika Aditama

Ismatullah, Deddy. 2007.

Ilmu Negara dalam multi perspektif masyarakat, hukum,dan agama.

Bandung : CV. Pustaka Setia

Kansil, C.S.T. & Christine S.T. Kansil. 2008.

Hukum tata Negara Repiblik Indonesia.

Jakarta : Rineka Cipta

Kementerian pendidikan dan kebudayaan. 2017.

Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan.

Jakarta : kementerian pendidikan dan kebudayaan

Anda mungkin juga menyukai