MAKALAH
MAKALAH
DISUSUN OLEH :
NOVRITA VIRAWATI TOWAKI
KELAS X IPA B
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
Makalah ini saya buat untuk melengkapi tugas mata pelajaran PKN. Saya ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,
dan saya juga menyadari pentingnya sumber bacaan dan referensi internet yang telah
Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehinggah
saya harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini. Saya mohon maaf jika didalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
BAB II PEMBAHASAN
1. Kekuasaan Konstitutif
2. Kekuasaan Eksekutif
3. Kekuasaan Legislatif
4. Kekuasaan Yudikatif
5. Kekuasaan Eksaminatif/inspektif
6. Kekuasaan Moneter
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemerintah merupakan salah satu unsur konstitutif (mutlak) berdirinya sebuah
pemerintahan Negara, atau dengan kata lain Pengelolaan Kekuasaan Negara untuk
mengatur seluruh rakyat dan menjaga keutuhan wilayah Negara untuk mencapai
kemakmuran rakyat.
kekuasaan Negara yang terdiri atas dua tingkatan, yaitu pemerintahan pusat dan
pemerintahan daerah. Dalam arti luas, pemerintah pusat dilaksanakan oleh setiap
lembaga Negara yang tugas dan kewenangannya sudah di atur dalam UUD Negara
Dalam arti sempit pemerintah pusat dilaksanakan oleh lembaga eksekutif, yaitu
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan di bahas di dalam
BAB II
PEMBAHASAN
masyarakat maupun dalam berita di media cetak maupun elektronik. Secara sederhana
kekuasaan. Dengan kata lain, bahwa Negara memiliki banyak sekali kekuasaan.
banyak sekali macamnya. Menurut John Locke sebagaimana dikutip oleh Riyanto
(2006 : 273) bahwa kekuasaan Negara itu dapat dibagi menjadi tiga macam kekuasaan
sebagai berikut :
undang.
undang.
undang.
undang.
kekuasaan eksekutif, fungsi mengadili di jadikan kekuasaan yang berdiri sendiri. Ketiga
Pendapat C.T. strong yang di kutip Miriam Budiardjo menyatakan bahwa ciri
mutlak yang melekat pada Negara kesatuan ialah: pertama, adanya supremasi dari DPR
pusat, dan kedua tidak adanya badan-badan lain yang berdaulat. Kekuasan pemerintah
dalam suatu Negara yang berbentuk kesatuan seperti itu dapat diselenggarakan dengan
semua kewenangan pemerintah pusat dilakukan oleh satu pusat pemerintahan (single
centralized government, atau oleh pusat bersama-sama dengan organnya yang berada di
daerah-daerah.
Pemencaran organ-organ yang menjalankan kewenangan pemerintah pusat di
daerah-daerah seperti itu, menurut Bagir Manan dikenal sebagai dekosentrasi di mana
pemerintah pusat. Lepas dari dua sistem yang berbeda dalam Negara kesatuan diatas,
Negara kesatuan pada hakikatnya tidak terbagi, atau dalam arti lain kekuasaan
pemerintahan pusat tidak dibatasi, karena konstitusi Negara kesatuan tidak mengakui
badan legislatif lain, selain badan legislatif pusat. Jadi kalaupun ada wewenang bagi
daerah, seperti membuat peraturan daerah (perda) tidak berarti bahwa pemerintah
daerah itu berdaulat karena pengawasan dan kekuasaan tertinggi masih tetap terletak
di pemerintah pusat.
daerah tidak sama dan tidak sederajat. Kekuasaan pemerintah pusat merupakan
kekuasaan yang menonjol dalam Negara, dan tidak ada saingan dari badan legislatif
bersifat derifatif (tidak langsung) dan sering dalam bentuk otonom yang luas dengan
demikian tidak dikenal adanya badan legislatif pusat dan daerah yang sederajat
melainkan sebaliknya. Negara kesatuan dapat di bedakan dalam dua bentuk, yaitu:
Dalam Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi segala sesuatu dalam Negara
langsung di
Atur dan di urus oleh pemerintah pusat dan daerah hanya tinggal melaksanakan
daerah di Berikan kesempatan dan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus rumah
pada satu orang saja, terjadi pengelolaan sistem pemerintahan dilakukan secara absolut
atau otoriter. Untuk menghindari hal tersebut perlu ada pemisahan atau pembagian
yang memiliki pengertian berbeda satu sama lainnya. Pemisahan kekuasaan berarti
organmaupun fungsinya.
perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pergeseran yang dimaksud
Negara.
1. kekuasaan konstitutif
dalam pasal 3 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan
undang dasar”.
2. kekuasaan eksekutif
sebagaimana di tegaskan dalam pasal 4 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun
3. kekuasaan legislatif
Kekuasaan ini di pegang oleh DPR sebagaimana ditegaskan dalam pasal 20 ayat (1) UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “dewan perwakilan
4. kekuasaan yudikatif
(2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “kekuasaan
kehakiman dilakukan oleh mahkamah agung dan badan peradilan yang berada
konstitusi”.
5. kekuasaan eksaminatif/inspektif
Negara. Kekuasaan ini dijalankan oleh BPK sebagaimana ditegaskan dalam pasal 23 E
ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “untuk
memeriksa pengeloaan dan tanggung jawan keuangan Negara diadakan satu badan
6. kekuasaan moneter
memelihara kestabilan nilai rupiah,kekuasaan ini dijalankan oleh bank Indonesia selaku
Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “Negara memiliki suatu bank
kabupaten/kota.
pemerintahan. Pasal 18 ayat (1) UUD “Negara kesatuan republic Indonesia dibagi atas
daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang
dengan undang-undang”.
berkaitan dengan politik luar negeri, pertahan, keamanan,yustisi, agama, moneter dan
fiskal.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Republik Indonesia Tahun 1945 sebelum perubahan dengan yang tercantum dalam
kekuasaan. Pembagiaan kekuasaan di Negara kita dilakukan dengan dua cara, yaitu
sederajat) dan vertikal (pembagian kekuasaan Negara antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah/provinsi/kabupaten/kota).
akan efektif apabila tidak didukung secara aktif oleh seluruh rakyat Indonesia. Kita
Fatmah Indahwati.
Ilmu Negara
Erwin,Muhammad. 2012.