Anda di halaman 1dari 5

HKUM4306.

11

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Wahyu Agustian

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043793221

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4306.11/ Metode Penelitian Hukum

Kode/Nama UPBJJ : 47 / Pontianak

Masa Registrasi : (2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


HKUM4306.11

UNIVERSITAS TERBUKA
NASKAH TUGAS MATA
KULIAH UNIVERSITAS
TERBUKA SEMESTER:
(2023.1)

Fakultas : FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Kode/Nama MK : HKUM4306.11/ Metode Penelitian Hukum
Tugas :1
No. Soal
1. Soal No 1

MERAWAT KEADILAN SOSIAL BAGI MASYARAKAT HUKUM ADAT: URGENSI


PENATAAN REGULASI MELALUI PEMBENTUKAN UNDANG- UNDANG PENGAKUAN
DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT HUKUM ADAT

Pengajuan yudicial review terhadap undang-undang yang tidak sejalan dengan UUD 1945,
terkait dengan keberadaan masyarakat hukum adat, sudah diajukan sejumlah pihak. Kajian
ini ingin menelusuri orientasi keadilan sosial dari putusan Mahkamah Konstitusi terkait
implikasinya terhadap masyarakat hukum adat, dengan menegaskan urgensi Undang-
Undang Pengakuan dan Perlindungan bagi Masyarakat Hukum Adat. Ada empat putusan
Mahkamah Konstitusi yang membuka jalan keadilan bagi keberadaan masyarakat hukum
adat, yakni Putusan MK No. 001-21-22/PUU- I/2003 dan No. 3/PUU-VIII/2010 (memperjelas
tolak ukur frasa “sebesar- besar kemakmuran rakyat”), Putusan MK No. 10/PUU-I/2003
(memperjelas empat syarat masyarakat hukum adat), Putusan MK No. 35/PUU-X/2012
(membedakan hutan adat dan hutan negara), dan Putusan MK No. 006/PUU- III/2005 dan
11/PUU-V/2007 (dasar kerugian konstitusional). Putusan ini seharusnys berimplikasi kepada
kemajuan pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum adat yang lebih adil. Seyogianya
dengan empat putusan Mahkamah Konstitusi, sudah lahir Undang-Undang yang
mengkoordinir semua pengakuan dan perlindungan terhadap Masyarakat Hukum Adat.

Sumber: Prosiding KHTN 4 Jember, “MERAWAT KEADILAN SOSIAL BAGI MASYARAKAT


HUKUM ADAT: URGENSI PENATAAN REGULASI MELALUI PEMBENTUKAN UNDANG-
UNDANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT HUKUM ADAT, Sulaiman.

Jelaskan menurut saudara, berdasarkan Jurnal diatas pendekatan penelitian apa yang
paling cocok dalam melakukan penelitian tersebut!

2. Soal No 2
HKUM4306.11

PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN PENDEKATAN


ASAS 3E (TINJAUAN ASAS-ASAS DALAM UNDANG-UNDANG NO. 12 TAHUN 2011)

Pembentukan peraturan perundangan harus dilakukan dengan taat asas dalam berbagai
aspeknya. Termasuk didalamnya adalah asas-asas yang telah ditetapkan oleh undang-
undang. Untuk itu, setiap perancang peraturan perundangan (drafter) perlu memahami benar
dan melaksanakan asas-asas tersebut. Memahami dan melaksanakan asas-asas tersebut,
adalah merupakan salah satu upaya penataan regulasi. Diantara rumusan asas yang dapat
dijadikan rujukan adalah asas 3E (efficiency, effectivity, dan efficacy). Asas 3E ini pada
dasarnya memiliki kesesuaian dengan asas-asas yang ditetapkan dalam Undang-Undang
No. 12 Tahun 2011.

Sumber: Prosiding KHTN 4 Jember, PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-


UNDANGAN DENGAN PENDEKATAN ASAS 3E (TINJAUAN ASAS-ASAS DALAM
UNDANG-UNDANG NO. 12 TAHUN 2011), Lita Tyesta ALW.

Jelaskan menurut saudara, berdasarkan Jurnal diatas pendekatan penelitian apa yang
paling cocok dalam melakukan penelitian tersebut!

Jawaban:

1. Berdasarkan jurnal di atas, pendekatan penelitian yang paling cocok adalah pendekatan
kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Pendekatan kualitatif akan
memungkinkan peneliti untuk mendapatkan data yang mendalam dan terperinci mengenai
keadaan masyarakat hukum adat. Sedangkan metode studi kasus memungkinkan peneliti
untuk mempelajari keadaan secara holistik, dan memahami fenomena yang kompleks terkait
pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum adat. Dengan demikian, penelitian yang
dilakukan akan menghasilkan analisis yang lebih mendalam dan berkontribusi pada
peningkatan keadilan sosial bagi masyarakat hukum adat.
Dalam melaksanakan penelitian terkait pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum
adat, pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus menjadi pilihan yang tepat. Hal ini
dikarenakan penelitian tentang masyarakat hukum adat memiliki kompleksitas dan
keragaman yang sangat tinggi. Dalam konteks ini, pendekatan kualitatif memungkinkan
peneliti untuk memahami dan menjelaskan fenomena yang kompleks secara mendalam, dan
metode studi kasus memungkinkan peneliti untuk mempelajari kasus-kasus tertentu dalam
konteks yang lebih luas.
HKUM4306.11
Pada penelitian dengan pendekatan kualitatif, peneliti akan menggunakan teknik
pengumpulan data seperti wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Teknik-teknik
tersebut akan memungkinkan peneliti untuk mendapatkan data yang lebih kaya dan
terperinci mengenai keadaan masyarakat hukum adat, dan menghasilkan analisis yang lebih
mendalam dan kaya. Adapun metode studi kasus sendiri memungkinkan peneliti untuk
mempelajari kasus-kasus yang kompleks dan konteks yang lebih luas, sehingga
memungkinkan untuk memahami dinamika pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum
adat secara menyeluruh. Dengan metode studi kasus, peneliti dapat melihat kasus-kasus
spesifik dan mencari pola-pola yang lebih umum yang dapat diterapkan pada kasus lain. Hal
ini akan membantu dalam merumuskan kebijakan dan regulasi yang lebih efektif dan adil
terkait pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum adat.
Pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus sangat cocok untuk penelitian terkait
pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum adat. Dengan pendekatan ini, peneliti dapat
memahami fenomena yang kompleks dan dapat memberikan kontribusi pada peningkatan
keadilan sosial bagi masyarakat hukum adat.
2. Asas 3E dalam pembentukan peraturan perundang-undangan merujuk pada tiga prinsip, yaitu
efisiensi (efficiency), efektivitas (effectivity), dan efikasi (efficacy). Efisiensi mengacu pada
upaya untuk mencapai tujuan dengan cara yang paling efisien dan hemat biaya. Efektivitas
mengacu pada keberhasilan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan, efikasi
mengacu pada dampak yang dihasilkan oleh peraturan perundang-undangan tersebut.

Dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2011, terdapat beberapa asas yang berkaitan dengan
asas 3E tersebut. Asas-asas tersebut adalah kepastian hukum, keadilan, kemanfaatan,
kesederhanaan, keterbukaan, kehati-hatian, keterpaduan, dan keberlanjutan.

Keberlanjutan, kemanfaatan, dan kesederhanaan berkaitan dengan efisiensi. Keberlanjutan


mengacu pada keberlangsungan implementasi peraturan perundang-undangan dalam jangka
panjang. Kemanfaatan mengacu pada manfaat yang diperoleh dari peraturan perundang-
undangan, sementara kesederhanaan mengacu pada upaya untuk menghindari rumitnya
peraturan perundang-undangan yang sulit dipahami.

Kepastian hukum, keadilan, dan keterbukaan berkaitan dengan efektivitas. Kepastian hukum
mengacu pada jaminan bahwa peraturan perundang-undangan dapat diterapkan secara
konsisten dan terukur. Keadilan mengacu pada kesetaraan perlakuan di depan hukum.
Sementara, keterbukaan mengacu pada aksesibilitas terhadap peraturan perundang-undangan.

Keterpaduan dan kehati-hatian berkaitan dengan efikasi. Keterpaduan mengacu pada


keharmonisan antara peraturan perundang-undangan dengan peraturan-peraturan lainnya.
Sedangkan, kehati-hatian mengacu pada pertimbangan risiko dan konsekuensi yang mungkin
terjadi sebagai akibat dari implementasi peraturan perundang-undangan.

Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan, penting bagi drafter untuk


mempertimbangkan asas 3E dan asas-asas lainnya yang diatur dalam Undang-Undang No. 12
Tahun 2011. Dengan memahami dan melaksanakan asas-asas tersebut, diharapkan bahwa
HKUM4306.11

peraturan perundang-undangan yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan


mencapai tujuan yang diinginkan secara efisien, efektif, dan efektif.

Sumber: -Buku Materi Pokok (BMP) HKUM4306.11

Anda mungkin juga menyukai