Aplikasi Brief Pain Inventory Bpi Indonesian Versi
Aplikasi Brief Pain Inventory Bpi Indonesian Versi
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .8, No.2, 2020, hal 294-305
Tersedia online di https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/care
ISSN 2527-8487 (online)
ISSN 2089-4503 (cetak)
ABSTRACT
For cancer patients the pain will have an impact on quality of life, is complex and greatly affects daily
activities. Pain management is currently felt to be not enough to relieve complaints. One major obstacle to
improvement is narrow assessment, as well as an assessment focus that does not consider the
multidimensional nature of pain. The Center for Symptom Evaluation in Cancer Care has developed a
specific pain assessment for cancer patients, the Brief Pain Inventory (BPI). The purpose of this study is to
prove and see the suitability of the Indonesian version of BPI as a study of pain in cancer patients at
RSCM Jakarta. Research respondents were 20 cancer patients with pain and observed using the Brief Pain
Inventory (BPI) instrument. Based on the results of the Cronbach’s alpha test from BPI it is known as
0.723. These results show that BPI is appropriate and consistent in assessing cancer pain, especially chronic
pain, and has a good correlation based on the Spearman correlation with ECOG values (r = -0.75, p =
0.0001). The sensitivity test is known to be 95.7%, specificity 100 %, PPV 100%, NPV 65.67%, LR
(-) 0.05, with diagnostic accuracy of 95.73%. BPI is a more multidimensional assessment as a description
of biological, psychological, social and cultural conditions of cancer patients who experience pain, so that BPI
is suitable for use in the scope of oncology nursing in assessing chronic pain in cancer patients.
ABSTRAK
Bagi pasien kanker rasa sakit akan berdampak pada kualitas hidup, bersifat kompleks dan
sangat mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Pengelolaan nyeri saat ini dirasakan tidak cukup
mampu melegakan keluhan.Salah satu hambatan utama untuk perbaikanadalah penilaian
yang bersifat sempit, serta fokus penilaian yang tidakmempertimbangkan sifat multidimensi
nyeri.Centre for Symptom Evaluation in Cancer Care telah mengembangkan sebuah pengkajian
nyeri yang spesifik bagi pasien kanker, yaitu Brief Pain Inventory (BPI). Tujuan penelitian
ini adalah untuk membuktikan dan melihat kesesuaian BPI versi bahasa Indonesia sebagai
pengkajian nyeri pada pasien kanker di RSCM Jakarta.Responden penelitian adalah 20
orangpasien kanker dengan nyeridan diobservasi menggunakan instrument Brief Pain
Inventory (BPI).Berdasarkan hasil uji cronbach’s alphadari BPI diketahui sebesar 0.723. Hasil
Cara mengutip: Ka’arayeno, A., Jefry. (2020). Aplikasi Brief Pain Inventory (BPI) Indonesian Version untuk Mengkaji Nyeri Kronis
pada Pasien Kanker. Care:Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 8(2), 294-305
tersebut memperlihatkan BPI sesuai dan konsisten dalam mengkaji nyeri kanker khususnya
nyeri kronis, serta memiliki korelasi yang baik berdasarkan korelasi spearmandengan nilai
ECOG (r=-0,75, p=0,0001) yaitu uji sensitifitas diketahui sebesar 95.7%, spesifisitas 100%,
PPV 100%, NPV 65.67%, LR (-) 0.05, dengan akurasi diagnostik 95.73%. BPImerupakan
penilaian yang lebih multidimensial sebagai gambaran kondisi biologis, psikologis, social
dan kultulral pasien kanker yang mengalami nyeri, sehingga BPI sesuai digunakan pada
ruang lingkup keperawatan onkologi dalam mengkaji nyeri kronis pada pasien kanker.
tahun 2012 saja terdapat 14.067.894 kasus dan tidak dikelola secara memuaskan
baru kanker dan 8.201.575 kematian (Caraceni A & Shkodra M, 2019).
akibat kanker di seluruh dunia.
Sedangkan untuk regional berdsarkan Umumnya layanan kesehatan kita masih
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang sangat luas menggunakan instrument
dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan visual analog scale (VAS). VAS merupakan
Pengembangan Kesehatan, Kementerian alat dengan garis 10 cm, orientasi
Kesehatan RI tahun 2013, didapatkan biasanya disajikan secara horizontal, tapi
prevalensi penderita kanker pada mungkin bisa disajikan secara vertikal,
penduduk semua umur di Indonesia pada akhir poin dengan kata tidak nyeri
sebesar 1,4%. Prevalensi kanker tertinggi sampai pada nyeri paling hebat yang tidak
berada pada Provinsi DI Yogyakarta, terbayangkan.Vas merupakan salah satu
yaitu sebesar 4,1%. Prevalensi tertinggi pengkajian nyeri pada pasien yang biasa
berikutnya berada pada Provinsi Jawa digunakan.VAS secara umum lebih
Tengah dan Bali, yaitu sebesar 2,1% dan singkat, mudah dan sederhana, sehingga
2%. pengkajian VAS tidak memerlukan waktu
yang lama.Namun VAS sendiri hanya
Oligoanalgesia atau rasa nyeri, dipahami dapat mengetahui data pasien berupa
menjadi masalah yang signifikan namun intensitas nyeri yang dirasakan pasien
kurang dipahami (NIH. National Institute pada saat itu saja, selain itu VAS tidak
of Health State of the Science Statement, 2002) megkaji kualitas nyeri bahkan respon
Hambatan yang terjadi terhadap pasien terhadap nyeri tersebut.
pengobatan meliputi takut efek samping,
ketakutan toleransi dan kecanduan, Holen et al (2006) menuliskan dalam
fatalisme dalam hal pengobatan rasa sakit, penelitiannya bahwa terdapat sebuah
dan dosis obat yang tidak adekuat(Dawson survey di antara 897 dokter di The Eastern
R, 2005). Sehingga penilaian nyeri yang Cooperative Oncology Group, 76% dilaporkan
tepat dipertimbangkan menjadi sebuah penilaian nyeri sebagai single yang paling
prasyarat untuk perawatan nyeri yang penting dan menjadi salah satu hambatan
tepat. Namun demikian penelitian yang untuk pengelolaan nyeri yang memadai.
menunjukkan penilaian atau pengkajian Dengan demikian, penilaian berkala
rasa nyeri dirasakan masih belum cukup, terhadap nyeri kanker penting untuk
identifikasi dini guna menunjang
297
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .8, No.2, 2020, hal 294-305
pengobatan kanker dan kualitas hidup Brief Pain Inventory Assessment Tool untuk
pasien (Cluxton C, 2019). Sentil P Kumar mengkaji nyeri pada pasien kanker,yang
(2011) menyebutkan dalam tulisannya, akan dilakukan di Lantai 8 Unit
bahwa The World Health atau Kemoterapi Rawat Inap Zona B, Gedung
Organization Organisasi Kesehatan A RSCM Jakarta.
Dunia (WHO) melalui Centre for Symptom
Evaluation in Cancer Care telah METODE PENELITIAN
mengembangkan sebuah pengkajian nyeri BPI Short Foms yang diadopsi milik
yang spesifik pada pasien kanker, yaitu Charles S. Cleeland, PhD dari Pain
Brief Pain Inventory (BPI). Research Group diterjemahkan ke dalam
Bahasa Indonesia oleh Mahasiswa
Kebutuhan akan penilaian nyeri klinis Magister dan Dosen pengajar yang
yang efisien dan alat ukur dalam menguasai Bahasa Inggris dimana berasal
perawatan paliatif untuk pasien dengan dari salah satu perguruan tinggi di
kanker menjadi salah satu fokus praktisi Indonesia. Kemudian juga didiskusikan
kesehatan saat ini (Rahi C E et al, 2017). bersama Perawat Klinik berpengalaman
Untuk menjawab kebutuhan tersebut di rumah sakit yang berbicara bahasa
Brief Pain Inventory (BPI) menjadi salah Inggris sehingga jadilah terjemahan BPI
satu pilihan yang baik berdasarkan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia.
penelitian sebelumnya. Dibeberapa Setelah itu BPI versi Bahasa Indonesia
Negara bahkan benua, BPI adalah alat diperkenalkan kepada dokter dan perawat
atau instrument yang valid dan andal dan dengan maksud meninjau terjemahan,
direkomendasikan untuk penilaian rasa kemudian memberikan BPI Indonesia
nyeri kanker serta guna pemantauan kepada 15 orang dengan berbagai variasi
perawatan nyeri pada penderita kanker karakteristik sosiodemografi dan diagnosa
(Leppert W & Majkowicz M, 2010). medis kankerserta bertanya kepada
Namun dalam penerapannya di Indonesia mereka apakahmereka menemukan
membutuhkan pembuktian yang pertanyaan membingungkan atau sulit
terstruktur, sebelum diterapkan kepada untuk dijawab. Selanjutnya setelah
pasien kanker yang ada di layanan penyesuaian BPI Indonesia kembali
kesehatan kita. Maka berdasarkan diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris
paparan di atas, Penulis tertarik oleh penutur Bahasa Inggris yang belum
melakukan penelitian tentang penerapan melihat BPI asli untuk membuat
298
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .8, No.2, 2020, hal 294-305
hidup, menggunakan nilai numerik yang terkait intensitas nyeri yang sebenarnya
dengan skala 0-10 (0 = 'tidak ada dirasakan pasien. Selain itu rentang nyeri
interferensi' dan 10 = 'mengganggu tertinggi pasien juga dapat terlihat di
sepenuhnya'). pengkajian BPI, sehingga walaupun
mungkin pada saat pengkajian nyeri yang
Berdasarkan hasil penelitian diketahui sedang dirasakan dikategorikan ringan
BPI membagi aspek penilaian melalui atau sedang, data intensitas nyeri tertinggi
pertanyaannya menjadi 3 dimensi sebagai dapat menjadi indicator resiko
suatu spesifisitas sekaligus menjadi teerulangnya keluhan nyeri sesuai skor
kelebihan dari BPI. Dari 15 pont intensitas nyeri tertinggi yang pernah
pertanyan yang terdapat dalam BPI, poin dialami pasien dalam 24 jam terakhir.
1-6 merupakan pertanyaan yang menilai
dimensi dari intensitas nyeri pasien. poin Melalui data terkaitintensitas nyeri,
pertanyaan tersebut menilai keparahan perawat tidak hanya mengetahui skala
nyeri mulai dari skala terendah, tertinggi, nyeri saatpengkajian, namun juga secara
kemudian merata-ratakan, bahkan menilai implisit dapat melihat gambaran
skala nyeri yang paling sering muncul karakteristik nyeri pasien secara lebih
dalam kurun waktu 24 jam terakhir. lengkap, perawat dapat melihat pola
Tentunya hal tersebut sangat membantu aktivitas nyeri pasien dalam kurun waktu
dan memberikan data yang lebih variatif 24 jam terakhir. Kemudian pada poin
dibandingkan VAS. pertanyaan nomor 7-8 dalam pengkajian
menggunakan BPI merupakan dimensi
BPI mengkaji respon intensitas nyeri pertanyaan untuk mengetahui apa saja
secara berkelanjutan yaitu menanyakan terapi dan ontervensi yang diterima serta
dalam kurun 24 jam terakhir, artinya diketahui oleh pasien, kemudian efek
walaupun pada saat itu mungkin pasien terapeutik medis dan intervensi yang telah
tidak merasakan atau mengeluhkan nyeri, diberikan. Melalui poin pertanyaan ini
pengkajian menggunakan BPI dapat pasien menjelaskan kondisi fisiologis dan
membantu penulis mengetahui riwayat psikologis pasien terhadap nyeri setelah
kejadian nyeri dalam 24 jam. Dengan diberikan terapi medis. Terlihat dalam
menanyakan rentang waktu 24 jam pengkajian perawat dapat mengetahui dan
pengkajian nyeri akan lebih luas dan melakukan evaluai berkala dari efek terapi
memmungkinkan data yang lebih akurat yang diberikan Burton et al (2014).
303
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .8, No.2, 2020, hal 294-305
Sehingga perawat juga dapat melakukan Beberapa beberapa hal bisa menjadi
kolaborasi serta komunikasi 2 arah kekurangan dari BPI yaitu antara lain BPI
dengan pihak medis untuk membicarakan yang terdiri dari 15 total item pertanyaan
efek terapi yang dirasakan pasien dapat dirasakan lebih rumit oleh beberapa
terhadap nyeri yang dialami. perawat diruangan dibandingkan dengan
pengkajian yang biasa dilakukan yaitu
Sedangkan pada poin pertanyaan nomor menggunakan VAS. Selain itu perawat
9 yang dibagi 9 item sub pertanyaan, juga menyampaikan durasi pengisian akan
merupakan dimensi pertanyaan terkait memakan waktu lebih banyak dan
efek dari nyeri yang dialami pasien dan memungkinkan akan menyita waktu dari
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perawat yang sedang bertugas. Selai
nyeri yang dialami atau dirasakan sudah beberapa hal tersebut Penulis juga
mengganggu individu pasien. dari sub melihat bahwa kemungkinan tingginya
pertayaan ini perawat dapat mengetahui subjektivitas jawaban dari pasien bisa saja
sejauh mana nyeri telah mengganggu sangat tinggi. Karena dipengaruhi oleh
aktivitas umum pasien seperti aktivitas individu masing-masing dalam merespon
makan dan minum, menonton tv, nyeri, kondisi penyakit pasien dan situasi
membaca Koran, tidur atau aktivitas saat pengkajian. Berdasarkan data yang
sehari-hari yang biasa dilakukan pasien dikumpulkan rata-rata responden berjenis
pada umumnya. Selain itu pada sub item kelaminperempuan yaitu sebanyak 12
ini perawat dapat mengetahui gangguan orang dari 20 orang keseluruhan
nyeri terhadap suasana hati, kempuan responden yang terlibat.
berjalan, dan peerjaan pasien. bahkan BPI
menyertakan aspek pengkajian untuk Hal tersebut mengakibatkan menurut
menilai sejauh mana nyeri mengganggu peneliti adanya overestimate dari respon
hubungan pasien dngan orang lain seperti pasien terhadap masing-masing
anggota keluarga dan sesame pasien di pertanyaan BPI yang diberikan pada
RS. Sampai dengan BPI juga dapat pasien. Terkadang ada beberapa data
menampilkan data pengkajian sejauh yang menunjukan nilai aspek yang
mana nyeri telah mengganggu pasien bertolak belakang atau tidak saling
dalam menikmati kehidupannya dengan mendukung yang dikemukakan oleh
kondisi saat ini yaitu dengan kondisi sakit pasien. contohnya pasien mengatakan
yang diderita (nyeri akibat kanker). pada pertanyaan sebelumnya bahwa rata-
304
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .8, No.2, 2020, hal 294-305