Anda di halaman 1dari 76

PENYAKIT KULIT

INFEKSI
PRIMA MEIDIYANTI
KULIT DAN KELAMIN RSMY
KULIT
S. SISTEM INTEGUMENTUM

UNIQUE :

THE LARGEST
LIMITS OUR BODY AND ENVIRONMENT
EXPRESS OUR PSYCHOLOGICAL CONDITION
ESTIMATE AGE
PLAYS A ROLE IN HOMEOSTASIS
DAMPAK PENYAKIT KULIT
DISCOMFORT
DISFIGUREMENT
DISABILITY

Quality of Life /QoL


2/23/14 3
PENYAKIT INFEKSI KULIT
➢BAKTERI :
▪ PYODERMA : IMPETIGO, EKTIMA, FURUNKEL,
KARBUNKEL, ERISIPELAS,
▪ TUBERKULOSIS KULIT, LEPRA
➢JAMUR :
▪ TINEA, KANDIDIASIS, PITYRIASIS
➢VIRUS :
▪ VARISELA, H. ZOSTER, H. SIMPLEKS, VERUKA,
MOLUSKUM
➢PARASIT :
▪ SKABIES, PEDIKULOSIS, CREEPING ERUPTION
INFEKSI KULIT
BAKTERIAL
(PYODERMA)
TUJUAN

Memahami epidemiologi, manifestasi klinis,


diagnosis dan manajemen penyakit infeksi bakteri
dalam dermatologi
FAKTOR RESIKO
EPIDEMIOLOGI &
AGEN TRANSMISI

PYODERMA

DIAGNOSIS PROGNOSIS

MANAJEMEN
INFEKSI BAKTERI (PYODERMA)

EPIDEMIOLOGI

• Umum terjadi pada anak-anak


• kebersihan yang buruk

ETIOLOGI

• Staphylococcus Spp.
• Streptococcus Spp
TERAPI

• ANTIBIOTIK TOPIKAL
• ANTIBIOTIK SISTEMIK
INFEKSI BAKTERI DIBAGI
DALAM 4 KATEGORI UTAMA :
1. Infeksi kulit primer

2. Infeksi sekunder dari penyakit kulit primer (misalnya dermatitis


atopik yang terinfeksi)

3. Lesi kulit sebagai manifestasi infeksi primer di beberapa


sistem organ lain

4. Kondisi kulit reaktif akibat infeksi bakteri (misalnya, eritema


nodosum karena faringitis streptokokus)
1. INFEKSI KULIT PRIMER

• IMPETIGO
• FOLIKULITIS
• FURUNKEL
• KARBUNKEL
• ERISIPELAS
• SELULITIS
• EKTIMA
• HIDRADENITIS SUPURATIVA
• ABSES
S. AUREUS PRODUCES SKIN
INFECTION
I. DIRECT INFECTION OF SKIN AND ADJACENT TISSUES
A. IMPETIGO
B. ECTHYMA
C. FOLLICULITIS
D. FURUNCULOSIS
E. CARBUNCLE
F. SYCOSIS BARBAE
II. CUTANEOUS DISEASE DUE TO EFFECT OF
BACTERIAL TOXIN
A. STAPHYLOCOCCAL SCALDED SKIN SYNDROME
B. TOXIC SHOCK SYNDROME
ß-HEMOLYTIC STREPTOCOCCUS PRODUCES
SKIN INFECTION

I. DIRECT INFECTION OF SKIN OR


SUBCUTANEOUS
A. IMPETIGO (NON BULLOUS)
B. ECTHYMA
C. ERYSIPELAS
D. CELLULITIS
E. NECROTIZING FASCITIS

II. SECONDARY INFECTION


ECZEMA INFECTION
IMPETIGO KRUSTOSA/ NON-BULOSA
o Predileksi: daerah wajah, terutama di sekitar nares dan mulut.

o Lesi awal : makula atau papul eritematosa yang secara cepat


berkembang menjadi vesikel atau pustul → pecah membentuk
krusta kuning madu (honey colour) dikeliling eritema. Lesi
dapat melebar sampai 1-2 cm, disertai lesi satelit di sekitarnya.

o Rasa gatal dan tidak nyaman dapat terjadi


IMPETIGO BULOSA

Predileksi: daerah intertriginosa (aksila, inguinal, gluteal),


dada dan punggung.
o Vesikel-bula kendur dengan dasar eritem, dapat timbul
bula hipopion.
o Tanda Nikolsky negatif.
o Bula pecah meninggalkan skuama anular dengan bagian
tengah eritematosa (kolaret) dan cepat mengering.
FOLIKULITIS

1. FOLIKULITIS SUPERFISIALIS (IMPETIGO BOCKHART/IMPETIGO FOLIKULAR)

2. FOLIKULITIS PROFUNDA (SYCOSIS BARBAE)


FOLIKULITIS SUPERFISIALIS
FOLIKULITIS PROFUNDA
FURUNKEL

Predisposisi : Higienitas buruk, DM


EKTIMA

o Bentuk pioderma ulseratif yang disebabkan


oleh S. aureus dan/ Streptococcus grup A.
o Predileksi: ekstremitas bawah atau daerah
terbuka.
o Ulkus dangkal tertutup krusta tebal dan lekat,
berwarna kuning keabuan.
o Apabila krusta diangkat, tampak ulkus bentuk
punched out, tepi ulkus meninggi, indurasi,
berwarna keunguan
o
ERISIPELAS SELULITIS
HIDRADENITIS SUPURATIVA
• Peradangan jaringan parut
kronis pada kelenjar keringat
(apokrin).
• Kelenjar keringat tersumbat
→ dilatasi saluran

Predileksi : Axilla
& Perineum

Manifestasi klinis : Nodus, abses, fistel

• Dimulai segera setelah pubertas dan berlanjut hingga dewasa, wanita >>
• Hair removal (mencukur atau menggunakan obat penghilang rambut), deodoran, dan iritasi
ABSES

Infeksi yang ditandai dengan kumpulan nanah di bawah sebagian kulit.

Faktor predisposisi:
❖ Infeksi kulit yang tidak diobati
❖ Diabetes
❖ Obesitas
❖ Penyalahgunaan obat intravena
❖ Sistem kekebalan yang melemah ( penyakit atau obat )

Tanda dan gejala


• Pembengkakan merah dan nyeri yang memburuk yang
timbul selama 1-2 minggu.
•Nanah di bawah kulit
• demam atau rasa tidak enak badan
2. INFEKSI SEKUNDER DARI PENYAKIT KULIT PRIMER
(MISALNYA DERMATITIS ATOPIK YANG TERINFEKSI)
3. LESI KULIT SEBAGAI MANIFESTASI INFEKSI PRIMER DI BEBERAPA SISTEM
ORGAN LAIN (STAPHYLOCOCCAL SCALED SKIN SYNDROME /SSSS)

Etiologi : Stafilokokus
•Reaksi imun untuk eksotoksin
(pengelupasan kulit)
•Tanda klinis: Eksfoliasi seluruh
tubuh
•Manajemen: rawat inap,
Antibiotika (dikloksasilin)
4. KONDISI KULIT REAKTIF AKIBAT INFEKSI BAKTERI

Eritema nodosum :
• nodular, erupsi eritematosa akut
• Predileksi: aspek ekstensor tungkai bawah
• Reaksi delayed-hipersensitivitas
• Disebabkan oleh infeksi streptokokus
• Wanita lebih sering daripada pria,
• rasio pria-wanita 1:4.
• usia 18-34 tahun
• Fase erupsi : gejala demam seperti flu, nyeri
menyeluruh, artralgia.

MANAJEMEN
• kompres dingin, elevasi, dan tirah baring.
•Meredakan gejala menggunakan NSAID
•Kortikosteroid
.Evaluasi penyebab yang mendasarinya
KUSTA/LEPRA
• Penyakit infeksi granulomatosa kronis yang disebabkan oleh
basil mycobacterium leprae yang bersifat obligat intraselular.
Saraf perifer sebagai afinitas pertama→ kulit → organ lain
(kecuali susunan saraf pusat.
• “ The Great Imitator”
• Diagnosis didasarkan pada temuan tanda kardinal menurut
WHO (minimal 1) :
1. Bercak kulit yang mati rasa
2. Penebalan saraf tepi
3. Ditemukan kuman tahan asam
• Tanyakan juga :
1.Riwayat kontak dengan pasien kusta.
2.Latar belakang keluarga dengan riwayat tinggal di daerah
endemis, dan keadaan sosial ekonomi.
3.Riwayat pengobatan kusta
• Pemeriksaan fisik : inspeksi, palpasi, tes fungsi syaraf
KUSTA
Ridley and Jopling WHO
REAKSI KUSTA
Interupsi dengan episode akut pada perjalanan penyakit yang sebenarnya sangat kronik
Reaksi Tipe 1

Reaksi Tipe 2

Terapi :
Analgetik, OAINS, Kortikosteroid
TB KULIT
Infeksi kronis pada kulit yang disebabkan oleh M. tuberculosis atau M. atipik.
Tuberkulosis kutis merupakan kasus jarang dengan prevalensi 1-1,5% dari semua TBC ekstra
paru dan 8,4-13,7 % manifestasi klinik dari semua kasus TBC.

Klasifikasi Tuberkulosis Kutis


1. Infeksi Eksogen
• Tuberkulosis kompleks primer (tuberculosis chancre)
• Tuberkulosis kutis verukosa
2. Penyebaran Endogen
• Lupus vulgaris
• Skrofuloderma
• Tuberkulosis miliar akut
• Tuberkulosis orifisialis
3. Tuberkulosis disebabkan oleh bacille Calmette-Guérin
4. Tuberculids
• Lichen skrofulosorum
• Papulonekrotik tuberkulid
• Nodular vaskulitis
• Eritema nodosum
Skrofuloderma
Infeksi mikobakterium (M. Tuberculosis atau M. Bovis atau M. Atypic) pada kulit
akibat penjalaran langsung organ di bawah kulit yang telah terkena
tuberkulosis, tersering berasal dari KGB, tulang atau sendi.
• Predileksi adalah tempat yang banyak kelenjar getah bening: leher, ketiak,
paling jarang lipat paha, kadang ketiganya diserang sekaligus.
• Mulai sebagai limfadenitis, mula-mula beberapa kelenjar, kemudian makin
banyak dan berkonfluensi.
• Terdapat periadenitis, menyebabkan perlekatan dengan jaringan sekitarnya.
• Kelenjar mengalami perlunakan tidak serentak hingga konsistensi
bermacam-macam: keras, kenyal, dan lunak (abses dingin).
• Abses akan memecah membentuk fistel yang kemudian menjadi ulkus
khas:
bentuk memanjang dan tidak teratur, sekitarnya livid, dinding bergaung,
jaringan granulasi tertutup pus seropurulen atau kaseosa yang
mengandung M. tuberculosis.
• Ulkus dapat sembuh spontan menjadi sikatriks/parut memanjang dan tidak
teratur (cord like cicatrices), dapat ditemukan jembatan kulit (skin bridge) di
atas sikatrik.
Tuberkulosis kutis verukosa
Infeksi M. tuberculosis, yang terjadi akibat inokulasi langsung
ke kulit.
• Tempat predileksi: tungkai bawah dan kaki, bokong, tempat
yang sering
terkena trauma.
• Lesi biasanya berbentuk bulan sabit akibat penjalaran
serpiginosa.
• Terdiri atas ”wart like” papul/plak dengan halo violaseous di
atas kulit
eritematosa. Pada bagian yang cekung terdapat sikatriks.
Tuberculosis chancre (Tuberkulosis kompleks primer)
Merupakan inokulasi langsung mikobakterium pada
kulit.
• Predileksi wajah, ekstremitas, dan daerah yang
mudah terkena trauma.
• Dapat berupa papul, nodus, pustul, atau ulkus
indolen, indurasi positif, dan dinding bergaung.
DERMATOFITOSIS

A. TINEA KAPITIS
• KLINIS : ALOPESIA DENGAN BATAS TEGAS, IREGULER, DAN SKUAMA.
• TIPE : BLACK DOT, GRAY PATCH, KERION CELSI
B. TINEA KORPORIS
• klinis : lesi tunggal atau
multipel, polisiklik, skuama
dengan daerah tengah yang
menyembuh, batas lesi
sedikit meninggi dan
kemerahan, batas tegas.
C. Tinea barbae
• Klinis : janggut atau kumis, lesi berskuama, pustula folikuler dan eritema.
D. Tinea fasialis
• Klinis : wajah, lesi plak kemerahan bulat atau melingkar, sedikit
bersisik atau sedikit meninggi pada pinggirnya.
E. TINEA MANUS
• KLINIS : SATU ATAU DUA TANGAN,
PERMUKAAN TELAPAK TANGAN KERING
SECARA MENYELURUH DAN
HIPERKERATOTIK.
F. TINEA KRURIS
• Klinis : lipat paha, perineum dan
sekitar anus, lesi kemerahan
bersisik dengan pinggiran
meninggi disertai pustula dan
vesikel pada batas lesi yang aktif
maupun maserasi
G. TINEA PEDIS
• KLINIS : VESIKOBULOSA, MOCCASIN FOOT DAN INTERDIGITALIS.
H. TINEA UNGUIUM
• KLINIS : DISTROFI DAN DEBRIS PADA KUKU SUBUNGUAL DISTAL
Tes Laboratorium Metode Fungsi Hasil
Mikroskopik dengan Pengambilan KOH akan Hifa panjang
potasiium hidroksit skuama dari tepi lesi, melarutkan dan bersepta dan
(KOH) debris subungual melunakkan keratin bercabang
atau rambut yang dan akan lebih
terinfeksi diletakkan menampakan
pada kaca obyek. dermatofita.
Teteskan KOH 10%
kemudian ditutup
dengan kaca
penutup.
Tes Laboratorium Metode Fungsi Hasil
Kultur Media Sabouraud (4% Memfasilitasi Morfologi
peptone, 1% glukosa, pertumbuhan mikroskopik
agar, air) dermatofita mikrokonidia
Media Saboroud Memfasilitasi dan
modifikasi pertumbuhan makrokonidia
(penambahan dermatofita dan dengan
kloramfenikol, menghambat gambaran
sikloheksimid dan pertumbuhan non- topografi
gentamisin) Candida albicans, permukaan
Cryptococcus, kultur dan
Prototheca spp, pigmentasi
P.weraeckii,
Scytelidium spp,
Octrocoris galiopava
Histopatologi dengan Teknik biopsi jaringan Pengecatan dinding sel Elemen jamur
pengecatan periodic kulit atau kuku jamur dan elemen berwarna
acid-Schiff (PAS)dan jamur pada jaringan merah muda
Grocott’s biopsi (PAS) atau
methenamine silver hitam (GMS)
(GMS) pada stratum
korneum
PITYRIASIS VERSICOLOR (PVC)

• Klinis : bercak berskuama halus berwarna putih hingga hitam terutama dijumpai di
daerah yang mengandung banyak kelenjar minyak, yaitu dada, lengan atas,
tungkai atas, leher, muka hingga kulit kepala yang berambut.
• Px penunjang : lampu wood, KOH, kultur
KANDIDIASIS KUTAN

• Klinis : genitokrural, aksila, gluteal,


interdigital dan inframamaria dan lipatan
kulit di dinding perut, berupa lesi
eritematosa merah terang disertai lesi
satelit papul dan pustul
• Px penunjang : KOH, kultur
SKABIES
CREEPING ERUPTION/ CUTANEUS LARVA MIGRANS
PEDIKULOSIS CAPITIS

Infestasi kulit dan rambut kepala yang


disebabkan oleh pediculosis humanus var
capitis
VARISELA
HERPES ZOSTER
HERPES SIMPLEKS

HSV 1 : Orolabial
HSV 2 : Genital
VERUKA VULGARIS

Virus HPV
Penatalaksanaan
Pencegahan
1. Mengurangi risiko transmisi, seperti menutup kutil dengan bahan tahan air
Ketika berenang, menghindari pemakaian barang pribadi secara bersama-
sama, dan menggunakan alas kaki ketika menggunakan toilet umum.
2. Mengurangi risiko auto-inokulasi, seperti tidak menggaruk lesi, tidak
menggigit kuku, dan tidak mencukur daerah yang terdapat kutil

Terapi :
Asam Salisilat
TCA
Bedah beku
Bedah listrik
Bedah pisau
MOLUSCUM KONTAGIOSUM

Poxvirus
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai