Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KUNJUNGAN KE PUSKESMAS SEBERANG PADANG

I.

IDENTITAS PASIEN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Nama Tempat/Tanggal Lahir Umur Jenis Kelamin Status dalam Keluarga Agama Alamat No. Telp. Diagnosa : Jio Shansuke Roly : Padang/14 Maret 2010 : 8 bulan : Laki-laki : Anak Pertama : Islam : Jl. Aur Duri Baru No.3 RT/RW II : 081363332490 : ISPA

II.

PEMBAHASAN ISPA
1. DEFINISI ISPA

Pengertian ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) menurut WHO (1986) adalah sekelompok penyakit kompleks dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai penyebab dan dapat mengenai setiap lokasi di sepanjang saluran nafas. Menurut Depkes RI (1996), penyakit ISPA mengandung tiga unsur pengertian yaitu infeksi, saluran pernapasan, dan akut. ISPA didefinisikan sebagai suatu penyakit infeksi pada hidung, telinga, faring, trachea, bronchioli dan paru yang kurang dari dua minggu (14 hari) dengan tanda dan gejala dapat berupa: batuk dan atau pilek (ingus) dan/atau batuk pilek dan/atau sesak nafas karena hidung tersumbat dengan atau tanpa demam. Batas waktu 14 hari diambil untuk menunjukkan berlangsungnya proses akut, meskipun beberapa penyakit yang dapat digolongkan ISPA, proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. Saluran pernafasan menurut anatominya dapat dibagi menjadi saluran pernafasan atas, yaitu mulai dari hidung sampai laring, dan saluran pernafasan bawah, mulai dari laring sampai alveoli. Dengan demikian, infeksi saluran pernafasan akut dapat dibagi menjadi ISPA atas dan ISPA bawah. Yang dimaksud ISPA atas ialah infeksi akut yang secara primer mempengaruhi susunan saluran pernafasan di atas laring, sedangkan ISPA bawah ialah infeksi akut yang secara primer mempengaruhi saluran pernafasan bawah laring.

2. EPIDEMIOLOGI ISPA

Insiden ISPA anak di negara berkembang maupun negara yang telah maju tidak berbeda, tetapi jumlah angka kesakitan di negara berkembang lebih banyak. Berbagai laporan menyatakan bahwa ISPA merupakan penyakit yang paling sering pada anak, mencapai kira-kira 50% dari semua penyakit balita dan 30% pada anak usia 5-12 tahun. Umumnya infeksi biasanya mengenai saluran nafas bagian atas, hanya kurang dari 5% yang mengenai saluran pernafasan bawah. Kejadian ISPA pada balita lebih sering terjadi di daerah perkotaan dibandingkan pada balita di daerah pedesaan. Seorang anak yang tinggal di daerah perkotaan akan mengalami ISPA sebanyak 5-8 episode setahun, sedangkan bila tinggal di pedesaan sebesar 3-5 episode. ISPA merupakan penyakit yang utama dari layanan rawat jalan, meliputi 2540% balita yang berobat, dan ISPA pula yang merupakan penyebab rawat inap balita di rumah sakit, sekitar 30-35% dari seluruh balita yang dirawat inap. Angka kematian yang tinggi karena ISPA khususnya pneumonia masih merupakan masalah di beberapa negara berkembang termasuk Indonesia. WHO (1992) memperkirakan 12,9 juta balita meninggal dunia karena ISPA, terutama disebabkan oleh pneumonia.

3. ETIOLOGI ISPA

Mayoritas penyebab dari ISPA adalah virus. Penyakit infeksi saluran nafas akut bagian atas mulai dari hidung, nasofaring, sinus paranasalis sampai dengan laring hampir 90% disebabkan oleh viral sedangkan infeksi akut saluran nafas bagian bawah hampir 50% diakibatkan oleh bakteri di mana Streptococcus pneumonia adalah yang bertanggung jawab untuk kurang lebih 70-90%, sedangkan Staphylococcus aureus dan H. influenza sekitar 10-20%. Saat ini telah diketahui bahwa infeksi saluran pernafasan akut ini melibatkan lebih dari 300 tipe antigen dari bakteri maupun virus tersebut. Adapun virus-virus (agen non bakterial) yang banyak ditemukan pada ISPA bagian bawah pada bayi dan anak-anak adalah Respiratory syncytial virus (RSV), adenovirus, parainfluenza, dan virus influenza A & B.

4. FAKTOR RISIKO ISPA

Faktor-faktor resiko yang berperan dalam kejadian ISPA adalah sebagai berikut: 1. Faktor host (diri) a. Usia

Kebanyakan infeksi saluran pernafasan sering mengenai anak usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. b. Jenis kelamin Angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. c. Status gizi Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah lama dikenal. Kedua keadaan ini saling mempengaruhi dimana yang satu merupakan predisposisi yang lainnya. Pada KKP, ketahanan tubuh menurun dan virulensi patogen lebih kuat sehingga menyebabkan keseimbangan yang terganggu dan akan terjadi infeksi, sedangkan salah satu determinan utama dalam mempertahankan keseimbangan tersebut adalah status gizi anak. d. Status imunisasi Ketidakpatuhan imunisasi berhubungan dengan peningkatan penderita ISPA walaupun tidak bermakna. e. Pemberian suplemen vitamin A Pemberian vitamin A pada balita sangat berperan untuk masa pertumbuhannya, daya tahan tubuh dan kesehatan terutama pada penglihatan, reproduksi, sekresi mukus dan untuk mempertahankan sel epitel yang mengalami diferensiasi. f. Pemberian air susu ibu (ASI) ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama kehidupannya. ASI bukan hanya merupakan sumber nutrisi bagi bayi tetapi juga sebagai sumber zat antimikroorganisme yang kuat, karena adanya beberapa faktor yang bekerja secara sinergis membentuk sistem biologis. ASI dapat memberikan imunisasi pasif melalui penyampaian antibodi dan sel-sel imunokompeten ke permukaan saluran pernafasan atas. 2. Faktor lingkungan a. Rumah Anak-anak yang tinggal di apartemen memiliki faktor resiko lebih tinggi menderita ISPA daripada anak-anak yang tinggal di rumah cluster.

b. Kepadatan hunian (crowded) Kepadatan hunian seperti luas ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA dan mempengaruhi prevalensi ISPA secara bermakna. c. Status sosioekonomi Didapatkan korelasi yang bermakna antara kejadian ISPA berat dengan rendahnya status sosioekonomi. d. Kebiasaan merokok Pada keluarga yang merokok, secara statistik anaknya mempunyai kemungkinan terkena ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan anak dari keluarga yang tidak merokok. e. Polusi udara Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik, maupun kimia. Hal ini menunjukkan bahwa polusi udara sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit ISPA. Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah akan mempermudah terjadinya ISPA.
5. KLASIFIKASI ISPA

Klasifikasi ISPA didasarkan kepada : 1. Lokasi Anatomis a. Infeksi saluran pernafasan bagian atas. Merupakan infeksi akut yang menyerang saluran pernafasan mulai dari hidung hingga faring. b. Infeksi saluran pernafasan bagian bawah. Merupakan infeksi akut yang menyerang saluran pernafasan mulai dari bawah faring sampai dengan alveolus paru-paru. 2. Derajat keparahan penyakit WHO (1986) telah merekomendasikan pembagian ISPA menurut derajat keparahannya. Pembagian ini dibuat berdasarkan gejala-gejala klinis yang timbul. Adapun pembagiannya sebagai berikut :

a. ISPA ringan Ditandai dengan satu atau lebih gejala berikut :


o o

Batuk Pilek dengan atau tanpa demam

b. ISPA sedang Meliputi gejala ISPA ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut:
o

Pernafasan cepat.

Umur < 1 tahun : 50 kali / menit atau lebih. Umur 1-4 tahun : 40 kali / menit atau lebih.

o o o

Wheezing (nafas menciut-ciut). Sakit/keluar cairan dari telinga. Bercak kemerahan (campak).

Khusus untuk bayi <2 bulan hanya dikenal ISPA ringan dan ISPA berat dengan batasan frekuensinya nafasnya 60 kali / menit. c. ISPA berat Meliputi gejala sedang/ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut:
o o o o o

Penarikan sela iga ke dalam sewaktu inspirasi. Kesadaran menurun. Bibir / kulit pucat kebiruan. Stridor (nafas ngorok) sewaktu istirahat. Adanya selaput membran difteri.

Depkes RI (1991) membagi ISPA berdasarkan atas umur dan tanda-tanda klinis yang didapat, yaitu : a. Untuk anak umur 2 bulan - 5 tahun. Untuk anak dalam berbagai golongan umur ini ISPA diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :
o

Pneumonia berat
Adanya tanda bahaya, yaitu tak bisa minum, kejang, kesadaran menurun,

Tanda utama : stridor, serta gizi buruk.

Adanya tarikan dinding dada ke belakang. Hal ini terjadi bila paru-paru

menjadi kaku dan mengakibatkan perlunya tenaga untuk menarik nafas. Tanda-tanda lain yang mungkin ada :
Nafas cuping hidung Suara rintihan Sianosis (pucat)

Pneumonia (tidak berat)


Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam. Disertai nafas cepat : 1. Lebih dari 50 kali / menit untuk usia 2 bulan 1 tahun. 2. Lebih dari 40 kali / menit untuk usia 1 tahun 5 tahun.

Tanda :

Bukan Pneumonia
Tak ada tarikan dinding dada ke dalam. Tak ada nafas cepat : 1. Kurang dari 50 kali / menit untuk anak usia 2 bulan 1 tahun. 2. Kurang dari 40 kali / menit untuk anak usia 1 tahun 5 tahun.

Tanda :

b. Anak umur kurang dari 2 bulan Untuk anak dalam golongan umur ini, diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
o

Pneumonia berat
Adanya tanda bahaya yaitu kurang bisa minum, kejang, kesadaran

Tanda : menurun, stridor, wheezing, demam atau dingin.


Nafas cepat dengan frekuensi 60 kali / menit atau lebih Tarikan dinding dada ke dalam yang kuat.

Bukan Pneumonia

Tanda :

Tidak ada nafas cepat. Tak ada tarikan dinding dada ke dalam.

Dalam International Classification of Disease dalam bagian Diseases of the Respiratory System revisi yang kesepuluh, ISPA dibagi berdasar atas letak anatomi saluran pernafasan serta penyebabnya. Pembagian ini meliputi hal di bawah ini : a. Infeksi saluran nafas atas akut
o o o o o o

Nasofaringitis akut (common cold) Sinusitis akut Faringitis akut : faringitis streptokokus dan faringitis karena sebab lain Tonsilitis akut : tonsilitis streptokokus dan tonsilitis karena sebab lain Laringitis dan trakeitis akut Epiglotitis dan laringitis obstruktif akut (croup)

b. Influenza dan pneumonia


o o o

Influenza dengan virus yang teridentifikasi Influenza dengan virus tak teridentifikasi.

Pneumonia viral (Pneumonia karena adenovirus, Pneumonia oleh virus sinsitium saluran pernafasan, Pneumonia oleh virus parainfluenza, Pneumonia oleh virus lain)
o o o o

Pneumonia oleh streptokokus pnemonia. Pneumonia oleh karena Hemofilus influenza. Pneumonia bakterial lainnya. Pneumonia oleh sebab organisme lain.

c. Infeksi saluran nafas bawah akut lainnya.


o o o

Bronkitis akut. Bronkiolitis akut Infeksi saluran nafas bawah akut lain.

6. PATOFISIOLOGI ISPA

Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas dan mendorong virus

ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasme oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan. Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering. Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk. Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut. Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah. Dampak infeksi sekunder bakteri pun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri. Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar merupakan ciri khas sistem imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas. Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu:
1.

Tahap prepatogenesis Penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi apa-apa. Tahap inkubasi Virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah, terutama jika keadaan gizi dan daya tahan tubuh sebelumnya memang sudah rendah.

2.

3.

Tahap dini penyakit

Dimulai dari munculnya gejala penyakit, yaitu timbul gejala demam dan batuk.
4.

Tahap lanjut penyakit Dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis, dan dapat meninggal akibat pneumonia.

7. GEJALA KLINIS ISPA

Sebagian besar anak dengan infeksi saluran nafas bagian atas memberikan gejala yang sangat penting yaitu batuk. Infeksi saluran nafas bagian bawah memberikan beberapa tanda lainnya seperti nafas yang cepat dan retraksi dada. Selain batuk gejala ISPA pada anak juga dapat dikenali yaitu flu, demam dan suhu tubuh anak meningkat lebih dari 38,5 oC dan disertai sesak nafas. Gejala ISPA ringan Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan gejala sebagai berikut :
1. a. Batuk. b. Suara serak c. Mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung. d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37 oC atau jika dahi anak

diraba dengan punggung tangan akan terasa panas.

Gejala ISPA sedang Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika di jumpai gejala ISPA ringan dengan disertai gejala sebagai berikut :
2. a. Pernapasan lebih dari 50 kali /menit pada anak umur < 1 tahun atau lebih

dari 40 kali/menit pada anak umur >1 tahun.


b. Suhu lebih dari 39 oC. c. Tenggorokan berwarna merah. d. Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak. e. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga. f. Pernafasan berbunyi seperti mendengkur.

Gejala ISPA berat Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ada gejala ISPA ringan atau sedang disertai satu atau lebih gejala sebagai berikut:
3. a. Bibir atau kulit membiru. b. Lubang hidung kembang kempis pada waktu bernapas. c. Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun. d. Pernafasan berbunyi dan anak tampak gelisah. e. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas. f. Nadi cepat lebih dari 60 x/menit atau tidak teraba. g. Tenggorokan berwarna merah. 8. DIAGNOSIS ISPA a.

ANAMNESIS
1. Keluhan Utama

Pasien biasanya mengeluhkan adanya demam, batuk , pilek, dan sakit tenggorokan.
2. Riwayat penyakit sekarang

Beberapa hari sebelumnya pasien biasanya mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk, pilek, dan sakit tenggorokan.
3. Riwayat penyakit dahulu

Pasien biasanya sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit seperti sekarang.


4. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya anggota keluarga pasien ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut.
5. Riwayat sosial

Pasien biasanya tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya.

b.

PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan fisik di fokuskan pada pengkajian sistem pernapasan :

1. Pengkajian tanda-tanda vital pasien (kesadaran, denyut nadi, frekuensi

nafas, tekanan darah, dan suhu tubuh).

2. Inspeksi :

Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan. Tonsil tanpak kemerahan dan edema. Tampak batuk tidak produktif. Tidak ada jaringna parut pada leher. Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan, pernapasan cuping hidung, tachypnea, dan hiperventilasi.

3. Palpasi:

Adanya demam. Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus limfe servikalis. Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid.

4. Perkusi

Suara paru normal (sonor).

5. Auskultasi

Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.
c.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :

pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman, pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia,

pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan.

9. PENATALAKSANAAN ISPA a.

PROMOTIF DAN PREVENTIF

Keadaan gizi dan keadaan lingkungan merupakan hal yang penting bagi pencegahan ISPA. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah ISPA adalah:
1. Mengusahakan agar anak mempunyai gizi yang baik

Bayi harus disusui sampai usia dua tahun karena ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi.
a. b. c.

Beri bayi makanan padat sesuai dengan umurnya.

Pada bayi dan anak, makanan harus mengandung gizi cukup yaitu mengandung cukup protein (zat putih telur), karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Makanan yang bergizi tidak berarti makanan yang mahal. Protein misalnya dapat di peroleh dari tempe dan tahu, karbohidrat dari nasi atau jagung, lemak dari kelapa atau minyak sedangkan vitamin dan mineral dari sayuran, dan buah-buahan.
d.

Bayi dan balita hendaknya secara teratur ditimbang untuk mengetahui apakah beratnya sesuai dengan umurnya dan perlu diperiksa apakah ada penyakit yang menghambat pertumbuhan.
e.

2. Mengusahakan kekebalan anak dengan imunisasi

Imunisasi DPT dimaksudkan untuk mencegah penyakit Pertusis yang salah satu gejalanya adalah infeksi saluran nafas.

3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA, sebaliknya perilaku yang tidak mencerminkan hidup sehat akan menimbulkan berbagai penyakit. Perilaku ini dapat dilakukan melalui upaya memperhatikan rumah sehat dan lingkungan sehat.

4. Pengobatan segera

Apabila anak sudah positif terserang ISPA, sebaiknya orang tua tidak memberikan makanan yang dapat merangsang rasa sakit pada tenggorokan, misalnya minuman dingin, makanan yang mengandung vetsin atau rasa gurih, bahan pewarna, pengawet, dan makanan yang terlalu manis.

b.

KURATIF DAN REHABILITATIF


Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik

parenteral, oksigen dan sebagainya.


Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita

tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrimoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin, atau penisilin prokain.
Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan

perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari.
Perawatan di rumah: 1.

Mengatasi panas (demam)


- Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan

memberikan parasetamol atau dengan kompres,


- Bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. - Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara

pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan.
- Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih,

celupkan pada air (tidak perlu air es).


2.

Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis sendok teh dicampur dengan kecap atau madu sendok teh, diberikan tiga kali sehari.
3.

Pemberian makanan

Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit demi sedikit tetapi berulang-ulang, terutama jika ada gejala muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
4.

Pemberian minuman

Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah, dsb) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak. Kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
5.

Lain-lain
- Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu

tebal dan rapat, terutama pada anak dengan demam.


- Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat

kesembuhan dan menghindari komplikasi.


- Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang

berventilasi cukup dan tidak berasap.


- Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk

maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.


- Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan

diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.

III.

LAMPIRAN

Tabel 1. Anggota keluarga yang tinggal serumah atau yang memiliki hubungan dekat dengan keluarga

N o

Nama

Kedudu kan dalam keluarga

Gender

Umur

Pendidika n

Pekerjaa n

Berpartisipa si dalam pembinaan

Ket tambaha n

1 Ronald Ikhwan Bahari 2 Yulia Wirdaya ni 3 Wirda Marni 4 Ilhamdi Syafitra 5 Islami Hidayat ul Izmi 6 Jio . Shansuk e Roly

Kepala Laki-laki Keluarga, Suami Istri Perempu an Perempu an Laki-laki Perempu an Laki-laki

27 tahun 25 tahun 58 tahun 18 tahun 10 tahun 8 bulan

SMA

Wiraswas ta Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Pegawai Swasta Pelajar

D III Akuntansi SMP

Ibu

Hipertens i

Adik Adik

SMK SD

Anak

ISPA

Tabel 2. Fungsi-fungsi dalam keluarga Fungsi Keluarga Biologis adalah sikap dan perilaku keluarga selama ini dalam menghadapi resiko masalah biologis, pencegahan, cara mengatasinya dan beradaptasi dengan masalah biologis (masalah fisik jasmaniah) Psikologis adalah sikap dan perilaku keluarga selama ini dalam membangun hubungan psikologis internal antar anggota keluarga. Termasuk dalam hal memelihara kepuasan psikologis seluruh anggota keluarga dan manajemen keluarga dalam menghadapi masalah psikologis. Penilaian Kesimpulan pembina untuk fungsi keluarga yang bersangkutan Berdasarkan peniliaian terhadap komponen pada keluarga, maka pembina dapat menyimpulkan fungsi biologis keluarga ini berjalan dengan baik.

Imunisasasi pada anaknya yang berumur 8 bulan lengkap, yang belum hanya imunisasi campak yang akan diberikan jika anak sudah berumur 9 bulan. Rajin ke puskesmas jika ada anggota keluarga yang sakit. Riwayat ANC keluarga ini: melakukan pemeriksaan ke bidan, pernah ke dokter ahli kandungan untuk pemeriksaan USG (pada usia kehamilan 4 dan 7 bulan), dan semua proses persalinan ditangani oleh bidan. Keluarga ini tidak mengikuti program KB. Keluarga mengadakan diskusi internal keluarga dalam memutuskan sesuatu yang penting untuk keluarga tersebut, seperti saat akan memutuskan apakah ibu akan mengikuti program KB atau tidak.

Berdasarkan peniliaian terhadap komponen pada keluarga, maka pembina dapat menyimpulkan fungsi psikologis keluarga ini berjalan dengan baik.

Sosial adalah sikap dan perilaku keluarga selama ini dalam mempersiapkan anggota keluarga untuk terjun ke tangah masyarakat. Termasuk di dalamnya pendidikan formal dan informal untuk dapat mandiri. Ekonomi & Pemenuhan kebutuhan adalah sikap dan perilaku keluarga selama ini dalam usaha pemenuhan kebutuhan primer, sekunder dan tertier.

Ibu mendapatkan pendidikan formal hingga jenjang D III, ibu juga sering mengikuti majlis talim dan arisan RT. Suami mendapatkan pendidikan formal hingga jenjang SMK dan langsung bekerja. Adiknya mendapatkan pendidikan formal hingga jenjang SMK dan langsung bekerja.

Berdasarkan peniliaian terhadap komponen pada keluarga, maka pembina dapat menyimpulkan fungsi sosial keluarga ini berjalan dengan baik.

Suami bekerja sebagai wiraswasta, yaitu mempunyai toko sendiri di daerah tabing dengan penghasilan tetap. Selain itu, suami juga sering ikut dalam beberapa proyek yang menambah penghasilan keluarga. Kebutuhan keluarga cukup terpenuhi dan sebagian penghasilan dapat ditabung. Keluarga dapat memenuhi kebutuhan tertier seperti mobil, motor, TV, dll.

Berdasarkan peniliaian terhadap komponen pada keluarga, maka pembina dapat menyimpulkan fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan keluarga ini berjalan dengan baik.

Tabel 3. Perilaku kesehatan keluarga Perilaku kebersihan pribadi & lingkungan apakah tampilan individual dan lingkungan bersih dan terawat, bagaimana kebiasaan perawatan kebersihannya Sikap & perilaku keluarga yang menggambarkan perilaku tsb Keluarga berpakaian bersih dan rapi, kebersihan pribadi terawat. Rumah mempunyai 3 kamar dengan jumlah orang dalam satu rumah adalah 6 orang. Rumah dinding papan, lantai ubin, ventilasi kurang, pencahayaan kurang dan langit-langitnya rendah. Kebersihan di dalam dan luar rumah terawat. Sumber air minum dan MCK dari sumur galian. Terdapat satu kamar mandi di dalam rumah dan dibersihkan secara teratur. Saluran pembuangan air berupa selokan yang terhubung ke sungai. Terdapat tempat pembuangan sampah di luar rumah dan diangkut oleh petugas pengumpul sampah. Imunisasi lengkap, kecuali imunisasi campak yang nanti akan dilakukan setelah anak berusia 9 bulan. Kehamilan tidak ada masalah dan persalinan dilakukan dengan pertolongan bidan, persalinan normal. Jika ada tetangga yang menderita DBD, rumah di fogging dan bubuk abate dibagikan. Kesimpulan Kebersihan pribadi & lingkungan cukup terawat

pencegahan spesifik termasuk perilaku imunisasi anggota keluarga, ANC, gerakan pencegahan penyakit lain yang telah dianjurkan (baik penyakit menular maupunt tidak menular)

Pencegahan spesifik dalam keluarga cukup baik

gizi keluarga pengaturan makanan keluarga, mulai cara pengadaan, kuantitas dan kualitas makanan serta perilaku terhadap diet yang dianjurkan bagi penyakit tertentu pada anggota keluarga

Makan keluarga cukup 3 kali sehari. Jenis makanan bervariasi dan mencukupi kebutuhan kalori keluarga. Memperhatikan diet untuk ibunya yang menderita hipertensi. ASI anak dihentikan pada saat anak berumur 5 bulan dan sejak itu diberi susu formula. Anak juga sudah mulai diberi makanan tambahan seperti bubur bayi. Ibu sering mengajak anaknya berjalan-jalan keliling kompleks perumahan yang dianggap sebagai aktifitas jasmani. Keluarga jarang melakukan olahraga karena tidak ada waktu.

Gizi kelurga cukup baik.

latihan jasmani / aktifitas fisik kegiatan keseharian untuk meggambarkan apakah sedentary life atau cukup atau teratur dalam latihan jasmani. Physical exercise tidak selalu harus berupa olahraga seperti sepak bola, badminton,dsb. penggunaan pelayanan kesehatan perilaku keluarga apakah datang ke posyandu, puskesmas, dsb untuk preventif juga, atau hanya kuratif, atau kuratif ke pengobatan komplimenter dan alternatif, sebutkan jenisnya dan berapa keseringannya

Latihan jasmani/ aktifitas fisik kurang teratur.

Mereka selalu pergi ke pukesmas jika sakit Jika ada yang sakit diluar jam pukesmas, mereka pergi berobat ke bidan atau mantri dekat rumah.

Penggunaan pelayanan kesehatan cukup baik

kebiasaan / perilaku lainnya yang buruk untuk kesehatan misalnya merokok, minum alkohol, bergadang,dsb sebutkan keseringannya dan banyaknya setiap kali dan jenis yang dikonsumsi Tabel 4. Status pasien Tanggal 20 /09 / 2010 Umur 6 bulan

Bapak kadang-kadang merokok jika sedang berkumpul dengan temantemannya dengan alasan sosialisasi.

Ada kebiasaan yang berisiko untuk kesehatan

Berat Badan 8,2 kg

Anamnesis Flu sejak 2 hari yang lalu, ingus cair Batuk Kering(+) Demam WD/ ISPA

Resep PCT syr CTM GG

19 / 10 /2010

7 bulan

8,9 kg

Demam sejak 1 hari yang lalu Batuk Kering(+) WD/ ISPA

PCT syr CTM GG CTM PCT

6 / 11 / 2010

8 bulan

9,1 kg

Pilek (+) Demam WD/ ISPA

SKILLS LAB BLOK 20 KESEHATAN KELUARGA

LAPORAN KUNJUNGAN KE PUSKESMAS SEBERANG PADANG

Oleh :

ALIFIA HELMI 07923009

KELOMPOK 1 A

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS 2010

Anda mungkin juga menyukai