Anda di halaman 1dari 5

KHUTBAH PERTAMA – KHUTBAH JUMAT QANA’AH DALAM

KEHIDUPAN
Jama’ah, kaum muslimin yang dimuliakan Allah,

Pertama-tama kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala limpahan
karunia dan nikmat yang tidak akan bisa kita hitung satu per satu.

‫َو ِإن َتُع ُّد وا ِنْع َم َة ِهَّللا اَل ُتْح ُصوَها‬


“Jika kamu menghitung nikmat-nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, niscaya kamu tidak
akan dapat menghitungnya.” (QS. An-Nahl[16]: 18)
Shalawat beriring salam tidak lupa kita limpahkan untuk Nabi kita Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, atas keluarga beliau, sahabat-sahabat beliau dan umat
beliau sampai hari kemudian.

Jamaah yang dimuliakan Allah,

Dalam sebuah hadits, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

‫َفَو ِهَّللا َال اْلَفْقَر َأْخ َش ى َع َلْيُك ْم‬


“Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku khawatirkan atas kalian.”

‫َو َلِكْن َأْخ َش ى َع َلْيُك ْم َأْن ُتْبَس َط َع َلْيُك ُم الُّد ْنَيا‬


“Akan tetapi aku khawatir akan dibentangkan di hadapan kamu dunia.”

‫َفَتَناَفُسوَها َك َم ا َتَناَفُسوَها‬
“Lalu kalian berlomba-lomba untuk mengejar dunia itu sebagaimana umat sebelum kalian
berlomba-lomba mengejarnya.”

‫َو ُتْهِلَك ُك ْم َك َم ا َأْهَلَك ْتُهْم‬


“Lalu dunia itu membinasakan kalian sebagaimana telah membinasakan umat-umat
sebelum kalian.”

Di dalam hadits ini Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengingatkan kepada kita semua
bahwa masalah umat ini bukanlah masalah kefakiran yang menimpa mereka. Walaupun
kita tahu bahwa kefakiran itu adalah perkara yang kita harus berlindung kepada Allah
darinya. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajarkan kita doa, salah satunya adalah:

Baca Juga:
Tafsir Ali Imran Ayat 58 - Al-Qur'an Tanda Kebesaran Allah
‫الّلُهَّم إِّني َأُع وُذ ِبَك ِم َن اْلَفْقِر‬
“Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari kefakiran.”
Demikian pula Nabi mengatakan bahwa kefakiran itu adalah ‫( بئس الضجيع‬seburuk-buruk
kemelaratan dan kesengsaraan). Dan Nabi melarang kita untuk meninggalkan keluarga
kita dalam keadaan fakir, meminta-minta manusia. Seperti yang Nabi katakan kepada
Sa’ad bin Abi Waqqash ketika ia ingin mewasiatkan sebagian besar hartanya, maka Nabi
mengatakan:

…‫الُّثُلُث والُّثُلُث َك ثيٌر‬


“Sepertiga saja, dan itu pun sudah banyak. Seandainya engkau meninggalkan keluargamu
dalam keadaan berkecukupan, maka itu lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka
dalam keadaan fakir meminta-minta kepada manusia.”

Yaitu kemelaratan akan menggiring kepada kehinaan.

Nabi kita memerintahkan untuk berlindung dan agar kita tidak jatuh kepada kefakiran
tersebut. Akan tetapi bukan itu yang paling ditakutkan Nabi atas umat ini, bukan itu
masalah umat ini, bukan itu problematika umat. Akan tetapi yang Nabi kawatirkan atas
kita semua justru dibentangkan kepada kita dunia, kita berlomba-lomba mengejar dunia
itu dan akhirnya kita binasa karena mengejarnya.

Para jamaah yang dimuliakan Allah, ada tiga status yang ada pada manusia:

 yang pertama adalah dia dalam kondisi kaya dan berlebihan,


 yang kedua dia dalam kondisi miskin berkecukupan,
 dan yang ketiga adalah kondisi fakir (dia kekurangan).
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak melarang kita menjadi orang yang kaya.
Walaupun Nabi dalam banyak konteks nash-nash Al-Qur’an maupun hadits mencela
dunia. Seperti di dalam Al-Qur’an, Allah menyebut dunia itu sebagai ‫( َم َتاُع اْلُغ ُروِر‬kesenangan
yang memperdaya), ‫( َم َتاٌع َقِليٌل‬kesenangan yang sedikit), kesenangan yang sebentar.

Baca Juga:
Islam Membawa Maslahat – Surah Al-Baqarah 219-220

Demikian pula di dalam hadits, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebut dunia itu
sebagai suatu yang terkutuk.

‫الُّد ْنَيا َم ْلُعوَنٌة َم ْلُعوٌن َم ا ِفيَها‬


“Dunia itu terkutuk dan terkutuk juga apa-apa yang ada di dalamnya.”

Demikian pula di dalam hadits yang lain Nabi menggambarkan bahwa dunia itu lebih hina
di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala daripada bangkai kambing dalam pandangan manusia.
Begitu nash-nash Al-Qur’an dan hadits menjelaskan tentang hakikat dunia.

Itu status yang pertama, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak menyuruh kita dan Nabi
berlindung diri darinya.
Kemudian yang kedua yaitu status sebagai seorang yang berkecukupan atau miskin yang
hidupnya pas-pasan, yang hidupnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebutkan “kafaf”

‫ُر ِز َق َك َفاًفا‬
“Rezeki yang cukup.” (HR. Muslim)

Itu hakikat dari miskin.

Kemudian status yang ketiga adalah status fakir, yang mana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam berlindung dari kefakiran tersebut dan Nabi menyebut kefakiran adalah seburuk-
buruk kemelaratan yang bisa membuat seseorang menjadi hina, karena dia terpaksa
berhutang kesana-kemari atau dia meminta-minta kepada manusia.

Adapun status sebagai orang yang kafaf (berkecukupan), ini adalah kondisi dimana Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meminta kepada Allah agar dihidupkan dalam keadaan
seperti itu, dimatikan dalam keadaan seperti itu, dan dikumpulkan bersama orang-orang
yang keadaannya seperti itu, yaitu orang yang miskin.
Satu doa yang mungkin belum pernah kita baca seumur hidup kita. Yang mana Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membaca doa ini:

Baca Juga:
Orang Kafir Pasti Kalah

‫ َو اْح ُش ْر ِني ِفي ُز ْمَرِة‬، ‫ َو َأِم ْتِني ِم ْس ِكيًنا‬، ‫الَّلُهَّم َأْح ِيِني ِم ْس ِكيًنا‬
‫اْلَم َس اِكيِن َيْو َم اْلِقَياَم ِة‬
“Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, matikan aku dalam keadaan miskin,
dan kumpulkan aku bersama orang-orang miskin pada hari kiamat.” (HR. Tirmidzi)

Nabi memohon kepada Allah kondisi yang kedua. Apa sebabnya? Yaitu karena kondisi
yang kedua ini (yaitu sebagai orang yang miskin/kafaf) seperti yang disebutkan Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits yang lain:

‫َقْد َأْفَلَح َم ْن َأْس َلَم َو ُر ِز َق َك َفاًفا َو َقَّنَع ُه ُهَّللا ِبَم ا آَتاُه‬


“Beruntunglah orang-orang yang telah mendapatkan Islam kemudian diberi rezeki yang
kafaf (cukup) dan Allah memberinya sifat qana’ah terhadap apa yang Allah berikan
kepadanya.” (HR. Muslim)

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meminta kondisi yang kedua ini, karena itulah kondisi
dimana seorang paling mungkin untuk selamat dunia dan akhirat dengan harta yang Allah
berikan kepadanya, yaitu dia berkecukupan, dia hidup kafaf, tidak lebih dan tidak kurang.
Orang seperti inilah yang mungkin untuk bisa selamat di dunia dan selamat juga di
akhirat.

Adapun yang pertama (orang yang kaya), mungkin dia akan selamat hidupnya di dunia,
karena dia punya segala sesuatu bahkan berlebih. Orang ini di akhirat nanti mungkin dia
akan menghadapi suatu pertanggungjawaban yang berat, dia akan ditanya tentang
hartanya, dari mana dia peroleh dan kemana dia akan belanjakan.
Baca Juga:
Khutbah Jum'at: Kiat Pemuda Hijrah

Adapun yang terakhir, dia mungkin tidak bisa selamat di dunia karena hidupnya hina dan
mungkin juga tidak selamat di akhirat karena mungkin dia berhutang ataupun segala
sesuatu yang membuat dia susah di dalam hidupnya.

Para jama’ah yang dimuliakan Allah,

Oleh karena itulah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meminta kepada Allah agar diberi
jenis kehidupan yang kedua, yaitu hidup sebagai seorang yang miskin ataupun
berkecukupan, yang rezekinya kafaf (cukup) untuk kita gunakan sebagai penyambung
hidup kita di dunia.

KHUTBAH KEDUA – KHUTBAH JUMAT QANA’AH DALAM


KEHIDUPAN
Oleh karena itu apabila kita termasuk orang yang ditakdirkan hidup miskin, maka
janganlah kita berkeluh-kesah. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah menyebutkan di
dalam hadits yang kita bacakan tadi: “Sungguh beruntung, sungguh bahagia/sukses, orang
yang telah mendapatkan Islam dan diberi rezeki yang cukup, tidak kurang dan tidak juga
lebih,” dan tinggal perkara ketiga yang harus dia miliki. Yaitu dia qana’ah meneriman apa
yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepadanya. Dia termasuk orang-orang yang
bahagia di dunia dan di akhirat.

Maka tidak layak bagi seorang muslim yang telah mendapatkan hidayah Islam dan telah
mendapatkan kecukupan hidup, tidaklah dia orang yang kekurangan, bukanlah dia orang
yang melarat ataupun sengsara, dan telah diberi qana’ah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,
kemudian masih mengeluhkan rezekinya kepada manusia.

Baca Juga:
Kesempurnaan Ilmu Allah - Tafsir Surah Ali Imran 5

Para jama’ah yang dimuliakan Allah, dengan demikian kita bisa menjadi orang yang paling
kaya, orang yang memiliki sifat qana’ah di dalam kehidupan ini dan tidak tertipu dengan
gemerlap dunia yang kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam justru itu yang akan
membinasakan umat ini dan itu yang paling dikhawatirkan oleh Nabi atas umat ini, yaitu
dibentangkannya dunia kepada kita.

Kita tahu bahwa faktor dunia ini yang membuat dua orang yang dekat terpisah, orang yang
bersahabat bertengkar. Segala sesuatu ketika dibentangkan dunia, kita lihat disana ada
keributan/perselisihan/pertengkaran, yang mana sebelum dunia itu datang mereka akur-
akur saja.

Dua orang yang mungkin berbisnis/bekerja sama dalam satu usaha, sebelum dunia
dilimpahkan kepada mereka, mereka akur-akur saja, menjadi dua sahabat yang dekat.
Akan tetapi ketika dibentangkan dunia kepada mereka, maka terjadilah
pertengkaran/perselisihan/permusuhan.

Begitulah fitnah dunia yang kadangkala kita tidak mengetahui akibat buruk dari dunia
tersebut ataupun pengaruh buruk dari dunia itu. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
mengingatkan kepada kita bahwa itu yang paling dikhawatirkan oleh Nabi atas umat ini.
Dan mudah-mudahan kita semua bisa menjadi orang yang memiliki sifat qana’ah dan
tidak terpedaya dengan gemerlap dunia yang sedikit dan sebentar ini. Demikian mudah-
mudahan bermanfaat bagi kita semua.

Anda mungkin juga menyukai