Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. JUDUL PENELITIAN
Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Ciri-ciri Khusus Beberapa Jenis Hewan
Bagi Siswa Kelas VI Semester I SDN Hulu Sungai Selatan I Tahun Pelajaran
2009/2010 Melalui Problem Based Learning
B. BIDANG ILMU
IPA Konsep Ciri-ciri Khusus Beberapa Jenis Hewan
C. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains berhubungan dengan cara


mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-
konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Dengan pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana
bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA
diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta
didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam
sekitar.
Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI,
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat di
identifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar
tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI
diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar
untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep
IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah


(scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja
dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting
kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI
menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui
penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Nasution (2003:36-38) menyebutkan bahwa tujuan proses belajar
mengajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dapat dikuasai
sepenuhnya oleh peserta didik (mastery learning).
Berdasarkan hasil pengalaman peneliti dalam mengajar IPA di
SD Negeri Hulu Sungai Selatan 1, bahwa pembelajaran IPA masih
menekankan pada konsep-konsep yang terdapat di dalam buku, dan juga
belum memanfaatkan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran secara
maksimal. Mengajak siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan
jarang dilakukan. Hal ini membuat pembelajaran tidak efektif, karena
siswa kurang merespon terhadap pelajaran yang disampaikan. Maka
pengajaran semacam ini cenderung menyebabkan kebosanan kepada
siswa.
Berkenaan dengan hal-hal tersebut di atas, pembelajaran IPA di
SDN Hulu Sungai Selatan dengan kondisi peserta didik yang ada pada
saat ini serta mendasari pada hasil rata-rata tes kemampuan awal yang
dilakukan ternyata hasilnya masih dibawah Kriteia Ketuntasan Minimal
(KKM) sebesar 65,00.
Para siswa sebenarnya memiliki kemampuan awal yang telah
diterima di kelas sebelumnya. Kemampuan awal siswa ini harus digali
agar siswa lebih belajar mandiri dan kreatif, khususnya ketika mereka
akan mengkaitkan dengan pelajaran baru. Salah satu cara yang dapat
ditempuh adalah menggunakan pendekatan pembelajaran yang lebih
mendekatkan pada lingkungan siswa dan lebih kontekstual. Konsep-
konsep yang dikembangkan sebaiknya berhubungan dengan alam sekitar
agar menjadi konteks pembelajaran yang bermakna. Meskipun demikian
mengaitkan konteks lingkungan dalam kehidupan sehari-hari dengan isi
materi bukan pekerjaan yang mudah, karena perlu waktu dan proses yang
panjang. Namun kenyataannya guru cenderung mengikuti isi kurikulum
dan anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep
belajar bermakna.
Sementara Oemar Hamalik (2003:50) berpendapat, bahwa unsur-
unsur dinamis yang terkait dalam proses belajar terdiri dari (1) motivasi
siswa; (2) bahan belajar; (3) alat bantu belajar; (4) suasana belajar; dan
(5) kondisi subyek yang belajar. Kelima unsur inilah menurutnya yang
bersifat dinamis, yang sering berubah menguat atau melemah, dan yang
mempengaruhi proses belajar tersebut.
Berdasarkan beberapa fakta tersebut diatas, salah satu metode
pembelajaran yang dapat digunakan sebagai solusi dalam meningkatkan
hasil belajar konsep ciri-ciri khusus beberapa jenis hewan adalah
menggunakan Problem Based Learning. Ada beberapa keunggulan dari
metode ini, diantaranya: lebih menantang, kontekstual, siswa sendiri yang
menemukan, dan menumbuhkan semangat kemandirian siswa. Hal yang
terpenting adalah siswa merasa perlu untuk mencari jawaban dari
soal/problem yang ditemuinya yang benar-benar terjadi di lingkungannya
dan melatih bagaimana proses menemukan jawaban tersebut secara
ilmiah dan sistematis.
2. Perumusan dan Pemecahan Masalah
Berdasarkan masalah di atas, permasalahan yang dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Apakah melalui pendekatan Problem Based Learning dapat
meningkatkan hasil belajar konsep ciri-ciri khusus khusus beberapa jenis
hewan?
3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
a. Melalui pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based
Learning) dapat meningkatkan proses belajar siswa dalam pembelajaran
konsep ciri-ciri khusus khusus beberapa jenis hewan.
b. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran konsep ciri-ciri
khusus beberapa jenis hewan melalui pendekatan pembelajaran.
berdasarkan masalah (Problem Based Learning).
4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pihak sekolah,
guru IPA, dan para siswa:
a.Guru dapat menerapkan pembelajaran berdasarkan masalah sebagai salah
satu metode yang dapat membantu guru dalam membelajarkan siswa
konsep ciri-ciri khusus beberapa jenis hewan sehingga dengan mudah
memahami konsep tersebut dengan baik sehingga pembelajaran IPA di
kelas tidak monoton.
b.Siswa dapat termotivasi dalam pembelajaran sehingga mengurangi
kebosanan dalam belajar.
c.Kemampuan awal siswa dapat digali secara optimal agar siswa belajar
lebih mandiri dan kreatif, khususnya ketika mereka akan mengkaitkan
dengan pelajaran baru.
d.Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA meningkat.
e.Hasil belajar siswa pembelajaran IPA meningkat
f.Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan bagi sekolah tentang
variasi pembelajaran dan peningkatan profesionalisme guru serta
meningkatkan mutu proses pembelajaran.
Adapun manfaat dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:
a. Bagi diri peneliti, merupakan pengalaman yang berarti sebagai bekal
untuk meningkatkan kemampuan dalam perbaikan proses pembelajaran;
b. Bagi Peserta Didik, membantu mengatasi kesulitan dalam mengikuti
proses pembelajaran, terutama mata pelajaran IPA;
c. Bagi Guru, sebagai bahan koreksi dan perbaikan untuk melaksanakan
proses pembelajaran bagi peserta didik pada masa-masa berikutnya;
d. Bagi Sekolah, meningkatkan pelayanan kepada pelanggan
internal(peserta didik), meningkatkan sumber daya manusia guru,
secara umum prestasi sekolah mejadi lebih meningkat.

D. KAJIAN/TINJAUAN PUSTAKA
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:741), menyatakan metode adalah cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan.
1. Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan salah satu bentuk
pengajaran yang memberikan penekanan untuk membantu siswa menjadi
pebelajar yang mandiri dan otonom. Melalui bimbingan yang diberikan
secara berulang akan mendorong mereka mengajukan pertanyaan, mencari
penyelesaian terhadap masalah konkrit oleh mereka sendiri serta
menyelesaikan tugas-tugas tersebut secara mandiri (Ibrahim dan Nur, 2000).
Menurut Arends (1997:156), model Problem Based Learning sangat berguna
untuk mengembang kan berpikir ke tingkat berpikir yang lebih tinggi dalam
situasi yang berorientasi pada masalah, termasuk belajar bagaimana belajar.
Model pengajaran ini cocok untuk materi pelajaran yang terkait erat dengan
masalah nyata, meningkatkan keterampilan proses untuk memecahkan
masalah, mempelajarai peran orang dewasa melalui pengalamannya dalam
situasi yang nyata, serta melatih siswa untuk berdiri sendiri sebagai pebelajar
yang otonom.
Pada pelajaran IPA, Problem Based Learning merupakan salah satu
pembelajaran yang cukup menarik dan sudah siap untuk digunakan,
pembelajaran berdasarkan masalah mengajak siswa-siswa dalam
penyelesaian kasus permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan
IPA, meningkatkan minat diskusi di antara siswa dan mendorong kegiatan
belajar. Satu lingkungan yang menggunakan pembelajaran berdasarkan
masalah lebih baik daripada praktik kerja/magang dan mampu membentuk
para pembelajar untuk belajar dari sendiri, pembelajaran berdasarkan masalah
juga lebih baik dari pada satu lingkungan yang menggunakan proses
pembelajaran mimetis dimana siswa hanya melihat, mengingat, dan
mengulang apa yang sudah mereka katakan (Osmundsen, 2001).
Peranan guru dalam Problem Based Learning adalah untuk
mengajukan permasalahan, pertanyaan, dan menyediakan fasilitas yang
diperlukan siswa. Arends (1997:156) menekankan pentingnya guru memberi
scaffolding berupa dukungan dalam upaya meningkatkan inkuiri dan
perkembangan intelektual siswa. Oleh karena itu dalam pengajaran
berdasarkan masalah diperlukan untuk menyajikan kepada siswa pada situasi
masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan bantuan kepada
mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Menurut Arends
(1997:161) Problem Based Learning terdiri dari 5 tahapan utama yang
dimulai oleh guru dengan orientasi dengan masalah pada siswa dan diakhiri
dengan suatu penyajian dan analisis hasil dari kerja siswa, kelima tahapan
tersebut seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tahap Perilaku Guru
Tahap-1 Orientasi siswa kepada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam
aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap-2 Mengorganisasi siswa dalam belajar Membantu siswa
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi sesuai yang diperlukan,
melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan
dan pemecahan masalah.
Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan pameran
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai
yakni diagram futures wheels dan membantu mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya
Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelesaian mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
(Sumber: Arends, 1997)
2. Hasil belajar
Kata hasil belajar memuat unsur dua kata yaitu prestasi dan belajar.
Kata “prestasi” merupakan bentuk terjemahan dari bahasa Inggris
“achievment” yang artinya tingkat kesuksesan individu dalam menyelesaikan
tugasnya. Hasil belajar merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
proses belajar mengajar. Hasil belajar yang dicapai oleh anak yang satu
dengan yang lainnya tidak sama.Winkel, WS (1980:162), prestasi adalah
usaha yang dapat dicapai. Fuad Hasan (1982:38), menyatakan bahwa prestasi
adalah pencapaian hasil (tujuan) setelah berusaha dan derajat keberhasilan
yang dicapai dalam suatu tugas.
Sumadi Suryabrata (1984:25), prestasi adalah hasil yang dicapai
menurut kemampuan siswa dalam mengerjakan sesuatu.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:895), menjelaskan prestasi
adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dsb).
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa prestasi adalah hasil
yang diperoleh seseorang secara individual setelah melakukan suatu
usaha/kegiatan.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses
pembelajaran yang dialami oleh peserta didik. Ada beberapa ahli yang
berpendapat tentang pengertian belajar.
Winkel, WS (1980:162), belajar adalah suatu aktivitas mental atau
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan
sikap.
Oemar Hamalik (1983:21), menjelaskan bahwa belajar adalah suatu
bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan
dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dari latihan.
Slameto (1987:2), memberikan definisi belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungan.
Oemar Hamalik (2003:36), merumuskan bahwa belajar adalah
modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar
merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni
mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan
perubahan kelakuan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:17), menjelaskan belajar adalah
(1) berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu; (2) berubah tingkah laku
atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:895), hasil belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru.
Dari definisi-definisi tentang belajar yang dijelaskan oleh berbagai
berbagai ahli tersebut dapat dijelaskan bawa belajar adalah perubahan tingkah
laku dalam interaksinya dengan lingkungan sehingga dapat menghasilkan
suatu perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Agar belajar
dapat berkualitas dengan baik, perubahan tersebut harus dilahirkan oleh
pengalaman dan interaksi antara manusia dengan lingkungannya.
3. Hakikat IPA
Secara umum istilah sains memiliki arti sebagai Ilmu Pengetahuan,
oleh karena itu sains didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang
tersusun secara sistematis sehingga secara umum istilah sains mencakup Ilmu
Pengetahuan Sosial dan Ilmu Pengetahuan Alam. Secara khusus istilah sains
dimaknai sebagai Ilmu Pengetahuan Alam atau “Natural Science”. Pengertian
atas istilah sains sebagai Ilmu Pengetahun Alam sangat beragam. Conant,
mendefinisikan sains sebagai bangunan atau deretan konsep saling
berhubungan sebagai hasil dari eksperimen dan observasi. Campbell, dalam
Poedjiadi, dalam Maslichah Asy’ari (2006:6) mendefinisikan sains sebagai
pengetahuan yang bermanfaat dan cara bagaimana atau metoda untuk
memperolehnya. Sedangkan menurut Carin & Sund dalam Maslichah Asy’ari
(2006:6), sains adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui
observasi dan eksperimen yang terkontrol.
Abruscato dalam bukunya “ Teaching Children Science” dalam
Maslichah Asy’ari (2006:6) mendefinisikan tentang sains sebagai
pengetahuan yang diperoleh lewat serangkaian proses yang sistematis guna
mengungkap segala sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:978), sains diartikan
pengetahuan yang sistematis tentang alam dan dunia fisik, termasuk di
dalamnya, botani, fisika, kimia, geologi, zoologi, dsb; ilmu pengetahuan
alam.
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut di atas secara umum dapat
dijelaskan bahwa sains adalah pengetahuan manusia tentang alam yang
diperoleh dengan cara yang terkontrol. Artinya sains selain sebagai produk
yaitu pengetahuan manusia juga sebagai proses yaitu bagaiman cara
mendapatkan pengetahuan tersebut. Untuk selanjutnya istilah sains kami
sebut Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
a. IPA sebagai Ilmu.
Secara umum sekurang-kurangnya mencakup tiga aspek yaitu aspek
aktivitas, metode dan pengetahuan. Ketiga aspek tersebut merupakan
kesatuan logis yang harus ada secara berurutan. Keberadaan dan
perkembangan ilmu harus diusahakan dengan adanya aktivitas manusia
dan aktivitas tersebut harus dilaksanakan dengan menggunakan metode
tertentu dan akhirnya aktivitas metodis tersebut akan menghasil- kan
pengetahuan yang sistematis.
b. Sains sebagai aktifitas manusia
Menurut The Liang Gie dalam Maslichah Asy’ari (2006:8), sains sebagai
aktivitas manusia mengandung tiga dimensi, yaitu:
1) Rasionalisasi, artinya merupakan proses pemikiran yang berpegang
pada kaidah-kaidah logika;
2) Kognitif, artinya merupakan proses mengetahui dan memperoleh
pengetahuan;
3) Teteologis, artinya untuk mencapai kebenaran, memberikan
penjelasan/ pencerahan dan melakukan penerapan dengan melalui
peramalan atau pengendalian.
Sains sebagai suatu metode dapat berbentuk:
4) Pola prosedural yang meliputi pengamatan, pengukuran, deduksi,
induksi, analisis, sintesis, dan sebagainya;
5) Tata langkah, yaitu urutan proses yang diawali dengan penentuan
masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan data, penarikan
kesimpulan, dan pengujian hasil. Dalam perkembangannya tata langkah
ini dikenal dengan metode ilmiah sains sebagai pengetahuan yang
sistematis terkait dengan obyek material atau bidang permasalahan yang
dikaji. Adapun obyek material sains dapat dibedakan atas benda
fisik/mati, makhluk hidup, peristiwa sosial, dan ide abstrak.
Sains dalam arti khusus sebagai Ilmu Pengetahuan Alam memiliki
obyek material benda fisik yang meliputi segala benda/material yang
ada di bumi(tanah, air, udara) dan antariksa (galaksi, matahari, planet,
dan satelit) serta makhluk hidup yang meliputi hewan, manusia, dan
tumbuhan. Sedangkan persoalan yang dikaji meliputi gejala perubahan
materi/benda, struktur dan fungsi benda/makhluk hidup maupun proses-
proses biokimiawi dalam tubuh makhluk hidup.
E. METODE PENELITIAN
1. Setting Penelitian
a. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni s/d Agustus ) Tahun Pelajaran
2009/2010 selama kurang lebih3 bulan, dan agar tidak mengganggu
kegiatan belajar mengajar maka penelitian ini dilaksanakan secara
bersamaan dengan kegiatan pembelajaran.

b. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Hulu Sungai Selatan I
Kecamatan Angkinang Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Adapun
pertimbangan peneliti dalam menetapkan tempat uji coba penelitian
adalah, bahwa SDN Hulu Sungai Selatan bersifat terbuka (open
minded) dalam upaya menerima inovasi pendidikan.
c. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI semester I SDN Hulu
Sungai Selatan tahun pelajaran 2009/2010 sebanyak 18 orang terdiri
atas laki-laki 8 orang dan perempuan 10 orang.
d. Obyek Penelitian
Sedangkan obyek dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA siswa
kelas VI semester I pada pembelajaran konsep ciri-ciri khusus
Beberapa Jenis Hewan Melalui Problem Based Learning.
2. Faktor-faktor yang Diteliti
PTK ini akan dilaksanakan dalam tiga siklus, dan pada masing-masing
siklus tediri atas dua kali pertemuan (2×2x35 menit).
Adapun tahapan dalam penelitian ini meliputi empat tahapan yaitu:
Sebelum melakuakan penelitian, peneliti merancang sebuah pembelajaran
dengan menerapkan metode Problem Based Learning pada mata
pelajaran IPA konsep ciri-ciri khusus bebrapa jenis hewan siswa kelas VI
SD Negeri Hulu Sungai Selatan I dalam dua siklus. Tahap selanjutnya
adalah mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, menyusun
silabus dengan mengambil kompetensi dasar mendeskripsikan ciri-ciri
khusus beberapa jenis hewan, menyiapkan instrumen tes, menyiapkan
instrumen penelitian, dan lain-lain.
3. Rencana Tindakan
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam dua siklus dengan
pembelajaran menggunakan metode Problem Based Learning. Setiap siswa
diberikan LKS yang berisi soal/problem untuk mereka selesaikan.
Data yang terkumpul berupa tingkat keberhasilan setiap siklus, yaitu
peningkatan hasil belajar siswa. Sesuai dengan intrumen yang kami
gunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan
pemberian soal tes, karena teknik ini digunakan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Analisa data yang
dilakukan tidak menggunakan uji statistik, tapi menggunakan teknik
analisis deskriptif. Teknik pengumpulan data ini mencerminkan penelitian
kualitatif dengan latar belakang penelitian sebagai sumber pengambilan
data yang bersifat alamiah. Analisis data bersifat deskriptif dengan
manusia sebagai instrumen kunci, serta memperhatikan proses bagaimana
peserta didik dapat memperoleh prestasinya. Jadi tidak semata-mata cukup
dengan memperhatikan hasil yang diperoleh peserta didik saja. Adapun
rencana tindakan yang akan dilaksanakan setiap siklusnya adalah sebagai
berikut:
Siklus I
a. Pelaksanaan tindakan,. Setiap siswa mendapatkan satu lembar kerja
(LKS) yang berisi soal/problem untuk dikerjakan. Kemudian siswa
bekerja mencari penyelesaian sosal-soal tersebut sampai dengan
batasan waktu tertentu. Siswa diberi kebebasan untuk memecahkan
soal-soal tersebut dengan mencari informasi yang berhubungan
dengan masalahnya dari beberapa sumber yang tersedia. Setelah
batas waktu yang diberikan berakhir, hasil kerja siswa di kumpulkan
untuk diperiksa dan di analisa oleh guru dan observer.
b. Observasi dan pengumpulan data. Bersama dengan observer peneliti
melakukan pengamatan jalannya pembelajaran yang meliputi proses
pengamatan terhadap aktivitas dalam pembelajaran secara
keseluruhan, mengamati aktifitas siswa dalam Problem Based
Learning, mengerjakan tugas LKS, pemaparan hasil di depan kelas;
melakukan penilaian hasil dan membuat laporan hasil temuan; serta
mengumpulkan data dan, menghitung prosentase keberhasilan belajar
peserta didik.
c. Mengamati kesulitan peserta didik dalam mengerjakan LKS dan
diskusi kelas maupun kesulitan dalam Problem Based Learning.
d. Refleksi, berupa lembar observasi dan catatan selama kegiatan
kemudian dikaji untuk direnungkan. Evaluasi atas tindakan yang telah
dilakukan oleh peneliti dalam proses pembelajaran untuk diperbaiki
dan dilaksanakan pada pembelajaran siklus berikutnya.
e) Mengambil kesimpulan
Siklus II
Siklus II akan dilaksanakan jika hasil dari siklus I masih terdapat
kelemahan dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa belum
mencapai indikator keberhasilan
4. Data dan Jenis Data
Data yang diperlukan pada penelitian ini berupa nilai ulangan, yaitu nilai
hasil ulangan pada setiap akhir siklus.
5. Teknik Pengambilan Data
Dengan memperhatikan judul penelitian dan instrumern penelitian yang
digunakan, maka penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data
tes. Pada setiap akhir siklus siswa diberi seperangkat soal untuk
dikerjakan, kemudian diberi skor pada setiap jawaban yang benar sebagai
pedoman untuk memberikan nilai pada siswa.
6. Teknik analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data dalam
penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif karena penelitian
ini bertujuan unuk mengetahui sejauh mana metode Problem Based
Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA konsep ciri-ciri khusus
bebrapa jenis hewan pada siswa kelas VI semester I SDN Hulu Sungai
Selatan Tahun Pelajaran 2009/20010.
Dalam pelaksanaan analisis data kegiatan utamanya adalah mengolah
skor menjadi nilai. Adapun tahap analisisnya adalah sebagai berikut:
a) Menyusun tabel frekuensi untuk tiap-tiap individu
b) Menghitung Mean( M)
7. Indikator Kerja
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah jika siswa mampu
mendeskripsikan dengan benar ciri-ciri khusus beberapa jenis hewan. Hal
ini dibuktikan dengan kemampuan dan aktifitas siswa selama
pembelajaran dengan Problem Based Learning, mengerjakan LKS,
maupun dari pencapaian nilai hasil ulangan siswa pada setiap akhir siklus
yakni 75% dari seluruh siswa mencapai batas angka Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) sebesar 65,00.
8. Hipotesis Penelitian
Dengan menerapkan Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil
belajar konsep ciri-ciri khusus bebarapa jenis hewan bagi siswa kelas VI
SDN Hulu Sungai Selatan Tahun Pelajaran 2009/2010.

F. JADWAL PENELITIAN

BULAN PELAKSANAAN
N
JENIS KEGIATAN JUNI JULI AGUSTUS
O
1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4
x x
1 Persetujuan Proposal

x x
2 Persiapan Penelitian

x x x
3 Tindakan Kelas

x x
4 Pengolahan Data

x x
6 Analisis Hasil

x x x
7 Laporan Hasil Penelitian
DAFTAR PUSTAKA

Suharsimi, Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik.


Yogyakarta:Rineka Cipta

Asy’ari, Maslichah. 2006. Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat


dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar.Yogyakarta:Materi Kuliah
PPS II

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2008. Model Silabus Kelas VI.


Jakarta:Depdiknas

Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka

________. 2004. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kelas I s.d. VI Sekolah Dasar
dan Madrasah Ibtidaiyah.Jakarta:Depdiknas

Hamalik, Oemar 1983. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar.


Bandung:Tarsito

Kasbulah. 2001. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Malang:Universitas Negeri


Malang

Nasution. 2003. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar.


Jakarta:Bumi Aksara

Purwanto, Ngalim. 1998. Psikologi Pendidikan.Bandung:Remaja Rosdakarya


Roestiyah.2001.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:Rineka Cipta

Samatowa, Usman. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar.


Jakarta:Depdiknas

Slameto. 1987. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta:Rineka


Cipta

Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung:Remaja Rosdakarya

Suryabrata, Sumadi.1984. Metodologi Penelitian. Jakarta:Raja Grafindo Persada

Sutanto, Purwo. 2007. IPA 6 untuk Kelas 6 Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah.
Klaten:Sahabat

Winkel. 1980. Psikologi Pengajaran. Jakarta:Gramedia

Anda mungkin juga menyukai