Anda di halaman 1dari 14

DAMPAK PENETRASI TEKNOLOGI INFORMASI DALAM TRANSFORMASI

SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN DI INDONESIA

Kadhung Prayoga
Program Magister Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan, Universitas Gadjah Mada
Email: kadhungprayoga@gmail.com

ABSTRACT

The world today has entered to the era of information society connected in a virtual world. Not only
in urban areas, this phenomenon is also commonly found in rural areas. Farmers in the village
have begun to take advantage of their use of information technology to meet their needs. The result
is a response from the government to develop an extension system based on the use of information
technology called cyber extension. Based on this phenomenon, it takes a study of the effect of what
is caused by the existence of cyber extension and the theory behind it. The approach used is quali-
tative approach using descriptive method and discourse analysis. The data used are secondary data
collected through literature study method. From the discussion is known that cyber extension has
given many changes in the social structure and culture of farming communities. Changes that there
are moving towards the positive but there is also a precisely cyber extension causing changes to the
negative direction. However, the change is not because of the reason because according to Castell,
the growing information technology such as cyber extension is present in order to provide a positive
effect for human life. While Bourdeau view cyber extension as an arena in which there is a fight capi-
tal owned by farmers and extension workers. So as to form a new habitus and give birth to a different
social practice prior to the extension activities conducted in the virtual space.

Keywords: information technology, cyber extension, extension, agriculture

PENDAHULUAN tawarkan sebelumnya.


Penyuluh pertanian, suatu profesi yang Hal ini terjadi karena dunia saat ini telah
membawa banyak dampak signifikan dalam memasuki era masyarakat informasi yang ter-
pembangunan pertanian di Indonesia. Berkat hubung dalam dunia virtual. Tak hanya di perko-
seorang penyuluh pertanian pula Indonesia sem- taan, fenomena ini juga sudah jamak dijumpai
pat diganjar sebagai negara yang swasembada di kawasan perdesaan. Hal ini karena teknolo-
pangan. Namun, perlu diingat hal itu terjadi keti- gi digital merupakan keniscayaan, tidak dapat
ka masyarakat Indonesia masih bercorak sebagai dibendung dan tidak pula dipungkiri kemajuan-
masyarakat agraris. Transformasi di tengah mas- nya. Petani yang ada di pelosok desa juga sudah
yarakat Indonesia juga berubah sangat cepat, mulai memanfaatkan kemajuan teknologi infor-
dari yang awalnya masyarakat agraris berubah masi dalam memenuhi kebutuhannya. Fenomena
menjadi masyarakat industri dan hari ini telah hari ini adalah sudah jamak ditemui petani yang
memasuki era masyarakat informasi. memanfaatkan smartphone dan memanfaatkan
Masuknya masyarakat ke era informa- gawainya untuk berselancar di dunia maya. Tak
si juga tidak lepas dari peran intervensi hp dan hanya sekedar chatting, petani juga sudah me-
internet. Setelah munculnya hp dan internet, manfaatkan internet guna mencari inforasi perta-
perkembangan teknologi informasi dan komu- nian. Mulai dari kegiatan budidaya, pemupukan,
nikasi menjadi semakin cepat dan menyebab- pemanenan, hingga pemasaran suatu komoditi.
kan perubahan yang begitu signifikan dalam Selain memberikan informasi, menurut Atrisian-
kehidupan masyarakat saat ini. Severin (2009) dy (2015) teknologi informasi juga dapat mem-
menyatakan bahwa teknologi informasi beru- bantu jalannya penyuluhan pertanian. Karena
pa internet menawarkan potensi komunikasi pada zaman sekarang tidak ada kegiatan yang ti-
yang lebih terdesentralisasi dan lebih demokra- dak menggunakan teknologi walaupun teknolo-
tis dibandingkan dengan media massa yang di- gi hanya sekedar mencari informasi untuk diri

46 JSEP Vol 11 No. 1 Maret 2018


sendiri ataupun mencari informasi yang akan dipahami sebagai sebuah kegagalan karena ham-
disampaikan kepada masyarakat. pir tidak ada lagi informasi pertanian yang dita-
Amin et. al. (2013) juga menyatakan bah- mpilkan. Sedangkan ketika internet menginvasi,
wa fokus utama dari aplikasi ICT (Information beragam informasi pertanian bisa dengan mudah
and Communication Technologies) di bidang ditemukan, bahkan petani bisa berkelompok ber-
pertanian adalah memenuhi kebutuhan petani dasarkan preferensinya dalam dunia virtual. Se-
untuk informasi. Ditambahkan pula oleh Su- lain itu, juga masih ada banyak perubahan lain di
mardjo et. al (2010) bahwa stagnansi inovasi sektor sosio kultural yang menimpa petani dan
dan informasi pertanian yang selama ini telah penyuluh.
terjadi, diharapkan dapat diperbaiki dengan TIK Perkembangan teknologi informasi dan
melalui akses terhadap informasi pasar, input komunikasi telah memberikan banyak kemuda-
produksi, tren konsumen, pemasaran, pengelo- han dan menjelma menjadi media komunikasi
laan penyakit dan hama/tanaman ternak, peluang pertanian yang potensial dikembangkan oleh
pasar, harga pasar, dan lain sebagainya. Sehing- penyuluh. Adekoya (2007) bahkan menjelaskan
ga, dengan adanya pertukaran informasi melalui dengan adanya teknologi informasi dapat mem-
pemanfaatan peralatan elektronis telah merevit- berikan layanan penyuluhan dari berbagai sektor
alisasi peranan dari layanan penyuluhan dalam pertanian dan memainkan peranan penting da-
penyiapan informasi, pendidikan, dan memban- lam pembangunan pedesaan sehingga mnghasil-
tu dalam proses pengambilan keputusan (Alem- kan berbagai perubahan. Sehingga penulisan pa-
na dan Sam, 2006) per ini bertujuan untuk memberikan gambaran
Hingga kemudian lahirlah sebuah kon- dan informasi mengenai perubahan sosio kultur-
sep penyuluhan di dunia virtual yang berusaha al apa saja yang terjadi akibat cyber extension
menghubungkan petani dengan penyuluh secara dan kaitannya dengan teori yang ada.
real time. Konsep tersebut bernama cyber exten-
sion. Cyber extension hadir dengan tujuan uta- METODE PENELITIAN
ma adalah untuk memberikan kemudahan bagi Paper ini bersifat deskriptif dengan meng-
petani dan penyuluh dalam mengakses informa- gunakan sebuah pendekatan kualitatif. Sedang-
si mengingat informasi pertanian menjadi salah kan, metode yang digunakan adalah metode
satu faktor kunci dalam pencapaian keberhasilan deskriptif dan analisis wacana. Penulisan paper
program pembangunan pertanian. Karena se- ini berusaha untuk menjelaskan perubahan yang
lama ini disitir dari Apriantono (2006), bahwa disebabkan oleh adanya cyber extension dan
masalah utama petanis sebenarnya adalah pen- teori yang melatarbelakanginya. Teknik peng-
guasaan informasi yang masih sangat lemah. Pa- umpulan datanya sendiri menggunakan metode
dahal, informasi merupakan aspek penting bagi studi pustaka untuk mendapatkan data-data
pembangunan sosial ekonomi di pedesaan dan sekunder. Data sekunder dalam penulisan paper
berpengaruh terhadap penerimaan gagasan baru ini berupa bahan-bahan tertulis yang berasal dari
dan penting untuk mengintegrasikan diri dengan penelitian terdahulu, jurnal, buku, tesis, diser-
dunia luar. tasi, dan berbagai informasi digital yang ada di
Beragam perubahan pun terjadi di berb- internet. Analisis menggunakan interpretasi pe-
agai sendi kehidupan petani dan penyuluh. Salah neliti dengan mengacu pada berbagai literatur
satunya dengan adanya teknologi informasi di atau referensi yang relevan dengan objek kajian
sektor penyuluhan, penyuluh bisa dengan mudah dalam penulisan paper ini.
mendapatkan informasi terkait beragam masalah Langkah pertama ialah pengumpulan
yang dihadapi petani. Sehingga, penyuluh akan berbagai data sekunder berupa hasil penelitian
lebih mudah dalam membantu petani ketika ke- seperti skripsi, tesis, jurnal, disertasi, maupun
giatan usaha taninya berlangsung. Dewasa ini, buku-buku mengenai cyber extension, teori
internet memberikan banyak kemudahan bagi Pierre Baudrillard, dan teori Manuel Castell.
penyuluh karena bisa mengatasi masalah ruang Kemudian data sekunder tersebut dipelajari, di-
dan waktu. Hal ini berbanding terbalik ketika ringkas, serta disusun menjadi sebuah ringkasan
dahulu penyuluh masih memanfaatkan metode studi pustaka yang relevan. Selanjutnya dilaku-
lama yang harus bertatap muka dan masih meng- kan sintesis dan analisis dari hasil ringkasan stu-
gunakan media konvensional seperti televisi dan di pustaka. Terakhir ialah penarikan hubungan
radio. Penggunaan media tersebut saat ini bisa dari semua hal yang telah dilakukan sehingga

JSEP Vol 11 No. 1 Maret 2018 47


memunculkan sebuah kerangka teoritis yang nian. Kesadaran harus ditumbuhkan dalam diri
menjadi dasar perumusan masalah bagi peneli- kalangan petani muda dan setengah baya tentang
tian yang akan dilakukan. ketersediaan informasi berbasais teknologi in-
formasi guna meningkatkan partisipasi dan ini-
HASIL DAN PEMBAHASAN siatif mereka.
Dalam perkembangan teknologi infor- Sehingga, cyber extension menjadi salah
masi, sektor penyuluhan pertanian juga terke- satu sub sitem yang penting dalam pengemban-
na dampak dari keberadaannya. Beragam pe- gan e-agribisnis karena cyber extension bertugas
rubahan baik dari sisi kultural, sosial, maupun untuk menghantarkan informasi kepada petani.
ekonomi terjadi. Bahkan perubahan tersebut tel- Informasi saat ini adalah faktor pelancar dan
ah menyeluruh hingga tataran sistem. Tak hanya katalisator dalam pembangunan sektor pertani-
instansi penyelenggara seperti Kementerian Per- an. Bahkan Suryantini (2004) mengemukakan
tanian, penyuluh yang notabene sebagai ujung bahwa informasi pertanian memegang peranan
tombank penyuluhan beserta petani sebagai mi- penting dalam proses pembangunan pertanian.
tra kerja penyuluh juga mengalami perubahan Tersedianya berbagai sumber informasi yang
yang sangat drastis bila dibandingkan sebelum akan menyebarkan atau menyampaikan infor-
adanya teknologi informasi. masi teknologi pertanian dapat mempercepat ke-
majuan usaha pertanian di pedesaan.
Cyber Extensian: Transformasi Baru Sektor Dikuatkan oleh Sharma (2006) dan Mar-
Penyuluhan di Era Digital dikanto (1993), pengimplementasian teknologi
Dewasa ini, berkenaan dengan perkem- informasi dan komunikasi seperti cyber exten-
bangan teknologi informasi maka muncullah sion di sektor pertanian merupakan salah satu me-
suatu paradigma baru bahwasanya penyuluhan kanisme pengembangan model pemberdayaan
tak lagi dilakukan di lapang dan mengharus- dan penyebarluasan informasi inovasi pertanian
kan penyuluh dan petani bertatap muka. Telah secara terprogram, tepat waktu, dan relevan da-
muncul suatu perubahan paradigma bahwasanya lam mendukung proses pengambilan keputusan
petani dan penyuluh harus bisa berinteraksi di petani dan penyuluh yang akan menentukan ke-
ruang virtual. Penyuluh harus mampu memberi- berhasilan penyuluhan. Subejo (2011) menguat-
kan layanan real time, cepat, dan akurat kepada kan argument ini bahwa pengembangan media
petani. Dan lewat sistem penyuluhan yang ber- yang berbasis teknologi informasi adalah salah
basis internet, petani diharapkan juga bisa untuk satu alternatif untuk menjamin kecepatan dan
bertukar informasi dan permasalahan dengan ketepatan penyebaran informasi teknologi baru
petani lain yang berada di luar wilayahnya. Cy- di bidang pertanian.
ber extension hadir dengan harapan bisa memu- Kedepan dalam sub sistem cyber exten-
tus batasan waktu, ruang, dan jarak. Bahkan sion penyuluh juga harus sudah memisahkan
menurut Fatimah (2013) cyber extension mer- materi atau pesan yang akan disuluhkan kepada
upakan pintu masuk menuju smart extension. petani. Tidak hanya informasi mengenai on farm
Sedangkan penelitian Slamet (2003) da- namun juga merambah informasi dari sektor
lam Anwas (2009) dan Hafsah (2009), menya- hulu hingga hilir. Informasi mencakup bagaima-
takan sekitar 80 persen masyarakat Indonesia na menjual produknya di era virtual semacam
hidup di pedesaan dan hingga sekarang masih ini, penambahan added value dari hasil pertani-
banyak rakyat yang belum cukup tersentuh oleh an, kelembagaan, hingga pemanfaatan kearifan
kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, lokal di sektor petanian. Sementara itu, Have-
termasuk menikmati hasil pembangunan. Hal ini lock dalam Mardikanto (1993) juga menyatakan
terjadi karena masih minimnya dan kurangnya bahwa agar kegiatan penyuluhan bisa berjalan
rasa keadilan terhadap informasi yang diperoleh baik maka sebaiknya penyuluh bisa memisahkan
petani di pedesaan. Sehingga, dengan adanya pesannya kedalam dua hal yaitu pesan ideologis
cyber extension sangat memungkinkan mereka dan pesan informatif.
bisa terlibat langsung dalam kegiatan pemban- Keuntungan yang potensial dari komuni-
gunan dan dalam berusaha memperbaiki taraf kasi cyber extension adalah ketersediaan yang
hidupnya. Dikutip dari Usman et al. (2012) te- secara terus menerus, kekayaan informasi (in-
knologi informasi memang sudah harus diikut- formasi nyaris tanpa batas), jangkauan wilayah
sertakan kedalam agenda pembangunan perta- internasional secara instan, pendekatan yang

48 JSEP Vol 11 No. 1 Maret 2018


berorientasi kepada penerima, bersifat pribadi antara petani dan penyuluh maka hari ini para-
(individual), dan menghemat biaya, waktu dan digm tersebut telah bergeser. Kemajuan teknolo-
tenaga (Adekoya, 2007). Kehadiran cyber exten- gi informasi menghasilkan kemudahan bagi
sion dapat mendukung fungsi dan peran penyu- penyuluh dan petani, mereka kini tak lagi harus
luh dalam menyediakan dan mempercepat arus bertemu di sawah melainkan sudah bisa berin-
penyebaran informasi dengan memanfaatkan ja- teraksi secara intens lewat beragam medium.
ringan internet untuk menjembatani pelaku uta- Medium-medium seperti website, media sosial,
ma pertanian (petani) dengan lembaga penelitian aplikasi digital pertanian yang notabene mer-
dan pelaku usaha. upakan produk dari tekonologi informasi menja-
Hal tersebut diatas bisa terjadi karena dikan penyuluhan pertanian kini telah sampai di
memang fokus utama dari cyber etension pada era virtual. Penyuluh dan petani telah terkoneksi
dasarnya adalah untuk memenuhi kebutuhan dalam sebuah ruang maya yang tidak mengenal
petani akan informasi. Kebutuhan informasi batasan tempat dan waktu. Sehingga, kegiatan
oleh petani biasanya adalah seputar informasi penyuluhan juga bisa lebih efektif dan efisien.
pasar, teknologi pertanian termasuk teknologi Di penyuluhan pertanain era sekarang,
pasca panen, pembangunan pertanian pada um- petani tak lagi berposisi sebagai subjek penyu-
umnya, cuaca, contoh-contoh (best practices), luhan, namun sudah bergeser menjadi objek.
informasi hama, informasi kesesuaian lahan, dan Petani bisa dengan bebas untuk menyuarakan
lain sebagainya yang terkait dengan usaha budi pendapatnya dan memberikan masukan kepada
daya pertanian. Ketika informasi tersebut terse- penyuluh. Bahkan petani tidak hanya terhubung
dia dengan mudah, murah dan mudah dimenger- dengan penyuluh di daerahnya namun juga bisa
ti, serta ada contoh-contoh keberhasilan, petani berinteraksi dengan penyuluh dan petani yang
akan cenderung untuk berminat dapat mengiku- ada di wilayah lain. Geografis wilayah tak lagi
ti. Sehingga, petani perlu memanfaatkan dengan menjadi masalah, bahkan petani juga bisa ber-
optimal teknologi-teknologi alternatif tersebut interaksi kapanpun dia membutuhkan informasi.
sehingga mereka tidak ketinggalan informasi Tak lagi seperti dulu yang harus menunggu sem-
dan dapat mengembangkan pertaniannya mulai inggu sekali untuk bisa bertemu dengan penyu-
hulu hingga hilir (Van Den Ban dan Hawkins, luh.
1999). Sehingga, informasi yang didapatkan Penyuluh dengan bantuan teknologi infor-
dapat menjadi acuan pengembangan dalam bu- masi mempunyai kuasa untuk menentukan nasib
didaya maupun pengolahan pasca panen. Tentu dirinya. Petani bisa memilih informasi apa yang
saja hal yang kita harapkan adalah peningkatan dibutuhkan dan memberikan masukan serta kriti-
produktivitas dan nilai tambah yang merupakan kan terhadap sistem dan teknis penyuluhan yang
ciri pertanian modern dapat tercapai. sedang berlangsung. Dari sini bisa dilihat bah-
Jadi menurut Mulyandari et. al. (2010), wasanya teknologi informasi telah mendukung
sebuah sistem cyber extension memberikan terciptanya sistem bottom up dalam pelaksaan
dukungan pada keseluruhan pengembangan ter- kegiatan penyuluhan pertanian di Indonesia. Hal
masuk produksi, manajemen, pemasaran, dan ini tentu jauh berbeda ketika dulu sebelum adan-
kegiatan pembangunan perdesaan lainnya. Mod- ya teknologi informasi, petani harus mengikuti
el komunikasi cyber extension mengumpulkan semua anjuran penyuluh dan tidak boleh menye-
atau memusatkan informasi yang diterima oleh la. Konsep top down dahulu telah membungkam
petani dari berbagai sumber yang berbeda mau- mulut petani dan membatasi ruang geraknya.
pun yang sama dan disederhanakan dalam baha- Petani juga hanya bisa berinteraksi dalam waktu
sa lokal disertai dengan teks dan ilustrasi audio yang terbatas dan dengan penuh tekanan. Aki-
visual yang dapat disajikan atau diperlihatkan batnya kegiatan usaha budi daya pertanian juga
kepada seluruh masyarakat desa khususnya tidak sesuai dengan kebutuhan petani.
petani semacam papan pengumuman (bulletin Sebelum penetrasi yang massif dari te-
board) pada kios atau pusat informasi pertanian. knologi informasi seperti hari ini, dulu sistem
penyuluhan adalah top down dimana semua
Perubahan Sosio-Kultural di Sektor kegiatan penyuluhan mulai dari perencanaan,
Penyuluhan Pertanian penentuan materi dan metode, hingga evaluasi
Jika dahulu penyuluhan identik dengan semua ditentukan oleh pemerintah pusat. Pemer-
kegiatan lapang yang mengharuskan tatap muka intah daerah tidak memiliki kewenangan untuk

JSEP Vol 11 No. 1 Maret 2018 49


mengelola daerahnya sendiri. Masyarakat juga dang penyuluhan menjadi bottom up, penyuluh
tidak diikutsertakan dalam kegiatan penyuluhan. tidak mampu beradaptasi dan yang terjadi adalah
Dalam budaya top down, masyarakat tani hany- penyuluh semakin ditinggalkan oleh petani kare-
alah objek pembangunan yang bodoh sehingga na dirasa gagal dalam menyediakan informasi
perlu penyuluhan. Masyarakat tidak pernah di- bagi mereka.
lihat sebagai subjek pembangunan pertanian se- Penyuluhan yang top down juga menye-
hingga tingkat partisipasi terhadap pengemban- babkan menurunnya kreativitas petani dan
gan sektor pertanian juga rendah. Senada dengan menumbuhkan sikap ketergantungan pada ban-
hal ini Bourgeois et. al. (2013) menyatakan bah- tuan pemerintah. Selama ini, penyuluhan perta-
wa penyuluh bekerja sebatas sebagai penyampai nian bukan bertujuan mengembangkan kapasitas
pesan pemerintah dan tidak memberikan serta petani namun hanya memberikan sumbangan
menyediakan jasa yang memadai. kepada petani. Akibatnya petani menjadi tergan-
Paradigma penyuluhan pertanian yang tung dan ketika diberi dana untuk berdaya mere-
dominan pada waktu itu juga menekankan pada ka tidak mampu menggunakannya karena mere-
pendekatan yang sangat sentralistik, dengan ka juga tidak bisa mengidentifikasi masalah serta
dukungan dana dari pusat yang bersumber dari potensi yang dimiliki. Bahkan, karena rendahn-
negara donor, statis dan mekanis, masing-masing ya penguatan kapasitas petani menyebabkan
pihak berperan secara spesifik sehingga kurang kreativitas dan kearifan lembaga-lembaga lokal
luwes, pola komunikasi linear, bahkan cend- tidak berkembang bahkan banyak yang hilang.
erung bersifat instruksional dengan sistem target Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan
yang kaku. Akibatnya adalah masyarakat tani ti- oleh Kottak (1988) dan Uphoff (1988) bahwa
dak memiliki ruang untuk menyuarakan kebutu- pendekatan pembangunan pertanian yang tidak
hannya. Pemerintah memposisikan diri sebagai mengutamakan manusianya telah menyebabkan
pihak yang serba tahu akan keinginan dan kebu- kurang berfungsi atau matinya kelembagaan lo-
tuhan petani. Petani tidak memiliki kesempatan kal, lemahnya kemandirian petani, serta keber-
untuk menentukan sendiri kegiatan pertanian lanjutan pembangunan pertanian bisa terancam
yang akan diambil karena memang pemerintah atau mengalami kegagalan.
hanya memfokuskan petani untuk menanam satu Senada dengan hal ini Rangkuti (2010)
komoditas saja. Penyuluhan pertanian tidak lagi melihat kebijakan pemerintah yang mengacu
berbasis pada proses belajar melainkan pada kepada model komunikasi linier (satu arah) dan
proses pemaksaan untuk menggunakan teknolo- berbentuk vertikal dari atas ke bawah menga-
gi tertentu demi tercapainya tujuan tunggal pe- kibatkan terjadi kecenderungan melambatnya
merintah. Tujuan masyarakat tanipun diabaikan adopsi inovasi teknologi pertanian dalam pen-
karena yang menjadi fokus adalah tujuan nasion- ingkatan produksi, seperti terlihat dari gejala
al bukan untuk tujuan kemakmuran petani. stagnasi atau pelandaian produktivitas berbagai
Hasil dari semua itu menurut Chambers produksi komoditas pertanian dan pendapatan
(1993) menghasilkan suatu ketergantungan yang serta kesejahteraan petani di pedesaan pada hari
tinggi oleh pihak daerah kepada pusat dan pusat ini. Penyuluhan sebelum era informasi meng-
kepada negara donor, terkotak-kotak antara sub- hasilkan produk petani yang menjadi terbiasa
sektor dalam agribisnis dan tidak sinergis. Bah- dan tidak lagi kreatif. Petani sekarang hanya
kan efeknya terasa sampai hari ini, ketika desen- menunggu karena tidak mengetahui apa yang se-
tralisasi diberlakukan pemerintah daerah masih harusnya dilakukan. Petani menjadi lebih suka
kebingungan menentukan prioritas pembangu- mendapatkan instruksi yang jelas dan diberi ar-
nan pertaniannya. Kegiatan penyuluhan juga ahan untuk mencapai target apa daripada harus
semacam kehilangan arah, tidak mampu lagi memikirkan dirinya sendiri.
mempengaruhi petani untuk menerapkan suatu Dan hal ini berbeda ketika dalam era in-
inovasi. Penyuluh yang dahulu sangat powerfull formasi penyuluhan dilakukan dengan sistem
hari ini menjadi tidak berdaya karena memang bottom up. Sistem ini mensyaratkan partisipasi
sudah terbiasa dengan sistem. Dengan sistem top aktif dari masyarakat untuk bisa mengidentifika-
down, penyuluh selalu diuntungkan karena tidak si masalah dan potensi yang mereka miliki seh-
perlu memikirkan rencana penyuluhan sehingga ingga bisa memberikan masukan terhadap pelak-
penyuluh juga kurang mengembangkan kapasi- sanaan program pembangunan pertanian. Dan
tas dirinya. Sedangkan ketika hari ini sudut pan- hari ini partisipasi tersebut dapat dilihat dengan

50 JSEP Vol 11 No. 1 Maret 2018


mudahnya petani dan masyarakat untuk mem- berikan kemudahan bagi mereka yang mampu
berikan pendapat dan bertukar pikiran dengan menguasainya, namun juga akan menyebabkan
penyuluh lewat dunia cyber. Teknologi infor- petani kita semakin tertinggal jika tidak mampu
masi sangat memudahkan petani untuk menyu- menguasainya.
arakan pendapat dan kehendaknya. Hal ini juga Penelitian Sumardjo (1999) juga menun-
berkaca pada hemat Rhoades dan Bebbington jukkan bahwa pola komunikasi yang konvergen
(1995) serta Arce dan Long (1992) bahwa pen- seperti ini lebih efektif sebagai paradigma ko-
duduk setempat sebenarnya adalah pencipta dari munikasi pada penyuluhan dalam menghadapi
solusi-solusi yang dihasilkannya sendiri dalam era globalisasi. Dengan model konvergensi ko-
menghadapi berbagai tantangan dan masalah munikasi ini, terjadi keterpaduan antara kebu-
yang timbul sebagai konsekuensi dari penerapan tuhan petani dengan kebutuhan pihak-pihak ter-
teknologi yang baru, tidak melulu sebagai pener- kait seperti peneliti, penyuluh dan pelaku usaha.
ima yang pasif. Penyuluhan hanya membantu Kesinambungan dalam inovasi petanian tersebut
penduduk setempat tersebut untuk menciptakan memacu masing-masing pihak untuk berinterak-
solusi bukan sebagai pihak yang memberi solusi. si dan berkomunikasi secara proaktif dan anti-
Di era informasi seperti ini, pemerintah sipatif melalui berbagi pengetahuan (knowledge
sebagai pemegang kendali penyuluhan pertanian sharing) yang saling mendukung dalam upaya
tidak lagi bisa memposisikan diri sebagai pihak pemenuhan kebutuhan masing-masing pihak.
yang serba tahu akan keinginan dan kebutuhan Berdasarkan hal tersebut, maka sangat
petani. Hal ini karena petani sudah memiliki ak- jelas bahwa penyuluhan tidak lagi dipandang
ses terhadap informasi dan mudahnya petani da- hanya sebagai transfer of technology semata,
lam memilah informasi. Penyuluh hari ini juga melainkan sudah saatnya beralih pada farmer
tak lagi berperan sebagai yang paling berkuasa participation dan porsi terbesar setiap kebijak-
namun lebih berganti fungsi sebagai fasilitator sanaan pertanian adalah membangun kemam-
dan penyaring informasi. Penyuluh dibutuhkan puan petani (kemampuan leadership, kualitas
masyarakat bukan lagi sebagai sumber tunggal hidup dan pemberdayaan petani) (Slamet 2003).
informasi namun lebih kepada bagaimana mem- Penyuluhan yang seperti ini menurut Rahadian
bantu petani untuk memilih informasi yang pal- (2010) dapat dipandang dari sudut proses rekaya-
ing dibutuhkan. Kemudahan akses informasi ini sa atau proses transformasi sosial, ekonomi dan
juga menjadikan penyuluh harus lebih selangkah politik khususnya terhadap masyarakat pedes-
di depan dari petani dengan jalan membuat ren- aan yang terutama bermatapencaharian pokok
cana penyuluhan, mencari informasi terbaru dan di sektor pertanian yang berpendapatan rendah
menguasai teknologi informasi dalam rangka serta tertinggal.
untuk penguatan kapasitas dirinya. Proses adap- Namun dampak positif juga dirasakan
tasi dari penyuluh ini perlu jika mereka tidak in- penyuluh pertanian karena dengan berkemban-
gin ditinggalkan oleh petani. gnya teknologi informasi dan multimedia yang
Bahkan jika dahulu petani kita cenderung begitu cepat maka akan berdampak pada pen-
malas mencari informasi karena semua sudah ingkatan terhadap kualitas sumber daya tenaga
disediakan oleh penyuluh, maka hari ini mas- penyuluh. Penyuluh pertanian dituntut untuk
yarakat tanilah yang harus aktif sendiri untuk memahami teknologi informasi dan komunikasi
mencari informasi. Dan jika petani tidak mampu selain dari ilmu-ilmu mengenai pertanian. Oleh
untuk bergerak aktif dan mandiri dalam mencari sebab itu para penyuluh juga harus mampu men-
informasi maka yang terjadi adalah kalah ber- gaplikasikan teknologi informasi sebelum mere-
saing dalam kontestasi global. Ketika petani di ka melakukan penyuluhan-penyuluhan. Sehing-
belahan dunia lain sudah mampu menggunakan ga pada akhirnya penyuluhan berfungsi untuk
drone, membuat semangka dengan berbagai ben- menjembatani kesenjangan antara praktek yang
tuk, dan berbagai inovasi lainnya jika petani kita harus atau biasa dijalankan oleh petani dengan
tidak mau mencari inovasi tersebut maka yang pengetahuan dan teknologi yang selalu berkem-
terjadi adalah pertanain Indonesia akan semakin bang yang menjadi kebutuhan petani tersebut.
tidak berdaya. Dari sini bisa dilihat bahwa harus Penyuluh pertanian akan membimbing petani
terjadi perubahan pola pikir dan budaya petani dengan pengetahuan dan teknologi yang sedang
dari yang awalnya diberi maka kini harus men- berkembang untuk diterapkan kepada petani da-
cari. Teknologi informasi di satu sisi akan mem- lam usaha taninya. Sebaliknya jika petani mem-

JSEP Vol 11 No. 1 Maret 2018 51


punyai masalah yang memerlukan pemecahan maka hari ini dengan keterdedahan informasi
para ahli, seperti kegagalan panen akibat seran- etani akan cenderung menanam komoditas yang
gan hama/keadaan tanahnya dapat disampaikan berorientasi pasar. Pola pikir petani akan beru-
kepada para ahli melalui penyuluh. Dalam era bah dan berorientasi pasar, tidak lagi sesederha-
baru pertanian, penyuluh lapangan juga dituntut na dulu. Hal ini terjadi karena cyber extension
memiliki fungsi paling tidak dalam tiga hal yaitu dapat membantu membuka wawasan para petani
transfer teknologi (technology transfer), fasilita- dalam mengembangkan usahataninya dengan
si (facilitation) dan penasehat (advisory work). melihat perkembangan pertanian di daerah lain,
Hal ini senada dengan pendapat Daman- bahkan di negara lain. Dengan kemudahan ini
ik dan Meilvis (2011) yang menjelaskan bahwa petani bisa menilai komoditas apa yang sedang
penerapan cyber extension bukan berarti menia- laku di pasaran sehingga akan ada proses imitasi
dakan peran penyuluh, bahkan penyuluh dihara- atau meniru petani di daerah lain. Baik itu ko-
pkan dapat lebih meningkatkan kompetensinya moditas yang ditanam maupun cara budidayan-
agar dapat masuk ke dalam area cyber dalam ya.
melaksanakan tugasnya, dan ini membutuhkan Pranadji (1995) juga menjelaskan tentang
usaha dan dukungan dari semua yang terlibat. transformasi ekonomi pertanian yang berciri
Seorang Atrisiandy (2015) juga menyatakan budaya agribisnis tradisional/subsisten ke yang
bahwa tantangan kegiatan penyuluhan di lapa- berciri budaya agribisnis modern/komersial.
ngan semakin berat, sehingga jika penyuluhan Tansformasi agribisnis di pedesaan merupakan
pertanian sebagai penyedia public goods tidak respon dan antisipasi terhadap tuntutan kema-
bisa berperan dengan baik akan semakin dit- juan untuk hidup lebih baik, dan globalisasi pas-
inggalkan oleh penguna tradisionalnya. Zaman ar. Dengan demikian proses transformasi harus
telah berubah, maka sudah sewajarnya jika pen- dipandang sebagai gejala alamiah dan proses
yuluh pertanian juga ikut berbenah. Penyuluh aktif dari sistem sosial yang berada di belakang
pertanian sebagai ujung tombak pembangunan kegiatan agribisnis di pedesaan karena adanya
pertanian harus sudah familiar dengan internet kemajuan teknologi informasi. Cyber extension
agar bisa mengimbangi gerak petani. Internet di juga berfungsi untuk memperbaiki aksesibilitas
satu sisi bisa memudahkan petani, namun di sisi petani dengan cepat terhadap informasi pas-
lain bisa membingungkan petani karena adanya ar, input produksi, tren konsumen, yang secara
ledakan dan tsunami informasi. Disini penyuluh positif berdampak pada kualitas dan kuantitas
harus menjadi seorang gatekeeper yang mampu produksi mereka.
membantu petani dalam memilah informasi. Dahulu kultur berbagi masih belum mem-
Didukung oleh penelitian Anwas (2010), budaya maka dengan kemudahan teknologi in-
bahwa tuntutan petani terhadap penyuluh untuk formasi semakin banyak petani maupun penyu-
melakukan perubahan dalam menerapkan inova- luh yang bertukar dan berbagi informasi. Lewat
si atau teknologi baru secara nyata berpengaruh grup yang mereka bentuk di duni maya, beragam
tidak langsung terhadap kompetensi penyuluh info coba mereka bagikan. Mulai dari cara bu-
melalui pemanfaatan media. Tuntutan petani didaya, komoditas unggulan, pengolahan hasil
untuk perubahan dalam penyuluhan dipandang panen, hingga kegiatan pemasran yang sudah
sebagai sebuah tantangan. Semakin rumitnya mereka lakukan. Disini muncul kultur berbagi
tuntutan atau tantangan petani seiring perkem- informasi dan pengetahuan untuk mempermu-
bangan zaman, menuntut kesadaran penyuluh dah akses dan pengelolaan informasi oleh ban-
untuk terus belajar. Untuk memenuhi tantangan yak pihak.
tersebut, penyuluh dituntut untuk meningkatkan Selanjutnya adalah munculnya kebiasaan
kemampuannya melalui proses belajar. Sebali- di instansi pemerintah yang bergerak di sek-
knya penyuluh yang menganggap tuntutan terse- tor pertanian untuk tertib dalam mencatat data.
but sebagai masalah, sehingga kurang terdorong Pendokumentasian informasi atau data menajdi
untuk belajar, akibatnya kemampuannya tidak suatu yang mutlak dalam pengemaabngan cyber
bisa memenuhi harapan petani. extension karena hal ini akan memudahkan men-
Perubahan kultur lainnya adalah bera- gelompokkan informasi. Selain itu juga karena
lihnya karakteristik petani subsisten menjadi cyber extension mengharuskan semua stake-
petani komersial. Jika dulu petani cenderung holders bisa mengakses apapun informasi yang
bertani hanya untuk memenuhi kebutuhannya, dibutuhkan.

52 JSEP Vol 11 No. 1 Maret 2018


Tabel 1. Perubahan Positif Sosio-Kultural yang Terjadi
Top Down (Sebelum Era Informasi) Bottom Up (Dengan Bantuan Teknologi Informasi)
Penyuluhan identik dengan kegiatan lapang yang Penyuluh dan petani, mereka kini tak lagi harus ber-
mengharuskan tatap muka antara petani dan pen- temu di sawah melainkan sudah bisa berinteraksi se-
yuluh. cara intens lewat beragam medium sebagai hasi dari
kemajuan teknologi informasi seperti media sosial, ap-
likasi digital, sms, video conference, dan sebagainya.
Petani adalah subjek yang dianggap tidak memiliki Di penyuluhan pertanain era sekarang, petani tak lagi
pengetahuan berposisi sebagai subjek penyuluhan, namun sudah
bergeser menjadi objek.
Petani harus mengikuti semua anjuran penyuluh Petani bisa dengan bebas untuk menyuarakan
dan tidak boleh menyela. pendapatnya dan memberikan masukan kepada pen-
yuluh.
Petani hanya bisa berhubungan dengan penyuluh Petani tidak hanya terhubung dengan penyuluh di
dengan jangka waktu yang terbatas. daerahnya namun juga bisa berinteraksi dengan pen-
yuluh dan petani yang ada di wilayah lain.
Semua informasi berasal dari penyuluh meskipun Petani bisa memilih informasi apa yang dibutuhkan dan
informasi tersebut tidak dibutuhkan oleh petani. memberikan masukan serta kritikan terhadap sistem
dan teknis penyuluhan yang sedang berlangsung.
Pola komunikasi linear, bahkan cenderung bersifat Pola komunikasi dailogis karena ada timbal balik dari
instruksional dengan sistem target yang kaku. petani terhadap penyuluh.
Semua kegiatan penyuluhan mulai dari peren- Sistem ini mensyaratkan partisipasi aktif dari mas-
canaan, penentuan materi dan metode, hingga yarakat untuk bisa mengidentifikasi masalah dan po-
evaluasi semua ditentukan oleh pemerintah pu- tensi yang mereka miliki sehingga bisa memberikan
sat. Pemerintah daerah maupun masyarakat tidak masukan terhadap pelaksanaan program pembangu-
memiliki kewenangan untuk mengelola daerahnya nan pertanian.
sendiri.
Penyuluh dahulu sangat powerfull dan selalu di- Penyuluh harus lebih selangkah di depan dari petani
untungkan karena tidak perlu memikirkan ren- dengan jalan membuat rencana penyuluhan, mencari
cana penyuluhan sehingga penyuluh juga kurang informasi terbaru dan menguasai teknologi informasi
mengembangkan kapasitas dirinya. dalam rangka untuk penguatan kapasitas dirinya.
Penyuluh adalah sumber obat dari segala masalah Penyuluh dibutuhkan masyarakat bukan lagi se-
petani bagai sumber tunggal informasi namun lebih kepada
bagaimana membantu petani untuk memilih informasi
yang paling dibutuhkan.
Pemerintah memposisikan diri sebagai pihak yang Petani memiliki kuasa untuk mengatur dirinya sendiri.
serba tahu akan keinginan dan kebutuhan petani.
Petani tidak memiliki kesempatan untuk menentu-
kan sendiri kegiatan pertanian yang akan diambil
Penyuluh kurang bisa mengakselerasikan kemam- Penyuluh lebih mudah mengembangkan diri.
puannya.
Penyuluh cenderung hanya mengerti materi on Penyuluh pertanian dituntut untuk memahami te-
farm karena tidak ada pengembangan diri. Kondisi knologi informasi dan komunikasi selain dari ilmu-ilmu
hulu-hilir cenderung diabaikan. mengenai pertanian.
Petani menjunjung tinggi budaya subsiten. Petani bermental komersial.
Baik petani atau penyuluh akan cenderung tidak Munculnya budaya sharing informasi.
memberitahu orang lain jika merasa memiliki in-
formasi yang dianggap penting karena mereka
merasa takut untuk tersaingi.
Kurang adanya budaya untuk mencatat hal-hal Budaya pendokumentasian data menjadi lebih tertib
penting, pengalaman, atau pengetahuan lokal. dan tertata.
Sumber: Penulis, 2017

JSEP Vol 11 No. 1 Maret 2018 53


Selain perubahan ke arah postif seperti Padahal interaksi sosial merupakan se-
yang dijelaskan diatas, pengaruh negative juga suatu yang vital, seperti dikutip dari Herlina
ditemui ketika teknologi informasi telah mengin- (2014) penyuluh dan petani dulu sebelum adan-
vasi kegiatan penyuluhan pertanian. Dengan ya cyber extension juga intens dalam memban-
adanya teknologi informasi petani sudah mulai gun interaksi sosial. Hal yang dilakukan adalah
terbiasa untuk mencari informasi sendiri seh- sering melakukan diskusi dengan petani dalam
ingga interaksi antara petani dengan penyuluh menentukan kegiatan apa yang diperlukan untuk
maupun petani dengan petani mulai berkurang. upaya peningkatan usahatani. Pentingnya inter-
Akibatnya tentu saja gotong royong juga mulai aksi antara petani dan penyuluh ini juga disoroti
memudar dan rasa saling membutuhkan juga oleh Johnson dan Doyel (1986) yang menga-
mulai hilang. Petani merasa tidak lagi membu- takan bahwa di dalam masyarakat, interaksi ada-
tuhkan penyuluh dan petani lain karena memang lah suatu hubungan timbal balik antara individu
dengan kecanggihan teknologi informasi semua dengan individu lainnya, individu dengan kelom-
informasi sudah bisa mereka cari. pok dan sebaliknya. Interaksi sosial memungk-
Yang kedua adalah hilangnya kegia- inkan masyarakat berproses sedemikian rupa se-
tan-kegiatan musyawarah guna mencari solusi hingga membangun suatu pola hubungan sosial.
dari permasalahan yang dihadapi oleh petani. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa
Jika sebelum era informasi petani terbiasa ber- hubungan antara individu yang satu dengan in-
cerita di forum tentang suatu masalah dan petani dividu lainnya, antara kelompok yang satu den-
lain mencoba untuk memikirkannya maka hari gan kelompok lainnya, maupun antara kelompok
ini hal itu suah akan jarang ditemui. Interaksi dengan individu. Proses interaksi dapat terjadi
yang terjadi di dunia nyata sudah mulai tergan- bila antara dua individu atau kelompok terdapat
tikan oleh interaksi di dunia maya. Kurangnya kontak sosial dan komunikasi.
intensitas pertemuan antara petani dan penyuluh Hal ini senada dengan pendapat Adekoya
juga menyebabkan hilangnya sense of belonging (2007) dan Reddy (2005) bahwa dengan adan-
dari diri petani terhadap kegiatan penyuluhan. ya teknologi informasi di sektor penyuluhan
Penyuluhan tidak lagi dipandang petani sebagai telah menyebabkan adanya perubahan budaya
sesuatu yang dibutuhkan namun terjadi peruba- petani. Petani hari ini yang kita lihat lebih ber-
han sudut pandang bahwa penyuluhanlah yang sifat soliter daripada komunal. Mereka semakin
sekarang membutuhkan petani. Munculnya pe- sulit untuk dapat dikumpulkan pada satu tempat
mikiran ini karena memang didasari kemudahan dan waktu tertentu. Begitupula dengan penyu-
petani dalam mengakses informasi dari berbagai luh, penyuluh juga menjadi semakin jarang un-
sumber. tuk turun ke lapang karena memang petani bisa

Tabel 2. Perubahan Negatif Sosio-Kultural yang Terjadi


Bottom Up (Dengan Bantuan Teknologi
Top Down (Sebelum Era Informasi)
Informasi)
Petani mengedepankan prinsip hidup untuk hidup Baik petani maupun penyuluh menjadi so-
bersama, menanggung maslah bersama, dan men- liter atau individual.
cari solusi bersama (komunal)
Petani akan sangat intens dalam berinteraksi den- Berkurang atau memudarnya interaksi sosial
gan petani lain maupun dengan penyuluh karena baik antara petani dengan pnyuluh maupun
memang informasi sulit untuk didapatkan. petani dengan petani.
Penyuluhan adalah sesuatu yang sangat dibutuh- Petani merasa tidak lagi membutuhkan
kan karena menajdi satu-satunya sumber infor- penyuluh dan kegiatan penyuluhan karena
masi bagi petani dan masyarakat yang berada di semua informasi yang dibutuhkan sudah ada.
kawasan perdesaan.
Petani dan penyuluh sering melakukan forum Memudarnya budaya dan kegiatan musy-
musyawarah untuk mengidentifikasi permasalah- awarah guna mencari solusi dari permasala-
an dan informasi apa yang dibutuhkan oleh petani. han yang dihadapi oleh petani.
Sumber: Penulis, 2017

54 JSEP Vol 11 No. 1 Maret 2018


dikondisikan hanya lewat sebuah grup di media terjadi pertaruhan yang mana kekuatan-kekuatan
sosial. Hal ini terbukti dengan semakin banyak- serta orang yang banyak memiliki modal, serta
nya grup di facebook, whats app atau line yang orang yang tidak memiliki modal untuk bisa
isinya adalah petani dan penyuluh. Problematika beroperasi dalam ranah (Takwin, dalam Harker
penyuluhan hari ini dalam mengumpulkan mas- et. al. 2009).
yarakat bukan lagi pada persoalan beraneka rag- Modal bagi Boudieu dan Fashri (2007) ter-
amnya kegiatan petani atau waktu penyuluhan dapat beberapa jenis modal yang dipertaruhkan
yang mengganggu kegiatan tersebut. Masalah dalam arena yakni modal ekonomi, modal sosial,
hari ini yang muncul adalah petani mulai terbia- modal budaya dan modal simbolik. Modal dan
sa untuk melakukan mobilitas sosial itu di ruang habitus akan dipertaruhkan dalam sebuah ranah
maya, tidak lagi di dunia nyata. yang merupakan arena kekuasan yang didalam-
nya terdapat upaya perjuangan untuk mempere-
Kaitan Dampak Perubahan Sosio-Kultural butkan sumber daya dan juga untuk memperoleh
Pemanfaatan Cyber Extension dengan Teori akses tertentu yang dekat dengan hierarki kekua-
(Pierre Bourdeau dan Manuel Castell) saan. Modal akan sangat menentukan seseorang
Pembentukan cyber extension jika men- menjadi apa dan mendapat apa dalam cyber ex-
gacu pada pemikiran Castell (2000) maka mer- tension tersebut. Modal menjadi alat sekaligus
upakan sebuah efek yang positif dengan adanya tujuan seseorang aktor untuk meraih atau mem-
teknologi informasi. Media dan teknologi ko- pertahankan posisi-posisi tertentu.
munikasi telah membawa masyarakat kepada Disini posisi penyuluh maupun petani da-
era revolusi informasi. Teknologi komunikasi lam arena sangat tergantung pada modal yang
membolehkan manusia berhubung secara global dimilikinya. Pada dasarnya modal menurut
membawa kepada bentuk sosial ekonomi baru. Bourdeau ada 4 yaitu ekonomi, budaya, sosial,
Di sini cyber extension telah menyediakan wah- dan simbolik. Pertama, modal ekonomi yang
ana untuk local empowerment dan membangkit- berupa harta kekayaan yang dimiliki petani dan
kan sense of community. penyuluh. Hal ini berkaitan dengan bagaimana
Cyber extension dapat membentuk sebuah aktor (petani dan penyuluh) memiliki akses un-
masyarakat jejaring (network society) yang se- tuk berada di dunia cyber. Kepemilikan smart-
cara bersamaan menyatu dalam interaksi sosial phone, internet, laptop dan alat lain yang menun-
di ruang cyber untuk membentuk struktur so- jang kegiatan cyber extension sudah tentu akan
sial yang baru, sebagai faktor yang mendasari menguatkan posisi aktor dalam arena. Semakin
lahirnya masyarakat baru (new society). Disini banyak economic capital yang dimiliki maka
globalisasi teknologi informasi dapat dipahami akses aktor menuju arena juga semakin mudah.
sebagai peningkatan kapasitas teknologi, or- Hal ini tentu saja berakibat petani dan penyuluh
ganisasi, serta kelembagaan dari komponen inti yang notabene kaya akan lebih mudah mendapat
sistem tertentu sehingga bisa bekerja pada satu informasi di ruang cyber daripada mereka yang
waktu yang bersamaan dan menjangkau skala modal ekonomi cenderung rendah. Hal ini ter-
luas mencakup seluruh jagat raya. jadi karena modal ekonomi adalah modal yang
Sedangkan dari sudut pandang Boudeau, mudah sekali ditransformasikan menjadi mod-
pembentukan cyber extension merupakan ben- al-modal yang lain.
tuk dari pembentukan arena. Cyber extension Kedua, modal budaya (cultural capital)
sebagai sebuah arena menemukan banyak stake- yang berupa serangkaian kemampuan atau keah-
holders, seperti petani, penyuluh, instansi pemer- lian individu, termasuk di dalamnya pengeta-
intah, dan pihak swasta untuk saling berinteraksi huan, keterampilan, cara bergaul, dan lain-lain
dan pada akhirnya membentuk habitus baru di- yang berperan di dalam penentuan dan repro-
luar kebiasaan yang ada selama ini. Jadi, arena duksi kedudukan-kedudukan sosial. Jadi disini
adalah ruang khusus yang ada dan dibentuk di semakin tinggi pengetahuan dan keterampilan
dalam masyarakat dimana didalamnya menjadi seorang petani dan penyuluh amaka akan sema-
pertemuan berbagai jenis capital. Capital disi- kin mudah pula mereka menyerap informasi dan
ni tentu saja adalah pengetahuan dan informasi cepat beradaptasi dengan arenanya. Mereka yang
yang dimiliki oleh masing-masing pihak terkait pandai bergaul juga sudah pasti akan memiliki
yang saling berinteraksi di dalam cyber exten- posisi yang lebih menguntungkan dalam cyber
sion sebagai suatu arena. Di dalam ranah itulah extension karena akan lebih mudah dengan ak-

JSEP Vol 11 No. 1 Maret 2018 55


tor lainnya. Hal ini juga akan berkaitan dengan lah sebagai kebutuhan mereka seperti kebutuhan
modal yang ketiga yaitu modal sosial. Modal lainnya sehingga dalam prosesnya kegiatan pen-
sosial yang lebih berupa jaringan sosial akan yuluhan berjalan alamiah dan kemudian men-
berperan dalam menentukan kedudukan sosial. jadikan kegiatan belajar, mencari, dan berbagi
Semakin banyak kenalan seseorang dan semakin informasi lewat cyber extension sebagai suatu
banyak memiliki kesamaan cara pandang, maka kebiasaan.
semakin kaya modal sosial yang dimilikinya. Habitus lain yang terbentuk dengan adan-
Karena dengan begitu baik petani maupun pen- ya cyber extension tentu saja bagaimana penyu-
yuluh akan memiliki superioritas dalam ruang luhan kini tak lagi mengharuskan kegiatan tatap
cyber daripada mereka yang tidak memiliki ja- muka dan petani serta penyuluh menjadi lebih
ringan sosial. senang untuk mencari informasi di ruang cyber.
Terakhir adalah modal simbolik (sym- Interaksi yang mereka lakukanpun tak lagi di
bolic capital), modal ini akan berkaitan den- dunia nyata namun berada di arena baru yang
gan kekuatan simbolik yang ada di dalam are- ada di dunia virtual. Proses internalisasi kegiatan
na. Missal saja petani yang berpendidikan atau penyuluhan di ruang cyber yang berjalan lama
petani kaya serta penyuluh dengan pangkat yang dan kemudian tereksternalisasi ulang inilah yang
tinggi. Pada dasarnya mereka sudah memiliki kemudian membentuk habitus mereka. Jadi,
modal simbolik ini. Modal yang bisa digunakan habitus disini adalah kebiasaan yang terstruktur
oleh mereka untuk memiliki daya jual di dalam secara sendirinya dan tumbuh dalam masyarakat
kegiatan cyber extension, karena dengan begi- secara alami melalui proses sosial yang sangat
tu akan banyak orang yang percaya kepadanya. panjang, terinternalisasi dan terakulturasi dalam
Hingga kemudia interaksi dari keempat modal diri masyarakat tani serta penyuluh. Dan inter-
inilah yang kemudian membentuk arena. Jadi, aksi dari berbagai aspek inilah yang kemudian
petani dan penyuluh yang memasuki ranah atau melahirkan praktik sosial baru antara petani dan
arena tertentu (cyber extension) harus menguasai penyuluh.
aturan main untuk bisa eksis di dalamnya. Kare- Praktik sosial yang dilakukan oleh petani
na itu, arena atau ranah menjadi medan perjuan- dan penyuluh yang tergabung dalam layanan
gan aktor dalam menempatkan dirinya di ruang cyber extension, baik di arena virtual maupun
sosial. arena nyata kemudian menjadi wujud dari hab-
Sedangkan untuk habitusnya, habitus itus mereka masing-masing tentunya dengan
terbentuk secara tidak sadar dalam kehidupan karakteristik mereka yang berbeda-beda dalam
sosial aktor dimana dari sana terjadi interaksi menggunakan cyber extension. Praktik sosial ini
sosial yang bisa menimbulkan kebiasaan dan ke- adalah satu kesatuan yang berasal dari hubungan
biasaan tersebut menjadi suatu gaya hidup petani antara modal dan arena, terjadinya pratik untuk
dan penyuluh atau kegiatan yang sering dilaku- melakukan kegatan belajar seara mandiri lewat
kan dalam kehidupan yang di sebut dengan hab- cyber extension ini karena melekatnya habitus
itus. Sehingga habitus dalam cyber extension dalam diri aktor sehingga menjadi kebiasaan
ini adalah sebuah kebiasaan yang sudah mem- yang dilakukan secara berulang-ulang. Melalui
budaya diperoleh dari kegiatan-kegiatan dan praktek inilah penyuluh dan petani yang mengi-
pengalaman ketika memanfaatkan cyber exten- kuti cyber extension dapat menjaga eksistensin-
sion. Habitus penyuluhan yang terbentuk disin ya dalam dunia nyata, karena mereka memiliki
seperti berdiskusi, membaca untuk mendapatkan apa yang tidak dimiliki oleh aktor lainnya.
informasi, membagi informasi, mecari informasi
dan lain sebagainya, kebiasaan ini menjadi suatu KESIMPULAN
pola kehidupan individu karena pengalaman Cyber extension merupakan sebuah ke-
yang sudah terinternalisasi dalam dirinya seh- giatan penyuluhan pertanian yang dilakukan di
ingga disebut habitus. dunia maya. Tak lagi mengikuti pola lama yang
Baik penyuluh maupun petani yang aktif mngharuskan petani dan penyuluh bertemu di
di cyber extension akan memiliki habitus bela- lapang. Cyber extension berusaha hadir untuk
jar di ruang cyber yang berbeda. Akan ada yang memberikan layanan informasi secara real time,
menganggap penyuluhan di ruang cyber adalah cepat, dan akurat kepada petani. Berbagai kemu-
kebutuhan, dalam hal ini mereka menganggap dahanpun diperoleh dengan adanya cyber exten-
bahwa proses belajar yang mereka lakukan ada- sion, seperti penyuluh yang mudah mengem-

56 JSEP Vol 11 No. 1 Maret 2018


bangkan kompetensinya atau petani yang juga Fashri, Fauzi. 2007. Penyingkapan Kuasa Sim-
dengan mudah bisa bertukar informasi dengan bol (Apropriasi Reflektif Pemikiran
petani lain di belahan bumi yang berbeda. Pen- Pierre Bourdieu).Yogyakarta: Juxta-
yuluhan yang berbasis teknologi informasi sudah pose.
barang pasti juga memberikan banyak perubah- Harker, R. 2009. (Habitus x Modal) + Ranah =
an dalam struktur sosial dan budaya masyarakat Praktik, Pengantar Paling Komprehensif
tani. Perubahan itu ada yang bergerak menuju ke Kepada Pemikiran Pierre Bourdieu. Yo-
arah positif namun ada juga yang justru cyber gyakarta: Jalasutra.
extension menyebabkan perubahan ke arah yang Jhonson, P. dan Doyel. 1986. Teori Sosiologi
negatif. Namun, perubahan itu bukan karena se- Klasik dan Moderen. Diterjemahkan
bab karena memang menurut Castell, teknologi oleh Lawang M.Z Robert. Jakarta: PT.
informasi yang berkembang seperti cyber ex- Gramedia.
tension hadir dalam rangka untuk memberikan Kottak, C.P. 1988. Bila Manusia yang Uta-
sebuah efek positif bagi kehidupan manusia. Se- ma: Beberapa Hikmah Sosiologi dari
dangkan Bourdeau memandang cyber extension Proyek-Proyek yang Telah Selesai da-
sebagai suatu arena yang didalamnya terdapat lam M.M. Cernea (eds). 1988. Meng-
pertarungan modal yang dimiliki oleh petani utamakan Manusia di Dalam Pemban-
maupun penyuluh. Sehingga membentuk sebuah gunan: Variabel-variabel Sosiologi di
habitus baru dan melahirkan praktek yang sosial Dalam Pembangunan Pedesaan (Pub-
yang berbeda sebelum adanya kegiatan penyulu- likasi Bank Dunia). Penerjemah B.B.
han yang dilakukan di ruang virtual. Teku. Jakarta: UI Press.
Hasil kajian teoritis ini dapat digunakan Mardikanto, Totok. 1993. Penyuluhan Pemba-
sebagai arahan untuk penelitian lebih lanjut ter- ngunan Pertanian. Universitas Sebelas
kait dengan bentuk-bentuk cyber extention, me- Maret Press. Surakarta.
dia yang digunakan, dan juga isi (content) yang Rahadian AH. 2010. Manajemen Penyuluhan
ditampilkan. Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Ja-
karta: PT. Duta Karya Swasta.
DAFTAR PUSTAKA Rhoades, R.E dan A. Bebbington. 1995. Farm-
Buku ers Who Experiment: an Untapped Re-
Arce, A. dan N. Long. 1992. The Dynamics of source for Agricultural Research and
Knowledge: Interfaces between Bureau- Development dalam D.M. Warren, L.J.
crats and Peasants dalam N. Long dan Slikkerveer dan D. Brokensha. The Cul-
A. Long. Battlefields of Knowledge: the tural Dimension of Development: In-
Interlocking of Theory and Practice in digenous Knowledge Systems. London:
Social Research and Development. Lon- Intermediate Technology Publications.
don: Routledge. Sharma, P.V. 2006. Cyber Extension: Infor-
Bourdieu, Pierre. 1990.The Logic of Practise. mation and Communication Technol-
California: Stanford University Press. ogy (ICT) Applications for Agricultural
Bourgeois, R., F. Jesus, M. Roesch, N. Soeprap- Extension Service Challenges, Op-
to, A. Renggana, dan A. Gouyon. 2013. purtunities, Issues and Strategies.
Indonesia: Empowering Rural Produc- Enhancement of Extension System in
ers Organization. Rural Development Agriculture. APO.
and Natural Resources East Asia and Slamet M. 2003. Paradigma Baru Penyuluhan
Pasific Region. Pertanian di Era Otonomi Daerah. Da-
Browning LD, AS Saetre, KK Stephens, and JO lam Buku Membentuk Pola Perilaku
Sornes. 2008. Information and Commu- Manusia Pembangunan. Bogor: IPB
nication Technology in Action. Linking Press.
Theory and Narratives of Practice. New Sumardjo L, Baga M, Mulyandari RSH. 2010.
York and London: Routledge. Cyber Extension: Peluang dan Tantan-
Chambers, R. 1993. Challenging the Profes- gan dalam Revitalisasi Penyuluhan Per-
sions: Frontiers for Rural Development. tanian. Bogor: IPB Press.
London: Intermediate Technology Pub- Uphoff, N. 1988. Menyesuaikan Proyek pada
lications. Manusia. dalam M.M. Cernea (eds).

JSEP Vol 11 No. 1 Maret 2018 57


1988. Mengutamakan Manusia di Da- Damanik, Inta P. N. dan Meilvis E Tahitu. 2011.
lam Pembangunan: Variabel-varia- Cyber Extension Dan Model Sistem
bel Sosiologi di Dalam Pembangunan Penyuluhanpertanian Untuk Menjawab
Pedesaan (Publikasi Bank Dunia). Pen- Tantangan Pembangunan Pertanian Di
erjemah B.B. Teku. Jakarta: UI Press. Maluku-Suatu Pemikiran. Prosiding
Van Den Ban, A.W. dan H.S. Hawkins, 1999. Seminar Nasional Pengembangan Pu-
Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta: lau-Pulau Kecil: 130-136.
Kanisius. Elian, Novi, Djuara P Lubis, dan Parlaungan A
Rangkuti. 2014. Penggunaan Internet
Jurnal, Prosiding, dan Makalah dan Pemanfaatan Informasi Pertanian
Adekoya AE. 2007. Cyber extension communi- oleh Penyuluh Pertanian di Kabupaten
cation: A strategic model for agricultural Bogor Wilayah Barat. Jurnal Komuni-
and rural transformation in Nigeria. In- kasi Pembangunan 12(2):104-109.
ternational journal of food, agriculture Fatimah, Sri. 2013. Menuju Sumberdaya Pen-
and environment 5(1): 366-368. yuluhan Pertanian Tanggap Perubahan:
Ahuja V. 2011. Cyber Extension : A Conver- Kasus Implementasi Cyber Extension
gence of ICT and Agricultural Devel- Di Kabupaten Sumedang. Prosiding
opment. Global Media Journal Indian Seminar Nasional Peranan Teknolo-
Edition 2(2): 1-8. gi dan Kelembagaan Pertanian dalam
Alemna AA, dan Joel Sam. 2006. Critical Is- Mewujudkan Pembangunan Pertanian
sues in Information and Communication yang Tangguh dan Berkelanjutan: 196-
Technologies for Rural Development in 205.
Ghana. Information Development 22(4). Hafsah, Mohammad Jafar. 2009. Penguatan
SAGE Publications. Peran PAPPI dalam Mendukung Tum-
Amin, Muhammad. 2014. Efektivitas dan Per- buh dan Berkembangnya Modal Sosial
ilaku Petani dalam Memanfaatkan Te- di Masyarakat. Makalah Simposium dan
knologi Informasi Berbasis Cyber Ex- Kongres Perhimpunan Ahli Penyuluhan
tension. Jurnal Informatika Pertanian Pembangunan Indonesia (PAPPI). Bo-
23(2): 211-219. gor.
Amin M., Sugiyanto, Sukesi K, Ismadi. 2013. Herlina. 2014. Interaksi Sosial Penyuluh Perta-
Application of Cyber Extension as Com- nian Sebagai Upaya Peningkatan Usa-
munication Media to Empower the Dry hatani Masyarakat Petani Di Kabupaten
Land Farmer at Donggala District, Cen- Batang. Journal of Educational Social
tral Sulawesi. Journal of Basic and Ap- Studies 3 (2): 30-37.
plied Scientific Research.3(4):379-385. Mulyandari, R. S. H. Sumardjo, D. P. Lubis, dan
Anwas, E. Oos M., Sumardjo, Pang S. Asngari, N. K. Pandjaitan. 2010. Analisis Sistem
dan Prabowo Tjitropranoto. 2010. Mod- Kerja Cyber Extension Mendukung
el Pengembangan Kompetensi Penyu- Peningkatan Keberdayaan Petani Sayu-
luh Berbasis Pemanfaatan Media (Ka- ran. Jurnal Komunikasi Pembangunan
sus Di Kabupaten Karawang dan Garut, 8(2): 1-16.
Provinsi Jawa Barat). Jurnal Penyuluhan Mulyandari, Retno S.H. 2011. Perilaku Petani
6(1): 1-10. Sayuran dalam Memanfaatkan Teknolo-
Apriantono, A., 2006. Pembangunan Pertanian gi Informasi. Jurnal Perpustakaan Perta-
di Indonesia. Deptan. nian 20(1): 22-34.
Atrisiandy, Khasril. 2015. Pengembangan Profe- Pranadji, T. 1995. Wirausaha, Kemitraan Dan
sionalisme Penyuluh Pertanian Melalui Pengembangan Agribisnis Secara
Penguasaan Teknologi Informasi (TI). Berkelanjutan. Analisis Center of Stra-
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian tegic and International Studies 14(5):
Sumatera Utara: 1-33. 332-343.
Castells, Manuel. 2000. Toward a Sociology of Rangkuti, P.A. 2010. Peran Komunikasi dalam
the Network Society. Contemporary So- Modernisasi Pertanian Berbasis Koper-
ciology, American Sociological Associ- asi. Jurnal Komunikasi Pembangunan
ation 29(5): 693-699. 8(1): 1-7.

58 JSEP Vol 11 No. 1 Maret 2018


Reddy, Deva E. 2005. Using The Four Ds Model
Of Agricultural Information Transfer To
Study The Impact Of Digital Informa-
tion Sources. Quarterly Bulletin of the
International Association of Agricultur-
al Information Specialists. 50: (3/4).
Severin, J W. T. Jr. 2009. Teori Komunikasi. Se-
jarah, metode dan Terapan di dalam Me-
dia Massa. Edisi Kelima. Jakarta Ken-
cana: 443-465.
Suryantini H. 2004. Kebutuhan Informasi Dan
Motivasi Kognitif Penyuluh Pertanian
Serta Hubungannya Dengan Penggu-
naan Sumber Informasi (Kasus Di Ka-
bupaten Bogor, Jawa Barat). Jurnal Per-
pustakaan Pertanian. 12(2): 33-41.
Subejo. 2011. Babak Baru Penyuluhan Pertanian
dan Pedesaan. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertani-
an 7(1): 61-70.
Usman, J.M, Adeboye, J. A, Oluyole, K. A, dan
Ajijola, S. 2012. Use of Information and
Communication Technologies by Rural
Farmers in Oluyole Local Government
Area of Oyo State, Nigeria. Journal of
Stored Products and Postharvest Re-
search 3(11): 156-159.

Skripsi/Thesis/Disertasi
Anwas, Oos M. 2009. Pemanfaatan Media da-
lam Pengembangan Kompetensi Penyu-
luh Pertanian. [Disertasi]. Bogor: Insti-
tut Pertanian Bogor.
Mulyandari R.S.H. 2011. Cyber Extension Se-
bagai Media Komunikasi Dalam Pem-
berdayaan Petani Sayuran. [Disertasi].
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Sumardjo. 1999. Transfomasi Model Penyulu-
han Pertanian Menuju Pengembangan
Kemandirian Petani. [Disertasi]. Bogor
: Institut Pertanian Bogor.

JSEP Vol 11 No. 1 Maret 2018 59

Anda mungkin juga menyukai