Puji syukur kepada Tuhan yang maha Esa yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Unsur Kebudayaan ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen pada
Ilmu Budaya Dasar. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Unsur
Kebudayaan bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Yoh.Fisher Meo, S.Fil.,M.Pd yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang………………………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………….
C. Kesimpulan ……………………………………………………………………………………
D. Saran …………………………………………………………………………………………….
PENDAHULUHAN
A. Latar Belakang
Tuhan menciptakan bumi berserta isinya dari berbagai Negara,dan dari berbagai suku
bangsa. Disetiap suku mengandung sebuah kebudayaan atau tradisi yang masih ditekuni
sampai saat ini karena dianggap penting bagi kehidupan bersama dalam suatu daerah.
Berbicara tentang suku, suku sendiri adalah suatu golongan atau kelompok manusia yang
angota-angotanya mengidetifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan
garis keturunan yang dianggap sama. Suku juga mengandung berbagai aturan yang telah
disepakati bersama dalam suatu kelompok atau angota-angotanya dan dalam aturan itu
juga mengadung bebrapa sangsi dan bagi yang melanggar peraturan yang sudah
diterapakan akan dikenai sangsi. Sangsi yang diberikan misalnya di ende lio biasanya diminta
memberikan hewan peliharaan atau sejumlah uang. Suku sangat berhubungan erat dengan
para leluhur karena tradisi-tradisi yang diterapakan dipercayakan sangat bermanfaat bagi
kehidupan para generasi selajutnya, bermanfaat bagi kehidupan maksudnya apa yang di
kerjakan dan usaha-usahanya dapat berhasil dengan baik. Menurut kepercayaan suku adat
ende lio menghormati dan menjaga nama baik para leluhur akan mendapatkan keberhasilan
dalam karya dan usahanya. Dalam hal ini bukan berarti kita melupakan Tuhan dan berpaling
dari-Nya Allah sendiri adalah leluhur kita yang kita percayai sampai saat ini dan kita
mengenal Allah juga diajarkan oleh leluhur kita atau nenek moyang kita. Maka dari itu
membudayakan budaya kita sangat penting bagi kehidupan kita.
Dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa hal tentang suku atau adat yang berada di
Ende lio secara terperinci dengan ini kita ingin menjelaskan cara atau hal apa seja yang di
lakukan dalam upacara adat ende lio.
B. Rumusan Masalah
Untuk memudahkan pembaca memahami isi makalah penulis mencoba mempersempit
uraian-uraian dalam makalah ini akan menjadi beberapa garis besar yang pada intinya
membahas:
1. Bahasa : bahasa lisan maupun bahasa tulisan
2. Sistem pengetahuan: tentang manusia
3. Oraganisasi sosial : asosiasi (senat kelompok, perkumpulan )
4. Teknologi : transportasi, produksi, hp
5. Sistem mata pencaharian / ekonomi:berburu, bercocoktanam,
perikanan,perternakan
6. Sistem religi:semua hal tentang sistem nilai (pandangan hidup),misalnya sistem
kepercayaan (benda, binatang) upacara keagamaan, upacara adat
7. Kesenian : seni patung, kesustraan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Bahasa : Bahasa Lisan Maupun Bahasa Tulisan
Sebagai suku yang paling dominan, tentu orang lio (ata lio)juga
mempunyai bahasa untuk percakapan sehari-hari yaitu sara lio(bahasa lio)
selain bahasa Indonesia. Sara lio terdiri dari beberapa macam dialek yang
sangat unik. Selain dialek, orang lio cenderung mengucapkan sara lio dengan
intonasi yang beragam pula. Bahasa lio, atau lebih suka menyebut sebagai
bahasa ibu. Bahasa yang ibu kita ajarkan ketika masih belia bahasa sehari-
hari sebagai sarana interaksi kita kepada orang di sekitar tempat tinggal kita.
Dalam sara lio, kita mengenal istilah “basa waga”. Ya basa waga yang kalau
didefenisikan kedalam bahasa Indonesia artinya (peribahasa ) makna kiasan .
basa waga biasanya terdiri dari satu kalimat atau lebih, dan tergolong kalimat
yang unik untuk orang lio, karena selain sulit dipahami maknanya pun sangat
beragam. Basa waga juga mengandung petuah, wasiat atau ungkapan
kegembiraan atau mengambarkan filosofi seseorang dan lain sebagainya.
Oleh karena itu basa waga, biasanya dipergunakan pada saat seremonial
adat dilaksana pada momen-momen tertentu saja. Bahasa basa waga ini
juga kerap digunakan oleh para penyair (ata sodha) dalam bentuk nyanyian
(kidung agung) atau syair pengiring (oro)dalam ritual ada gawi seperti yang
terdapat dalam kitab- kitab taurat. Makanya tidak lah heran ada beberapa
kalangan menilai adat istiadat dan budaya lio adalah agama asli orang lio itu
sendiri. Ada beberapa petikan pelepata atau basa waga; 1)” bhoti kale ana
kalo, fai walu raka mbale”. Yang berarti; yatim piatu dan para janda harus
dilindungi dan dijamin hak hidupnya oleh adat (pemerintah) supaya
mendapatkan kehidupan yang layak. 2) “dari nia pase la’e” yang berarti; laki-
laki harus berdiri di grada terdepan mengantikan generasi terdahulu (ayah/
leluhur )dengan maksud untuk melindungi keluarga besar. 3)” ndeto peto, au
ila. Ndeto peto pate ndeto, au Ila poka au”. Kalimat ini menujukan kebesaran
dan kemenangan. Secara harafia diterjemahkan sebagai berikut; “ndeto peto
au Ila” adalah nama sebuah senapan (senjata api warisan leluhur yang
diyakini mempunyai daya magis ) di sisi lain, kata ndeto dan au juga
mengambarkan sosok seseorang. Padahal kata” ndeto” adalah nama sejenis
tumbuhan yang bisa menimbulkan alergi kulit dan” Au” itu adalah nama
sejenis bambu Aur. Jadi jika didefenisikan berarti; Ndeto peto Pati Nedto=
Ndeto peto/ senjata (mengambarkan seseorang sebagi subyek) tersebut akan
memotong /menembak “Ndeto”(seseorang sebagai obyek ). Au Ila poka Au=
Au Ila/ senjata(mengambarkan seseorang sebagai subyek )tersebut akan
memotong/ menembak “Au” (seseorang sebagai obyek ). Kalimat ini dalam
bahasa lio dapat disebut juga “Bhea “.4. Tedo Tembu Wesa Wela, Gaga Bo’o
Kewi Ae. Secara harafia diterjemahkan sebagai berikut; “Tedo Tembu,wesa
wela”=ditanam akan tumbuh,ditabur akan berbenih.Gaga Bo’o Kewi Ae =
penghasilan yang melimpah dan mengalir seperti air jadi artinya;pekerjaan,
menanam dan menabur akan menuai hasil yang melimpah seperti air yang
mengalir. 5.”Lake Lika Rapa Pi’a, Lai Tangi Rapa Sai”. Jika diterjemahkan
secara harafia sebagi berikut;”Lake Lika”=mengangkat tungku.”Rapa Pi’a”=
Berkelahi dan “Lai Tangi”= menggeser /mengambil tangga. “Rapa
Sai”,=bersentuhan badan (berkelahi). Yang menarik kata tungku dan tangga
disini sebenarnya berkaitan erat dengan pranata yang ada dalam rumah adat.
Sehingga kalimat ini akan bermakna bahwa sesungguhnya kita saling
menghormati satu sama lain(atau menyangkut batas-batas wilayah
kekuasaan)dan harus memahami historia sejarah yang sebenarnya. 6. “Hungu
Dubu, Lima Bita”. Secara harafia artinya;Hungu Dubu =kuku jari yang
tumpul.Lima Bita = tangan yang berlumpur. Jadi kedua kata ini digabung akan
berarti tangan kita dituntut harus giat dalam bekerja.7.”Tura Jaji”. Kalimat ini
berasal dari “Tebo Tura Lo Jaji”,yang arti secara harafianya ;”Tebo Tura”=
tubuh/badan yang termuat (terbebani). Sedangkan “Lo jaji” =pundak yang
memikul perjanjian. Jika digabungkan akan berarti; “setiap kita harus
menjunjung tinggi perjanjian. Perjanjian disini yang maksudnya perjanjian
yang telah dibuat dan disepakati oleh para leluhur. 8. “jawa Dupa Ria,Pare
Wole Bewa”. Artinya; penghasilan yang melimpah rua. 9. “Moke Gera Pibi,
Uma langi Duri”. Secara harafia kalimat ini menjelaskan; “Moke Gera
Pebi”=beberapa tiang dari bambu yang sengaja ditanam untuk menyadap Air
Nira.” Uma Langi Duri”.= kebun atau ladang yang berdampingan. Jadi kalimat
ini mengajak kita untuk hidup saling berdampingan, saling menyapa dan
tanpa ada rasa curiga antra satu dengan yang lain meskipun kita mempunyai
kebiasaan yang berbeda. 10. “To’o Lei Po’o Mbana Lei Mbeja, Buka Ngere ki
Bere Ngere Ae”. Artinya; semua didalam keluarga harus: beranjak, sejalan
seperti serumpun bambu, sependeritaan dan mengalir laksana Air.
Maksdunya: didalam keluarga harus dibinah kekompakan dan harus
meleburkan diri menjadi satu. Dari semua penjelasan tadi diatas, penulis
menyimpulkan bahwa Adat lio adalah sendi hidup,Nilai luhur adalah menjadi
penjaganya. Kalau tidak bersendi, runtuhlah hidup dan kalau tidak
berpenjaga ,binasalah hayat. Sebagai orang lio, kita akan merasa terhormat
karena “sendi hidup” melarang kita untuk berbuat jahat dan nilai luhur telah
menjadi penjaga kita . kata bijak dalam sara lio, “ Ma’e Sewo Bebo, Nitu
Ngadho No’o Babo Mamo Eo Teti Tei Ra Kita. Ebe Langga Do leka Fila Bewa,
Nuka Leka Keli Soke Ele Nesi Susa, Jaga Paga Do No’o Jala-Jala Medu Tei Nia
Ana Mamo Muri Bheri.(janganlah melupakan para leluhur yang sudah
meneteskan darah kepada kita. Mereka telah melapaui kelamnya jurang dan
tingginya gunung meskipun kesulitan menghadang, mereka telah melindungi
kita untuk dapat melihat para cucu, cicit, dan buyutnya hidup baik adanya).
6. Sistem Religi : Semua Hal Tentang Sistem Nilai ( pandangan hidup ),Misalnya
Sistem Kepercayaan (benda, binatang) upacara keagamaan, upacara adat.
C. KESIMPULAN
Kebudayaan sangatlah penting bagi kehidupan manusia dan sangat berpengaruh dalam
kehidupan sehari-hari. Dari kebudayaan kita mengenal kebiasaan lama atau kegiatan-
kegiatan yang di lakukan oleh para leluhur, untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Kita patut bersyukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena segala kebaikannya kita masih
ada sampai saat ini, kita juga harus menghormati para leluhur karena adanya mereka kita
juga bisa ada saat ini dari mereka juga kita mengenal Allah secara baik dan selalu bersyukur
atas apa yang diberikan-Nya. Maka dari itu begitu penting kebudayaan bagi kita, dari
kebudayaan kita bisa mengetahui kehidupan yang baik dan benar. Kebudayan merupakan
seni hidup yang luar biasa selain tradisi-tradisi yang di terapkan, ada juga berbagai seni salah
satunya acara Gawi dipandang dari seni berbusana dan tarian yang dibawakan bahkan
nyanyian (oro) yang dinyanyikan dengan syair yang di pandang dalam kehidupan mereka
sehari-hari.
D. SARAN
Kita sebagai generasi mudah harus mencintai budaya kita karena dari kebudayaan kita,
kita bisa mengetahui asal usul kita. Kebudayaan sangat bermanfaat bagi kita generasi muda
seharusnya dengan kebudayaan kita, kita beranga karena Indonesia sendiri terkenal akan
kebudayaannya bahkan kita juga patutnya mengikutsertakan diri untuk mengebangkan
kebudayaan kita, selain bermanfaat bagi kehidupan kita kebudyaan juga dapat
mempengaruhi Negara lain untuk cara hidup sesuai kebudayaan kita. Maka dari itu
seharusnya kita bangga dengan kebudayaan yang kita miliki.
UJIAN ILMU BUDAYA DASAR