Anda di halaman 1dari 31

PERAN ORANGTUA DALAM PEMBENTUKAN

KARAKTER ANAK USIA DINI

KARYA ILMIAH

Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan siswa kelas XII
TMI Tahun Ajaran 2023 – 2024

Disusun Oleh :
ALUERA MAHDAVIQIA SALVA LATIEF

YAYASAN DARUL MUTTAQIEN


TARBIYATUL MU’ALLIMIN WAL MU’ALLIMAT AL-ISLAMIYAH
PONDOK PESANTREN DARUL MUTTAQIEN
PARUNG BOGOR
2023 – 2024
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulillah segala puji serta syukur kehadirat Allah SWT, tuhan


semesta alam yang telah memberikan segala karunia dan nikmat-Nya
sehingga memberikan kemudahan untuk menyelesaikan karya ilmiah
sebagai syarat kelulusan dalam menyelesaikan proses pembelajaran di
Pesantren Darul Muttaqien.

Shalawat serta saalam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad


SAW. Segenap keluarga, para sahabat, dan pengikutnya yang telah setia
mengantarkan umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh
dengan ilmu pengetahuan.

Dalam penyusunan karya ilmiah ini penyusun membutuhkan banyak


bimbingan dan dukungan, maka dengan rasa rendah hati penulis
mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. H. M. Luthfi Nahar, S.E., selaku kepala yayasan Pesantren Darul


Muttaqien atas segala dukungannya.
2. Drs. KH Mad Roja Sukarta, selaku pimpinan Pesantren Darul Muttaqien
atas segala motivasinya.
3. Al-Ustadz Abdulah Hudri, S.S., M.Pd., selaku kepala TMI (Tarbiyatul
Mu’alimin Walmu’alimat Al-Islamiyah) Darul Muttaqien yang telah
memberikan banyak nasihat.
4. Al-Ustadz Ahmad Suwardi, M.Si., selaku kepala pengasuhan putri Darul
Muttaqien yang telah memberikan banyak bimbingan kepada kami.
5. Al-Ustadzah Lina Budiana, M.Pd selaku wali kelas XII IPA E yang
selalu mendampingi penyusun selama proses pembelajaran.
6. Ustadzah Farah Ramadhan, S.Sos.I., M.Pd., selaku ketua penanggung
jawab Karya Ilmiah Remaja santri kelas XII Darul Muttaqien 2023-2024.
7. Seluruh panitia yang telah membantu berjalannya kegiatan Karya
Ilmiah Remaja kelas XII Darul Muttaqien 202-2024 yang telah ikhlas
memberikan ilmu pengtahuannya kepada kami.
8. Ustadzah Yusrita, S.Pd sebagai pembimbing yang selalu memberikan
arahan serta saran dalam pembuatan karya ilmiah ini.
9. Ayahanda dan ibunda kami tersayang yang telah memberikan
semangat dan do’anya.
10. Seluruh sahabat – sahabat seperjungan kelas 6 yang selalu
menemani dan berbagi kebahagiaan serta kesulitan di pondok ini.
semangat kepada penulis.

Harapan kami, semoga Allah SWT memberikan balasan yang


berlipat ganda atas segala bantuan serta pengorbanan semua pihak demi
terselesaikannya Karya Ilmiah Remaja ini.

Kami menyadari bahwa karya ilmiah ini masih banyak kekurangan,


untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan karya berikutnya. Semoga karya ini bermanfaat bagi
kami khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Parung, November 2023

Penyusun,
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
BAB I................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.............................................................................................................5
A. Latar Belakang...............................................................................................5
B. Identifikasi Masalah......................................................................................7
C. Pembatasan Masalah....................................................................................8
D. Perumusan Masalah.....................................................................................8
E. Tujuan Penelitian...............................................................................................8
F. Manfaat Penelitian.............................................................................................9
BAB II.............................................................................................................................10
KAJIAN PUSTAKA......................................................................................................10
A. Peran Penting Orang Tua Dalam Mendidik Anak.................................16
B. Upaya Orang Tua Dalam Pembentukan Karakter Anak.....................18
C. Pengaruh Lingkungan Terhadap Karakter Anak.................................22
D. Kurangnya Peran Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak.................24
E. Dampak Pembentukan Karakter Anak Tanpa Adanya Perhatian Yang
Cukup Dari Orang Tua...........................................................................................26
BAB IV............................................................................................................................30
KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................30
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan anugerah dan sekaligus amanah yang dititipkan


oleh Allah kepada hambaNya yang akan dimintai pertanggung
jawabannya di akhirat kelak. Kewajiban sebagai orang tua adalah
memberikan pendidikan kepada anak yang dimulai sejak usia dini.
Karunia berupa seorang anak dari Allah swt merupakan anugerah yang
sangat besar bagi orang tua.

Kehadiran anak di tengah-tengah keluarga selalu dinanti-nantikan


oleh setiap pasangan yang telah menikah. Bahkan tidak sedikit pasangan
suami istri yang telah lama menikah dan belum dikaruniai anak berikhtiar
dengan berbagai cara agar diberikan keturunan. Sebagian besar
masyarakat selalu beranggapan bahwa anak seolah-olah menjadi tolok
ukur kebahagiaan bagi pasangan suami istri.

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak


ke – 4 di dunia, sejak dilahirkan manusia sudah mempunyai keinginan
pokok. Yaitu keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di
sekelilingnya, keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di
sekelilingnya dimulai dengan menjadi anggota kelompok sosial yang
dinamakan keluarga.

Berbicara tentang keluarga, hakikatnya keluarga adalah rumah


terbaik bagi semua anak dan orangtua adalah tempat bercerita terbaik
bagi setiap anak, sejauh manapun dan senyaman apapun tempat baru
yang ditemukan sang anak tetap keluarga adalah sebaik-baiknya rumah
yang dimiliki seorang anak.
Faktor terpenting dalam sebuah keluarga atau sebagai orang tua
adalah anak. karena anak merupakan individu yang sedang berkembang
di mana mereka sanagat memerlukan perhatian khusus dari orang tuanya,
orangtua pasti mendambakan agar anak - anak mereka relatif baik dan
lengkap dari sisi fisik maupun non fisik.

Orang tua seringkali lalai dalam hal mengasuh dan mendidik


anaknya. Hal ini biasanya terjadi karena kedua orang tuanya sibuk
dengan pekerjaan/karirnya. Anak yang menjadi dambaan bagi setiap
orang tua sela yaknya memperoleh kasih sayang, perhatian,
perlindungan, perawatan, dan juga pendidikan yang memadai.

Orang tua seharusnya memperluas dan meningkatkan


pengetahuan serta keterampilan dalam mengasuh, merawat, dan
mendidik anak di dalam keluarga. Terdapat dua hal yang akan
membentuk kepribadian dan karakter anak seperti yang telah diajarkan
oleh Rasulullah SAW, yaitu kedua orang tua yang melahirkannya dan
lingkungan tempat membesarkannya.

Sebagaimana sabda Nabi: “setiap anak yang dilahirkan dalam


keadaan suci, maka kedua orang tuanyalah yang membuat dia (memiliki
karakter), Yahudi, Nasrani, Majusi. Sebagai orang tua harus berusaha
dengan sungguh-sungguh dalam merawat dan mendidik anaknya dalam
pembentukan karakter yang sebenarnya. (HR. Bukhori no. 1296)

Anak pada dasarnya memiliki kebiasaan sebagaimana kebiasaan


dari orang tuanya. Sebagai seorang anak tentunya dia akan selalu
mengikuti perilaku induknya yaitu kebiasaan orang tua. Kebiasaan-
kebiasaan yang ditanamkan kedua orang tua dan para pendidik di sekitar
anak waktu kecil itulah yang akan mempengaruhinya.
Maka ketika kedua orang tua dan orang-orang di sekitarnya
membiasakan dengan pendidikan atau hal-hal yang baik, maka akan
seperti itulah dia akan menjadi, dan demikian sebaliknya (Juwariyah,
2010: 72). Oleh karena itu sebagai orang tua yang telah dianugerahi
kenikmatan berupa anak oleh Allah SWT, hendaknya orang tua memiliki
kewajiban untuk mensyukuri kenikmatan tersebut dengan cara mendidik
anak-anaknya dengan baik sesuai ketentuan dan perintahNya.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang dan judul diatas, perlu kiranya penulis


mengidentifikasikan masalah-masalah yang akan di bahas :

1. Peran penting orangtua terhadap perkembangan anak usia dini


2. Upaya orangtua dalam membentuk karakter/kepribadian anak
3. Pentingnya orangtua memperhatikan lingkungan anak
4. Faktor kurangnya perhatian orang tua terhadap anak
5. Pembentukan karakter anak tanpa adanya perhatian yang cukup dari
orangtua

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah di uraikan di atas,


maka untuk mempermudah penulisan karya ilmiah penelitian ini dibatasi
pada masalah

“PERAN ORANGTUA DALAM PERKEMBANGAN KARAKTER


ANAK SEJAK USIA DINI”
D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan


diatas maka rumusan masalah dalam penelitian adalah :

1. Apa peran penting orangtua dalam mendidik anak ?


2. Upaya apa saja yang dilakukan orangtua dalam membentuk
kepribadian/karakter anak ?
3. Apakah lingkungan dapat mempengaruhi karakter anak ?
4. Faktor apa saja yang membuat orangtua kurang perhatian terhadap
anak
5. Bagaimana perkembangan karakter anak tanpa adanya perhatian
yang cukup dari orangtua ?
6.
E. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan penelitian ini untuk mengetahui dampak


negatif polusi udara pada sistem pernapasan :

1. Untuk mengetahui peran penting orangtua dalam perkembangan


anak
2. Untuk memperluas wawasan dalam membentuk karakter anak
3. Untuk mengetahui dan memperhatikan lingkungan dan
pendidikanbagi anak
4. Untuk mengetahui pentingnya memberikan perhatian kepada anak
F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dibuatnya Karya Ilmiah ini adalah untuk memberi


wawasan dan pengetahuan bagi seluruh orangtua maupun calon orangtua
dalam hal “Pentingnya Peran Orangtua Dalam pembentukan Karakter
Anak Usia Dini “ karena kita sebagai calon orangtua harus memahami
ataupun memiliki wawasan tentang peran orang tua terhadap segala
sesuatu yang berkaitan dengan anak karena orang tua adalah guru
pertama dan rumah terbaik bagi para anak.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Peran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah peran memiliki arti


pemaian sandiwara, tukang lawak pada permainan, perangkat tingkah
yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.
Dilansir dari buku Teori Sosiologi Modern (2007) oleh Bernard Raho,
peran sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial
masyarakat. Sejumlah peran adalah kelengkapan dari hubungan-
hubungan berdasarkan peran.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran yaitu


suatu pola tingkah laku yang merupakan ciri khas yang dimiliki seseorang
sebagai pekerjaan atau jabatan yang berkedudukan di masyarakat.1

B. Pengertian Orang Tua

Pengertian orang tua Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2008)


orang tua adalah ayah, ibu kandung. Orang tua adalah komponen
keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah
ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat diartikan bahwa yang
dimaksud dengan orang tua adalah ayah dan ibu yang merupakan hasil
dari sebuah perkawinan yang sah yang membentuk sebuah keluarga.

1
https://repository.stkippacitan.ac.id/id/eprint/633/9/ZULIA%20NURDIANA%20SARI_BAB
%20II_PGSD2021.pdf
C. Peran Orang Tua

Menurut Kurniati, dkk (2021:244) peran orang tua kepada anak


yaitu,

1.menjaga dan memastikan anak untuk menerapkan hidup


bersih dan sehat
2.mendampingi anak dalam mengerjakan
3.melakukan kegiatan bersama selama dirumah
4.menciptakan lingkungan yang nyaman untuk anak
5.menjalin komunikasi yang intens dengan anak
6.bermain bersama anak
7.menjadi role model bagi anak
8.memberikanpengawasan pada anggota keluarga
9. menafkahi dan memenuhi kebutuhan keluarga
10. membimbing dan memberi motivasi kepada anak
11. memberikan edukasi
12. memelihara nilai keagamaan
13. melakukan variasi dan inovasi kegiatan di rumah.

Peran orang tua dalam pendidikan menurut Sari (2017:41-42)


peran orang tua dalam pendidikan akan menentukan keberhasilan bagi
pendidikananak-anaknya, peran orang tua dalam pendidikan adalah
sebagai pendidik, pendorong, fasilitator dan Pembimbing Pendidik
(edukator) dalam Islam yang pertama dan utama adalah orang tua yang
bertanggung jawab terhadap anak didik dengan mengupayakan
perkembangan seluruh potensi anak didik baik potensi afektif, potensi
kognitif, dan potensi psikomotor.

Motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan


sesuatu pekerjaan. Dan motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik) yaitu
dorongan yang datang dari luar diri (lingkungan), misalnya dari orang tua,
guru, teman-teman, dan anggota masyarakat.

Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan


pokoknya juga membutuhkan fasilitas belajarseperti ruang belajar, meja,
kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku, dan lain-lain. Jadi orang tua
berkewajiban memenuhi fasilitas belajar agar proses belajar berjalan
dengan lancar. Sebagai orang tua tidak hanya berkewajiban memberikan
fasilitas dan biaya sekolah saja. Tetapi anak juga membutuhkan
bimbingan dari orang tuanya.

Peran orang tua dalam memotivasi belajar siswa keberhasilan


siswa dalam proses belajarnya tidak dapat terlepas dari adanya motivasi
yang menjadi penggerak dan pendorong siswa agar dapat menjalankan
kegiatan dan proses belajarnya. Diantaranya adalah peran orang tua
dalam memotivasi belajar siswa. Menurut Sari (2017:42) adalah Pertama,
dengan mengontrol waktu belajar dan cara belajar anak. Kedua,
memantau perkembangan kemampuan akademik anak.

Orang tua diminta untuk memeriksa nilai-nilai ulangan dan tugas


anak mereka. Ketiga, memantau perkembangan Kepribadian yang
mencakup sikap, moral dan tingkah laku anak – anak. Hal ini dapat
dilakukan orangtua dengan berkomunikasi dengan wali kelas untuk
mengetahui perkembangan anak disekolah, keempat, memantau
efektivitas jam belajar di sekolah. Orang tua dapat menanyakan aktivitas
yang dilakukan anak mereka selama berada di sekolah.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa orang tua


memiliki peran penting dalam keluarga, pendidikan dan dalam memotivasi
siswa, Peran orangtua dalam memotivasi belajar siswa yaitu mengontrol
waktu dan cara belajar. Memantau perkembangan kemampuan akademik,
perkembangan kepribadian anak dan efektifitas belajar. 2
2
RinaKastori,https://www.kompas.com/skola/read/2023/06/07/120000669/pengertian-
peran-menurut-ahli?page=all
D. Pengertian Pembentukan Karakter Anak

Pembentukan karakter pada hakekatnya merupakan hasil pemahaman


dari hubungan yang dialami setiap manusia, yaitu hubungan dengan diri
sendiri, dengan lingkungan, dan dengan Allah. Setiap hasil hubungan
tersebut akan memberikan suatu pemahaman yang pada akhirnya
menjadi nilai dan keyakinan anak.

Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik,
sosial, moral dan sebagainya. Menurut Siti Aisyah,dkk (2010: 1.4-1.9)
karakteristik anak usia dini antara lain;

a) Memiliki rasa ingin tahu yang besar


b) Merupakan pribadi yang unik
c) Suka berfantasi dan berimajinasi
d) Menunjukkan sikap egosentris
e) Masa paling potensial untuk belajar
f) Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek
g) Sebagai bagian dari makhluk sosial

Usia dini merupakan masa emas, masa ketika anak mengalami


pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Pada usia ini anak paling
peka dan potensial untuk mempelajari sesuatu, rasa ingin tahu anak
sangat besar. Hal ini dapat kita lihat dari anak sering bertanya tentang apa
yang mereka lihat.

Apabila pertanyaan anak belum terjawab, maka mereka akan


terus bertanya sampai anak mengetahui maksudnya. Di samping itu, setia

anak memiliki keunikan sendiri-sendiri yang berasal dari faktor genetik


atau bisa juga dari faktor lingkungan. Faktor genetik misalnya dalam hal
kecerdasan anak, sedangkan faktor lingkungan bisa dalam hal gaya
belajar anak.
Anak usia dini suka berfantasi dan berimajinasi. Hal ini penting
bagi pengembangan kreativitas dan bahasanya. Anak usia dini suka
membayangkan dan mengembangkan suatu hal melebihi kondisi yang
nyata. Salah satu khayalan anak misalnya kardus, dapat dijadikan anak
sebagai mobil-mobilan.

Menurut Berg, rentang perhatian anak usia 5 tahun untuk dapat


duduk tenang memperhatikan sesuatu adalah sekitar 10 menit, kecuali
hal-hal yang biasa membuatnya senang. Anak sering merasa bosan
dengan satu kegiatan saja. Bahkan anak mudah sekali mengalihkan
perhatiannya pada kegiatan lain yang dianggapnya lebih menarik.

Anak yang egosentris biasanya lebih banyak berpikir dan berbicara


tentang diri sendiri dan tindakannya yang bertujuan untuk menguntungkan
dirinya, misalnya anak masih suka berebut mainan dan menangis ketika
keinginannya tidak dipenuhi. Anak sering bermain dengan teman-teman di
lingkungan sekitarnya.

Melalui bermain ini anak belajar bersosialisasi. Apabila anak belum


dapat beradaptasi dengan teman lingkungannya, maka anak anak akan
dijauhi oleh teman-temannya. Dengan begitu anak akan belajar
menyesuaikan diri dan anak akan mengerti bahwa dia
membutuhkan orang lain di sekitarnya.3

E. Anak Usia Dini

Menurut Undang-undang tentang Perlindungan terhadap Anak (UU


RI Nomor 32 Tahun 2002) Bab I Pasal 1 dinyatakan bahwa anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang masih
dalam kandungan. Sedangkan menurut UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003
Pasal 28 ayat 1,

3
Dr. Sri Tatminingsih, M.Pd. Iin Cintasih, S.Pd., M.Pd.
https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/CAUD010102-M1.pdf
Rentangan anak usia dini adalah 0-6 tahun yang tergambar dalam
pernyataan yang berbunyi: pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut
(Sisdiknas, 2003).

Sementara itu menurut direktorat pendidikan anak usia dini


(PAUD), pengertian anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang
usia 0 – 6 tahun, baik yang terlayani maupun yang tidak terlayani di
lembaga pendidikan anak usia dini.

Yuliani Sujiono (2014) menyatakan bahwa anak usia dini adalah


anak yang baru dilahirkan hingga usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia
yang sangat menentukan bagi pembentukan karakter dan kepribadian
anak serta kemampuan intelektualnya. sementara itu menurut The
National Association for The Education of Young Children (NAEYC), anak
usia dini adalah anak yang berada dalam rentang usia 0-8 tahun.

Berdasarkan berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa


anak usia dini adalah mereka yang berusia di bawah 6 tahun termasuk
mereka yang masih berada dalam kandungan yang sedang berada dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, kepribadian, dan
intelektualnya baik yang terlayani maupun tidak terlayani di lembaga
pendidikan anak usia dini.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Peran Penting Orang Tua Dalam Mendidik Anak

Penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua dalam


pendidikan mengarah pada keberhasilan anak yang lebih besar dan
peningkatan kepercayaan diri, menurut National PTA.

Peran orang tua mendidik anak melibatkan lebih dari sekadar


memberikan rasa aman dan percaya diri saja. Mungkin banyak orang
tua yang keliru mempercayai bahwa pendidikan anak-anak mereka
sepenuhnya berada di tangan guru. Karena sejatinya, pendidikan
pertama seorang anak dimulai dari rumah.

Anak-anak akan cenderung menirukan apa saja yang dilakukan


oleh orang tuanya. Jadi orang tua harus bisa memberikan
keteladanan dan kebiasaan sehari-hari yang baik sehingga dapat
dijadikan contoh bagi anaknya. Keteladanan dan kebiasaan yang baik
itu, sebaiknya diberikan oleh orang tua sejak dari kecil atau kanak-
kanak karena hal itu dapat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa
anak selama masa pertumbuhannya.

Pentingnya peran orang tua terhadap pendidikan anak bukanlah


hal yang sepele karena pendidikan adalah modal utama yang harus
dimiliki oleh setiap individu yang hidup agar dapat bertahan
menghadapi perkembangan zaman. Seperti saat ini orang tua
semakin menyadari pentingnya memberikan pendidikan yang terbaik
kepada anak-anak mereka sejak dini.
Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anak terbukti
memberikan banyak dampak positif bagi anak. Banyak yang
mencapai kesuksesan setelah mereka menginjak usia dewasa dan
terjun ke dalam dunia sosial yang sebenarnya. Peran aktif orang tua
tentu saja perlu didukung oleh komunikasi yang baik antara orang tua
dan pihak sekolah.

Beberapa orang tua mungkin berpikir bahwa tindakan keras


adalah cara yang tepat untuk menangani anak-anak yang
mengatakan mereka tidak suka sekolah atau tidak ingin mengerjakan
pekerjaan rumah. Namun, orang tua yang menjaga sikap positif
tentang pendidikan lebih cenderung memberikan pandangan cerah itu
kepada anak.

Sebisa mungkin komunikasi kita dengan sang anak juga harus


baik agar tidak ada miss comunication tentang pentingnya pendidikan
dan apa saja yang harus dilakukan dalam memenuhi tanggung
jawabnya sebagi murid. Kita sebagai orangtua juga tidak boleh
lengah.

Penting untuk mengawasi aktivitas anak di sekolah dan di rumah.


Karena ini bisa mempengaruhi dengan cara mereka menyerap
pelajaran baik di rumah atau sekolah. Oleh karena itu orang tua harus
lebih memperhatikan anak-anak mereka, melihat potensi dan bakat
yang ada pada anak mereka, memberikan sarana dan prasarana
untuk mendukung proses pembelajaran mereka di sekolah serta
selalu memotivasi anak agar tetap semangat dalam belajar.4

4
https://alazharasysyarifsumut.sch.id/pentingnya-peranan-orangtua-dalam-pendidikan-anak/
B. Upaya Orang Tua Dalam Pembentukan Karakter Anak

Penelitian menunjukkan bahwa hubungan yang hangat, terbuka,


komunikatif, dan rasional antara orang tua dan anak berkaitan erat
dengan terbentuknya karakter baik. cara terbaik untuk membentuk
karakter positif pada anak usia dini sangat bergantung pada peran
Orang tua sebagai pengasuh utama si Kecil

 Menjadi Role Model yang Baik

Anak diibaratkan seperti spons yang bisa dengan mudah


menyerap segala informasi dan pelajaran dari orang tua. Oleh karena
itu, hal pertama yang perlu orang tua lakukan jika ingin anak tumbuh
menjadi sosok yang tangguh, cerdas, dan berkarakter baik adalah
dengan menjadi contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari secara
konsisten.

 Mengajarkan Sikap Berani

Mengajarkan keberanian sebenarnya lebih berfokus pada


melatih keterampilan anak untuk berani membuat keputusan terbaik
walaupun ia sedang dihadapkan pada sesuatu yang
menakutkan. Sehingga, si Kecil tumbuh menjadi sosok yang tidak takut
untuk mengeksplorasi, mengembangkan diri, dan melakukan apa yang
ia anggap benar.

Pada anak usia dini, ketakutan bisa terlihat seperti hal yang
remeh-temeh bagi orang dewasa seperti takut mencoba makanan
baru, melihat brokoli, melompat ke kolam renang, berkenalan dengan
teman baru, ditinggal Mama ke toilet, atau hal kecil lainnya. Namun,
bagi anak hal-hal tersebut merupakan rintangan besar yang membuat
ia tidak berani melangkah lebih lanjut.
 Ajarkan Jangan Takut Gagal

Dalam proses belajar dan menjalani kehidupan, si Kecil


mungkin akan menemui berbagai macam rintangan dan mengalami
beberapa kegagalan. Agar si Kecil tidak mudah menyerah saat belajar
hal-hal baru, ia harus memiliki karakter resilience alias tangguh. Jadi,
ketika menghadapi rintangan yang berat dan kegagalan ia tidak akan
menyerah dan akan mencoba lagi-lagi-dan lagi sampai ia
mendapatkan

Selain mengajarkan sikap tangguh, orang tua juga perlu


menanamkan growth mindset. Growth Mindset adalah cara berpikir
yang membuat anak percaya bahwa kecerdasan dan bakat dapat terus
berkembang dengan usaha, kerja keras, dan dedikasi yang tidak
pernah putus untuk belajar dan menikmati tantangan baru.

Apa yang dapat orang tua lakukan untuk memupuk Growth


Mindset :

a) Mengajarkan anak bahwa kesalahan dan kegagalan adalah hal


yang wajar dalam proses belajar.
b) Ajak anak untuk mencoba berbagai hal baru.
c) Ajak anak untuk berdiskusi dan merefleksikan proses yang telah ia
lalui.
d) Mengoreksi atau menegur si Kecil dengan bahasa secara apa
adanya. Gunakan bahasa yang tegas namun dibalut dengan nada
yang lembut. Hindari terlalu banyak sugar coating, Ma.
e) Ajak si Kecil memahami emosi yang muncul saat proses belajar
berlangsung.
f) Memfokuskan pujian pada proses belajar daripada hasil.
 Mengajarkan Kejujuran

Kejujuran sangat dibutuhkan si Kecil agar kelak ia bisa menjalin


hubungan yang penuh kepercayaan baik dalam persaudaraan,
pertemanan, binis, dan lain sebagainya . Untuk mendidik anak menjadi
seseorang berkarakter jujur, Orang tua perlu menjadi contoh nyata
terlebih dahulu.

Misalkan ketika telat menjemput si Kecil, kita bisa berkata jujur


kalau kita lupa waktu. Tidak usah membuat alasan lain seperti sedang
ada meeting penting atau mobil mogok. Setelah itu minta maaf dengan
tulus dan berusaha tidak mengulangi hal yang sama. Dengan melihat
hal tersebut, si Kecil akan termotivasi untuk jujur di hadapan orang tua.

 Mengajarkan Kepedulian

Untuk anak usia dini, kepedulian bisa terlihat dalam bentuk


memberikan pelukan kepada teman yang sedang sedih, membagi
biskuit favoritnya kepada Kakak. Orang tua dapat bantu si Kecil
menumbuhkan karakter compassion dengan cara menguatkan
kemauannya untuk bersikap baik dan membantu orang lain.

Misalkan si setelah si Kecil berbagi mainan di playground,


Mama bisa mengatakan, “Wah, kamu tadi berbagi mainan dengan
teman, ya? Itu adalah perbuatan yang baik sekali dan pasti membuat
teman merasa senang.”

 Mengajarkan si Kecil untuk Bersyukur

Konsep bersyukur memang sangat rumit, terlebih lagi bagi anak


usia dini. Oleh karena itu, orang tua perlu mengenalkan sikap ini
secara perlahan menggunakan contoh nyata. Contohnya sebelum
makan, Mama dapat mengajak si Kecil bersyukur dengan berdoa atau
mengucapkan terima kasih atas makanan yang tersedia.

Selain itu, kita juga dapat mengajak si Kecil bercerita sebelum


tidur mengenai hal-hal baik yang terjadi hari itu. Mama dapat mulai
dengan mengajukan pertanyaan seperti, “Apa yang membuat Adik
merasa senang hari ini?” Hal itu akan membuat si Kecil menyadari hal
apa saja yang dapat ia syukuri setiap harinya dan belum tentu dapat
dirasakan oleh anak lain.

 Mengajarkan Tanggung Jawab

Agar si Kecil tumbuh menjadi sosok berkarakter terpuji kita


dapat membekalinya dengan sikap tanggung jawab. Di masa depan ia
tidak akan terlalu kesulitan untuk bersikap mandiri, membuat
keputusan berdasarkan pemikiran matang, dan berani menghadapi
risiko dari keputusannya. Orang tua dapat mulai memupuk sikap
tanggung jawab anak dari hal-hal sederhana seperti meminta si Kecil
memasukkan mainan ke dalam kotak setiap kali selesai digunakan
atau meletakkan sepatu di rak setelah jalan-jalan di taman.

 Menjalin Komunikasi yang Baik

kualitas komunikasi antara orang tua dan anak sangat


berpengaruh pada self-concept si Kecil. Apabila komunikasi di dalam
rumah terjalin dengan baik si Kecil juga akan memiliki self-concept
yang positif. Ia merasa kehadirannya di tengah keluarga sangat
dihargai dan diterima sehingga ia tumbuh menjadi anak yang percaya
diri.

Untuk memastikan komunikasi orang tua dan si Kecil berjalan


dengan baik, orang tua perlu :

a) Mendengarkan si Kecil berbicara dengan sungguh-sungguh.


b) Tanggapi ucapan si Kecil dengan bahasa yang sederhana.
c) Hindari menggunakan kata-kata yang menghakimi.
d) Menatap mata si Kecil dan menyamakan level tubuh saat
berbicara.
e) Jangan hindari topik pembahasan yang tidak menyenangkan.

 Tunjukkan Kasih Sayang

Menunjukkan kepada anak bahwa kasih sayang orang tua tidak


bersyarat akan membantu membentuk karakter yang baik dalam diri
mereka. Ketika anak merasakan bahwa cinta dari orang tua tidak
tergantung pada prestasi atau kesalahan mereka, mereka akan
merasa diterima dan dicintai apa adanya

Dengan kasih sayang tanpa syarat, anak akan belajar untuk


mengembangkan hubungan yang sehat dan memahami nilai-nilai
kejujuran, kebaikan, dan pengampunan Kasih sayang tanpa syarat
juga mengajarkan anak untuk menghargai diri mereka sendiri dan
orang lain, membantu membentuk kepribadian yang baik dan sikap
yang positif dalam kehidupan mereka.5

C. Pengaruh Lingkungan Terhadap Karakter Anak


Lingkungan sangat berpengaruh bagi perkembangan karakter
anak. Bila anak berada pada lingkungan yang baik maka akan dapat
memberikan pengaruh yang baik pula bagi perkembangan karakter
anak, dan begitu juga sebaliknya lingkungan yang tidak baik juga dapat
memberikan pengaruh yang tidak baik bagi perkembangan karakter
anak.

Dalam bahasa inggris character berarti watak, sifat, peran dan


huruf. Secara istilah karakter dapat diartikan sebagai sifat, tabiat,
5
https://www.nutriclub.co.id/artikel/pola-asuh-anak/3-tahun-atas/peran-orang-tua-dalam-
pembentukan-karakter-anak
akhlak dan kepribadian manusia. Menurut Martin Luther King dalan
Novan Ardi (2012:20) yang dikutip dari buku Membentuk Karakter Baik
pada Diri Anak, mengatakan bahwa “ intelligence plus character that is
the goal of true education”. Karakter berasal dari bahasa yunani
charassein yang berarti mengukir.

Karakter dibaratkan mengukir batu permata atau permukaan


besi yang keras. Donni Koesoema A menyeburkan karakter sama
dengan kepribadian. Sedangkan menurut Mansur Muslich, karakter
berkaitan dengan kekuatan moral, berkotonasi positif, bukan netral.

Lickona (1992) menekankan pentingnya tiga komponen baik


karakter, yaitu:

 Moral Knowing berkaitan erat dengar kesadaran moral,


pengetahuaan nilai moral dan penentuan sudut pandang.
 Moral Feeling berkaitan erat dengan kesadaran jati diri,harga diri,
empatu, mencintai kebenaran dan humility.
 Moral Action merupakan perbaduan antara Moral Knowing
 Moral Feeling yang diwujudkan dalan bentuk kopetensi, keinginan
dan kebiasaan.

Lingkungan tidak hanya diartikan sebagai wilayah, daerah asal


tempat tinggal, namun menurut Encylopedia of Science and
technology (1960) menyatakan bahwa “lingkungan adalah sejumlah
kondisi diluar dan mempengaruhi kehidupan dan perkembangan
organisme-organisme” . Imam Supardi juga menyatakan bahwa “
lingkungan adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh
kondisi yang ada didalam ruangan yang kita tempati”.

Menurut Sertain seperti dikutip oleh Ngalim membedakan dalam


tiga jenis lingkungan yaitu:
a. Lingkungan fisik (physical emvironmental), yaitu segala
sesuatu di sekitar Manusia yang berbentuk benda mati, rumah,
kendaraan, gunung, air, dan Sebagainya.

b. Lingkungan biologis (biological inviromental) yaitu segala


sesuatu yang berada disekitar manusia yang berupa organisme
hidup selain dari Manusianya itu sendiri seperti binatang-binatang
mulai dari besar sampai kecil, tumbuh-tumbuhan dari yang besar
sampai yang terkecil.

c. Lingkungan sosial/ masyarakat (social enverimental), yaitu


semua orang/ manusia lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh
lingkungan social itu ada yang kita terima secara langsung seperti
dalam pergaulan sehari-hari dengan orang lain yang tidak langsung
melalui radio dan televisi, dengan membaca buku, majalah dan
berbagai cara yang lain.

Ngalim Purwanto menyatakan, “lingkungan pendidikan yang


ada dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:

1. Lingkungan Keluarga, yang disebut juga lingkungan


pertama.
2. Lingkungan Sekolah, yang disebut juga lingkungan kedua.
3. Lingkungan Masyarakat, yang disebut juga lingkungan
ketiga.

D. Kurangnya Peran Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak

Pada dasarnya orang tua merupakan lingkungan pertama bagi


anak untuk mendapatkan pendidikan. Pendidikan yang di terima anak
dalam lingkungan keluarga sangat penting bagi masa depan anak itu
sendiri, karena akan menentukan sifat dan karakter anak pada masa
yang akan datang. keterlibatan orang tua pada pendidikan sangat
penting,
hal ini terbukti dari banyaknya dampak positif bagi anak.
Dalam keluargalah anak dipersiapkan untuk membangun
pengetahuan tentang perkembangan sebelum memasuki tingkatan-
tingkatan perkembangannya dunia lainnya seperti dunia orang
dewasa, bahasa, adat istiadat dan kebudayaan. Disamping keluarga,
masyarakatpun menjadi tempat pendidikan yang pertama bagi anak.

Keluarga merupakan pendidikan yang pertama yang


membangun kreatifitas anak itu sendiri, jika sejak kecil anak kurang
mendapat pendidikan dari keluarga, akan timbul berbagai dampak
negatif bagi anak Karena itulah orang tua dituntut untuk memberikan
pendidikan sedini bagi anak, namun demikian masih banyak juga
keluarga yang tidak terlalu memikirkan pendidikan bagi anak-anaknya,
sehingga tidak sedikit orang tua yang melalaikan tanggung jawab
mereka untuk memberikan pendidikan dan pengetahuan sedini
mungkin kepada anak.

Dalam hal ini banyak faktor yang membuat orang tua


melalaikan tanggung jawab mereka untuk memberikan pendidikan
dan pengetahuan pada anak. Faktor-faktor yang menyebabkan
kurangnya peran orangtua dalam memberi pendidikan bagi anak:

 Orangtua terlalu sibuk pada pekerjaannya

salah satu faktor kelalaian tersebut adalah kesibukan orang tua dan
kurang harmonisnya keadaan keluarga. Keadaan ini dapat
mengakibatkan anak terjerumus kedalam hal-hal yang tidak baik, serta
pendidikan anak menjadi terabaikan.

 broken home

Merupakan salah satu faktor yang banyak terjadi dan


mengakibatkan orang tua kurang perhatian terhadap anaknya.
Sehingga pendidikan anak pun ikut terpengaruhi.
 Kondisi ekonomi kurang

Pendidikan bagi anak sangatlah penting, akan tetapi ekonomi yang


kurang mendukung juga menjadi salah satu faktor yang menjadi
penyebab orang tua kurang memberikan pendidikan pada anaknya.

 Kurang kesadaran orang tua terhadap pendidikan

Sampai saat ini, masih banyak orang tua yang kurang perhatian
terhadap pendidikan anaknya. Padahal dukungan terhdapat
pendidikan anak sangatlah penting dan merupakan hal utama yang
harus di perhatikan oleh orang tua.6

E. Dampak Pembentukan Karakter Anak Tanpa Adanya


Perhatian Yang Cukup Dari Orang Tua

Anak tidak hanya membutuhkan asupan makanan bergizi, rumah


yang nyaman, pakaian yang bagus, fasilitas hidup yang memadai
ataupun uang jajan yang cukup. Sejatinya anak membutuhkan
perhatian dan kedekatan emosional dari orang tuanya. Di sisi lain,
sibuknya urusan pekerjaan yang dihadapi orang tua seringkali
menyebabkan hilangnya waktu untuk buah hatinya.

Sehingga anak menjadi kurang perhatian dan kurang kasih


sayang dari orang tuanya. Sejatinya, anak yang kurang perhatian dari
orang tuanya, mampu memberikan dampak buruk bagi tumbuh
kembangnya. Berikut dampak negatif yang dapat dialami anak bila
kurang perhatian dari orang tuanya :

 Emotional bonding anak dan orang tua tidak terjalin dengan baik

6
Posted on June 3, 2022 by Mimin

https://psikologi.uma.ac.id/kurangnya-peran-orang-tua-terhadap-pendidikan-anak/
Perhatian, komunikasi atau sikap yang baik sangat dibutuhkan dalam
mempererat emotional bonding antara anak dengan orang tuanya. Hal
tersebut sangat bermanfaat dalam menunjang perkembangan emosional,
sosial, serta kognitif anak. Jadi, meluangkan waktu untuk anak tidak
hanya sekadar menemani anak bermain atau belajar, namun lebih dari itu.

Bila anak kurang perhatian dari orang tuanya, tidak menutup


kemungkinan hubungan antara anak dan orang tuanya menjadi
renggang. Hubungan yang renggang antara anak dan orang tua dapat
mengakibatkan anak sulit untuk mencari tempat mencurahkan isi
hatinya atau menceritakan kejadian yang dialami sehari-hari. Sehingga
anak cenderung menjadi pendiam bahkan menjadi pemurung.

 Hilangnya rasa percaya diri

Hilangnya rasa percaya diri ini cukup berkaitan dengan dampak


sebelumnya. Anak dapat kehilangan rasa percaya dirinya bila orang
tuanya kurang meluangkan waktu untuk anaknya. Anak akan sulit
untuk bercerita tentang apa yang dialaminya, baik hal baik ataupun hal
buruk. Kemudian anak akan merasa tidak adanya apresiasi dari orang
tua terhadap dirinya akan pencapaian atau prestasi apa yang telah
diraih.

Hal tersebut dapat menyebabkan anak merasa tidak diperhatikan,


tidak diakui, tidak dihargai hingga merasa tidak dicintai. Sehingga anak
akan merasa rendah diri bahkan merasa minder ketika hendak
melakukan sesuatu terutama di depan orang banyak.

 Gangguan mental

Pada tubuh, terdapat hormon serotonin yang berfungsi dalam


memperbaiki suasana hati. Anak yang kurang perhatian dari orang tuanya
tidak menutup kemungkinan memiliki kadar serotonin yang lebih rendah
bila dibandingkan dengan anak yang mendapatkan perhatian yang cukup
dari orang tuanya.
Tak hanya itu, anak dengan hormon serotonin yang rendah cenderung
lebih mudah marah dan tertekan karena meningkatnya hormon kortisol.
Kondisi tersebut dapat mengakibatkan anak memiliki risiko yang lebih
tinggi mengalami gangguan mental, seperti stres, gangguan kecemasan
hingga depresi.

 Kesulitan dalam menjalin hubungan

Bila sedari kecil anak tidak memiliki hubungan erat yang baik dengan
orang tuanya, anak tersebut juga akan kesulitan dalam menjalin hubungan
pertemanan. Hal ini tentunya bisa mempengaruhi kehidupan dan masa
depan anak bila ia telah beranjak dewasa, karena tidak menutup
kemungkinan anak akan kesulitan dalam menjalin hubungan dalam
pekerjaan atau hubungan dengan pasangannya.

 Perkembangan kognitif terganggu

Perhatian yang diberikan orang tua dalam bentuk sentuhan kasih


sayang seperti pelukan, belaian dan kecupan dapat menunjang
perkembangan kognitif anak. Sehingga, anak yang kekurangan stimulasi
tersebut mampu mengakibatkan anak mengalami masalah intelektual,
seperti keterlambatan dalam bicara ataupun masalah dalam akademis.

 Gangguan perilaku

Anak berpotensi memiliki perilaku menyimpang bila kurang


mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Perilaku menyimpang dapat
berupa suka mencuri, membuat onar atau melakukan perilaku bullying.
Anak akan melakukan perilaku negatif tersebut tidak lain dan tidak bukan
adalah untuk mendapatkan perhatian orang tuanya ataupun orang-orang
disekitarnya.

Jangan pernah anggap sepele Karena dampak buruk tersebut dapat


berlanjut hingga dewasa. Oleh karena itu, sebisa mungkin orang tua harus
meluangkan waktu untuk buah hatinya sesibuk apapun aktivitas orang tua,
dengan tujuan agar anak merasa diperhatikan disayang dan tidak
diabaikan.

Rubah dan atur kembali waktu untuk bekerja dan waktu quality
time untuk anak. Tidak ada kata terlambat untuk para orang tua dalam
memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak. 7

7
https://telemed.ihc.id/artikel-detail-597-Dampak-Buruk-Anak-Yang-Kurang-Perhatian-Orang-
Tua.html#:~:text=Dampak%20selanjutnya%20dari%20kurangnya%20perhatian,cukup
%20berkaitan%20dengan%20dampak%20sebelumnya
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Sebagaimana diketahui bersama pembentukan karakter pada usia dini


merupakan tugas orang tua sebagai pendidik pertama dan utama.
Pembentukan karakter meliputi proses pembelajaran yang diberikan oleh
orang tua maupun guru, antara lain: tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang dimiliki oleh seseorang. Pendidikan karakter
di lingkungan keluarga diupayakan agar terjadi proses penguatan dari
orang tua, agar terjadi perilaku berkarakter pada anak.

Dari hasil analisis diperoleh bahwa orang tua benar-benar berperan


dalam pembentukan karakter seperti dalam hal: membimbing, mengasuh,
berkomunikasi dan memenuhi kebutuhan fisik.

B. SARAN

Dari hasil penelitian analisis peran orang tua dalam pembentukan


karakter anak pada usia dini, dikemukakan beberapa saran, sebagai
berikut:

1. Orang tua sebagai pendidik pertama dan utama perlu menyadari


sepenuhnya tentang tanggung jawab dalam pembentukan karakter
anak.
2. Pembentukan karakter memerlukan bimbingan, pemberian contoh,
pemodalan dari orang tua tentang kerakter yang diharapkan.
3. Kerja sama antara orang tua dan guru dalam pembentukan
karakter perlu dibangun, dibina sehingga anak memperoleh
persepsi yang sama tentang karakter yang diajarkan disekolah
dengan karakter yang dibentuk oleh orang tua.

Anda mungkin juga menyukai