Anda di halaman 1dari 218
TEKNIK TEROWONGAN TUGAS TA - 732 DOSEN : DR. Ir. MADE ASTAWA RAI ain — Oleh : S. KOESNARYO - 82 618903 SETIYAWAN - 82 618902 BIDANG KHUSUS GEOMEKANIKA PROGRAM STUDI REKAYASA PERTAMBANGAN FAKULTAS PASCA SARJANA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1991 GANTAR KATA PI fe] & Makalah Teknik Terowongan ini disusun - berdasarkan serangkaian kajian kepustakaan dan ditambah ‘dengan sedikit pengalaman dari para penyusun. Tujuan dari penulisan ialah untuk memberikan gambaran yang utuh mangenai prinsip-prinsip dalam teknik terowongan, mulai dari teknik penyelidik geologi teknik dan mekanika batuan sampai pada perancangan terowongan. Termasuk di dalamnya ialah perancangan struktur terowongan (penggalian, penyanggaan, pemantauan). Adapun tujuan formal dari penulisan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Teknik Terowongan (TA~732) yang diberikan oleh Dr. Ir. Made Astawa Rai, pada Bidang Khusus Geomekanika Program Studi Rekayasa Pertambangan Fakultas Pasca Sarjana ITB. Bandung, Juni 1991 Para penyusun, SETIYAWAN S. KOESNARYO 82.818302 2.618903, ii Halaman Kata Pengantar ... edt Daftar Gambar Daftar Tabel ...... Bab I. PENDAHULUAN .. 1, Jenis-jenis Terowongan ... 2, Pemilihan Lintasan Terowongan 3, Ketebalan Minimum Overburden 14) Kemiringan Longitudinal Terowngan 5. 6 Penampang Melintang Terowongan .... : ukuran Penampang Minimum Untuk Konstruksi .... II. TEKNIK PENYELIDIKAN UNTUK PEMBUATAN TEROWONGAN 2.1. Klasifikasi Penyelidikan ..... 2.2, Pekerjaan Pengukuran 2.3. Penyelidikan Geologi Teknik dan Mekanika Batuan 15 2.3.1. Pemetaan Geologi .. . 15 21312. Penyelidikan Geofisika. : 21 2.3.3. Uji Pemboran dan Grouting ....- 27 2.3.4. Paritan dan Terowong Uji .... 30 2.3.5. Uji Mekanika Batuan Insitu 34 2.3.6. Uji Laboratorium .......... 6a III. RANCANGAN TEROWONGAN .........4 738 3.1, Metoda Rancangan 5 78 3.1.1. Filosofi Rancangan 78 3.1.2. Perbedaan Terowongan Terowongan Sips? : 79 3.1.3. Metoda dan Prosedur Rancangan .. 81 3.2. Metoda Analitik ..... 91 3.2.1. Umum .. a1 312.2. Perhitungan Tegangan Awal 32 312.3. Perhitungan Distribusi Tegangan di Sekitar Terowongan . 93 3.2.4. Metoda Elemen Hingga .. 99 3.2.5, Metoda Elemen Batas ... 102 3.3. Metoda Empiris ..... eee 110 3.3.1. Klasifikasi Seban Batu Terzaghi .. 110 iii 3.3.2. 3.3.3. 3.4. Metoda 3.4.4, 3.4.2. 3.4.3. Klasifikasi Geomekanik . Klasifikasi Massa Batuan NGT Observasi .........- Teknik Pemantauan Pergerakan Massa Batuan ..e eee eee New Austrian Tunneling Method Convergence-Confinement Method .. 3.5. Rancangan Struktur Terowongan . 3.5.1. 3.5.2. 3.5.3 DAFTAR BACAAN Metoda Penggalian Terowongan Penyanggaan Terowongan Sistem Ventilasi Untuk Terowongan iv 115 123 136 136 142 145 147 147 168 201 209 Gambar 2.15. 2.16. emite 2.18. 2.19. 2.20. 2.21, Halaman Pressure Tunnel dan Non Pressure Tunnel .....+++ 3 Tipe-tipe Penampang Terowongan .......- 7 Ukuran Penampang Minimum Terowongan . 8 Contoh Peta Struktur Geologi 20 Macam-macam Perambatan Gelombang Seismik 22 Hubungan Jarak Terhadap Waktu Perambatan .. 24 Uji Seismik Cross Hole .......e.eeeeee ee eee 28 Contoh Kurva Waktu - Jarak : 26 Perencanaan Lokasi Titik-titik Bor : 28 Contoh Log Paritan .. : 31 Pengujian Air Bertekanan daiam Terowongan - 36 Sketsa Uji Rossete Deformasi .......... 38 Peralatan Flat-Jack dan tata jetak pengujian 39 Hubungan Tegangan - Regangan ( siklik ) --..:--.:. 40 Instalasi Pemboran Overcor ing dan Konf igurasi Strain Gauges. ose eseeeee even ees 43 Instalasi Uji Plate Loading |. 48 Hubungan Deformasi Terhadap waktu dan Terhadap” Beban .. eee 49 Instalasi Uji Radial Jack’ ee 52 Hubungan Beban Maksimum dengan Perpindahan 53 Persiapan Percontoh Uji Kuat Tekan .....-.- 54 Peralatan Uji Triaksial .. eee 56 Selubung Kekuatan Geser Mohr-Goulomb .. 58 Salah Satu Konfigurasi Instalasi Stasiun Konvergensi ..... eee 60 Hubungan Antara Perpin han Terhadap Waktu dan Jarak ... ie 62 Contoh Ekstensometer Tipe Pipa Luncur 63 Diagram Hubungan Antara Perpindahan terhadap Waktu Pengamatan .... 87 Penentuan Nilai Kohesi dan Sudut Geser Dalam Pada Uji Kuat Geser Langsung . eis Selubung Kekuatan Geser Mohr Coulomb .. ore 6) Diagram Alir Rancangan Penggalian Bawah Tanah 80 Diagram rancangan untuk Pertambangan dan Terowongan 84 Tahapan Perencanaan Pembuatan terowongan ...... 85 Diagram Tahapan Pengumpulan Data Awal . 86 Diagram Tahapan Studi Kelayakan ....... 87 Diagram Karakterisasi Terinct cee : 88 Diagram Tahap Analisis Kestabilan .... : 89 Diagram Tahap Rancangan Akhir dan Konstruksi Distribusi Tegangan di Sekitar Terowongan - Gaya Tarik Pada Batas Penggalian Pemodelan Terowongan .. a Kondisi Batas Perpindahan Diagram Sederhana Beban Batu di Atas Terowongan Kemungkinan Runtuhan pada Batuan Berlapis ... v 3.18. Grafik Penentuan Stand-Up Time dan Roof Span ..... 118 3.16. Variasi Beban Batu Sebagai Fungsi Lebar Atap Pada Klas Batuan Yang Berbeda ...........+ 119 3.17. Hubungan Antara Indeks @ dengan Dimensi Wkuivaien 132 3.18. Hubungan antara Harga Q Dengan Tekanan Penyangga 132 3.19. Prinsip Penyanggaan dan Perkuatan Batuan .. 139 3.20. Pengaruh Kekuatan Penyangga dan Waktu Pemasangan Terhadap Unjuk Kerja Penyangga ...-----+++++eeee++ 140 3.21. Heading and Bench Method eee : 149 3.22. Cara-cara Penggalian Terowongan .......- . 150 3.23. Pilot Tunnel Method dan Vertical Shaft Method - 152 3.24. Tipe dan Susunan Cut Holes .....sseeeeeeeee rere 155 3.25. Penerapan Burn cut pada Cara Full Face ....--.--.. 155 3.26. Penerapan Pola Wedge Cut pada Cara Full Face 156 3.27. Penerapan Pola Fan Cut dan Drag Cut .........+. 187 3.28. Metoda Top Heading dan Bottom Heading sess 158 3129. Grafik Hubungan Konsumsi Bahan Peledak Dengan” Luas Penampang Terowongan ....+-.++++ pete 09) 3.30. Tunnel Boring Machine ... 5 reves 162 3.31. Tipe-tipe Cutterhead tee eee 164 3.32. Tahap-tahap kerja Tunnel Boring Machine 166 3.33. Notasi Tegangan di Sekitar Terowongan : 170 3.34, Notasi Perpindahan di Sekitar Terowongan ...... 173 3.35. Rangkaian Blok Baja .esseeeeeceeee eee e ree eeeeee 173 3.36. Rangkaian Baja Blok . fee 176 3.86. Kurva Beban Pemanjangan Rockbolt’ Berdasarkan Pullmout Test ....seeeeeeegeee 5 178 3.37. Telescopic “Concrete Form “......- 189 3138. Susunan Peralatan Untuk Pembuatan Beton Semprot Dengan Cara Kering ....sseeeeeeeee Bo 194 3.40. Pola Lubang Bor Pada Grouting Konsol idasi 195 3.41. Grouting Konsolidasi di Dalam Terowongan 196 3.42. Joint and Backfill Grouting di Dalam Terowongan .. 197 3.43. Sketsa Sistem Ventilasi Alami ... sees 204 3.44. Sistem Ventilasi Longitudinal .. fiseeeees 206 3.45. Sistem Ventilasi Semi-Tansversal dan Transversal PENUA .eeeeeeeceeeeee peer etre rm 207 vi BOLO Abo ow owe Bara LeeN 3 wake Halaman kKetebalan Minimum Overburden .... Penyeligikan Geologi Teknik dan Mekanika Batuan Yang direkomendasi .....+..6+ Contoh Log Pemboran Contoh Data Lapangan Uji Konvergensi Contoh Data Pengamatan Ekstensometer dan Perhitungan Perpindahannya .. Tegangan Exstrem Pada Suatu Terowonaan Berbentuk Elips . Tegangan Pada Dinding Terowongan Untuk Kondisi Ideal ..... 5 Klasifikasi Beban Batu Terzaghi 1.1.2.1... Modifikasi Klasifikasi Terzaghi oleh Deere . Klasifikasi Geomekanik Massa Batuan .. Effek Orientasi Jurus Dan Kemiringan Bidang Diskontinuitas Terhadap Rancangan Terowongan . Pedoman Cara Penggalian dan Jenis Penyangga .. Lembar Data Masukan .. pen Pembobotan pada Klasifikasi Q-System . Klasifikasi Formasi Batuan Berdasarkan karakteristik Penggalian Untuk Terowongan Tipe-tipe Tunne? Boring Machine Harga Tipikal Besaran Q dari Pullout Strength Berbagai Jenis Jangkar Batu Campuran Semen-Air Dalam Grouting Konsolidasi Campuran Semen-Air Dalam Joint Grouting .. Kebutuhan Oksigen Untuk Pernapasan Orang . Batas Kontaminan di Dalam Terowongan ..... vii 4 1 29 61 66 97 98 113, 14 W7 117 118 120 125 163 167 179 195 199 201 203 BAB I PENDAHULUAN Teknik terowongan (tunnel engineering) adalah disiplin ilmu yang membahas segi-segi teknik pembangunan suatu terowongan bawah tanah, mulai dari teknik dan prosedur penyelidikan untuk pembuatan terowongan, metoda~ metoda Perancangan terowongan, metoda-metoda penggalian terowongan , sampai pada perancangan struktur terowongan. Terowongan yang dimaksudkan di sini ialah dalam pengertian terowongan sebagai suatu struktur bawah tanah. Oleh karena itu pembangunannya harus dilaksanakan dengan metoda khusus agar tidak mengganggu kemantapan topografi. JENIS-JENIS TEROWONGAN Terowongan dibangun dengan berbagai maksud dan tujuaa,. tetapi terutama adalah untuk menjamin kelangsungan suatu sistem transfer baik berupa orang maupun benda dari satu tempat ke tempat lain. Terowongan dimaksudkan untuk menerobos rintangan alam (sungai, laut, gunung) ataupun rintangan akibat aktivitas manusia (pemukiman, kota, industri). Sehingga ditinjau dari segi penggunaannya, térowongan dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu : 1) terowongan lalu lintas (kereta api, jalan raya, pejalan kaki, navigasi, tambang bawah tanah ) 2) terowongan angkutan (PLTA, irigasi, limbah, pabrik). Setiap jenis terowongan tersebut mempunyai persyaratan teknis tertentu yang tidak akan dibahas di sini. Tetapi jika ditinjau secara mekanika, terowongan dapat dibedakan menjadi dua jenis pula yaitu : 1) terowongan tekan (pressure tunne!), yaitu terowongan angkutan (di PLTA) yang seluruh penampangnya terisi air yang bergerak langsung dari reservoir ke turbin, misal : headrace tunnel, surge-tank, penstock. 2) terowongan biasa (non-pressure tunnel), yaitu semua terowongan di luar terowongan tekan, misainya terowongan saluran air secara gravitasi, terowongan kereta api, terowongan tambang, dsb. Hal yang perlu diperhatikan pada perancangan terowongan tekan ialah kemantapan pada saat kosong maupun pada saat terisi air. Jadi perbedaan antara keduanya adalah dalam hal beban yang diterima dan bentuk penampangnya. Terowongan tekan menderita tekanan air dari dalam dan tekanan Juar akibat massa batuan dan air tanah. Untuk menahan resultan tegangan tarik, bentuk penampang yang paling menguntungkan dan ekonomis ialah bentuk bulat, dengan perkuatan beton. Terowongan tekan sebaiknya tidak dibangun pada daerah sesar atau retakan.Sedangkan terowongan biasa umumnya berbentuk tapal kuda, untuk mempermudah saat penggalian. PEMILIHAN LINTASAN TEROWONGAN Lintasan terowongan yang akan dibangun, harus dipilih berdasarkan pertimbangan teknis, ekonomis, dan kondisi sosial. Terowongan harus dibangun untuk memperoleh derajat keamanan yang tinggi dan ekonomis, tidak bertabrakan dengan fasilitas lain ataupun daerah padat penduduk. Pedoman Pemilihan lintasan adalah sbb Pressure Tunnel Non Pressure Tunne7 Gambar 1.1. Pressure tunnel dan non-pressure tunnel 1) Lintasan di daerah yang cocok topografi dan “kondisi geologinya, sehingga pembangunannya berlangsung aman dan struktur setelah selesai juga mantap 2) Jika ongkos pembangunan terowongan per unit panjang jauh lebih mahal daripada saluran terbuka, maka harus dipilih Vintasan terpendek dengan melihat faktor-faktor topografi dan kondisi geologis 3) Lintasan dipilih —berdasarkan pertimbangan hasi? investigasi : topografi (misal ketebalan overburden), geologis, adanya fasilitas lain dan kemungkinan kompensasi jika terjadi amblegan (subsidence), synthetical study dari beberapa lintasan alternatif . 4) Lintasan harus dipilih berdasarkan ketebalan minimum overburden, untuk menghindari efek beban mati (dead load) 5) Jika terowongan dibangun dekat jalan raya atau fasilitas umum Jain, maka lokasi terowongan harus berjarak kira-kira § - 10 kali diameter penampang terowongan (prinsip area of influence). 1.3. KETEBALAN MINIMUM OVERBURDEN Tebal minimum overburden diukur dari permukaan tanah sampai puncak atap (crown) terowongan. Jika ketebalan minimum overburden ini tdak-dipenuhi, maka terowongan akan mendapat beban mati dari lapisan di atasnya. Kondisi ini sangat tidak Tabel 1.1. Ketebalan minimum overburden (De = diameter terowongan) Type Penyangga Rock Tunneé Earth Tunnel A 10 De = 30 m - B 3Dee 6m 5 De = 10m c 2 De > 4m 3De2 6m D 1 Dez 2m 1,5 De= 3m Keterangan : A Seksi yang disemprot dengan mortar atau concrete, penggalian secara hati-hati, tanpa penyangga. 8 = Plain concrete lining section (tanpa atau sedikit penyangga baja, spasi = 1 m) ¢ = Plain concrete lining (heavy steel support, spasi < 1m ) D = Reinforced concrete lining (heavy steel support) menguntungkan karena batuan di atas terowongan tidak dapat menyangga dirinya sendiri. Nilai baku ketebalan minimum overburden berdasarkan Jenis penyangga yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.1. 1.4. KEMIRINGAN LONGITUDINAL TEROWONGAN Kemiringan longitudinal dari suatu terowongan ditentukan berdasarkan prinsip hidrolika (hydraulic energy gradient). Ini terutama pada terowongan air (PLTA, irigasi), maupun untuk penirisan (drainage). Kemiringan yang besar diperlukan untuk mengurangi luas terowongan, karena biaya konstruksi per unit panjang adalah mahal dibanding dengan saluran terbuka. Kemiringan terowongan umumnya ialah 1/800 - 1/5000 atau 0,2% - 0,02%. Biasanya dipakai 0,1%. PENAMPANG MELINTANG TEROWONGAN Ukuran penampang me?intang suatu terowongan harus ditentukan berdasarkan pertimbangan ekonomis, —_ kondisi konstruksi, dan prinsip hidrolika (untuk terowongan air). Dalam hal bentuk penampang, selalu disarankan bentuk bulat (ingat : distribusi tegangan). Karakteristik penampang terowongan dapat ditinjau dari : 1). Aspek hidrolika : Pada penampang yang konstan, penampang bulat dengan panjang perimeter minimum adalah yang paling baik, sebab penampang yang tidak bulat akan memperkecil discharge ratio. 2) Aspek batuan dasar, struktur dan mekanika : Jika batu dasar adalah keras dan tidak perlu penyangga maka dari segi teori elatisitas yang terbaik adalah bentuk bulat 3) Tipe Vining dalam struktur dan mekanika : (a) Jika tekanan hidrostatik besar atau tekanan batuan (earth Pressure) yang dicirikan oleh tekanan hidrostatik seperti swelling earth pressure yang bekerja pada penampang terowongan, maka tipe penampang bulat atau tapal kuda adalah yang terbaik. (b) Penampang bulat dapat’ menahan tegangan seragam meskipun arah dan besar tekanan yang bekerja berbeda. Jika tegangan vertikal dan horisontal terdistribusi tidak merata, penampang bulat dapat menahannya dan membagi merata ke permukaan dinding. (c) Tekanan luar yang diberikan pada penampang bulat bekerja hampir menyerupai gaya aksial. Oleh karena itu momen lengkung (bending moment) tak terjadi. Untuk terowongan dengan diameter dalam lebih dari 3,5 m dinding-dindingnya tidak boleh vertikal tetapi harus miring ke arah invert. Pada terowongan dengan penampang sangat kecil (inside diameter < 2,0 m), dinding-dinding samping dari invert harus dibuat garis lurus. Invert dan dinding bertemu tegak Jurus untuk memudahkan pengangkutan galian dan pemasangan concrete. Petunjuk untuk menentukan bentuk penampang terowongan dapat diringkaskan sbb =: 1) Pressure tunnel : Penampang dalamnya secara prinsip harus berbentuk bulat. Bentuk tapal kuda standard dapat dipilih jika penggalian bentuk bulat mengalami kesulitan dan jika ar-r-r iat Jart-Sarl eldews?? tings Tipe bulat (27 - r- 1) Standard horse shoes (2r) : 2r - 2r - 2r Tapal kuda 4r Tapai kuda 3r (2r - 3r - 3r) Gambar 1.2. Tipe-tipe penampang terowongan internal water pressure head < 10 meter. 2) Jika Tining dibuat dengan Tunne? boring machine (TBM), atau shield work method, atau monolithic stell form bentuk Penampang harus bulat . 3) Non-pressure tunnel: dengan diameter >» 2 m, bentuk Penampangnya ialah tapal kuda standard. 4) Jika tebal overburden as1i cukup tebal dan lapisan batuan keras dan tidak terjadi fajJure, disaraknan bentuk tipe tapal kuda 4r. Beauicing iS un TEROWONGAN “JALAN RAYA p T m4 - rm Pes | Toad eee Leys (2) gi re TEROWONGAN KERETA API Gambar 1.3. Ukuran Penampang Minimum Terowongan UKURAN PENAMPANG MINIMUM UNTUK KONSTRUKSI Luas penampang standard untuk terowongan jalan raya antara lain ditetapkan oleh American Association of State Highway Officials (ASSHO). Sedangkan untuk terowongan kereta api direkomendasikan oleh American Railway Engineering Association (AREA) (lihat Gambar 1.3). Berdasarkan pedoman di atas, maka luas penampang minimum untuk konstruksi akan sangat tergantung pada : - tipe dan jumlah peralatan yang bekerja (mesin bor, » mesin pembetonan ). alat muat dan angkut, mesin gal ~ tipe struktur konstruksi (penyangga baja, tebal beton, dsb), yang diperhitungkan berdasarkan kondisi batuan . BAB II TEKNIK PENYELIDIKAN UNTUK PEMBUATAN TEROWONGAN 2.1. KLASIFIKASI_PENYELIDIKAN Penggalian terowongan (bukaan bawah tanah) merupakan suatu pekerjaan yang komplek, dimana beberapa ahli dari berbagai disiplin ilmu terlibat di datamnya. Suatu pekerjaan terowongan selalu didahului oleh penyetidikan-penyelidikan dengan maksud untuk melakukan efisiensi pada saat konstruksi nantinya bdik secara teknis maupun ekonomis. Dalam paper ini akan dibahas mengenai jenis Jenis penyelidikan geologi teknik dan tahapan penyelidikan yang lazim dilakukan dalam perencanaan terowongan. Secara umum penyelidikan geologi teknik untuk pembuatan terowongan dapat dibedakan menjadi 3 tahap seperti berikut : ~ Tahap penyelidikan awal : yang termasuk dalam tahap penyelidikan awal ini adalah penyelidikan pendahuluan (reconaisance study) sampai_ studi ke Tayakan (feasibility study). - Tahap penyelidikan rinci : sering disebut sebagai tahap perancanaan teknis (engineering design) tetapi lebih dikenal sebagai tahap perancanaan rinci (detail design). - Tahap penyelidikan pada saat konstruksi ataupun pada saat terowongan telah beroperasi sering disebut sebagai tahap konstruksi (construction stage) dan 10 tahap “Operasi dan Pemetiharaan” (Operation and Maintenance stage). : Jenis-jenis pekerjaan penyelidikan geologi teknik dan mekanika batuan yang direkomendasi untuk tiap-tiap tahapan, secara garis besar disajikan pada tabel 2.1. 2.2. Pekerjaan Pengukuran Pekerjaan pengukuran biasanya dilakukan dengan pemetaan topografi, foto udara dan apabila diperlukan sering juga dilakukan dengan survey hidrografi ( echo sounding ). Keterangan secara singkat pekerjaan pengukuran untuk masing-masing tahapan seperti berikut : Tabel 2.1 : Penyelidikan Geologi Teknik dan Mekanika Batuan Yang direkomendasi untuk pembuatan terowongan. Tahap Pemerian aval | __Rinci konstruksi I.Pengukuran : | 1! Pemetaan Topograti] op - e P 2. Foto Udara a 7 3. Penginderaan jauh ° - - II.Geologi Teknik dan Mekanika Batuan | 2.1, Pemetaan Geologi|, a. Interpretasi Feta Pp od _ Topografi b. Interpretasi Foto P - - Udara c¢. Interpretasi Peng- Pp 7 7 jinderaan Jauh d, Pemetaan Geologi > = - e. Pemetaan Geologi P P . Teknik f. Pemetaan Struktur - | Pp p W (lanjutan) Tahap Pemerian Awal Rinci Konstruksi 2.2. Penyelidikan Geofisika a. Refraksi b b. Transmisi ~ 2.3. Uji Pemboran D Grouting ~ vu vl ° 2.4. Paritan Uji terowong uji ~ ° vt or 2.5. Uji Mekanika Batuan insitu a. Uji Kelulusan air Pp b. Penentuan Tegang~ B an insitu Uji Deformasi - massa batuan d. Kekuatan batuan - dengan uniaksial @. penentuan kuat ge - ser massa batuan ¥. pengamatan perge- - rakan massa bat. vv ° ° ' vv DU ' 2.6. Uji Laboratorium Sifat fisik a. bobot isi dan Pp Pp ° berat jenis b. porositas dan Pp e ° absorbsi Sifat Mekar kuat tekan uni - aksial d. triaksial 2 e. kuat geser PB e. kuat tarik Pp Keterangan : p = perlu. ; © § diperlukan apabila hasil penyelidikan terdahulu meragukan. ° v ° yoo ooo 2.2.1. Pengukuran pada tahap penyelidikan awal. Pada tahap penyelidikan awal, pengukuran ditujukan untuk Pembuatan peta situasi, yang mana peta situasi ini sangat 12 berguna untuk menentukan alternatif jalur terowongan ( tunnel alignment). Pembuatan peta situasi biasanya dilakukan dengan Pemasangan titik-titik triangulasi dan patok pengukuran dalam rangka pembuatan poligon luar. Setelah poligon luar terbentuk maka untuk cakupan daerah penyelidikan yang terbatas dan mudah dicapai, dilakukan pemetaan terestrial dalam rangka Pembuatan poligon-poligon yang lebih rinci di dalamnya. Apabila daerah penyelidikan cukup luas dan terpencil maka pemotretan udara akan menjadi pilihan. Survey hidrografi akan dilakukan apabila sebagian dari daerah penyelidikan ternyata tertutup oleh air. Berdasarkan peta situasi ini jalur-jalur alternatif terowongan dan lintasan penyelidiken dapat ditentukan posisi dan koordinatnya, sesuai dengan permintaan pihak perencana. Sebagai hasi pekerjaan pengukuran pada tahap awal ini antara lain seperti berikut ini : - Peta situasi daerah penyelidikan. - Peta situasi dan penampang melintang dari jalur terowongan dan lintasan penyelidikan geofisika. - Daftar koordinat dari patok-patok pengukuran yang telah diikatkan dengan titik triangulasi. 2.2.2. Pengukuran pada tahap penyelidikan rinci. Pada tahap penyelidikan rinci, pekerjaan pengukuran ditujukan pada pembuatan profil lintasan terowongan dengan presisi yang tinggi. Lebar jalur yang dipetakan biasanya 200 13 mater ke kanan dan ke kiridari as ?intasan terowongan. Sebagai hasil akhir dari pengukuran pada tahap penyelidikan rinci antara lain seperti berikut : - Peta situasi lintasan terowongan dengan skala 1 : 500 sampai 1 : 2000. - Penampang tegak dari lintasan terowongan. 2.2.3. Pengukuran pada tahap konstruksi. Pada tahap konstruksi, pekerjaan pengukuran ditujukan terutama untuk mengendalikan arah dan kemiringan penggalian terowongan, disamping menghitung dimensi terowongan. Secara garis besar pekerjaan pengukuran pada tahap konstruksi dapat diterangakan sebagai berikut : - Menentukan arah dan kemiringan terowongan, yaitu menentukan titik tengah dari terowongan dengan cara mengikatkan titik-titik tengah terowongan dengan patok Pengukuran yang telah ditetapkan atau patok-patok pengukuran yang telah diketahui koordinatnya. - Mengukur penurunan dari permukaan tanah (apabila terjadi) sebagai akibat pembuatan terowongan. - Melakukan pengamatan terhadap deformasi dinding terowongan. Pada saat ini pekerjaan ini sudah dapat digantikan dengan poreeancen alat konvergensi ataupun ekstensometer. - Memasang tanda-tanda pada titik tengah terowongan setiap 100 m, 250 m atau 500 m sesuai dengan kontrak. 14 Akurasi_pengukuran - Akurasi untuk pemasangan titik triangulasi sebesar 1: 50.000, artinya untuk memasang titik triangulasi sejauh 500 m dari mulut terowongan atau sebaliknya, toleransi kesalahan yang diijinkan hanya 1 cm. - Akurasi garis tengah 1 : 40.000, artinya apabila melakukan penggalian sepanjang 400 m maka penyimpangan titik tengah adalah 1 cm dari rencana. 2.3. Penyelidikan Geologi Teknik dan Mekanika Batuat 2.3.1, Pemetaan Geologi. Penyelidikan geologi teknik dalam pembuatan terowongan ternyata diperlukan mulai dari penyelidikan awal sampai pada tahap konstruksi seperti terlihat pada tabel 2.1. Pada tabel tersebut tidak tercantum mnyenai studi geologi regional, dimana studi geologi regiona? tersebut akan memberikan gambaran mengenai stratigrafi dan pola tektonik dari suatu provinsi geologi secara umum. Studi geologi regional ini merupakan studi literatur dari hasil studi-studi yang terdahulu. Untuk daerah penyelidikan di Indonesia sumber literatur mengenai kondisi geologi suatu daerah dapatdiperoleh di Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (PPPG) di Bandung. Pembahasan pemetaan geologi pada bab ini akan dititik beratkan pada pemetaan geologi dan pemetaan geologi teknik yangsering dilakukan untuk pembuatan terowongan. a. Interpretasi Peta Topografi. 15 Interpretasi peta topografi ini dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan pemetaan geologi di iapangan, dan dilakukan pada tahap awal dari penyelidikan pembuatan terowongan. Interpretasi topografi didasarkan pola dan penyebaran garis-garis kontur, sehingga dapat membedakan antara Jembah dan perbukitan, punggungan serta jenis litologi dan struktur geologi yang ada di daerah penelitian. Peta —_—_ topografi standar yang dapat digunakan untuk jinterpretasi adalah peta topografi yang berskala 1 25.000 yang dikeluarkan oleh Jawatan Topografi ( Jantop}. Interpretasi Foto Udara. Interpretasi foto udara dilakukan dengan maksud untuk membuat peta geologi dari atas meja, sehingga sangat meringankan pekerjaan pemetaan geologi di lapangan. Prinsip dasar interpretasi foto udara adalah membedakan suatu daerah berdasarkan = - rona permukaan ( cerah ~ gelap ). Rona cerah menunjukkan batuan dengan vegetasi jarang yang berarti litologi dj daerah tersebut tidak dapat menyimpan air dengan baik (lulus air), seperti batupasir, granit dan sebaliknya warna gelap manunjukkan batuan yang yang kedap air sehingga tanah penutup di atasnya banyak mengandung air dan tentunya vegetasi akan lebat. Sebagai contoh adalah 16 andesit, tuf halus, basalt dil. = tekstur permukaan ( halus - kasar ). Menunjukkan ketahanan batuan terhadap erosi yang dicerminkan dalam bentuk topografi yang kasar atau halus. Jekstur foto udara yang halus menunjukkan bahwa itologi di daerah tersebut tidak tahan terhadap erosi seperti batulempung, tuf. Sedangkan tekstur foto udara yang kasar menunjukkan batuan tersebut resisten, seperti batu pasir, breksi d11. - pelurusan-pelurusan. Pelurusan-pelurusan pada foto udara mencerminkan adanya pengaruh struktur geologi seperti sesar, kekar dll. Interpretasi Penginderaan Jauh. Interpretasi ini didasarkan pada citra satelit seperti SLAR ( Side Looking Air Radar ), Landsat, SPOT ( Satellite Pour 1’Observation de la Terre) dll. Pada SLAR atau Landsat metoda interpretasi hampir menyerupai foto udara, sedangkan interpretasi SPOT dapat dilakukan melalui komputer, karena citra SPOT tersebut dapat dikemas dalam bentuk disket. Untuk melakukan interpretasi dengan SPOT dapat digunakan beberapa perangkat Iunak seperti PC Paint,Paint Brush dimana dasar interpretasi masih tetap didasarkan pada rona dan tekstur, hanya saja dengan menggunakan perangkat lunak tersebut kita dapat membedakan rona lebih tajam dan bervariasi, sehingga dapat digunakan untuk membedakan jenis - litologi dan_—batas. r 17 Penyebaranya yang lebih tepat. Hal yang terakhir ini tidak mungkin dilakukan baik dengan foto udara maupun Landsat. Pemetaan Geologi. Seperti terlihat pada tabel 2.1 pemetaan geologi hanya diperlukan pada tahap awal saja, hal ini dimaksudkan bahwa peta geologi yang dihasilkan merupakan produk terakhir yang sudah pasti, dalam arti tidak berubah untuk skala waktu puluhan tahun terkecuali terjadi erupsi gunung api, tektonik ataupun diubah oleh kegiatan manusia, Pemetaan geologi ini ditujukan untuk memperlihatkan beberapa hal seperti berikut ini : - Morfologi dan Pola Aliran. - Jenis Litologi dan penyebaranya (Formasi batuan). - Susunan Stratigrafi. - Struktur geologi. - Sejarah tektonik. Untuk kepertuan teknis, pemetaan geologi dilakukan dengan skala 1 : 10.000 atau lebih besar. Pemetaan Geologi Teknik. Pemetaan geologi teknik biasanya dilakukan pada alternatif alignment terowongan, = yang cara pemetaannya agak berbeda dengan pemetaan geologi. Pemetaan geologi teknik didasarkan pada pemetaan singkapan ( outcrop mapping ), sehingga pada peta geologi teknik didapatkan penyebaran endapan talus, 18 tanah penutup, tingkat pelapukan dan juga Gaerah-daerah longsoran. Pada tahap awal pemetaan geologi dilakukan dengan skala 1 : 5000 untuk semua alternatif alignment terowongan, sedangkan pada tahap rinci pemetaan geologi teknik dilakukan dengan skala 1 : 2000 sampai 1: 1000 untuk alternatif aiignment terowongan yang terpilih. Pemetaan Struktur Geologi. Pemetaan struktur geologi terutama dilakukan pada terowong uji atau pada saat konstruksi terowongan. Pemetaan struktur geologi ini dimaksudkan untuk mengkwantifikasikan data geologi ke dalam klasifikasi massa batuan sehingga dapat dipergunakan sebagai data Penunjang perencanaan terowongan ataupun metoda penggaliannya. Beberapa parameter yang harus diperhatikan dalam Remetaan geologi teknik antara lain : = orientasi bidang diskontinuitas. - spasi bidang diskontinuitas. - persistensi bidang diskontinuitas. - kekasaran dinding bidang diskontinuitas. - kekuatan dinding bidang diskontinuitas. - lebar bukaan antar dinding bidang diskontinuitas. - material pengisi bidang diskontinuitas. - jumlah set bidang diskontinuitas. > ukuran blok. 19 Gambar 2.1. Contoh Peta Struktur Geologi Sebagai contoh hasil pemetaan struktur geologi terlihat pada Gambar 2.1. Pada tahap konstruksi pemetaan struktur ini harus secara kontinyu dilakukan mengikuti — kemajuan penggalian dengan maksud untuk segera memberikan ‘informasi mengenai kestabilan Tubang bukaan. 2.3.2. Penyelidikan Geof isika. Penyelidikan geofisika yang sering dilakukan dalam Perencanaan suatu terowongan adalah penyelidikan seismik refraksi, dimana penyelidikan ini dimaksudkan untuk melengkapi informasi geologi yang didapatkan dari pemetaan geotogi permukaan dan pemboran inti. Seperti terlihat pada tabel 2.1 penyelidikan geofisika dilakukan pada tahap awal dan tahap penyelidikan rinci. Pada tahap awal penyelidikan seismik — refraksi dimaksudkan untuk menentukan : - penyebaran dan ketebalan perlapisan batuan. - ketebalan zona pelapukan. - lokasi dari struktur sesar, lipatan dll, yang tidak tampak dari permukaan. Disamping tujuan tersebut di atas penyelidikan seismik refraksi sangat dianjurkan karena akan mengurangi jumlah titik bor yang dipertukan sepanjang terowongan. Dari penyelidikan seismik refraksi tersebut, jelas belum didapatkan hubungan antara kecepatan rambat gelombang seismik dengan sifat-sifat mekanik batuan yang dilewatinya. Oleh ai karena itu biasanya pada tahap penyelidikan inci, penyelidikan seismik juga dilakukan untuk mendapatkan harga~ harga parameter mekanik. Metcda seismik ini disebut sebagai Seismik Transmisi, atau dikenal juga dengan S - wave Seismik. Penjelasan secara singkat dari seismik refraksi P wave dan seismik refraksi S wave seperti berikut : a. Seismik refraksi “P-wave” (Refraction Seismic Prospecting) Secara umum penyelidikan seismik refraksi memerlukan 3 unsur peralatan pokok yaitu : - pembangkit energi gelombang seismik yang dapat berupa Pukulan ataupun bahan peledak. - alat penangkap gelombang atau sering disebut sebagai geophone. ~ alat pencatat waktu rambat gelombang yang dilengkapi dengan unit penguat (amplifier) sering disebut sebagai receiver, Saat ini receiver tersebut telah dilengkapi dengan suatu unit prosesing yang dapat mengakses langsung ke dalam komputer. Keterangan : a.gel. P langsung b.gel. S langsung c.gel. R langsung d.gel. R terbiaskan e.gel. S terbiaskan f.gel. P terbiaskan g.gel. P terpantulkan Gambar 2.2. : Macam-macam perambatan Gelombang Seismik. 22 Sumber gelombang seismik di A akan memancarkan gelombang gelombang longitudinal ( Compresiona? P wave ), transversal ( Shear $ wave ) dan gelombang permukaan Rayleight ( R wave ) Gelombang-gelombang ini akan dirambatkan ke segala arah dan kemudian ditangkap oleh geophone. Gelombang kompresi merupakan gelombang pertama yang akan diterima oleh geophone kemudian disusu) oleh gelombang permukaan dan gelombang refleksi. Dalam seismik refraksi, geophone dirancang sedemikian rupa, sehinga hanya dapat menangkap gelombang kompresi P saja oleh karena itu metoda seismik refraksi juga disebut sebagai “first arrival seismic”. Apabila waktu yang diperlukan untuk perambatan gelombang kompresi P dari sumber gelombang sampai tiap-tiap geophone yang dipasang (biasanya 12 atau 24 geophone) dicatat, maka hubungan antara jarak geophone ke sumber dan waktu perambatannya dapat dibuat grafik T - X . Dengan menggunakan grafik T - X dapat ditentukan kecepatan gelombang seismik yang melalui media batuan tertentu, dan untuk menghitung ketebalan media tersebut digunakan salah satu cara yaitu intercept time yang rumusannya seperti di bawah ini : = Tebal lapisan ke i. T, = Waktu rambat gelombang seismik yang melalui 23 perlapisan batuan ke 1. (media t ) V, = Cepat rambat gelombang seismik pada media + x aT i V, , 1 = Cepat rambat gelombang seismik pada media di bawah lapisan i. 0.030 serak kritis (ori) c SEISMIC RECORD P| 4 *3 Nee rf 2 rf ee ul Nea I 123 t Te Gambar 2.3. : Hubungan Jarak terhadap waktu perambatan. Dengan mengetahui cepat rambat (V¥,) dan ketebalan Japisan (Z,), maka kondisi geologi bawah permukaan dari alignment terowongan dapat diketahui dengan lebih akurat. b. Seismik Transmisi. Dengan menggunakan metoda seismik refraksi P wave, kita hanya dimungkinkan untuk membedakan -jenis-jenis perlapisan 24 batuan dan ketebalannya, sedangkan parameter-parameter meka - nik yang diperlukan untuk menunjang perencanaan terowongan belum didapat. Oleh karena itu pada tahap penyelidikan rinci penyelidikan sefsmik juga dimaksudkan untuk memperoleh parameter mekanik, seperti nisbah poisson, modulus young, modulus geser ‘dan lain-Tainnya. Untuk memenuhi keperluan tersebut maka dilakukan metoda seismik transmisi. Pada seismik transmisi ini, geophone dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menangkap gelombang seismik kompresi P dan geser $ sekaTigus. Sampai saat ini di negeri kita sudah dua kali dilakukan penyelidikan seismik transmisi antara tain di Proyek PLTA Maung dan PLTA Singkarak. Di ke dua tempat tersebut penyelidikan dilakukan dengan metoda “cross holes seismic” yaitu sumber ge?ombang dan geophone diletakkan pada lubang bor yang berlainan, seperti terlihat pada Gambar 2.4. = — 5 ecenens Gambar 2.4. : Uji Seismik “Cross Hole”. 26 Travel distace Gm) i ae ae (22ew) awry penne oot Gambar 2.5. : Contoh kurva Waktu ~ Jarak. Seperti pada metoda seismik refraksi prospekting, setelah sumber gelombang diberikan, maka waktu rambat gelombang P dan § akan dicatat secara otomatis oleh alat pencatat waktu ( timing device dan time break ). Apabila jarak antara sumber gelombang dan geophone diketahui, maka dapat dibuat kurva hubungan antara jarak dan waktu rambat seperti pada Gambar 2.4.,dan kecepatan rambat. gelombang P dan Ss dapat dihitung Xx x Vee ; vis bane s TS Berdasarkan nilai V, dan V,, maka beberapa parameter mekanik massa batuan dapat dihitung. 26 Poisson's ratio dynamic ( »,) (vp/vs)?- 2 2E(vp/Vs)*- 1] Modulus of rigidity (G4) Gy =e Vs* dimana p = bobot isi Bulk Modulus ( Kq) apaeaeees Ky = ( vp z vs) Young Modulus ( Ey ). Ey =p ve—3(vplvs)*— 4 (vp/vs)* - 4 2.3.3. Uji Pemboran dan Grouting. a. Uji Pemboran. Uji pemboran yang sering dilakukan untuk perencanaan dan konstruksi suatu terowongan adalah pemboran inti (core drill) dengan maksud untuk mendapatkan conto inti batuan atau tanah secara lengkap, urut dan baik. Seperti terlihat pada tabel 2.1 bahwa pemboran inti sangat diperlukan mulai dari tahap awal sampai tahap konstruksi dengan maksud antara lain sebagai berikut : - Tahap awa? : untuk melengkapi hasil pemetaan geologi permukaan, dalam rangka mengembangkan model geologi setempat. Selain dari pada itu contoh inti juga diambil untuk pengujian di laboratorium serta dilakukan deskripsi geologi untuk menentukan tempat 27 pengujian insitu atau sebagai checking terhadap hasil uji insitu. Kedalaman Pemboran : Tidak ada keharusan bahwa semua titik bor harus menenbus alignment terowongan, namun demikian setidak-tidaknya satu atau dua titik bor disarankan untuk menembus garis tengah terowongan terutama di daerah portal. (lihat Gambar 2.5.). Spasi Pemboran : Sangat tergantung pada variasi litologi dan struktur geologi di sepanjang lintasan. stratigrafi sifat_mekanik Gambar 2.6. . : Perencanaan lokasi titik-titik bor, Tahap penyelidikan rinci : Pada tahap ini uji pemboran lebih cenderung ditujukan untuk pelaksanaan uji-uji insitu, walupun demikian apabila analisis model geologi belum memuaskan, maka pemboran inti juga digunakan sebagai data tambahan untuk melengkapi analisis model geologi di daerah penyelidikan. Tahap konstruksi : Pada tahap konstruksi fungsi pembor an terutama untuk melakukan pengecekan ulang apabila terjadi penyimpangan terhadap interpretasi model 28 Tabel 2.2. Contoh Log Pemboran Inti DRILL LOG HOLE NO. __ SHEET NO.__oF aan a oy Sire [rear Een Tas eee feel sescrrn § hus cl oe ae ae Mca minaizms NIPPON KOEI CO. LTD. 29 geologi dan untuk melakukan uji-uji mekanika batuan insitu ( Lugeon test, pull out test, pemasangan ekstensometer, konvergen d1l. ). Sebagai hasil pemboran inti tersebut, harus dibuat suatu Tog pemboran seperti pada contoh. (lihat tabel 2.2). b. Uji Grouting. Uji grouting untuk terowongan biasanya dilakukan pada tahap konstruksi, dan pada kasus-kasus tertentu pada saat pembuatan terowong uji. Maksud dari uji grouting ini terutama untuk mengetahui metoda, pola dan jumlah material grouting yang diperlukan pada zona-zona tertentu dari lintasan terowongan yang memerlukan grouting sebagai cara berbaikannya ( improvement). Selain itu uji grouting juga memberikan informasi tentang karakteristik massa batuan setelah di grouting. Pembahasan perbaikan jalur terowongan dengan metoda grouting dibahas pada butir 3.5.2. Paritan dan Terowong Uji. a. Paritan. Paritan uji dilakukan dengan cara mengupas lapisan Penutup yaitu lapisan batuan yang telah mengalami pelapukan sampai batuan dasarnya terlihat dengan jelas. Paritan ini dilakukan pada tahap awal sebagai pelengkap untuk mendapatkan peta geologi yang lebih akurat, disamping itu pembuatan paritan ini juga dapat digunakan untuk melakukan uji insitu, misalnya seperti jack test, uji kuat tekan uniaksial, rosete deformasi dil. 30 Beberapa aspek yang dapat diperoleh dari pembuatan paritan ini antara lain : - memberikan kejelasan mengenai batas penyebaran litologi dan atau struktur geologi secara tepat. = dapat memperkirakan tebal zona pelapukan. - memungkinkan untuk mengambi1 perconto blok, yang akan digunakan untuk uji laboratorium. Sebagai hasii dari pembuatan paritan ini, biasanya dibuat suatu log paritan yang menggambarkan batas penyebaran litologi, struktur geologi, seperti terlihat pada gambar 2.7. FyEvast oe <—_______ muka tonah asli us 44 garis bates Pengaalian C mules danah 3 barv) 13 batas pelapukan 442 " or tana 9 igi eeoeieeney ae dbu-aby gelap, herkelear, peru So: “9 Kaan kekar verge < Vombang kcasar, - aieaan kekar 31mm, Hs * 407 oleh lempuny - tee ws Gambar 2.7.: Contoh Tog paritan. 31 b. Terowong Uji dan Sumuran. Pada tahap penyelidikan rinci pembuatan terowong uji sering dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan data secara Jangsung, yang antara lain meJiputi hal-hal sebagai berikut : - geologi teknik, terutama untuk mengetahui penyebaran struktur geologi dan pendataan secara kwantitatif dari bidang-bidang diskontinuitas seperti orientasi, spasi, kondisi, lebar bukaan, materia? pengisi, rembesan serta kondisi kontak antar litologi. - mempelajari reaksi massa batuan pada saat penggalian dengan cara melakukan pengamatan-pengamatan seperti : * pemasangan single atau multiple ekstensometer, konvergen dil. * melakukan simulasi tegangan dengan cara merubah dtameterbukaan atau =—s mengamati_-—perubahan deformasi sebagi pengaruh dari jarakpenggalian. * uji peledakan, untuk mendapatkan pola peledakan dan penggunaan bahan peledak yang paling efektif * untuk mengetahui ada atau tidak gas beracun. - Uji efektifitas penyanggaan, yang akan memberikan informasi mengenai efektifitas suatu penyangga. (jenis, Jenis penyangga, kekuatan dan pola penyangga dil.). - uji mekanika batuan insitu seperti kuat tekan, kuat geser, deformasi, kelulusan air, overcoring dil. - pengambilan perconto batuan untuk uji laboratorium. Hasil dari pembuatan terowong uji atau sumuran biasanya merupakan suatu laporan yang antara lain mencakup ; 32 - peta situasi dari terowong uji yang dilengkapi dengan titik uji insitu dan pengambilan conto. - analisis geologi teknik yang disertai dengan peta struktur geologi, lay out terowong uji dengan skala 1:1000 atau 1:2000. - analisis mengenai cara penggalian, penyanggaan, ven - tilasi dan alat-alat yang harus digunakan. - analisis mengenai kestabilan terowongan, kontur te - gangan dan regangan. - analisis hasil uji insitu dan uji laboratorium. ~ rekomendasi cara penggalian dan peralatannya, penya - nggaan, untuk tiap-tiap seksi terowongan. Dengan adanya laporan yang lengkap dan baik, sangat berguna dalam penyusunan dokumen tender dan sebaliknya bagi kontraktor dapat memahami persoalan yang akan dihadapi yang mana akan diwujudkan dalam penyusunan dokumen penawaran. Tetapi yang paling penting dari penyusunan laporan ini adalah memperkecil kesalah pahaman antara pihak perencana dengan pihak kontraktor, 33 2 Uji Mekanika Batuan Insitu. Uji mekanika batuan insitu dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat mekanik massa batuan secara global dan pada zona zona tertentu dimana kondisi geologinya menunjukkan kurang baik. Secara umum uji mekanika batuan insitu harus dapat memberikan informasi mengenai beberapa hal seperti berikut : - Karakteristik deformasi massa batuan, terutama untuk pembebanan dengan arah yang berbeda-beda baik untuk pembebanan yang dilakukan dalam waktu yang pendek maupun waktu yang panjang. - Karakteristik kekuatan massa batuan. - Kondisi tegangan pada saat sebelum dan sesudah penggalian (konstruksi). ~ Karakteristik propagasi gelombang elastik dari massa batuan. - Mendeteksi adanya anisotropi tegangan dan regangan yang disebabkan oleh struktur bangunan dan atau heterogenitas batuan itu sendiri. - Angka kelulusan (kebocoran) dari massa batuan, variasi maupun cara pengontrolannya baik selama ataupun sesudah konstruksi. - Pengamatan pergerakan massa batuan sesudah penggalian. Beberapa uji mekanika batuan insitu yang sering dilakukan untuk pembuatan terowongan, secara garis besar dapat diterangkan seperti berikut ini : 34 a. Uji kelulusan air ( kebocoran dari massa batuan ) : Uji kelulusan (permeability test) dilakukan dengan uji air bertekanan (water pressure test) baik dari permukaan tanah ataupun dari dalam terowongan. Uji kelulusan ini dilakukan baik pada tahap penyelidikan awal maupun pada tahap konstruksi dengan maksud antara lain : ~ Pada tahap penyelidikan awal dan rici : pada tahap ini uji kelulusan air ini dimaksudkan untuk mendapatkan nilai kelulusan air ( k ) dan nilai Lugeon (Lu) yang akan digunakan untuk analisis kebocoran yang akan terjadi sepanjang lintasan terowongan dan perencanaan cara penanggulangannya. - Pada tahap konstruksi : uji kelulusan ini dilakukan sebelum pembetonan dan atau pada saat perbaikan lapisan beton (concrete lining), dengan cara membuat lubang bor sedalam 5 - 10 meter, yang nantinya akan digunakan untuk grouting. Dari hasil uji ini apabila nilai Lugeon yang didapatkan lebih besar dari 3 (rule of thumb) maka massa batuan tersebut memerlukan perbaikan yang dilakukan dengan grouting. Pelaksanaan uji air bertekanan ini, secara singkat dapat diterangkan seperti berikut : (1ihat Gambar 2.8) Air dipompakan ke dalam suatu ruas lubang bor ( 3 - 5 m panjang ) dengan tekanan tertentu ( diatur dari manometer ) yang konstan selama lebih kurang 10 menit, kemudian jumlah air yang masuk ke dalam lubang bor diukur ( @ liter ). Dalam setiap pengujian, tekanan air dirubah-rubah 5 - 7 35 kali ( Tekanan rendah - Tekanan menengah - Tekanan tertinggi - tekanan menengah - tekanan rendah ). Keterangan + Bak penampung air Unit pompa Kicap Tekan Stavilieator Kran pengatur Meteren air Monometer, Selang/pila ke Alat Packer karet Packer @ 04-4 Lt Gambar 2.8. : Pengujian air bertekanan dari dalam terowongan. Berdasarkan besarnya tekanan (P) yang diberikan dan jumlah air (debit) yang masuk ke dalam lubang bor, maka nilai kelulusan (k) dan nilai Lugeon (Lu) dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini : k= di mana : k = angka ke?utusan air ( cm/det ). Q = debit air yang masuk ke dalam lubang ( cm’/det) 7 = panjang ruas lubang bor yang diuji ( cm ) P = Tekanan total (tekanan pompa + tekanan hidro - statik dari kolom air di atas m.a.t. kg/cm *) r= jari-jari lubang bor (cm ). 36 Sedangkan nilai Lugeon dihitung dengan rumus : 0g Se eaemT di mana: @ = debit air yang diinjeksikan ( liter/menit) Tekanan total ( Bar ). 1 Panjang ruas lubang bor yang diuji ( m ). Sebagai hasil akhir dari uji kelulusan air ini biasanya dibuat peta kontur nilai Lugeon. b. Pengukuran Tegangan Insitu. Pengukuran tegangan insitu sangat diperlukan dalam perencanaan suatu terowongan, terutama untuk mementukan tata letak terowongan dengan sega) aspeknya yang meliputi perkiraan distribusi tegangan, regangan dan kekuatan massa batuan. Beberapa metoda yang sering digunakan untuk menentukan tegangan insitu antara lain : - metoda “Rossete Deformasi". - metoda "Flat-Jacl - metoda “Overcoring”. - metoda “Hydraulic Fracturing”. b.1. Metoda Rossete Deformasi. Pengujian ini dapat dilakukan pada tahap wal penyelidaikan, dengan cara mengukur deformasi superficial pada sebuah permukaan bebas dinding massa batuan. Deformasi ini disebabkan oleh pembebasan tegangan atau variasi tegangan yang dilakukan dengan cara memotong batuan sedalam 20 cm 37 (seperti pada Gambar 2.9. dan mengukur perpindahan dari titik-titik pengukuran . Titik-titik | —- pengamatan pengamatan q Gambar 2.9. Sketsa Uji Rossete Deformasi. Dengan anggapan bahwa tegangan yang tegak lurus bidang pengukuran = nol (plane stress ) dan perilaku batuan elastik, maka besarnya tegangan dapat dikatahui dari hubungan seperti di bawah ini : + 7 ue E, a Yeer2r™ var a r(1+h) a Vewrar Enray + UES y r (1-0?) MenrayEceray ~ YeanrayEcanray xy rC1tv) di mana : = Modulus Deformasi untuk 6 = i = Perpindahan radial untuk 6 = i r = jari-jari rossete = 10 cm. v= Poisson ratio. E, dan u didapatkan dari uji laboratorium. b.2. Uji Flat-Jack. Pengujian iné pada prinsipnya menghitung tegangan insitu yang dilepaskan oleh massa batuan , sebagai akibat dari pembuatan potongan pada massa batuan tersebut, ataupu mengukur tegangan yang diperlukan agar posisi dari massa batuan yang terpotong (disayat) kembali seperti semula. FLAT ltce GROUTED in noce eA INTAKE vate PRESSURE ave 19-5000 ps! ‘weno Pome 7 Gambar 2,40. : Peralatan Flat-Jack dan tata-letak pengujian 39 Untuk pengujian ini diperlukan alat flat jack, yaitu 2 buah lembaran baja yang direkatkan ujung-ujungnya satu sama Jain dengan tas , dan paku-paku pengukuran seperti terlihat pada gambar 2.10. Dengan menggunakan flat-jack ini, juga dimungkinkan untuk menghitung modulus elastik dari massa batuan,dengan cara memplot besarnya perpindahan dan tegangan yang diberikan seperti gambar 2.11. & Ck osem*) © 5 * 3 2 1 oT as a Se o_o es Gambar 2.11 : Hubungan Tegangan ~ Regangan (sik1ik) Wataupun demikian uji Flat-jack ini, juga mempunyai beberapa kelemahan yang antara Jain : - Uji flat jack hanya dapat dilakukan beberapa senti me- ter dari permukaan, sehingga batuan tempat pengujian ditakukan sering masih merupakan zona pelapukan, yang berarti tidak mencerminkan tegangan batuan yang sebenarnya. 40 - Uji flat jack pada terowong uji, juga tidak dapat menunjukkan tegangan insitu yang sebenarnya, karena dengan uji flat-jack ini tegangan yang diukur terpengaruh oleh distribusi tegangan yang diakibatkan oleh pembuatan terowongan itu sendiri. - Dengan alat flat jack ini sangat sulit menghindari terjadinya gesekan antara alat dengan dinding sayatan, yang menyebabkan bertambah tingginya tegangan yang harus diberikan. - Perilaku massa batuan jarang yang menunjukkan elastik, sedangkan pendekatan yang diambil untuk perhitungan adalah elastik. b.3. Uji Overcoring. Uji overcoring ini pada prinsipnya mengukur deformasi yang terjadi pada massa batuan akibat hilangnya tegangan yang bekerja pada massa batuan tersebut. Secara singkat urut-urutan uji overcoring dan analisisnya adalah sebagai berikut : ( lihat Gambar 2.11 ) - Mempersiapkan mesin bor dengan platform yang kuat dan tepat posisinya, - Melakukan pemboran dengan diameter 66 mm, untuk mendapatkan gambaran geologi, kedalaman pemboran ini biasanya lebih dari 2 meter dan apabila pengujian diadakan dalam terowongan maka kedalaman pemboran 2m ditambah ketebalan zona plastik. - Melakukan pemboran ulang dengan diameter 218 mm at (reaming) dengan mata bor tricone. Apabila kondisi geologi tidak begitu diperlukan maka pemboran inti dengan diameter 66 mm tidak perlu dilakukan tetap? pemboran dengan tricone dapat langsung dikerjakan. Melakukan pemboran inti dengan diameter 66 mm (conto inti 56 mm) sedalam 100 cm atau sesuai dengan titik yang ditentukan dari dasar lubang bor diameter 218 mm. Lubang bor ini disebut sebagai “Pre-boring for embedding gauges”. (PEG). Setelah lubang bor PEG selesai, kemudian 1 set strain gauges dimasukkan ke dalam Jubang secara sentris secara hati-hati sampai titik yang ditentukan, Alat packer pada strain gauges set dikembangkan dengan maksud agar posisi strain gauges tidak berubah. Untuk lubang bor dengan diameter 66 mm ini digunakan 5 komponen strain gauges, tetapi biasanya dipasang 2 set strain gauges yang dipasang pada dasar lubang bor (8 komponen ) dan pada titik yang akan diuji ( 5 kom- ponen). Setelah pemasangan strain gauge set selesai, lubang bor PEG diisi dengan semen atau additive hingga lubang bor terisi penuh. Pekerjaan overcoring dimulai, dengan melakukan pemboran inti diameter 218 mm. Pemboran dilakukan dengan kecepatan lebih kurang 1 cm/menit. Pembacaan perpindahan pada strain meter dilakukan setiap kemajuan pemboran 2 cm hingga target pemboran selesai 42 dan pembacaan perpindahan konstan. - Conto inti overcoring dibawa ke laboratorium untuk dilakukan uy, triaksial sebagai penentu nilai katibrasi. rN {9 A 9 ro 1 ° pom 3 Strain gauge Gambar 2.12. : Instalasi pemboran Overcoring dan konfigurasi strain gauges. 43 nilai koreksi E = (1 - 2v)0/e, di mana : E adalah sensitivitas semu. » adalah nisbah poisson dan 6 Tegangan hidrostatik yang diperlukan untuk menghasilkan regangan terukur &,. - Analisis. Nilai E, secara alamiah akan bervariasi sesuaf dengan arah pemasangan gauges. Variasi nilai & ini disebabkan oleh kondisi anisotropis dan juga _ perbedaan konsentrasi tegangan di sekitarnya. Oleh karenanya disarankan untuk melakukan koreksi terhadap regangan yang terbaca ( €, ) dengan menggunakan rasio antara nilai & dan &, (nilai unik). E Gp ESP © = regangan semu (apparent strain ) © E,= nilai unik, yang merupakan sensitivitas strain gauges menurut. spesifikasinya. Setelah semua nilai pembacaan ©, telah diubah menjadi nilai ec, langkah selanjutnya menghitung tegangan (regangan) berdasarkan teori elastisitas. Posisi lubang bor tegak, gauge 1 sejajar sumbu Xx. 44 Strain gauge set 5 komponen. € 0) +b Lo - 0 (oy +o,)} © (2) +b {oy-v (0, +0,)} #03) = Fe ((1-v)o,, + (1-9) 0, = 200,-2( 140) t,y} © (4) = + {(1-v)oy + (1-v)oy ~ 2v0,-2(14»)t, 9} © (5) ~#o,-» (9, +o} Strain gauges set 8 komponen. © (6) = Gb {(1-3v)o, + (1-3»)oy+ 2(1-»)o,+ 2(1H)(tyyt 7 ary, + 7 2x2, )} © (1) = Gh {(-av)e, + (1-90 )0,+ 2(1-v)o,+ 2(14v) (ty v ety, 7 22, DY € (8) = GE {(t-3v)o, + (1-3y)oy+ 2(1-v)o,+ 2(14)(-tyy- ¥ Ary, — V2, DI € (9) = Gb {(1-a0)o, + (1-30)oy+ 2(1-v)o,+ 2(1ev)(-t, y+ S ary, - et, DV} Dari uji overcoring tersebut jelas didapatkan sembilan persamaan, yang memungkinkan untuk mencari harga-harga y? °2? "xy? "yz , dan t,, dengan metoda least square. 45 Setelah keenam komponen tegangan kita ketahui, maka dengan mudah dapat ditentukan arah dan besarnya tegangan tegangan utama, b.4. Uji Hydraulic Fracturing, Uji hydraulic fracturing dilakukan pada tahap awal dari penyelidikan dan dilaksanakan di dalam lubang bor. Prinsip pengujian ini hampir sama dengan uji permeabilitas air bertekanan, hanya saja pada uji hydraulic fracturing ini tekanan air yang diberikan diatur sedemikian rupa sehingga terjadi retakan baru atau membuka retakan yang telah ada. Besarnya tekanan yang diberikan untuk membuat retakan baru, atau membuka retakan yang telah ada dan saat retakan menutup kembali (tekanan dilepaskan) semuanya harus dicatat. Berdasarkan harga-harga tekanan tadi, maka dapat ditentukan besarnya tegangan-tegangan utama (mayor dan minor) sedangkan arah dari tegangan utama ditentukan dengan melakukan scaning terhadap lubang bor yang diuji. Alat scaning tersebut adalah TV borehole cameras. c. Uji Deformasi Massa Batuan. Uji deformasi massa batuan biasanya dilakukan pada studi rinci, dengan maksud untuk memperoleh nilai modulus deformasi massa batuan. Beberapa metoda yang sering dilakukan di lapangan antara lain seperti : - Plate loading Test. - Radial Jacking Test. 46 c.1. Plate Loading Test. Plate Loading Test ini dikenal juga Uniaxial Jacking Test, yaitu memberikan beban pada salah satu permukaan perconto blok ( diameter 1 m ) massa batuan insitu, kemudian deformasi dari perconto tersebut diukur. Gambar 2.13 menunjuk kan suatu instalasi uji uniaksial jacking test di dalam suatu terowong uji. - PERALATAN : Peralatan utama yang digunakan untuk pengujian plate loading ini antara lain = - gergaji batu, untuk mempersiapkan perconto blok. - mesin bor, membuat lubang pemasangan ekstensome~ ter. - alat pengukur deformasi (tunnel diameter gauges dan multiple position borehole extensometer). - alat pemberi beban, yang dapat memberikan beban merata pada 2 muka yan berlawanan. alat pengukur beban. - PENGUJIAN. Setelah semua instrumen terpasang dengan baik, maka sebelum pengujian dilakukan, semua peralatan harus diperiksa ulang secara seksama. - pengujian dilakukan untuk beberapa hari secara kontinyu dengan beban yang berbeda-beda setiap hari. Perubahan beban dilakukan setiap 24 jam. - selama pembebanan, deformasi harus dicatat dengan setang Waktu pencatatan yang disesuaikan, 47 tetapi pada jam pertama pembebanan setidak-tidaknya 4 pembacaan deformasi harus dilakukan. - Setelah pembebanan 24 jam maka diikuti dengan pelepasan beban ( beban = 0 ) selama 24 jam. i | aaa a ome ewer got ome 3 om wore FeR HOLE) Pex SENSOR HEAD ramerEns ee? atiace OaMerer enecrion nor SHOWN Gambar 2.13 : Instalasi Uji Plate Loading. 48 ~ PERHITUNGAN: Berdasarkan data pengamatan pembebanan, waktu dan deformasi maka dapat dibuat kurva hubungan antara deformasi vs waktu dan beban vs deformasi seperti contoh pada gambar 2.14. Gambar 2.14 : a.Hubungan deformasi terhadap waktu b.Hubungan deformasi terhadap beban. 43 Perpindahan yang terjadi pada suatu titik dihitung dengan rumus di bawah ini : 2 2q (1- v?) we a2 $e 0427) (ate 27) 2, Vat +v) 2 4-1/2 42 + ats 22) (a2) di mana : = perpindahan. z = jarak dari suatu titik ke muka dinding yang dibebani. q = beban. as radius dari muka batuan yang dibebani. a, dan a= radius Tuar dan dalam dari flat-jack. b = poisson ratio. E = modulus elatik. 50 ¢.2. Radial Jack Test. Perbedaan dari radial jack test dengan uniaksial jack test terletak pada cara pembebanan dan daerah yang dibebani, dimana pada uji radial jack ini beban diberikan merata pada seluruh potongan permukaan terowong uji yang berbentuk lingkaran. Hasil uji radial jack test tentu akan lebih baik dari pada uniaksial jack test, mengingat daerah yang diuji lebih luas dan mengenai semua zona. - PERALATAN. ( lihat Gambar 2.15 ) alat untuk menggali terowongan dan pembuat lining - “reaction frame" yang terbuat dari cincin baja kedap air , berfungsi meneruskan beban dari pompa hidrolik - pompa hidolik yang mampu memberikan cukup beban dan dapat mempertahankan dalam posisi konstan, - flat jack, hidraulic pressure gauges atau transduser single atau multiple position extensometer. ~ PENGUJIAN. - Pembuatan lining beton sepanjang muka galian untuk membuat lubang galian berbentuk lingkaran, dan rata Permukaannya. Setelah selesai pembuatan lining reaction frame dan loading apparatus dipasang. ~ Pemasangan ekstensometer, pada lubang bor yang telah disediakan. - Pengujian dilakukan untuk 3 kali pembebanan dan pelepasan secara kontinyu (siklik). Kecepatan Ppembebanan yang direkomendasi 0,05 MPa per menit. 51 1. Measuring prot, 2. Ditance equal 10 the length of active lading 3. Con euersomer 4 Pres gauge 5. Reference hem & Handpump 7. Fit ck & Hardwood ngpng 9, Ste 10, Exons darter TI Messy Aiametr 12 Extesomeer dete. 11 Dia gauge eemomecr [4 Sel Yad 1S Espamon nodes to eae tadis 1 Inserted cele 19. Rockbot anchor 2 Sic tng Gambar 2.15 : Instalasi Uji Radial Jacking. ~- Pembacaan beban dan deformasi sekurang-kurangnya dilakukan tiga kati untuk setiap siklus. = PERHITUNGAN. Rumus di bawah ini dapat digunakan untuk menghitung tegangan yang terdistribusi, dengan menganggap batuan dalam kondisi elastik linier. di mana P,= beban yang didisribusikan ke lining dengan jari-jari r,. Paz tekanan pada manometer flat-Jjack. 52 b = lebar flat-jack. r,= jari-jari lubang galian (batuan). Hubungan antara beban maksimum (P,) dengan displacement dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini . Pn Gambar 2.16. : Hubungan’ beban maksimum (P ) dengan perpindahan. Berdasarkan gambar tersebut, perpindahan total (4, ) dapat dipisahkan menjadi perpindahan plastik (4) dan perpindahan elastik.(4,). Nilai modulus elastik (£,) dan modulus deformasi (Ey) dapat dihitung dengan rumus di bawah ini. di mana : m adalah nisbah poisson. 53 d. Uji Kuat Tekan Uniaksial. Uji kuat tekan uniaksial sangat diperlukan dalam Perencanaan pilar pada suatu panel penambangan. Uji ini dilakukan terutama untuk mengetahui kuat tekan massa batuan yang dipengaruhi oleh sejumlah bidang lemah. - PERSIAPAN PERCONTO. Tidak ada ukuran standar yang diberlakukan , tetapi sebagai gambaran ukuran perconto antara 45 ~ 200 cm ATAP AUCLLLLLLLLILLLLLLLLLLLAOLELLLLLLLELALLLELEELL, dongkrak hidrolik — fllild PERCONTO BLOK [Me STRAIN MASSA BATUAN Can PLTIIITITTT OTR EAGT OTT OL OPT DIDTOTE DEPT OLE DOOOOL DSSS SSN Gamkar 2.17 : Persiapan Perconto Uji Kuat Tekan - PERALATAN. - gergaji batu atau mesin bor. - unit pemberi beban berupa dongkrak hidrolik. - strain atau dial gauge yang dipasang pada perconto. 54 - PENGUJIAN. Setelah persiapan perconto selesai, maka pengujian dilakukan dengan memberikan beban pada perconto massa batuan hingga mencapai pecah. Kecepatan Pembebanan disarankan 0.05 MPa per menit, -PERHITUNGAN. Kuat tekan (o,) massa batuan adalah hasil bagi antara beban yang diterima (P) dengan luas area yang dibebani (a). Catatan : Harga kuat tekan yang didapat dari uji insitu selalu lebih rendah dari pada hasil yang didapat dari uji laboratorium. e. Uji Triaksial. Salah satu parameter penting dalam perencanaan terowongan adalah kuat geser yang terdiri dari kohesi (c) dan sudut geser dalam (¢). Parameter-parameter tersebut dapat diperoleh dari uji triaksial insitu. Uji triaksial insitu pada dasarnya hampir sama dengan uji uniaksial, tetapi pada uji triaksial ini diberikan gaya tekan arah mendatar pada semua permuakaan perconto. Sealain itu uji triaksial jinsitu memerlukan sekurang-kurangnya 5 perconto. 55

Anda mungkin juga menyukai