Anda di halaman 1dari 10
Menimbang Mengingat Desa Monsonganvalt PERATURAN DESA MONSONGAN NOMOR 5 TAHUN 2022 TEN TANG PENGELOLAAN PESISIR DAN PERATRAN MONSONGAN KECAMATAN BANGGAI TENGAH KABUPATEN BANGGAI LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA MONSONGAN Bahwa dengan adanya isu-isu kerusakan pesisir yang mengakibatkan potensi sumberdaya pesisir dan perairan pesisir untuk menjamin kehidupan masyarakat secara berkelanjutan semakin terancam, maka wilayah pesisir yang sangat berpotensi untuk penyediaan sumberdaya perairan pesisr, dan wilayah penyangga perlu dilindungi. Bahwa dalam rangka menjamin pelestarian lingkungan hidup (darat, pesisir, dan laut), maka setiap warga berkewajiban menjaga dan mengawasi serta'memelihara lingkungan hidup yang dijamin oleh hukum dan undang-undang. Bahwa potensi sumberdaya alam yang ada di desa Monsongan khususnya wilayah pesisir dan pembagian zona pemanfaatan pesisir dan perairan merupakan kawasan yang perlu dilindungi dari berbagai aktivitas yang tidak ramah lingkungan Bahwa demi mencegah, menghindarkan dan menyelamatkan masyarakat desa Monsongan dari Bahwa berdasarkan musyawarah mufakat desa Monsongan disepakati zona pemanfaatan pesisir dan perairan desa Monsongan, Bahwa pengelolaan wilayah pesisir dan perairan perl dikendalikan agar tercipta keseimbangan antara pemanfaatan dan perlindungan dalam mendukung pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Serta dalam rangka _kebijakan pemerintah dalam _pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup, maka pengelolaan pesisir dan. perairan desa Monsongan perlu dituangkan dalam suatu peraturan desa sebagai perwujudan masyarakat yang sadar hukum dan lingkungan. Bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a, b, c, d, e, dan f di atas, perlu ditetapkan peraturan Desa Monsongan tentang pengelolaan zonasi pesisir dan perairan. Undang - Undang Dasar Tahun 1945 Undang-Undang Nomor 45 tahun 2009 tentang Perikanan Undang-Undang Nomor Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah 10. i 2. Be 14. 15. 16. Peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Republik Indonesia Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2021 _ tentang Penyelenggaraan Bidang Kelautan dan Perikanan. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa Peraturan Menteri Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transpigrasi Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan berdasarkan Hak Asal-usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2016 tentang Kewenangan Desa Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2021 tentang tentang Penempatan Alat Penangkapan Ikan Dan Alat Bantu Penangkapan Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia Dan Laut Lepas Serta Penataan Andon Penangkapan Ikan. Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2019 Tentang Kawasan Konservasi Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Banggai, Banggai Laut, Banggai Kepulauan, Dan Perairan Sekitarnya Di Provinsi Sulawesi Tengah. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 10 Tahun 2017 Tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau. Kecil Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2017-2037 Peraturan Bupati Banggai Laut Nomor 7 Tahun 2018 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bupati Banggai Laut Nomor 26 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa Di Kabupaten Banggai Laut Peraturan Bupati Banggai Laut Nomor 35 Tahun 2019 tentang Kewenangan Desa Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa di Kabupaten Banggai Laut. . Saran dan usulan serta tanggapan seluruh peserta “Temu Para Pihak Kesepakatan Tata Kelola Perikanan Skala Kecil di Desa Monsongan” yang dilaksanakan pada tanggal 12 September 2022 Dengan Kesepakatan Bersama BADAN PERMUSYAWARATAN DESA MONSONGAN Dengan PEMERINTAH DESA MONSONGAN Memutuskan Menetapkan PENGELOLAAN PESISIR DAN PERAIRAN MONSONGAN KECAMATAN BANGGAI TENGAH KABUPATEN BANGGAI LAUT Peraturan ini disusun dengan pertimbangan kesejahteraan masyarakat dan bagi kepentingan lingkungan guna keberlanjutan dan Kelangsungan hidup sumberdaya alam terkhusus untuk biota yang terancam punah dengan memegang prinsip pemanfaatan sumber daya alam dengan bijaksana serta Demi mencegah dan menjauhkan masyarakat desa monsongan dari jeratan hukum akibat eksploitasi laut secara berlebihan. Desa Monsonganval2 Dalam 1 10. rt 12, 13 14, 15. 16. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 peraturan desa ini yang dimaksud dengan : Desa adalah adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakul dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa adalah penyelenggara urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Desa Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah lembaga yang melaksanakan fungsi emerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis. Kelompok Pengawas Masyarakat (POKMASWAS) adalah lembaga pelaksana pengawas di tingkat lapangan yang terdiri dari tokoh adat, tokoh masyarakat, dan kelompok nelayan. Dimana kelompok tersebut dibentuk atas inisiatif masyarakat yang sadar akan pentingnya kelestarian sumberdaya kelautan dan perikanan. Masyarakat adalah masyarakat yang bermukim di wilayah Desa Monsongan Nelayan adalah Orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan Nelayan Kecil adalah Orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari, baik yang menggunakan_ kapal enangkapan ikan maupun yang tidak menggunakan kapal penangkapan ikan Nelayan Tradisional adalah Nelayan yang melakukan penangkapan ikan di perairan yang merupakan hak perikanan tradisional yang telah dimanfaatkan secara turun temurun sesuai dengan budaya dan kearifan lokal ‘wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat WPP RI adalah Wilayah pengelolaan perikanan untuk penangkapan ikan dan pembudidaya ikan yang meliputi perairan indonesia, zona ekonomi eksklusif Indonesia, Sungai, Danau, Waduk, Rawa, dan genangan air lainnya yang potensial untuk diusahakan di wilayah Republik Indonesia. Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, engolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan, Sumber daya ikan adalah potensi semua jenis ikan. Pengelolaan perikanan adalah semua jenis upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari eraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati. Kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi perikanan. Pengawasan perikanan adalah kegiatan yang ditujukan untuk menjamin terciptanya tertib pelakasanaan ketentuan peraturan perundang undangan dibidang perikanan Desa Monsonganvals 17. Kelompok Pengawas perikanan adalah Komponen masyarakat yang membentuk kelompok, dapat berupa tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, nelayan dan atau masyarakat petani ikan yang ikut serta membantu melakukan pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan ditetapkan olen Gubernur/Bupati/Walikota atau Kepala Dinas yang bertanggung jawab dibidang kelautan dan perikanan. BAB II RUANG LINGKUP WILAYAH PENGELOLAAN Pasal 2 Pengelolaan kawasan pesisir dan laut Desa Monsongan meliputi seluruh wilayah pesisir yang masuk di wilayah administrasi desa monsongan dan wilayah pengelolaan laut adalah wilayah laut yang masuk dalam wilayah administrasi Negara Republik Indonesia. BAB III WILAYAH PESISIR DAN LAUT Pasal 3 Kawasan_pesisir dan laut Desa Monsongan menurut Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2019 Tentang Kawasan Konservasi Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Banggai, Banggai Laut, Banggai Kepulauan, dan Perairan Sekitarnya Di Provinsi Sulawesi Tengah masuk dalam Zona Pemanfaatan terbatas, yang dibagi dalam beberapa sub zona kawasan pengelolaan dan pemanfaatan, yaitu: 1, Sub Zona Penangkapan Ikan, adalah bagian zona perikanan berkelanjutan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat lokal dan tradisional untuk penangkapan ikan dengan mengedepankan keseimbangan produksi dengan pelestarian untuk jangka waktu tertentu. 2. Sub Zona Wisata Bahari, adalah wilayah laut yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat lokal dan tradisional untuk kegiatan wisata bahari dengan tetap menjaga dan mengedepankan asas pemanfaatan yang arf dan lestari Pasal 4 Zona Pemanfaatan terbatas adalah bagian dari zona konservasi yang telah ditetapkan dalam wilayah pesisir dan pulau-puleu kecil yang pemanfeatannya hanya boleh dilakukan untuk ekowisata, budidaya pesisir dan perikanan tradisional BAB IV JALUR PENANGKAPAN IKAN Pasal 5 Jalur_penangkapan ikan Kapal perikanan Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan perikanan No 18 Tahun 2021 Tentang Penempatan alat penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan ikan di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia dan laut lepas serta penataan andon penangkapan ikan Antara lain; a. Jalur Penangkapan Ikan T; b. Jalur Penangkapan Ikan Il; . Jalur Penangkapan Ikan III; Desa Monsonganvala Pasal 6 1. Jalur Penangkapan Ikan I Sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 (enam) huruf a Terdiri atas: @. Jalur Penangkapan Tkan IA Meliputi Perairan sampai dengan 2 (dua) Mil Laut diukur dari garis Pantai ke arah luar dengan ukuran kapal perikanan < 5 (lima) gross tonnange (Kurang atau sama dengan 5 (lima) gross tonnage). b. Jalur Penangkapan Ikan IB Meliputi Perairan di Jalur Penangkapan IA sampai dengan 4 mil laut < 5 (lima) gross tonnage (Kurang atau sama dengan 5 (lima) gross tonnage). 2. Jalur Penangkapan Ikan I Sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 (enam) huruf b Meliputi di luar perairan jalur penangkapan ikan T sampai dengan 12 (dua belas) mil laut dengan ukuran kapal perikanan 2 5 (lima) sampai 30 gross tonnage. 3, Jalur Penangkapan ikan III sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 (enam) huruf ¢ meliputi Jalur penangkapan ikan I dan jalur penangkapan ikan II, termasuk zona ekonomi eksklusif dengan berdasarkan ukuran kapal 230 gross tonnage BABV PEMANFAATAN Pasal 7 1. Pemanfaatan sumberdaya lingkungan dan sumberdaya perikanan di Desa Monsongan ‘meliputi kegiatan penangkapan ikan, budidaya, pariwisata, dan penelitian, serta pemberdayagunaan sumber daya alam lingkungan perairan pesisir lainnya dengan tetap memperhatikan aspirasi masyarakat Desa Monsongan. 2. Pemanfaatan, penelitian dan pengusahaan lingkungan wilayah pesisir dan perairan di desa Monsongan dapat dilakukan oleh perorangan atau Badan Hukum dan atau atas sepengetahuan pemerintahan Desa Monsongan. 3. Aktivitas Pemanfaatan yang mempunyal dampak besar dan penting terhadap lingkungan wilayah pesisir dan perairan Desa Monsongan wajib dilengkapi dengan analisis dampak lingkungan dari pihak yang bersangkutan. BAB VI PENGELOLAAN PERIKANAN Pasal 8 Pengelolaan perikanan skala kecil di Desa Monsongan dilakukan untuk menjaga sumberdaya perikanan agar tetap lestari dengan mengikuti ketentuan sebagai berikut 1. Jalur Penangkapan Kapal Perikanan di sekitar Perairan Monsongan masuk dalam jalur Jalur Penangkapan Tkan T sebagalmana yang tercantum dalam Pasal 6 Ayat 1 2, Pengelolaan perikanan skala kecil di perairan monsongan menerapkan pengaturan jenis, dan ukuran alat tangkap yang menggunakan kapal, serta alat bantu penangkapan ikan yang berlaku di jalur Penangkapan ikan I. 3, Tidak metakukan penangkapan dan perusakan terhadap spesies-spesies laut yang ilindungi berdasarkan peraturan _perundang-undangan, peraturan daerah, dan peraturan terkait lainnya yang meliputi : a. Perlindungan terbatas ._Perlindungan penuh 4. Penerapan dan pengawasan hak kelola dan hak akses perikanan skala kecil di perairan Desa Monsongan diimplementasikan oleh Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) bersama Pemerintah Desa Monsongan, yang dapat dikolaborasikan dengan pihak/instansi yang bersangkutan. Pasal 9 Desa Monsonganvals Jenis alat tangkap yang diperbolehkan sebagaimana dimaksud pada pasal 8 (delapan) ayat 2 antara lain Pukat Cincin Pelagis Kecil dengan satu kapal Pukat cincin teri dengan satu kapal Jaring Tarik Pantai Pukat kantong Penggaruk berkapal Bagan berkapal Jala Tebar Jaring Insang Tetap Jaring Insang Hanyut Jaring insang berpancang Jaring Insang berlapis, Pancing ulur| |. Pancing Tonda Rawai Dasar Set Net Bubu Jermal Sero ‘Anco preposarayrsespangsy Pasal 10 1. Pukat Cincin Pelagis kecil dengan satu kapal sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a merupakan Alat penangkapan ikan yang bersifat aktif dan dioperasikan menggunakan Ukuran mata jaring kantong atau pukat cincin 21 inci (Iebih dari atau sama dengan 1 inci) dan panjang tali ris 2300 m (lebih dari atau sama dengan 300 meter) dengan total Alat Bantu Penangkapan Ikan berupa rumpon atau lampu dengan total daya <4000 watt (Kurang dari atau sama dengan 4000 watt), dan Ukuran Kapal Motor <5 GT (kurang dari atau sama dengan 5 gross tonnage). 2. Pukat Cincin Teri dengan satu kapal dengan ukuran mata jaring kantong 2 4 mm (Kurang dari atau sama dengan 4 mm) dan panjang tal ris atas 2 300 meter (Kurang dari atau sama dengan 300 meter) dengan dan Ukuran Kapal Motor <5 GT (Kurang dari atau sama dengan 5 gross tonnage). 3. Jaring Tarik sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf c merupakan Alat penangkapan ikan yang bersifat aktif dan dioperasikan menggunakan Ukuran mata jaring kantong atau pukat cincin 21 inci (lebih dari atau sama dengan 1 inci) dan panjang tali ris >300 m (lebih dari atau sama dengan 300 meter) dan Ukuran Kapal Motor <5 GT (kurang dari atau sama dengan 5 grass tonnage). 4. Pukat kantong sebagaimana dimaksud di pasal 9 huruf d dengan ukuran mata jaring kantong (lebih dari atau sama dengan 2 inci) dan panjang tali ris atas kurang dari 120 meter dengan Ukuran Kapal Motor <5 GT (Kurang dari atau sama dengan 5 gross tonnage) 5. Penggaruk berkapal sebagaimana yang dimaksud pada pasal 9 huruf ¢, adalah alat enangkapan ikan berbingkai kayu atau besi yang bergerigi atau bergancu di bagian bawahnya, dilengkapi atau tanpa jaring/bahan lainnya, dioperasikan dengan cara menggaruk di dasar perairan dengan perahu untuk menangkap kekerangan dan biota menetap. Ukuran yang diperbolehkan memiliki Bukaan mulut panjang <2,5 m dan tinggi <0,5 m, dengan menggunakan kapal <5 GT (kurang dari atau sama dengan 5 gross tonnage) 6. Bagan berkapal sebagaimana yang dimaksud pada pasal 9 huruf f adalah bagan dengan ukuran mata faring 21 inci, panjang <12 m dan lebar <12 m, (kecuali bagan berperahu teri ukuran mata jaring >4 mm) dengan menggunakan alat bantu perikanan berupa lampu Desa Monsonganval6 dengan kapasitas <2.000 watt, dan Ukuran Kapal Motor <5 GT (kurang dari atau sama dengan 5 gross tonnage). 7. Jala tebar sebagaimana yang dimaksud pada pasal 9 huruf g adalah jaring ikan berbentuk lingkaran kecil dengan pemberat pada tepi-tepinya, yang dilempar atau ditebar oleh nelayan. Ukuran Kapal Motor <5 GT (kurang dari atau sama dengan 5 gross tonnage). 8. Jaring insang tetap sebagaimana yang dimaksud pada pasal 9 huruf h adalah jaring insang dengan ukuran mata jaring 22 inci dan panjang Tali Ris Atas <500 m, menggunakan kapal motor $5 GT (kurang dari atau sama dengan 5 gross tonnage). 9. Jaring insang hanyut sebagaimana yang dimaksud pada pasal 9 huruf i adalah jaring insang hanyut dengan ukuran mata jaring 21,5 inci dan panjang Tali Ris Atas <500 m, menggunakan kapal motor <5 GT (kurang dari atau sama dengan 5 grass tonnage). 10. Jaring insang berpancang sebagaimana yang dimaksud pada pasal 9 huruf j adalah jaring insang berpancang dengan ukuran mata jaring >1,5 inci dan panjang Tali Ris Atas <300 m, menggunakan kapal motor <5 GT (kurang dari atau sama dengan 5 gross tonnage) 11. Jaring insang berlapis sebagaimana yang dimaksud pada pasal 9 huruf k adalah jaring insang berlapis dengan ukuran mata jaring 21,5 inci dan panjang Tali Ris Atas <500 m, menggunakan kapal motor <5 GT (kurang dari atau sama dengan 5 gross tonnage) 12. Pancing ulur sebagaimana yang dimaksud pada pasal 9 huruf | adalah pancing dengan ukuran Mata pancing tipe J Tuna paling kecil nomor 4, tipe G paling kecil nomor 8, dan tipe Terashima, dengan alat bantu rumpon, dan menggunakan kapal motor <5 GT (kurang dari atau sama dengan 5 gross tonnage). 13. Pancing tonda sebagaimana yang dimaksud pada pasal 9 huruf m adalah pancing dengan Jumlah tonda <10 buah, dengan menggunakan kapal motor <5 GT (kurang dari atau sama dengan 5 gross tonnage). 14, Rawai dasar sebagaimana yang dimaksud pada pasal 9 huruf n adalah rawai dengan jumlah mata pancing <10.000. Pasal 11 Spesies-spesies yang dimaksud pada pasal 5 ayat 3 antara lain 1. Spesies perlindungan terbatas (Appendix II IUCN) : Hiu Tikus, Hiu Koboi, Hiu Martil, pari gitar, pari hiu, hiu mako, ikan napoleon, Ikan Capungan Banggai, Kima, teripang susu, akar babar, karang keras. 2. Spesies perlindungan Penuh (Appendix 1 IUCN) : pari manta, Hiu Paus, Semua jenis paus, semua jenis penyu, lumba-lumba, pari gergaji. BAB VIL TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PENGELOLAAN PERIKANAN Pasal 12 1. Penanggung-jawab dan Pembina pelaksanaan pengelolaan perikanan skala kecil di Desa Monsongan adalah Tokoh Adat dan Kepala Desa Monsongan 2. Setiap anggota masyarakat Desa berhak dan berkewajiban mengawasi tindakan — tindakan perusakan sumberdaya perikanan serta lingkungan pesisir dan laut yang cilakukan orang perorang, dan atau kelompok sehubungan dengan upaya pelestarian dan perlindungan ekosister. 3. Pemerintah Desa, melalui Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) berwenang dan atau ditunjuk, memiliki tugas dan wewenang dalam penegakan peraturan dan penerapan sanksi terhadap pelanggaran dari Peraturan Desa yang telah dibuat. 4. Kelompok Masyarakat Pengawas diberi tugas dan wewenang sebagai pelaksana dalam perencanaan kegiatan pengelolaan perikanan skala kecil, pelestarian ekosistem dan spesies dilindungi, serta pengusahaan atau pengelolaan dana dalam kaitan pengelolaan perikanan skala kecl 5. Kelompok Masyarakat Pengawas dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya harus berkoordinasi dan bekerjasama dengan Pemerintah Desa, serta menyampaikan laporan Desa Monsonganval7 kegiatan dan laporan keuangan secara lengkap dan transparan kepada masyarakat dan pemerintah desa 6. Dalam kasus adanya tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat dan atau kelompok tertentu di sekitar kawasan pesisir dan laut desa Monsongan, kelompok masyarakat pengawas berhak melakukan pelaporan kepada pemerintah desa dan atau enyitaan hasil tangkapan pelaku dan atau peralatan yang digunakan saat pelanggaran ilakukan, untuk kemudian diproses bersama dengan Pemerintah Desa. 7. Senantiasa berkoordinasi dengan DKP Provinsi dan atau dengan PSDKP terlebih dahulu untuk melaporkan kejadian-kejadian pelanggaran yang dikemukakan. BAB VIII HAL-HAL YANG DILARANG Pasal 13 Di seluruh kawasan pesisir dan laut Desa Monsongan dilarang keras melakukan kegiatan penangkapan ikan di sekitar perairan Desa Monsongan yang dapat merusak lingkungan dan bersifat eksploitati. Pasal 14 ‘Secara lebih terperinci, hal-hal yang dilarang dilakukan di sekitar kawasan Pesisir dan Laut Desa Monsongan yang berpotensi menimbulkan Kerusakan dan eksploitasi_sumberdaya perikanan skala kecil adalah sebagai berikut : 1. Dilarang mengoperasikan alat tangkap di perairan monsongan di luar alat tangkap sesual spesifikasi yang telah dijelaskan pada pasal 10 2, Dilarang menggunakan bahan peledak dan bahan kimia berbahaya untuk menangkap ikan dan atau sumberdaya lainnya di perairan pesisir dan laut Monsongan. 3. Tidak melakukan penangkapan terhadap spesies-spesies laut yang _dilindungi berdasarkan peraturan perundang-undangan, peraturan daerah, dan peraturan terkait lainnya (spesies laut yang dilindungi terlampir). 4, Kapal dengan ukuran di atas 5 GT tidak diperbolehkan melakukan aktivitas penangkapan i sekitar area penangkapan prioritas nelayan skala kecil desa monsongan pada jarak kurang dari 4 mil dari daratan 5, Dilarang mengambil kerang mata tujuh (abalon) dan sumberdaya alam lainnya yang dapat merusak terumbu karang 6. Dilarang menangkap atau mengambil biota laut yang dilindungi _peraturan perundang-undangan di perairan Monsongan 7. Dilarang membuang sampah dan atau mengotori perairan laut sekitar Desa Monsongan. BAB IX ‘SANKSI DAN PENYELESATAN PELANGGARAN Pasal 15 ‘Sanksi pelanggaran dilakukan secara bertahap sesuai tingkat pelanggaran, berupa : 1. Barang siapa yang melakukan perbuatan melanggar ketentuan pasal 14 maka akan cilakukan sosialisasi langsung dan akan ditindak dengan cara mengambil gambar (foto) kapal beserta kru kapal sebagai database dan alat bukti pelanggar untuk bahan penindakan sanksi lanjutan. 2, Barang siapa yang melakukan pelanggaran kedua kalinya berdasarkan bukti dari data base pelanggar maka dikenakan sanksi berupa penyitaan alat tangkap yang sifatnya sementara berdasarkan instruksi dan hasil koordinasi dari penegak hukum (kepolisian dan PSDKP), 3. Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran berulang sebanyak tiga kali berdasarkan bukti dari data base pelanggar maka POKMASWAS akan melakukan esa Monsonganvals pengamanan seluruh kru kapal beserta alat bukti yakni kapa dan alat tangkap untuk diserahkan dan dilaporkan kepada pihak yang berwenang. Pasal 16 1. Setiap penindakan ates pelanggaran diwajibkan mengambil gambar (foto) kapal beserta kru_kapal sebagai bahan bukti dan database POKMASWAS dan Pemerintah Desa Monsongan 2. Pengamanan alat tangkap sebagaimana yang dimaksud di pasal 15 ayat 2 disaksikan oleh Pemerintah Desa, Bhabinkamtibmas, Babinsa, dan tokoh adat. 3. Pelaku pelanggaran sebagaimana yang dimaksud di pasal 15 ayat 2 membuat dan menandatangani surat pernyataan tidak akan mengulangi lagi pelanggaran yang ilakukan di disaksikan oleh Pemerintah Desa, Bhabinkamtibmas, Babinsa, dan tokoh adat, 4. Pelaku Pelanggaran sebagaimana yang dimaksud di pasal 15 ayat 3 ditahan oleh kelompok pengawas masyarakat (POKMASWAS) desa untuk diserahkan kepada pihak non-penegak hukum (Pemerintah Desa, Bhabinkamtibmas, Babinsa, dan tokoh adat) untuk selanjutnya ditindaklanjuti kepada petugas penegak hukum (kepolisian dan PSDKP), untuk diproses sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. BAB XII PENUTUP Pasal 17 1. Hahal yang belum diatur dalam Peraturan Desa ini akan diatur melalui Musyawarah Desa dan ditetapkan melalui Peraturan Kepala Desa; 2. Peraturan Desa ini mulai diberlakukan sejak tanggal diundangkan agar setiap orang mengetahuinya: Ditetapkan di: Monsongan Pada Tanggal ‘Agustus 2022 Disetujui : Ketua BPD Kepala Desa Desa Monsonganvals LAMPIRAN Desa Monsonganhal10

Anda mungkin juga menyukai