Anda di halaman 1dari 7

e-ISSN : 2621-6973

Jurnal Pengolahan Pangan 7 (1) 7-13, Juni 2022 p-ISSN : 2527-5631


PENGAMATAN CACAT KEMASAN PADA PRODUK MIE KERING
MENGGUNAKAN PETA KENDALI DAN DIAGRAM FISHBONE DI
PERUSAHAAN PRODUSEN MIE KERING SEMARANG, JAWA TENGAH

OBSERVATION OF DRIED NOODLE PRODUCT PACKAGING DEFECTS


WITH CONTROL CHARTS AND FISHBONE DIAGRAMS AT A DRY
NOODLE PRODUCER IN SEMARANG, CENTRAL JAVA

Ahadya Silka Fajaranie1, Amalya Nurul Khairi1*


1
Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Ahmad Dahlan Kampus 4,
Jl. Ringroad Selatan, Yogyakarta

ABSTRAK
Cacat kemasan produk mie kering merupakan salah satu masalah yang perlu dilakukan pengamatan untuk
selanjutnya di analisis lebih lanjut terkait penyebab dari masalah yang terjadi sehingga dapat dilakukan
perbaikan proses untuk meminimalisir kerugian yang dialami oleh perusahaan akibat dari masalah cacat
kemasan. Tujuan dari penelitian yaitu menganalisis jumlah cacat kemasan pada produk mie kering,
menganalisis faktor penyebab terjadinya cacat kemasan pada produk mie kering, dan menganalisis solusi
untuk meminimalisir terjadinya cacat kemasan pada produk mie kering. Metode pengumpulan data yang
digunakan yaitu metode observasi, wawancara, dan studi literatur. Hasil pengamatan cacat kemasan produk
mie kering dengan metode analisis peta kendali (P-Chart) menunjukkan proporsi cacat kemasan tertinggi
dan terendah yaitu 0.012158055 dan 0.00297619. Analisis diagram fishbone menunjukkan faktor-faktor
penyebab terjadinya cacat kemasan produk mie kering yang dipengaruhi oleh faktor manusia, metode,
mesin, dan lingkungan. Kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan analisis peta kendali (P-Chart)
menunjukkan 4 titik cacat kemasan yang melebihi batas pengendalian, analisis diagram tulang ikan
menunjukkan faktor dominan yang menyebabkan terjadinya cacat kemasan yaitu faktor manusia dan mesin,
adapun solusi untuk meminimalisir terjadinya cacat kemasan dengan melakukan training.
Kata kunci: analisis peta kendali (p-chart), analisis diagram tulang ikan, cacat kemasan, uji kuantitatif.

ABSTRACT
Defects in the packaging of dried noodle are one of the problems that need to be observed for further
analysis regarding the causes of the problems that occur so that process improvements can be made to
minimize losses experienced by the company as a result of packaging defects problems. The purpose of the
research entitled is to analyze the number of packaging defects in dry noodle products, analyze the factors
that cause packaging defects in noodle products dry, and analyze solutions to minimize the occurrence of
packaging defects in dry noodle product. The data collection methods used are observation, interviews,
and literature studies. The results of observations of packaging defects of dried noodle products using the
control chart analysis method (P-Chart) showed the highest and lowest proportion of packaging defects
were 0.012158055 and 0.00297619. Fishbone diagram analysis shows the factors that cause packaging
defects of dried noodle products which are influenced by human, method, machine, and environmental
factors. The conclusion of this study based on control chart analysis (P-Chart) shows 4 points of packaging
defects that exceed the control limit, fishbone diagram analysis shows the dominant factors that cause
packaging defects, namely human and machine factors, as for solutions to minimize the occurrence of
packaging defects by conducting training.

Keywords: control chart analysis (p-chart), fishbone diagram analysis, packaging defects, quantitative test.
------------------------------------------------------------------
*)
Penulis Korespondensi.
E-mail: amalya.khairi@tp.uad.ac.id
Telp: +62-82280126691
7
e-ISSN : 2621-6973
Jurnal Pengolahan Pangan 7 (1) 7-13, Juni 2022 p-ISSN : 2527-5631
Pendahuluan sangat penting untuk dipertimbangkan sehingga
dihasilkan desain produk seperti apa yang cocok
Mie merupakan jenis makanan hasil
baik dari segi visual sebagai estetik maupun visual
olahan tepung yang sudah dikenal oleh sebagian
sebagai media komunikasi antara produk dan
besar masyarakat Indonesia. mie juga merupakan
konsumen (Klimchuk, 2006).
jenis makanan yang digemari oleh berbagai
Warna kemasan adalah faktor yang telah
lapisan masyarakat. Hal ini karena mulai dari
menjadi salah satu titik kombinasi dari proses
penyajian sampai dikonsumsi sangat mudah dan
pemasaran, periklanan, dan barang dagangan.
cepat. Mie juga dapat digunakan sebagai variasi
Peranan kemasan merupakan salah satu alat
dalam lauk pauk dan sebagai pengganti nasi. Pada
pemasaran yang dapat memberikan pelayanan
prinsipnya semua jenis mie dibuat dari bahan dan
sendiri yaitu menyebutkan ciri-ciri produk untuk
metode pembuatan yang sama tetapi di pasar
meyakinkan konsumen guna melakukan
dikenal berbagai jenis mie berdasarkan tingkat
keputusan pembelian dan memberikan kesan yang
kematanganya seperti mie segar atau mentah,
menguntungkan (Ahmad, 2014).
bakmi basah, mie instan dan mie kering (Sutomo,
Kemasan yang baik dapat meningkatkan
2008).
kemakmuran konsumen bersedia untuk membayar
Mie merupakan salah satu produk pangan
lebih mahal demi penampilan, kemudahan,
yang populer di berbagai negara termasuk di
ketergantungan dan prestise darikemasan yang
Indonesia, meskipun nama, bahan, bentuk, dan
lebih baik. Kemasan dapat meningkatkan citra
cara pengolahan mie yang berbeda satu dengan
perusahaan dan merek yaitu mengandung
yang lainnya. Pada saat ini, bakmi telah menjadi
kekuatan jika dirancang secara tepat dan cermat
salah satu produk pangan alternatif pengganti nasi
dalam mendapatkan keyakinan konsumen
yang banyak digemari oleh hampir semua
mengenai perusahaan / mereknya (Shah, 2013).
kalangan, mulai dari anak-anak hingga dewasa.
Berdasarkan uraian diatas, maka
Hal ini dikarenakan mie memiliki kandungan gizi
pengamatan terhadap kemasan produk bakmi
yang hampir setara dengan kandungan gizi pada
perlu dilakukan untuk menjaga agar produk bakmi
nasi, khususnya pada kandungan karbohidrat yang
yang dikemas aman sampai ke tangan konsumen
digunakan untuk menunjang kebutuhan energi
tanpa adanya kerusakan sedikitpun. Kemasan
sehari-hari, sehingga konsumsi mie dirasa cukup
produk tidak hanya digunakan untuk
mengenyangkan seperti saat mengkonsumsi nasi
membungkus produk namun juga harus
(Dewi, 2015).
memenuhi syarat kelayakan kemasan makanan
Mie kering adalah mie segar yang
sehingga produk makanan aman untuk
dikeringkan hingga kadar airnya mencapai 8-10%.
dikonsumsi. Perusahaan tersebut adalah produsen
Pengeringan umumnya dilakukan dengan
bakmi kemasan pertama di Indonesia. Dalam
penjemuran dibawah sinar matahari atau dengan
proses pengemasan produk bakmi didapatkan ada
dioven. Mie kering mempunyai kadar air rendah
kemasan produk bakmi yang mengalami cacat,
sehingga daya simpannya relatif lama dan mudah
sehingga perlu di evaluasi untuk mengurangi
penanganannya (Astawan, 2005).
masalah tersebut.
Kemasan merupakan bagian dari suatu
Pengamatan cacat kemasan pada produk
produk yang memiliki fungsi utama untuk
mie dilakukan untuk mengetahui adanya kemasan
melindungi. Disamping memiliki fungsi primer
yang mengalami kerusakan. Cacat kemasan
melindungi produk, kemasan juga memiliki fungsi
produk ditandai dengan adanya kemasan yang
sekunder sebagai pemberi informasi kepada
tidak rapi dan terlipat. Penelitian bertujuan untuk
konsumen melalui desain kemasan. Semakin
menganalisis jumlah cacat kemasan pada produk
berkembangnya ilmu pengetahuan khususnya
bakmi kering, menganalisis faktor penyebab
ilmu desain menjadikan semakin bervariasi pula
terjadinya cacat kemasan pada produk mie kering,
desain kemasan produk di pasaran. Suatu kemasan
dan menganalisis solusi untuk meminimalisir
dengan desain menarik cenderung lebih menonjol
terjadinya cacat kemasan pada produk mie kering.
dibandingkan produk lain (Underwood, 2001).
Beberapa kejadian cacat kemasan yang
Selain menarik, desain kemasan juga
terjadi antara lain kemasan tidak rapi, hal ini
harus dapat mengkomunikasikan produk secara
terjadi karena pada saat proses sealing karyawan
estetik kepada konsumen dengan berbagai macam
terburu-buru mengejar target produksi yang sudah
latar belakang, persepsi, minat, pengalaman,
ditentukan sehingga kemasan kurang ditarik pada
psikologi sosial, etnis, bahasa, dan sebagainya.
saat memasuki mesin sealer dan menyebabkan
Kesesuaian latar belakang target audiens ini
8
e-ISSN : 2621-6973
Jurnal Pengolahan Pangan 7 (1) 7-13, Juni 2022 p-ISSN : 2527-5631
kemasan menjadi tidak rapi. Namun hal ini terlibat didalamnya dapat memberikan saran yang
termasuk cacat kemasan ringan yang masih bisa mungkin menjadi penyebab dari masalah tersebut
diperbaiki dengan cara menggunting bagian (Kristono, 2019).
kemasan yang kurang rapi tersebut dan tidak perlu
mengganti dengan kemasan yang baru. Cacat Metode Penelitian
kemasan berikutnya yaitu kemasan bolong, hal ini
Bahan yang digunakan dalam pengamatan
terjadi karena pada saat proses sealing kemasan
cacat kemasan adalah kemasan produk mie kering.
tidak terseal secara sempurna akibat dari mesin
Kemasan produk yang dikategorikan sebagai
seal yang kurang panas sehingga mengakibatkan
kemasan cacat yaitu kemasan yang salah satu
kemasan tidak terseal secara keseluruhan, atau
bagiannya terlipat dan bolong pada saat dilakukan
mesin terlalu panas sehingga kemasan meleleh
proses sealing. Pengecekan pengemasan seperti
dan mengakibatkan kemasan menjadi bolong. Hal
kebocoran kemasan dilakukan secara fisik dengan
ini termasuk cacat kemasan berat yang sudah tidak
menekan kemasan apabila terdapat kemasan yang
bisa diperbaiki sehingga harus diganti dengan
bocor maka akan dilakukan seal ulang pada
kemasan yang baru agar produk didalam kemasan
kemasan. Dan apabila kemasan rusak maka akan
tetap aman untuk dikonsumsi. Penggantian
diganti dengan kemasan yang baru. Tahapan dari
kemasan ini merugikan perusahaan karena target
pengamatan cacat kemasan produk mie kering
produksi menjadi tidak tercapai dan memerlukan
dilakukan pada saat kemasan selesai melewati
biaya lebih untuk mencetak kemasan yang baru.
proses sealing dengan cara menekan kemasan dan
Maka untuk meminimalisir terjadinya cacat
apabila terdapat kemasan cacat seperti kemasan
kemasan perlu dilakukan analisis lebih lanjut.
terlipat dan bolong maka akan dipisahkan dan
Untuk meminimalisir terjadinya cacat
dicacat jumlah cacat kemasan yang terjadi setiap
kemasan dilakukan dengan pengamatan secara
kali produksi. Gambar 1. merupakan tahapan
langsung. Kemudian hasil pengamatan dicatat dan
pengamatan cacat kemasan produk bakmi kering.
dianalisis dengan bantuan metode seven tools
yaitu control chart untuk membantu perhitungan
apakah cacat kemasan tersebut keluar dari batas
pengendalian atau tidak. Jenis control chart yang Diambil kemasan produk mie kering
dipakai yaitu P-Chart. P-Chart merupakan alat
bantu yang dapat digunakan untuk pengendalian Dipisahkan kemasan yang mengalami cacat
proses secara statistik. P-Chart dipilih untuk sesuai kategori masing-masing
digunakan, karena pengendalian pengendalian
kualitas bersifat atribut. P-Chart menunjukkan
menunjukkan perubahan data dari waktu ke Terlipat Bolong
waktu, dengan pencantuman batas maksimum dan
minimum yang merupakan batas daerah
pengendalian. P-Chart mempunyai kelebihan
Dimasukkan ke keranjang terpisah
yaitu dapat membantu pengendalian cacat
kemasan serta dapat memberikan informasi
mengenai kapan dan dimana perusahaan harus Dicatat jumlah cacat kemasan
melakukan perbaikan kualitas (Isti Khomah, yang terjadi
2015).
Setelah di analisis menggunakan P-Chart,
diperoleh hasil bahwa ada beberapa cacat kemasan Gambar 1. Diagram Alir Pengamatan Cacat Kemasan
yang keluar dari batas pengendalian sehingga Produk Mie Kering
perlu ditindaklanjuti menggunakan diagram
fishbone. Diagram fishbone merupakan sebuah
metode yang digunakan untuk membantu
memecahkan masalah yang ada dengan
Hasil dan Pembahasan
melakukan analisis sebab dan akibat dari suatu
keadaan dalam sebuah diagram yang terlihat Kemasan produk juga menjadi salah satu
seperti tulang ikan. Diagram fishbone dipilih yang akan dinilai pertama kali oleh konsumen,
karena memiliki kelebihan dapat menjabarkan konsumen akan membeli produk dengan kemasan
setiap masalah yang terjadi dan setiap orang yang yang menarik, tidak rusak dan rapi. Pengendalian

9
e-ISSN : 2621-6973
Jurnal Pengolahan Pangan 7 (1) 7-13, Juni 2022 p-ISSN : 2527-5631
pengemasan juga menjadi hal yang penting untuk hasil pengamatan untuk kemasan yang tidak
diperhatikan seperti pengecekan kebocoran sesuai atau cacat kemasan pada produk bakmi
kemasan dan kode produksi. Kebocoran kemasan kering.
akan menyebabkan produk mengalami penurunan Tabel 1. Data Pengamatan Cacat Kemasan Produk
mutu dan dapat terjadi kontaminasi pada produk. Mie Kering
Hal ini sangat tidak diinginkan baik konsumen No. Tanggal Jumlah Jumlah
maupun perusahaan karena dapat membahayakan Produksi Cacat
nama baik perusahaan akibat produk yang tidak Kemasan
layak didistribusikan. 1. 3 November 453 4
Kemasan cacat adalah kemasan gagal 2021
yang biasanya tidak sengaja terbuat. Kemasan 2. 4 November 672 2
cacat biasanya tidak bisa diperbaiki dan harus 2021
diganti dengan kemasan yang baru. Hal ini 3. 5 November 576 2
membuat perusahaan menjadi rugi karena stok 2021
kemasan menjadi berkurang sehingga tidak dapat 4. 6 November 1088 12
sesuai dengan target produksi dan akibatnya stok 2021
penjualan berkurang sehingga perusahaan 5. 8 November 624 5
mengalami penurunan omset. 2021
Pengecekan pengemasan seperti 6. 9 November 662 3
kebocoran kemasan dan kode produksi dilakukan 2021
secara fisik dengan menekan kemasan apabila 7. 10 704 7
terdapat kemasan yang bocor maka akan November
dilakukan seal ulang pada kemasan. Dan apabila 2021
kemasan rusak maka akan diganti dengan 8. 11 512 3
kemasan yang baru. November
Dengan melakukan pengamatan pada saat 2021
proses mengemas produk didapatkan kemasan 9. 12 828 8
produk yang mengalami cacat. Kemasan produk November
yang dikategorikan sebagai kemasan cacat yaitu 2021
kemasan yang salah satu bagiannya terlipat dan
10. 13 498 3
bolong pada saat dilakukan proses sealing. November
Kemasan dengan kriteria tersebut dianggap cacat 2021
karena kemasan produk menjadi tidak menarik
11. 15 336 2
dan ditakutkan pada bagian kemasan yang terlipat
November
tidak tertutup sempurna (bolong) sehingga dapat
2021
mempengaruhi kualitas produk bakmi di dalam
12. 16 329 4
kemasan.
November
Pengamatan kemasan produk mengacu
2021
pada SNI 8217:2015 yang menyatakan bahwa
13. 17 672 3
syarat kemasan adalah produk dikemas dan
November
ditutup rapat, tidak dipengaruhi atau
2021
mempengaruhi isi, aman selama penyimpanan dan
pengankutan. Hal ini sesuai dengan pengendalian 14. 18 323 3
mutu kemasan yang telah ditetapkan oleh CV November
Sundoro Indonesia yaitu kemasan yang lulus 2021
quality control antara lain kemasan tidak bocor, Jumlah 8227 61
tidak rusak, dan kode produksi tertera dengan jelas Sumber: Data Pengamatan Tahun 2021
kemudian produk dikemas dalam karton yang Pengendalian proporsi kesalahan (P-
berfungsi melindungi produk selama proses Chart) digunakan untuk mengukur
penyimpanan atau proses pendistribusian. ketidaksesuaian penyimpangan (atau sering
Pengamatan pada proses pengemasan dilakukan disebut cacat) dari item-item dalam kelompok
pengecekan kebocoran kemasan dengan cara yang sedang diperiksa. Dengan demikian
menekan kemasan kemudian pengamatan stiker, pengendalian p digunakan untuk mengendalikan
dan kode produksi. Pada Tabel 1 terdapat data proporsi dari item-item yang tidak memenuhi
10
e-ISSN : 2621-6973
Jurnal Pengolahan Pangan 7 (1) 7-13, Juni 2022 p-ISSN : 2527-5631
syarat spesifikasi kualitas atau proporsi dari Dalam pembuatan control chart (P-
produk cacat yang dihasilkan dalam suatu proses. Chart) diperlukan data kemasan produk bakmi
Proporsi yang tidak memenuhi syarat kering dari CV Sundoro Indonesia. Pengambilan
didefinisikan sebagai rasio banyaknya item yang data dilakukan pada bulan November selama 14
tidak memenuhi syarat dalam suatu kelompok hari dapat dilihat pada Tabel 2.1. Dari data
terhadap total banyaknya item dalam kelompok tersebut kemudian dilakukan analisis P-Chart
itu. Item-item itu dapat mempunyai beberapa mulai dari menghitung CL (Central Line), UCL
karakteristik kualitas yang diperiksa atau diuji (Upper Control Limit), dan LCL (Lower Control
secara bersamaan oleh pemeriksa. Jika item-item Limit) yang disajikan pada Tabel 2.2.
itu tidak memenuhi standar pada satu atau lebih Tabel 2.Hasil Perhitungan CL, UCL, dan LCL
Tanggal Jumlah Jumlah Proporsi CL UCL LCL
karakteristik kualitas yang diperiksa, maka item- produksi produksi cacat cacat
item itu digolongkan sebagai tidak memenuhi (pcs) (pcs)
3 453 4
syarat spesifikasi atau cacat. Proporsi sering November
2021
diungkapkan dalam bentuk decimal (Heizer J. d., 4 672 2
0.008830022 0.00736982 0.010190196 0.004549444

2006). November
2021 0.00297619 0.00736982 0.010190196 0.004549444
Langkah-langkah dalam membuat P- 5 576 2
Chart, sebagai berikut: November
2021 0.003472222 0.00736982 0.010190196 0.004549444
a) Menghitung Presenase Kerusakan 6 1088 12
𝑛𝑝 November
𝑝= 𝑥 100% 2021 0.011029412 0.00736982 0.010190196 0.004549444
𝑛 8 624 5
Keterangan: November
2021 0.008012821 0.00736982 0.010190196 0.004549444
np : Jumlah gagal dalam sub 9 662 3
November
grup 2021 0.004531722 0.00736982 0.010190196 0.004549444
n : Jumlah yang diperiksa 10 704 7
November
dalam sub grup (Heizer J. d., 2021 0.009943182 0.00736982 0.010190196 0.004549444
2006). 11
November
512 3

b) Menghitung Garis Pusat (Central Line) 2021 0.005859375 0.00736982 0.010190196 0.004549444
∑np 12
November
828 8

𝐶𝐿 = 𝑝̅ = 2021
∑n 13 498 3
0.009661836 0.00736982 0.010190196 0.004549444

Keterangan: November
2021
∑np : Jumlah total yang rusak 0.006024096 0.00736982 0.010190196 0.004549444

∑n : Jumlah total yang 15 336 2 0.005952381 0.00736982 0.010190196 0.004549444


November
diperiksa (Heizer 2021
J. d., 2006).
c) Menghitung Batas Kendali Atas (Upper 16
November
329 4 0.012158055 0.00736982 0.010190196 0.004549444

Control Limit) 2021

𝑝̅ (1 − 𝑝̅ )
𝑈𝐶𝐿 = 𝑝̅ + 3 (√ ) 17 672 3 0.004464286 0.00736982 0.010190196 0.004549444
𝑛 November
2021
Keterangan:
𝑝̅ : Rata-rata kerusakan 18 323 3 0.009287926 0.00736982 0.010190196 0.004549444
November
produk 2021
𝑛 : Total grup atau sampel
Jumlah 8277 61
(Heizer J. d., 2006).
d) Menghitung Batas Kendali Bawah (Lower
Control Limit) Berdasarkan hasil dari perhitungan CL,
𝑝̅ (1 − 𝑝̅ ) UCL, dan LCL, maka data pada Tabel 2.2 diatas
𝐿𝐶𝐿 = 𝑝̅ − 3 (√ )
𝑛 dapat digambarkan dengan control chart (P-
Keterangan: Chart) pada gambar 2.2.
𝑝̅ : Rata-rata kerusakan
produk
𝑛 : Total grup atau sampel
(Heizer J. d.,
2006).

11
e-ISSN : 2621-6973
Jurnal Pengolahan Pangan 7 (1) 7-13, Juni 2022 p-ISSN : 2527-5631
antara masalah atau akibat dengan faktor-faktor
P-Chart yang menjadi penyebabnya (Heizer J. d.-p., 2001).
0,015 Berikut merupakan Fishbone Diagram
untuk jenis cacat kemasan produk mie kering.
0,01
0,005
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
PROPORSI CACAT
CL
UCL
LCL
Gambar 2. Diagram Fishbone Cacat Kemasan
Gambar 1. Peta Kendali P-Chart Berdasarkan Diagram Fishbone diatas
Sumber: Dokumentasi Pribadi Tahun 2021 terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
Berdasarkan pada Gambar 2.2 Peta terjadinya cacat pada kemasan produk mie kering
Kendali P-Chart menunjukkan bahwa produksi antara lain sebagai berikut.
bakmi kering pada bulan November 2021 terdapat a. Faktor Manusia
4 titik cacat kemasan yang melebihi batas Manusia disini bertugas sebagai
pengendalian dan terdapat 10 titik cacat kemasan operator yang menjalankan alat pada
yang berada dalam batas pengendalian. Jumlah proses pengemasan mie. Faktor manusia
cacat kemasan produk mie kering yang melewati diakibatkan dari operator yang kurang
batas UCL berada pada data di hari keempat dan mahir dalam mengendalikan mesin, tidak
keduabelas., sedangkan jumlah cacat kemasan fokus pada saat mengoperasikan alat, dan
produk yang melewati batas LCL berada pada data akibat dari rasa lelah menyebabkan
di hari kedua dan ketiga. Pada titik yang melebihi timbulnya rasa jenuh dan mengantuk. Hal
batas kendali UCL dan LCL disebabkan karena ini dapat menjadi sebab terjadinya
banyaknya produk cacat kemasan yang dihasilkan. kerusakan pada saat proses pengemasan
Proporsi cacat kemasan tertinggi yaitu berlangsung.
0.012158055 dan proporsi cacat kemasan terendah b. Faktor Metode
yaitu 0.00297619. Selanjutnya untuk mengetahui Faktor metode diakibatkan dari
faktor yang menyebabkan terjadinya cacat kurangnya koordinasi antar karyawan
kemasan produk dilakukan analisis menggunakan ketika bergantian mengoperasikan alat
Fishbone Diagram. pada saat proses pengemasan hal ini
Diagram tulang ikan atau fishbone terjadi disebabkan tidak ada SOP dari
diagram adalah salah satu metode/tool di dalam perusahaan, kemasan terlipat diakibatkan
meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini karena terburu-buru pada saat proses
disebut dengan diagram sebab-akibat atau cause pengemasan dan pada saat proses sealing
effect diagram. Diagram ini akan menunjukkan kemasan kurang ditarik sehingga pada
sebuah dampak atau akibat dari sebuah bagian tepi kemasan tidak rapi dan bisa
permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. juga menyebabkan kemasan menjadi
Efek atau akibat dituliskan sebagai moncong bocor karena kemasan produk tidak
kepala. Sedangkan tulang ikan diisi oleh sebab- terseal dengan sempurna.
sebab sesuai dengan pendekatan c. Faktor Mesin
permasalahannya. Diagram sebab-akibat Faktor mesin diakibatkan dari
memperlihatkan hubungan antara permasalahan suhu pada sealer yang terlalu panas,
yang dihadapi dengan kemungkinan penyebabnya apabila suhu sealer pada proses
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya yang pengemasan terlalu tinggi bisa membuat
terdiri dari manusia (man), bahan baku (material), kemasan menjadi meleleh sehingga dapat
mesin (machine), metode (method), dan menimbulkan kebocoran pada kemasan
lingkungan (environment). Diagram sebab akibat dan kemasan rusak, sebaliknya apabila
adalah grafik yang menggambarkan hubungan
12
e-ISSN : 2621-6973
Jurnal Pengolahan Pangan 7 (1) 7-13, Juni 2022 p-ISSN : 2527-5631
suhu sealer terlalu rendah maka kemasan terjadinya cacat kemasan pada produk mie kering
menjadi tidak melekat secara sempurna, yaitu dengan melakukan training dan sosialisasi
sealer digunakan secara terus menerus pada karyawan dan melakukan perawatan pada
sehingga mengakibatkan suhu pada sealer mesin secara rutin minimal satu bulan sekali.
menjadi terlalu panas, target produksi
yang melebihi kapasitas mesin sealer juga Daftar Pustaka
menjadi penyebab suhu pada sealer Ahmad, N. J. (2014). Ahmad, Nawaz., Jolita,
menjadi terlalu panas, digital control Vveinhardt., Impact of word of mouth on
panel rusak sehingga suhu pada saat consumer buying decision. European
proses pengemasan berlangsung tidak Journal of Bussines and Management., Vol
sesuai dengan suhu yang ada pada 6. No 31.
tampilan themperature display. Mesin Astawan, M. (2005). Membuat Mie dan Bihun.
tersebut mengalami kerusakan karena Yogyakarta: Penebar Swadaya.
kurangnya perawatan pada mesin. Dewi, I. A. (2015). Penggandaan Skala Mi Kering
d. Faktor Lingkungan dari Ubi Jalar (Ipomea batatas L.).
Faktor lingkungan diakibatkan Teknologi Pertanian, 16(1), 41–50.
karena suhu ruangan panas, hal tersebut Heizer, J. d. (2006). Manajemen Operasi, Edisi 7.
disebabkan dari AC yang rusak karena Jakarta: Salemba Empat.
tidak dilakukan perawatan, dan karena Heizer, J. d.-p. (2001). Prinsip-prinsip
suhu ruang pengemasan yang tertutup Manajemen Operasi: Operations
rapat sehingga tidak ada udara yang Management. Jakarta: Salemba Empat.
masuk. Dan faktor lingkungan juga bisa Isti Khomah, E. S. (2015). Aplikasi Peta Kendali
diakibatkan karena suara bising dari alat p sebagai Pengendalian Kualitas Karet di
pengemasan atau suara mesin pembuatan PTPN IX Batujamus/Kerjoarum. Jurnal
mie. AGRARIS, Hal 13-14.
Klimchuk, M. d. (2006). Desain Kemasan.
Kesimpulan Terjemahan oleh Bob Sabran. 2008.
Berdasarkan analisis peta kendali P-Chart Jakarta: Erlangga.
dapat disimpulkan bahwa jumlah cacat kemasan Kristono, I. S. (2019). Analisis Fishbone Diagram
produk mie kering yang melewati batas UCL (Diagram Ishikawa). Bandung: IPB.
berada pada data di hari keempat dan keduabelas. Shah, S. A. (2013). Role of Packaging in
Sedangkan jumlah cacat kemasan produk yang Consumer Buying Behavior. International
melewati batas LCL berada pada data di hari Review of Basic and Applied Sciences.,
kedua dan ketiga. Berdasarkan hasil Diagram 1.2.
Fishbone menunjukkan bahwa terdapat empat Sutomo, B. (2008). Variasi Mie dan Pasta.
faktor yang mempengaruhi terjadinya cacat pada Jakarta: PT. Kawan Pustaka.
kemasan produk mie kering antara lain faktor Underwood, R. L. (2001). Packaging
manusia, metode, mesin, dan lingkungan. Pada communication: attentional effects of
atribut cacat kemasan produk bakmi terdapat product imagery. Journal of Product and
faktor yang dominan yaitu faktor manusia dan Brand Management, 10 (7), 403-422.
mesin. Adapun solusi untuk meminimalisir

13

Anda mungkin juga menyukai