Anda di halaman 1dari 45
BEBERAPA DIMENSI AKUNTANSI : MENURUT ALQUR’AN, ILAHIYAH, SEJARAH ISLAM DAN KINI Sofyan Syafri Harahap Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti Abstract Islamic Accounting is a new phenomenon. The emerging educated people from Islamic society produces a new machine to revisit Islamic heredity in social, political, economics and business knowledge. The domination of capitalist accounting has influenced our social, political, economics as well as our accounting system. The discussion of Islamic Accounting has been started either by Non-Mustim scholar or Muslim Scholar, Atleast there are three views explaining the form of Islamic Accounting: Islamic accounting based on Alquran, based on Islamic history applied by “daulah Islamiyah” (Muslim goverment) andbased on reconstruction from capitalist accounting system. Those three views will be discussed in this paper. eee Hai orang orang yang beriman masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan dan jangan kann turut langkah langkah syaitan. Sesungguhnya syetan itu musuh nyata bagimu (Albagarah 208) We are like a big fish that has been pulled from the water and is flopping wildly to find its way back in (Lester Thurow, 1996 The Future of Capitalism) 57 58 Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 2, No. 2 Agustus 2002: §7 - 101 PENGANTAR Artikel ini pertama kali menjelaskan terlebih dahulu pengertian yang akan dipakai dalam judul tersebut. Pemilihan pengertian yang jelas ini perlu untuk menetapkan jalan pemikiran yang ditempuh untuk membahasnya. Perbedaan pengertian terhadap istilah ini dapat oe perbedaan analisis dan domain yang akan dibahas nantinya. Kalau yang kita maksud akuntansi adalah akuntansi kapitalis kontemporer {konvensional) yang berlaku sekarang maka pembahasannya akan lain dil ig dengan kalau yang dimaksud itu adalah akuntansi Islam. Perbedapn ideologi kapitalis dan Islam itu cukup mendasar sehingga bangun teori maupun praktek dari akuntansi dalam dua kutub ideologi ini juga akan memiliki berbagai perbedaan yang sangat besar. Dalam tulisan ini akan penulis coba untuk membahas beberapa Dimensi Akuntansi menurut Alquran, Ilahiyah dan Sejarah Islam sehingga mencakup juga sistem akuntansi Ilahiyah, sejarah dan perkembangan Akuntansi Islam saat ini. , Dalam membahas Akuntansi dalam Alquran ada dua kemungkinan pengertian yaitu Akuntansi seperti yang kita kenal saat ini (akuntansi konvensional) dalam Alquran dan signal signal atau petunjuk (ayat ayat atau tanda tanda) yang relevan dengan domain Akuntansi hanya dalamarti konvensional tetapi dalam berbagai bentuknya yang ‘rtera dalam Alquran maupun dari sejarah kebudayaan Islam. Topik pertama Akuntansi Konvensional dalam Alquran juga mengandung beberapa kemungkinan pengertian sebagai informasi atau sebagai pertanggungjawaban tetapi kita akan memilih pengertian “main stream” yang berlaku saatini yaitu sebagai sistem informasi keuangan. Untuk kemungkinan yang kedua juga lebih kompleks karena Akuntansi Islam itu juga masih belum jelas bentuknya. Dalam hal ini ada tiga kemungkinan : ~ Apakah Akuntansi Islam yang berdasarkan nilai nilai normatif yang ada dalam ideologi Islam (via Alquran dan Hadist) atau | - Akuntansi Islam yang dipraktekkan oleh pemerintahan (kedaulatan) Islam zaman kerajaan Islam dahulu. - Akuntansi Islam berdasarkan pemikiran para intelektual Islam yang hidup pada era hegemoni sivilisasi Barat (Occident) seperti sekarang ini, Beberapa Dimensi Akuntansi : Menurut Alguran, lhiyah, Sejarah Islam dan Kini = 59 Paper ini akan membahas tentang kemungkinan pertama: Akuntansi (konvensional, mainstream) dalam Alquran dan kemungkinan kedua poin pertama Akuntansi Islam berdasarkan nilai normatifnya dalam Alquran. Namun paper ini juga akan menyinggung Akuntansi yang dipraktekkan Allah sesuai yang dapat diterjemahkan dari Alquran, akuntansi dalam sejarahserta perkembangan akuntansi Islam. Untuk membahas kemungkinan kedua poin2 dan 3 bisa dibaca dalam buku Harahap (1999, 2001) Akuntarsi Islam, Triyuwono (2000), dan lain lain. Dengan demikian paper ini akan dimulai dari pembahasan tentang imej akuntansi konvensional kemudian dilanjutkan dengan pembahasan akuntansi konvensional dalam Alquran. Setelah itu akan dibahas aspek aspek kegiatan yang memerlukan akuntansi. Sistem Akuntansi Iahiyah dicoba dibahas berdasarkan nash nash Alquran, kemudian dilanjutkan dengan beberapa sistem dan fungsi akuntan (muhtasib) pada zaman dahulu kala. Perkembangan mengenai Akuntansi Islam akan disinggung sebelum diakhiri dengan bab penutup. IMEJ AKUNTANSI Akuntansi konvensional atau “accounting based capitalist ideology” ini telah berkembang sejak abad pertengahan sampai sekarang ini. la berkembang secara terus menerus dan terus beradaptasi dengan lingkungan sosial kapitalisme yang dijalankan berdasarkan ideologi rasionalisme dan materialsime yang terus berkembang dan berubah. Pengertian akuntansi konvensional menurut Accounting Principle Board (APB) Statement No. 4 (Belkaoui, 1985) adalah sebagai berikut : “Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi sebagai dasar memilih di antara beberapa alternatif’. Untuk menggambarkan berbagai sisi akuntansi, Belkaoui (1985) dalam buku teoriakuntansinya disebutkan beberapa image yang menggambarkan sifat- sifat akuntansi sebagai berikut : 1. Akuntansi sebagai suatu ideologi. 2. Akuntansi sebagai suatu bahasa. 3. Akuntansi sebagai suatu catatan historis. 60 Media Risel Akuntansi, Auditing dan informasi, Vol. 2, No. 2 Agustus 2002 : 87 - 104 4, Akuntansi sebagai suatu realitas ekonomi saat ini. 5. Akuntansi sebagai suatu sistem informasi. 6. Akuntansi sebagai suatu komoditi. Penulis menambah suatu image lagi yaitu: 7. Akuntansi dianggap sebagai pertanggungjawaban (accountibility). 8. Akuntansi adalah “technology” (Bambang Sudibyo), bahkan menganggap bahwa yaitu merubah data atau bukti bukti transaksi menjadi model informasi yang lebih bermanfaat bagi para pemakainya (Harahap, 1993). Akuntansi Sebagai Ideologi Tidak banyak yang membahas bahwa akuntansi dianggap sebagai suatu ideologi. Pihak yang menganggap akuntansi sebagai ideologi menganggap bahwa akuntansi ini alat untuk melegitimasi keadaan| dan struktur sosial, ekonomi, dan politik kapitalis, Malah Karl Marx menganggap bahwa akuntansi merupakan bentuk kesadaran yang palsu dan merupakan alat untuk memistikkan, bukan memberikan informasi yang benar tentang hubungan sosial yang membentuk lembaga produksi yang menggambarkan hubungan antara penguasaan alat produksi dan faktor produksi itu sendiri. Kalau kapitalis menganggap bahwa motor produksi adalah pemilik modal maka Marx menginginkan motor produksi itu adalah pekerja dan rja harus pemilik faktor produksi dan menikmati hasil produksinya. Dé kaitan dengan ini akuntansi juga dianggap sebagai mitos, simbol, dan ritus yang berperan menciptakan aturan simbolis dalam mana masyarakat Iwan Triwiyono (2000) menolak anggapan bahwa akuntansi adalah “vale free” atau bebas nilai. Beliau menganggap bahwa Akuntansi itu “tidak bebas nilai”. Akuntansi juga telah dijadikan sebagai suatu alat untuk melegitimasi dan mendukung ideologi kapitalis materialis atau penguasa organisasi. Menurut Triwiyono manusia dalam suatu organisasilah yang membentuk organisasi dan missi dan tujuan organisasi itu sesuai dengan sikap hidup dan filosofinya. Bahkan akuantnsi bisa mengkonstruksi struktur dan budaya masyarakat. Oleh karena itu menurut beliau kalau ideologi seseorang berbeda dengan idiologi yang melahirkan akuntansi konvensional yaitu kapitalisme maka mestinya konsep akuntansinya juga akan berbeda.|Pendapat ini sejalan dengan pendapat Gambling dan Karim (1987) yang memberikan teori “Colonial Model” yang menganggap bahwa jika suatu masyarakat misalnya memiliki Beberapa Dimensi Akuntansi : Menurut Alqur'an, Wtahiyah, Sejarah Islam dan Kini 61. ideologi atau pandangan hidup Islam maka masyarakatnya akan menggunakan konsep ini dalam kegiatan sosial dan ekonominya sehingga akan membentuk akuntansi dan teori akuntansinya. Untuk lebih lanjut pembaca bisa mendalami Akuntansi Islam sebagai salah satu “emerging model” (menurut Muller) dan sebagai alternatif akuntansi kapitalis yang mendominasi sistem akuntansi sekarang ini (Riahi-Belkaoui, 1994, Harahap, 2002). Terlepas dari imej itu semua Akuntansikonvensional sudah merupakan bagian dari kehidupan sosial kapitalis khususnya memberikan jasa informasi untuk proses pengambilan keputusan ekonomi. Akuntansi sudah merupakan instrument kelas “borjuise” dalam mendapatkan sumber sumber ekonomi yang didapatkan melalui model model atau pelembagaan ekonomi pasar, ekonomi sepekulasi, atau ekonomi derivatif, dan istilah sebagainya. Mainstream dari akuntansi adalah memberikan informasi yang sangat dibutuhkan dalam proses pengambilan keptusan ekonomi dalam pertarungan mendapatkan atau menguasai kekayaan dalam dunia yang dibangun secara kapitalis. Pertanyaan berikutnya apakah ada terdapat model ini dalam Alquran. Allah SWT menkritik kelemahan sistem yang dibuat manusia dalam sebagaimana disebut dalam Alquran sebagai berikut: ‘Mereka hanya mengetahui yang lahir saja dari kehidupan dunia sedang mereka tentang kehidupan akhirat adalah lalai. (Al Quran, Arrum:7) Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling daripadanya, (AL Anbiyaa’ ayat 1) Memang benar akuntansi yang kita kenal saat ini hanya bisa mencatat dan melaporkan transaksi atau kegiatan yang berdampak uang yang memiliki bukti transaksi yang jelas. Menurut Triyuwono (2001) mustahil akuntansi kapitalis ada tanpa angka. Dan kenyataannya angka angka tidak dapat menggambarkan keadaan perusahaan yang sebenarnya. Bahkan transaksi yang berdampak uang dan belum didukung transaksi riel belum mampu dicatat secara tepat, misalnya saja daya beli, kenaikan harga atau penurunan harga. Dalam teori akuntansi kita masih belum sepakat misalnya pencatatan “holding gain” laba yang berasal dari perubahan harga atas barang yang belum ditunaikan transaksinya atau berlum direalisassi. 62 Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 2, No. 2 sant 2002 : §7 - 101 AKUNTANSI (KAPITALIS) DALAM ALQ' 1, Alquran Kalau kita asumsikan bahwa akuntansi konvensional yang menjadi pegangan dalam pembahasan sub bab ini maka ada beberapa ayat yang Alquran yang relevan dengan Akuntansi dalam arti sistem informasi termasuk sebagaimana yang dipakai dalam akuntansi konvensional. Untuk membahas ini maka kita harus memahami dahulu apakah Alquran. itu. Quran menurut bahasa adalah “bacaan” Alquran adalah sebagai“ Kalam Allah SWT yang merupakan mu zijat yang diturunkan (diwahyukan) kepada nabi Muhammad SAW”.” atau disebut juga bacaan sempuma (Quraish Shihab, 1996). Nama nama lain dari Alquran adalah Al Kitaab, Kitabullah, Al Furqaan (Pembeda), dan Adzdzikir. Quran ini dikodifikasi pada nan Khalifah Ustman. Beliau membentuk tim yang diketuai Zain bin Sabith dengan anggota: Abudalh bin Zubair, Said bin Ash dan Abdur Rahman bin Harist bin Hisyam. Alquran yang dimulai dari lima surat pertama dari Al Alag kemudian diturunkan secara berangsur angsur (munajjam) sampai pada yang terakhir surat Al Maidah ayat 3, terdiri dari 30 juz, 60 hizb, 114 surah, 554 ruku’ dan 6666 ayat. Kosakata sejumlah 77.439, huruf, 323 015. Alquran merupakan mukzizat terbesar yang, diberikan kepada Muhammad SAW. Beberap bukti kemukjizatannya dapat dibuktikan dari berbagai sudut. Jumlah kata “hayat” dalam alquran sama dengan jumlah kata antonimnya“maut” yaitu masing masing sama sama 145 kali. Kata Dunia dan akhirat disebutkan masing masing sejumlah 115 kali, panas dan dingin 4 kali, ketenangan dan kecemasan masing masing disebut 13 kali. Kata hari disebutkan sebanyak 365 kali dan kata bulan sebanyak 12 kali. Alquran diturunkan selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. (Quraish Shihab, 1996). Dalam surat Igra disebutkan bahwa Allah SWT mengajarkan manusia menggunakan pena dan diajarkan ilmu yang tidak diketahui. Yang mengajarkan dengan pena (tulis baca), mengajarkan manusia tanpa pena apa yang tidak diketahuinya. (ayat 4,5) Ayat dan isi dari ayat ini menunjukkan modal awal dari eksistensi adanya sistem Akuntansi. Setelah sifat Alquran ini diketahui maka langkah berikutnya adalah menjelaskan apa sih fungsi dari Alquran itu dalam masyarakat Islam. Keajaiban alquran ini menjadi dasar bagi kita untuk lebih meyakini kebenaran isi dan pesan yang terkandung fidalamnya. | Beberapa Dimensi Akuntansi : Menurut Alquran, Uahiyah, Sejarah Islam dan Kini © 63. 2. Fungsi Alquran Semua sepakat bahwa Alquran berasal dari Allah dan Allah akan terus menjaga keasliannya. Alquran ini berfungsi sebagai pedoman danrambu rambu kehidupan baik di dunia maupun diakhirat. la menjelaskan kisah yang sudah lalu dan kejadian yang akan datang. Beberapa ayat Alquran yang menjelaskan fungsinya ini dapat dilihat dari ayat dan hadist sebagai berikut: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Alquran dan sesunggulnya kami tetap memeliharanya: (Alhijr ayat 9)”. “Kitab Alquran ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka ‘yang taqwoa”. Allah menurunkan kitab Alquran dengan penuh kebenaran dan keseimbangan (Assyura 17) “Hadist: Kutinggakan untuk kamu dua perkara (pusaka) . Tidaklah kamu akan tersesat selama lamanya selama kamu masih berpegang kepada kedeuanya yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasulnya”. Bagi ummat Islam Alquran merupakan sumber hukum paling utama diluar Alquran ada Hadist, ljma’, Qiyas dan Ijtihad. (Ajwar, 1998). Bahkan menurut Aisyah Alquran merupakan akhlaq Rasulullah. Karena Alquran meruapakan sumber hukum dan pedoman etika muslim maka pertunjuk tentang Akuntansi juga mesti ada dalam Alquran. Akuntansi dalam Alquran dapat kita lihat dari berbagai ayat yang dimilikinya baik dijelaskan secara langsung maupun tidak langsung. 3. Ayat yang mengatur tentang Akuntansi Dalam Al-Qur’an Surat Al-Bagarah (sapi) ayat 282 kita menemukan sebuah ayat yang merupakan ayat terpanjang dalam Al-qur’an dapat kita rujuk sebagai salah satu ayat yang berbicara tentang pencatatan atau akuntansi. Ayat tersebut adalah sebagai berikut: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah seorang penulis diantara 64 — Media Rise! Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 2, No. 2 ‘Agustug 2002 : 67 - 104 kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannye, maka hendaklak ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan apa yang ditulis itu, dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada utangnya. Jika yang berutang itu orang yang lemah akal atau lemah keadaannya atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah wakilnya mengimlakkan dengan jujur dan persaksikanlah dengun dua orang saksi(dari orang laki- laki diantara kamu. Jika tidak ada dua orang laki-laki maka bolehlah seorang laki-laki dan dua orang perempuan dari saksi yang kamu ridhoi, supaya jika seorang lupa seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi itu enggan memberi keterangan apabila mereka dipanggil, dan janganlah kamu jeu menuliskan utang itu, baik kecil maupun besar sampai : membayarnya. Yang demikian itu lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak menimbulkan keraguan. (Tulislah muamalahmu itu) kecuali jika muamalahmu itu perdagangan tunai yang kamu jalankan diantara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak menuliskannya, Dan persaksikanlah apabila kamu berjual-beli, dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan yang demikian itu maka sesungguhnya hal itu adalah kefasikan pada dirimu, Dan bertakwalah kepada Allah. Allah mengajarmu dan Allah maha mengetahui segala sesuatu. (Al-Quy‘an dan Terje: 1ya, 1986) Kemudian dalam catatan kakinya, “Muamalah” diartikan seperti kegiatan berjual-beli, berutang-piutang, sewa-menyewa, dan sebagainya. Berutang-piutang tentu mempunyai pengertian yang luas dalam bisnis. Pendirian perusahaan oleh pemilik modal menyangkut tang-piutang antara dia dengan manajemennya. Pengelolaan harta pemilik modal oleh manajemen merupakan hubungan kerjasama, utang-piutang (atau agency relationship). Hubungan transaksi dagang maupun bentuk bisnis lainnya selalu mempunyai konteks utang-piutang, pinjaman kepada lembaga keuangan mempunyai hubungan utang-piutang. Oleh karena itu maka setiap lembaga perusahaan sarat dengan kegiatan muamalah sebagaimana dimaksudkan ayat 282 tadi. Oleh karena itu menurutayat Alquran ini dapat dipastikan bahwa pemeliharaan akuntansi wajib hukumnya dalam suatu perusahaan bahkan juga pribadi jika melibatkan transaksi utang piutang. Beberapa Dimensi Akuntensi : Menurut Alquran, llzhiyah, Sejarah Islam dan Kini = 65 Prof. Dr. Hamka dalam tafsir Al Azhar juz3 tentang surat Al Bagarahayat 282 ini mengemukakan beberapa hal yang relevan dengan akuntansi sebagai berikut: Perhatikanlah tujuan ayat! Yaitu kepada sekalian orang yang beriman kepada Allah supaya utang piutang itu ditulis, itulah dia yang berbuat | sesuatu pekerjaan karena Allah, karena perintah Allah dilaksanakan. Sebab itu, tidaklah layak berbaik hati kepada kedua belah pihak lalu berkata tidak perlu dituliskan karena kita sudah percaya mempercayai. Padahal umur kedua belah pihak sama-sama ditangan Allah. Si Anu mati dalam berutang, tempat berutang menagih pada warisnya yang tinggal. Si waris bisa mengingkari utang itu karena tidak ada surat perjanjian. Beliau mengungkapkan secara jelas betapa wajibnya memelihara tulisan. Dan perintah inilah yang selalu diabaikan ummat Islam sekarang ini. Bahkan yang lebih parah sudah sampai pada suatu situasi seolah-olah menuliskan transaksi seperti ini menunjukkan kekurang percayaan satu sama lain, padahal menulis, mencatat utang piutang misalnya merupakan perintah Allah SWT kepada ummatnya yang tentunya harus dipatuhi. Buya Hamka melanjutkan lagi: “dan apabila dibelakang hari perlu dipersaksikan lagi sudah ada hitam diatas putih tempat berpegang dan keragu-raguan hilang, sebab sampai sekecil-kecilnyapun dituliskan”. Mengomentari tentang transaksi kontan Buya Hamka menulis sebagai berikut: “ di zaman kemajuan sebagai sekarang, orang berniaga sudah lebih teratur, sehingga membeli kontanpun dituliskan orang juga, sehingga si pembeli dapat mencatat berapa wangmya keluar pada hari itu dan si penjual pada menghitung penjualan berapa barang yang laku dapat pula menjumlahkan dengan sempumna, Tetapi yang semacam ini terpuji pada syara’. Kalau dikatakan tidak mengapa (dalam Al-Qur'an..pen) tandanya ditulis lebih baik”. Pendapat Buya Hamka ini menunjukkan bahwa sebenarnya syara’ pun menganjurkan pencatatan baik yang tunai maupun yang masih accrual sebagaimana yang sekarang diterapkan dalam akuntansi. 66 Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 2, No. 2 Agustus 2002 : 57 - 101 Dari ayat ini dapat kita catat bahwa dalam Islam, sejak munculnya peradaban Islam sejak Nabi Muhammad SAW tela ada perintah untuk melakukan sistem pencatatan yang tekanannya adalah untuk tujuan kebenaran, kepastian, keterbukaan, keadilan antara dua pihak yang mempunyai hubungan muamalah tadi. Dengan perkataan lain dapat kita sebutkan bahwa Islam mengharuskan pencatatan untuk tujuan keadilan dan Kebenaran. Sedangkan pencatatan untuk tujuan lain seperti data untuk pengambilan keputusan tidak diharuskan. Tapi menurut Buya Hamka justru karena sesuai syara’, mungkin ketidakwajiban ini disebabkan karena hal ini sudah merupakan urusan yang sifatnya tidak perlu diatur oleh suatu kitab suci. Dan mengenai hal ini Rasulullah mengatakan: “Kamu lebih tahu urusan duniamu”. Urusan dunia (dalam tanda kutip) yang diserahkan bulat-bulat kepada manusia merupakan bukti kebebasan berpikir sekaligus membuktikan “kedinamisan” Islam, dan menjaga agar Al- Quran tetap up to date dan tidak pernah ketinggalan na perubahan dan kemajuan cara berfikir manusia. Tekanan Islam dalam kewajiban een pencatatan adalah : 1. Menjadi bukti dilakukannya transaksi (muamalah) yang menjadi dasar nantinya dalam menyelesaikan persoalan selanjutnya. 2. Menjaga agar tidak terjadi manipulasi atau penipuan, baik dalam transaksi maupun hasil dari transaksi itu (laba). Disamping ayat keharus memelihara pencatatar| ini banyak lagi ayat yang sejalan dengan perintah berlaku adil dan jujur. Akurjtansi juga merupakan upaya untuk menjaga terciptanya keadilan dalam masyarakat, karena akuntansi memelihara catatan sebagai accountability dan menjamin akurasinya. Pentingnya keadilan ini dapat dilihat dari Al-Qur‘an surat Al-Hadiid ayat 24 sebagai berikut: Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan ae eee ce Surat Annisa’ 135: Wahai orang orang yang beriman jadilah kamu orang orang yang benar benar penegak keadilan mejadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirirna sendiri dan kaum kerabatmau. Jika ia kaya maupun miskin maka Allah lebih tahu kemashlahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nnafsu Karena ingin menyimspang dari kebenaran. Dan jika kamu merautar Beberapa Dimensi Akuntansi : Menurut Alquran, lahiyah, Sejarah Islam dan Kini 67 balikkan kata kata atau enggan menjadi saksi maka sesunguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. Lihat juga nada yang sama diayat Almaidah 8. Surat 4 ayat 135; 5 (8); 6 (152), 7 (29); 16 (90). Dalam Al-Qur’an surat Asy-Syuraa’ ayat 182-183 berbunyi sebagai berikut: Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan. Dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu mergjalela di muka bumi dengan membuat kerusakan. ‘Dalam Surat Annisa’ 29: Hai orang orang yang beriman janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil kecuali dengan jalan perniagaan yang belaku dengan suka sama suka diantara kamu. Kalau kita baca Fikih Sunnah Sayid Sabiq (1997- terjamahan Mahyuddin \Syaf) tidak terdapat satu bab pun yang berbicara tentang pencatatan atau topik tentang media tulisan termasuk dalam buku muamalah, persaksisan, mudhrabah, musyarakah, utang piutang dan sebagainya. Ini bisa dimaklumi karena penekanan beliau adalah pada aspek fikihnya sedangkan pada zaman Rasulullah media tulisan belum begitu populer dalam kehidupan masyarakat. Ini tidak berarti mengabaikan pentingnya pencatatan sebagaimana diwajibkan oleh Allah WT melalui Alquran albaqarah ayat 282 itu, seta perlunya menjaga amanah, keadilan, kesaksian, pertangungjawaban, kejujuran dan sebagainya. Penggunaan sistem akuntansi jelas merupakan manifestasi dari pelaksanaan perintah itu. Karena sistem akuntansi dapat menjaga agar asset yang dikelola terjaga accountability-nya sehingga tidak ada yang dirugikan, jujur, adil, dan kepada yang berhak akan diberikan sesuai haknya. Upaya untuk mencapai keadilan, baik dalam pelaksanaan utang-piutang maupun dalam hubungan kerjasama berbagai pihak seperti dalam persekutuan, musyarakah, mudharabah memerlukan sarana pencatatan yang menjaga agar satu sama lain tidak dirugikan sebagaimana spirit ayat di tas. Dari usul fikih disebutkan untuk mencapai sesuatu yang diwajibkan maka sarana untuk mencapainyapun menjadi wajib. Mala yummitul wajibu ila bihi fahua wajibun. Jika untuk melaksanakan 68 — Media Riset Akuntansi, Auditing dan informasi, Vol. 2, No.2 Agustus 2002 : 57 - 101 sesuatu yang hukurnya wajib harus dengan dia, maka dia itupun menjadi wajib. Oleh Karena itu maka dapat disebutkan memelihara pertcatatan baik sebagai informasi, untuk penyaksian, untuk pertanggungjawaban, untuk pemeliharaan hak, atau untuk keadilan maka hukumnya termasuk menjadi wajib. 4. Ayat lain yang relevan dengan Akuntansi | Disamping ayat yang secara khusus berbicara tentang pencatatan sebenarnya ada lagi beberapa ayat yang relevan dengan domain akuntansi misalnya mengenai aturan tentang kewajiban menunaikan dan memelihara amanah, pertanggungjawaban, pengertian alquran tentang harta, utang, pemborosan, infaq dan sebagainya : | 1. Menunaikan Amanat | Tentang amanah ini terdapat dalam Surat Annisa’ 58 sebagai berikut : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya”. 2. Jangan memakan harta secara bathil dan mencintai secara berlebihan “Dan Janganlah kamu memakan harta (melakukan interaksi keuangan) sesamamu dengan bathil dan kamu bawa perkaranya kepada hakim supaya kamu dapat memakan sebagian harta orang lain dengan cara berbuat dosa sedang kamu mengetahui” (Albagqarah 188) “Hai orang orang yang beriman janganlah kamu saling memakan harta sesamamu degan jalan bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sama sama suka dianatar akamu (An Nisa 29) “Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan” (Al Fajr, 20) Supaya harta itu tidak hanya beredar pada orang orang kaya saja diantara kamu (Al Hasyr 7) | Hadist Nabi SAW: Sigpa yang menimburmakanan selama empat puluh hari dengan tujuan menaikkan harga maka ia telah berlepas diri dari Allah dan Allah juga berlepas diri darinya. Dalam harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan yang tidak berkecukupan walaupun tidak meminta (fw 19) Beberapa Dimensi Akuntansi : Menurut Alqur‘an, llahiyah, Sejarah Islam dan Kini 69 3. Konsep pembelanjaan (Spending): Kalau dalam konsep konvensional pengeluaran non produktif dianggap sebagai pemborosan tetapi dalam Alquran justru sebaliknya : “Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbulkan tujuh butir pada Hap tiap butir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia Kehendaki, Dan Allah Maha Luar kurnianya lagi maha mengetahui (Albagarah 261). Syaitan menjanjikan (menakut nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh berbuat kejahatan (Kikir) sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada Nya dan Karunia. Alah maha Luas karunianya lagi maha mengaetahui. (Albagarah 268) 4, Kewajiban menegakkan kebenaran dan keadilan Alquran mewajibkan kita menjadi penegak kebenaran “.,.dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan adil dan janganlah seorang penulis enggan menuliskannya sebagaiamana Allah telah mengajarkannya.. ” (Albagarah 282) “Hai orang orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang orang yang menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali kali kebencian kamu terhadap sesuatu kamu mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada taqwn. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Almaidah 8) 5.Konsep harta dalam Alquran: Menurut Alquran harta itu secara hakikatnya bukan milik manusia atau perusahaan tetapi adalah milik Allah SWT sehingga kita tidak bisa “semau gue” untuk menggunakannya tanpa dibimbing oleh aturan atau rambu rambu Tahi. Bebrapa petunjuk yang diberikan Alquran tentang harta adalah: Sesungguhnya kepunyaan Allah lah apa yang ada dilangit dan dibumi... (Yunus, 55) 70 Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 2,No. 2 Agustus 2002: 57 - 101 Dan jika kamu menghitung nikmat Allah tidaklah dapat kamu menghitungnya. (Ibrahim 34). Jika kamumenghitung hitung nikmat nikmat Allah niscaya kamu tak dapat menentukan jt umlahnya (An Nahl : 18). | Harta adalah milik Allah, dan berilah kepada Imereka yang membutuhkan harta yang diberikan Nya kepada mu (Al Nur 33). An Najm ayat 48: Dan baltwasanya Dia yang tkan kekayaan dan memberikan kecukupan. Dari beberapa ayat diatas dapat kita lihat bahwa Akuntansi Islam memeiliki tujuan yang sangat luas dengan penekanan pada upaya untuk merealisasi tegaknya syariat Islam dalam kegiatan bisnis (Adnan, 1997, Triwiyono, 2000). Fungsinya untuk menegakkan keadilan dan ite Fungsinya untuk memberikan informasi Funsginya untuk melakukan pencatatan Fungsinya untuk memberikan Pertanggungjawaban atau menunaikan amanah. (Harahap, 1992, 2000) Pepe Menurut M Quraish Shihab (1996) inti prinsip ekonomi Islam menurut Alquran adalah: keadilan, kerjasama, keseimbangan larangan melakukan transaksi apapun yang berbentuk bathil eskplottasijatau segala bentuk penganiayaan. (Chapra, 1985. 1995, 2000) | ASPEK KEGIATAN YANG MEMERLUKAN| AKUNTANSI Akuntansi sebenarnya merupakan bidang non-ibadah khusus atau bidang muamalah, bidang ekonomi, bisnis atau manajemen yang berbeda dari hukum hukwm ibadah yang sangat kaku terhadap aturan: itual yang ditetapkan Allah dan Rasulnya, Islam sebagai suatu ideologi dan sistem kehidupan atau “way of life” yang terpadu tentu juga tidak bisa lepas dati sistem hukum ahi yang berlaku. Oleh karena itu eksistensi dari Akuntansi juga harus tunduk pada sistem agama yang dimilikinya. Sistem agama ini diatur oleh yang namanya syariat. Syariat itu berarti jalan atau cara yang diajarkan oleh Allah SWT kepada ummatnya yang mengatur rambu rambu kehidupan manusia sehingga dapat Beberapa Dimensi Akuntansi : Menurut Alquran, Ilahiyah, Sejarah Islam dan Kini = 71 mencapai tujuan untuk kehidupan dunia akhirat. Hukum syariat itu dibuat sedemikian rupa dengan tujuan terrtentu. Menurut Ajwar (1998) Syariat ini ditetapkan Allah dengan tujuan: 1. Menjaga fithrah (kesucian dan kebersihan manusia seperti ingin hidup wajar, layak, bisa bekerja, berusaha dengan tidak menyimpang dari kebenaran dan keadilan 2. Untuk berprilaku dan diperlakukan secara jujur dan adil sehingga kejujuran dan keadailan dapat tegak didalam kehidupan masyarakat. 3. Memberikan dan meminta perlindungan memberikanrasa aman dan damai dan melenyapkan rasa takut dan cemas. Sedangkan Al- Ghazali menilai tujuan syariat itu adalah untuk memelihara (Chapra, 1992, 2000): 1. Menjaga keimanan kepada Allah SWT 2. Menjaga agar manusia dapat hidup aman 3. Menjaga agar kegiatan Intlektual manusia berjalan baik 4, Menjaga agar manusia dapat meneruskan keturunan dari generasi demi generasi 5. Menjaga agar tetap memelihara dan menikmati kekayaannya secara baik Kalau tadi kita mencari beberapa ayat yang mengatur tentang sistem Akuntansi yang merupakan bagian dari penerapan syariat Islam untuk mencapai tujuan syariat itu maka ternyata banyak aspek kegiatan yang memerluskan akuntansi. Dalam sub bab ini kita akan mencoba menganalisa beberapa kewajiban atau praktek dalam kehidupan ummat Islam yang memerlukan ilmu Akuntansi itu. 1. Akuntansi Zakat, Kewajiban zakat bagi muslim merupakan bukti betapa pentingnya peranan Akuntansi bukan saja bagi perusahaan atau lembaga, tetapi juga bagi perseorangan. Dalam konteks ini Akuntansi akan dapat memberikan sumbangan dalam proses perhitungan Zakat apakah nilai aktiva atau kekayaan maupun hasil/laba yang kena zakat. Jumlah asset yang akan dijadikan sebagai dasar pengenaan pajak perlu diketahui. Bagaimana mungkin kita mengetahui utang zakat tanpa bantuan dari fungsi Akuntansi? Malah dalam Islam dituntut 72 Media Riset Akuntansi, Auditing dan informasi, Vol. 2, No. 2. Agustus) 2002 : 57 - 101 lagi bidang-bidang khusus Auntansi seperti Akuntansi Pertanian, Akuntansi Peternakan, Akuntansi Sosial, Akuntansi Jaminan Sosial, Akuntansi Sumber Daya Manusia, dan lain-lain untuk dapat menyelesaikan kewajiban zakatnya sebagai negara, organisasi, atau pribadi muslim. | Akuntansi Pemerintahan (Baitul Mal) | Pengelolaan kekayaan negara melalui lembaga terkenal seperti Baiful Maa! juga memerlukan akuntansi yang lebih teliti kareng, menyangkut harta masyarakat yang harus dipertanggungjawabkan, baik kepada rakyat maupun kepada Tuhan. Baitul maal merupakan rumah harta yang mengumpulkan berbagaii sumber kekayan milik negara, provinsi, atau kabupaten atau organisasi. Pengelolaan harta yanag ada di Baitul Maal ini tentu memerlukan sistem informasi dan pertanggungjawaban yang jujur dan adil dan transparan. Kejujuran sangat memerlukan tranpasaransi dan sistem pelaporan yang dipercayai oleh umum yang telah menyerahkan kekayaan dan haknya kepada baitul maal tadi. Akuntansi Warisan Untuk menghitung pembagian Waris Alquran telah memberikan beberapa petunjuk sebagaimana yang terdapat dalam Surat Annisa’ ayat 7 - 14. Surat Annisa’ ayat 7 berbunyi: “Bagi orang orang laki laki ada hak bagian harta peninggalan ibu bapak dan kerabatnya dan bagi orang wanita adahak. mya pula dari harta peninggalan ibu bapak dan kerabatnya baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan”. Ayat ini jelas mewajibkan adanya perhitungan atau pembagian yang memerlukan pengetahuan terhadap jumlah harta,nilainya, serta mereka yang membagi serta bagian dari masing masing yang berhak. Untuk menjaga sehingga pembagian harta warisan dapat dilaksanakan secara adil maka diperlukan Akuntansi Waris. ' Akuntansi Amal } Sebenarnya untuk lebih menyadari posisi kita dalam mempersiapkan diri menuju akhirat, kita sebagai pribadi memerlukan Akuntasi Amal yang Beberapa Dimensi Akuntansi : Menurut Alquran, llahiyah, Sejarah Istam dan Kini 73 lmemberikan informasi terhadap jumlah pahala dan dosa yang telah kita lakukan, Ini tentu tidak akan sama dengan buku yang dicatat oleh Raqib dan Atib tetapi paling tidak bisa sebagai proxy buku tersebut. Hal ini sangat penting agar kita bsia selamat nanti dalam proses pengadilan akhirat dihadapan Allah SWT. Bagi kita Akuntansi Amal ini dianjurkan, “Hisablah dirimu sebelum dihisab orang lain” kata Umar bin Khattab. Memang Akuntansi. Amal kita tidak akan bisa seakurat Akuntansi Amal yang dibuat Raqib dan Atib. Namunselaku manusia yang harus mengetahui posisi amalnya (well informed) menuju persiapan untuk akhirat maka catatan Akuntansi Amal ini sangat penting dan bisa dijadikan dasar untuk mengevaluasi, introspeksi diri. Hal inin merupakans alah satu upaya agar kita jangan sampai masuk kedalam Neraka yang sangat dahsyat itu. Allah sendiri menjelaskan bagaimana Dia memeliharan catatan tentang manusia dengan dua orang “akuntan” Malaikat Raqib dan Atib yang selalu bertuagas mencatat setiap kegiatan manusia baik yang baik maupun yang jahat, sampai pada yang sekecil kecilnya, bahkan sebesar zarrahpun tidap luput dari pencatatannya. Dan diakhirat catatan ini akan menjadi bahan laporan serta pertanggungjawaban manusia diharapan Allah danakan menetukan apakah ia akan merasakan kebahagiaan (sorga) atau penderitaan.Allah telah melakukan proses pencataatn yang sangat akurat dengan tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi yang nanti akan didukung oleh bulti dari malaikat, buku, saksi dari Allah, dari nabi, cross check, pengakuan anggota badan selain lidah. Bahkan simbol simbolnya pun sangat informatif. Mislanya jika buku diberikan ketangan kanan berarti kelompok yang baik sedangkan jika diterima disebelah kiri maka akan menjadi kelmpok yang akan masuk neraka. Akuntansi Effisiensi Islam menganjurkan bahkan mewajibkan efisiensi. Tuhan telah menggariskan bahwa pemborosan (ineffisiensi) merupakan pekerjaan syetan yang harus dihindari. Karena ini merupakan konsep Islam maka seharusnya ‘ummat Islam mampu memerikan tolok ukur effisiensi dan ineffisiensi ini. Bagaimana mengukur efisiensi ini diserahkan sepenuhnya kepada mausia. Demikianjuga masalah pengukuran efisiensi dan pemborosan (yang dilarang keras dalam Islam) tidak akan dapat diketahui tanpa pencatatan atau peran 74 Media Riset Akuntansi, Auditing dan informasi, Vol, 2, No. 2 2002 : 57 - 104 akuntansi. “Janganlah kamu menghambur hamburkan (Allsraa 26-27). Sesungguhnya pemboros itu adalah saudara syetan dansyetan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. Akuntansi pemborosan ini sangat »). Dalam Megatrend Akuntansi yang diberikan oleh Enthoven disarankan agar Akuntansi dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengukur produktivitas dan Effisiensi (Enthoven, 1985; Harahap, 1999) Akuntansi Pertanggungjawaban atau Amanah | Islam mewajibkan agar dalam bisnis kita berlaku ipjur' tidak mengambil hak orang lain dan menjaga amanah. Untuk itu maka perlu laporan pertanggungjawaban. Banyak sekali ayat alquran yang memerintahkan kita untuk mempertanggungawabkan semua apa yang Kita lakukan. Bahkan “pertanggungjawabn terakhir nanti akan kita hadapi didepan Allahu Rabbi di yaumil mahsyar nantinya. Kita juga diperintahkan agar menunaikan dan menjaga menunaikan dan memelihara amanah, Tentang pertanggungjawaban Quran menyatakan: Apakah manusia mengira baka ia akan dibiarkan begitu saja tanpa pertanggungjawaban? (Al Qiyyamah 36). Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati sernuanya itu akan. diminta pertanggungjawnbannya. (Al Israa’ 36) Dalam Alquran surat Annisa 58 menyatakan| tentang kewajiban menunaikan dan memelihara amanah: | “Sesungguhtnya Allah menuruh kamu meryantpaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh karnu apabila ‘menetapkan huukurn diantara kamu menetapkan dengan adil” Lihat juga Surat 23 (8) dan 70 (32). AkuntansiKesaksian Untuk menjaga agar kebenaran tetap terjaga maka diperlukan pembuktian yang benar dari mereka mereka yang mengetahui kebenaran. Dalam pencarian bukti kebenaran itu maka diperlukan kesaksian. Akuntansi dapat memberikan Beberapa Dimensi Akuntansi : Menurut Alquran, llahiyah, Sejarah Islam dan Kini = 75 kesaksian yang benar terutama dalam transaksi utang piutang, pembagian laba, dan sebagainya. Dalam Alquran Surat Annisa’ 135 dinyatakan: Wahai orang orang yang beriman jadilah kamu orang orang yang benar benar penegak keadilan mejadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya maupun miskin maka Allah lebih tahu kemashlahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan kata kata atau enggan menjadi saksi maka sesunguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. Kesaksisan harus didukung oleh bukti bukti yang sah, valid terpercaya. Sisem pencatatan yang baik dan verifiable dapat menjadisalah satu alat untuk memberikan kesaksian yang akurat. Akuntansi Syarikat (Partnership) Salah satu bentuk usaha yang dianjurkan dalam Islam adalah bentuk Mudharabah atau Musyarakah yaitu abentuk kerjasama bisnis. Dalam bentuk usaha seperti ini diperlukan suatu sistem yang bisa meberikan informasi serta pertanggungjawaban agar jalannya kerjasama tetap dalam koridor keadiland ankejujuran. Pembagian hak seperti dalam pembagian dividen, hasil likuidasi memerlukan catatan yang adil yang dapat membagi -hak-hak mereka yang berkongsi atau berserikat secara adil. Dari bukti-bukti ini jelaslah bahwa akuntansi dalam berbagai bentuk dan kepentingan sebenarnya wajib diterapkan oleh Islam baik di Negara, lembaganya, perusahaan, di keluarga, bahkan dalam perseoranganpun. Semua ini mendukung hipotesa yang menyatakan Akuntansi sangat mutlak dalam Islam jika kita ingin memelihara suatu sistem sosial yang ingin menerapkan syariat Islam. AKUNTANSI ILAHIYAH Pengantar Dalam seksion ini kita akan mencoba membahas bagaimana Allah SWT menerapkan sistem yang mirip dengan bidang akuntansi ini. Kalau kita melihat Alquran ternyata Allah adalah Maha Akuntan. Karena dia maha cepat (Hasib) 76 Media Riset Akuntansi, Auciting dan Informasi, Vol. 2, No, 2 Agustus 2002 : 67 - 101 pergitungannya, mencatat semua kejadian, dari yang besar sampai yang kecil. Allah sangat cepat perhitungannya (Albaqarah ayat 202). Sesungguhnya Allah selalu membuat perhituangan\atas tiap tiap sesuatu (Annisa’ : 86) Bukan saja aspek kuantitatif tetapi juga aspek kualitatif seperti amal perbuatan manusia. Akuntansi sistem Ilahiyah nampaknya sangat komprehensif. Akuntansinya bukan hanya berfokus pina kuantitatif tetapi juga data atau informasi non-kuantitatif. Bahkan catatan yang dipelihara Allah menyangkut penilaian prestasi “performance evaluation” seseorang sebagai dasar nantinya untuk menentukan apakah seseorang, diferi “reward” masuk sorga atau justru diberi “penalty” masuk neraka. Sehingga kita dapat sebut bidangnya adalah Akuntansi Amal. | Akuntansi Amal Berdasarkan penuturan Allah dalam Alquran ternyata pengelolaan sistem jagad dan manajemen alam ini ternyata peran atau fungsi akuntansi sangat besar. Alllah tidak membiarkan kita bebas tanpa monitoring dan objek pencatatan Allah. Allah memuiliki akuntan malaikat yangisangat canggih yaitu Rakib dan At, malaikat yang menuliskan/ menjurnal transaksi yang dilakukan manusia, yang menghasilkan buku/neraca yang disebut “sijjin” (Laporan Amal Baik) dan “Lyin” (Laporan Amal Buruk) yang nanti akan dilaporkan kepada kita (aktor, pelaku) di akhirat. Sehingga adalam proses pertanggungjawaban kita dihadapan Allah SWT kita sudah menerima laporan amal (activity reports) kita sebagai dasar menentukan apa yang Kita terima “reward atau punishment” sebagai balasan dari prestasi (performance) yang kita capai pada masa kita didunia. Keberadaan ini dijelaskan dalam Alquran dalam berbagai ayat. Coba kita baca beberapa ayat Alquran sebagai berikut: “Sesunggunya Allah selalu menjaga dan mengawasi kar (Annisa’ 1) “Padahal sesungguhnya pada kamu ada malaikat yang memonitor pekerjaanrau (10). Yang mulia di sisi Allah dan yang mencatat pekerjaanrmu itu (11). Mereka mengetahui apa yang kart kerjakan (12)”. Laporan ini didukung bukti (evidence) di mana, satupun tidak akanada transaksi yang dilupakan kendatipun sebesar zarrah Sepprti dilihat dari surat Beberapa Dimensi Akuntansi : Menurut Alquran, lahiyah, Sejarah Istam dan Kini 77 Al Zalzalah ayat 7-8 : “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar zarrah pun niscaya dia akan melihatnya (7). Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan sebesar zarrah pun dia akan melihatnya (8)". Pembuktian cukup sah dan adil. Mulut kaita tidak akan berbicara lagi, yang menjadi saksi adalah anggota badan kita sebagai pelaku perbuatan yang dilakukan. Dalam Alquran disebutkan bahwa manusia nanti akan tercengang, kog bisa semua kelakuan kita dapat direkam dan ditunjukkan kepada kita tanpa meninggalkan satu sub episode sekalipun. Dalam Alquran surat Al Isra” 13 -14: “Dan tiap tiap manusia itu telah kami catatkan (tetapkan) amal perbuatannya pada lehernya dan kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. Bacalah kitabmu sukupalh dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghitung terhadap amalmu". Kemudian ayat 71 disebutkan: “Ingatlah suatu hari yang dihari itu kami panggil tiap ummat dengan pemimpinnya dan barang siapa yang diberikan yang diberikan kitab amalanya ditangan kanannya maka mereka ini akan membaca kitabnya itu dan mereka tidak dianiaya sedikitpun. Kemudian dalam surat Alkahfi 49: Dan diletakka kitab lal kamu akan melihat orang orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang tertulis didalamnya dan mereka berkata “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak pula yang besar, melainkan ia mecatat sertuanya dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada tertulis, Dan Tuhanmu tidak menganiaya sedikitpun. Lihat juga surat Al Mu'minun 62. Dalam Alquran surat Azzalzalah ayat 7 - 8 disebutkan sebagai berikut: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrahpun (atom) niscaya dia akan melihat. Barang siapa yang mengerjakan seberat zarrahpun niscaya dia akan melihat pula”. | 78 — Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 2, No. 2 Aaah 2002 : 67 - 101 Dalam Alquran Surat Azzumar ayat 69: | Dan terang benderanglah padang mahsyar dengan oqhaya ‘Keadilan ‘Tuhannyadan diberikan buku perhitungan perbuatan masing masing dan didatangkanlah para nabi dan saksi saksi dan diberi keputusan diantara mereka dengan adil sedang mereka tidak dirugikan. Dalam Alquran surat Al Qamar 52-53: | Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuta tercatat dala buku buku catatan. Dan segala urusan yang kecil maupun yang besar adalah tertulis, Dalam Alquran surat Al Muthaffifin 7-9, 18 - 21: Sekali sekali jangan curang karena sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam sijjin (yaitu nama kitan terapat mencatat segala perbuatan orang orang durhaka), Tahukah kamu apakah sijjin itu? lalah kitab yang tertulis. ... sekali sekali tidak Sesungguhnya Kitab orang orang berbakti itu tersimpan dalam Mliyyin (Buku tempat mencatat segala perbuatan orang orang yang berbakti). Tahukah kann apakah Illiyyin itu? Yaitu kitab yang tertulis. Dalam Alquran surat Al Insyiqaq 7-8: Adapun orang orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah. Dalam Alquran surat An Nabaa’ 29: Padahal sesungguhnya bagi kamu ada malaikat malaikat yang mengawasi pekerjaannau, yang mulia disisi Allah dan yang mencatat pekerjaan pekerjaanmu itu, mereka mengetahui - yang kamu kerjakan, (Al-Infithar 10-12) Dalam Alquran surat Maryam 94: ... Sesungguhnya Allah telah menghitung mereka: dengan hitungan yang teliti..” | Dalam Alquran surat Qaaf 17 - 18): | Yaitu ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya seorang disebelah kanan dan yang lain disebelah kiri, Tidak|ada satupun. | ‘Beberapa Dimensi Akuntansi : Menurut Alqur‘an, Uahiyah, Sejareh Islam dan Kini 79 ucapan yang diucapkan melainkan ada didekatnya pengwas yang selalu hadir Alquran hanya menjelaskan tentang perihal yang berkaitan dengan manusia sedangkan “internal accounting system” yang dimiliki oleh Allah SWT dalam pengelolaan atau manajemen jagad raya ini tidak bisa kita ketahui karena tidak dijelaskan dalam Alquran. Kita hanya tahu misalnya bahwa ada Arsy dimana Allah bersemayam dan mengatur semuanya (Al Araaf, 54; Yunus, 3; Arraa’d, 2; Thahaa, 5; Alfurgaan 59; Assajadah, 4). Allah memiliki berbagai Malaikat dengan pembagian tugas atau “division of labor” yang jelas (Ashshaffaat, 164, Azzariyat 4), Malaikat menjaga jiwa manusia (Arraad,11) dan berada di kanan kiri mencatat amalnya (Alqaaf 17-18),. Allah tidak pernah ngantuk, tidur, dan mengawasi kita 24 jam (Annisa’ 1), semua yang terjadi atas, izinnya (Albaqarah 255). Semua urusan ada ketetapan dari Allah (Algamar, 3). Bagi kita beberapa masalah ini merupakan bagian yang gaib bagi kita dan ilmu Allah maha luas meliputi semua itu. Manusia hanya diberikan ilmu yang sangat sedikit Wallohu a’lam bissawab. AKUNTANSI DALAM SEJARAH ISLAM Pengantar Dimuka kita telah membas Akuntansi dalam Alquran serta akuntansi ilahiyah. Salam seksion ini kita akan mencoba melihat bagaimana praktek akuntansi (ejauh yang ada dalam literatur) dinegara negara yang dapat dikategorikan sebagai negara yang Islamnya dominan. Studi mengenai topik ini belum banyak sehingga barangkali analisa kita juga belum lengkap. Kita perlu mengarahkan penelitian kita untuk menggali praktek akuntansi dinegara negara atau dimasyarkat yang hukum sosialnya menerapkan dasar Islam khususnya selama kurun waktu kejayaan Islam sejak zaman Rasulullah sampai abad ke 10 Masehi. Kalau kita kembali merujuk hipotesa Gambling dan Karim (1986) tentang ideologi yang menetukan sistem ekonomi, sosial dan juga akuntansi tentu pada era kedaulatan Islam sejak Rasulullah memimpin kedaulatan Islamiyah sampai zaman kekhalifahan di Baghdad atau Turki pasti ada sistem Akuntansi Islam. Periode ini penting karena kalau kita meneliti periode atau kurun waktu sekarang dimana cara hidup yang mendominasi dunia saat ini adalah filsafat kapitalis 80 — Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 2, No. 2 Agustus| 2002 : 87 - 104 atau materialisme maka sistem apapun yang ada di berbagai negara baik yang menamakan dirinya Islam maupun yang jumlah pendu: ya dominan atau mayoritas Islam belum tentu menggambarkan praktek akuntansi yang dikehendaki oleh nilai nilai Islam. (Thurow, 1996). Namun bukan berarti tidak bermanfaat sama sekali praktek yang ada di Saudi Arpbia misalnya dapat dijadikan rujukan karena pengaruh kerjaan Islam dahuly kala bisa saja masih tersisa dalam praktek ekonomi, bisnis dan kenegaraannya. Namun yang ingin saya garisbawahi adalah apapun sistem yang berlaku dint gara seperti itu tidak bisa otomatis kita klaim sebagai Sistem Akuntansi Islam; Akuntansi di Timur Tengah maupun negara Islam misalnya selama ini masih dikuasai sistem akuntansi Barat. Dibawah ini akan kita bahas praktek yang ada di negara Islam dan dalam berbagai catatan sejarah. Muhasib Menurut Hayashi (Hayashi, 1989; Harahap, 1999) akuntansi dalam bahasa Arab disebut “Muhasabah” yang artinya wa Sedang akar katanya H.S.B. Pengertian HSB dalam bahasa Arab a g 1, Selesaikan tanggungjawab, 2. Agarnetral, independen tidak memihak, objektif. 3. Menjaga atau mencoba mendapatkan, atau 4. Mengharapkan pahala diakhirat dengan menambahnya dalam kita seseorang oleh Tuhan, Menjadikan perhatian 6. Mempertanggungjawabkannya. 7. Bisa juga dikaitkan dengan pencatatan perbuatan seseorang secara terus menerus sampai pada pengadilan akhirat melalui mizan (neraca). 8. Yahsaba berarti menghitung, mengukur. to compute tp measure. y Pengertian Hasaba atau Akuntansi dalam bahasa Arab ini mengambarkan fungsi akuntansi pada era kebudayaan Islam waktu ituj Disini yang dicatat bukan saja aspek material, ekonomi, kuantitatif, tetapi juga moralitas, etika, kualitaitf disamping kuantitatif. Ini berarti bahwa akuntansijdalam Islam ternyata jauh lebih luas dari pengertian akuntansi dalam budaya Barat (Occident) yang hanya mengukur dengan angka dan transaksi ekonomi yang mempengaruhi posisi keuangan perusahaan, yang bersifat reciprocal saja (Harahap, 1994). Beberapa Dimensi Akuntansi : Menurut Alquran, lahiyah, Sejarah Islam dan Kini = 81. Muhtasib adalah orang yang bertanggungjawab atas lembaga Al Hisba. Muhtasib bisa juga menyangkut pengawasan pasar yang bertanggungjawab tidak hanya menyangkut masalah ekonomi tetapi juga masalah ibadah. Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa muhtasib adalah kewajiban publik. Muhtasib ini bertugas menjelaskan berbagai tindakan yang tidak pantas dilakukan dalam berbagai bidang kehidupan. Alhisba tidak bertanggungjawab kepada eksekutif. Termasuk tugasnya adalah mengawasi orang yang tdiak shalat, yang tidak puasa, mereka yang memiliki sifat benci, berbohong, melakukan penipuan, mengurangi timbangan, praktek kecurangan dalam industri, perdagangan, agama dan sebagainya (Siddiqi, 1982). Secara rinci ia menjelaskan: 1, Memastikan masyarakat mendapatkan hak atas timbangan yang benar. 2. Mencek kemungkinan adanya kecurangan bisnis dalm berbagai bentuk termasuk memberikan informasi yang salah. 3. Memeriksan kontrak perjanjian yang tidak benar, praktek judi, riba. 4. Menjaga terlaksananay pasar bebas termasuk melindungi konsumen dari kerugian yang timbul akibat ketidak tahuan pasar 5. Mencegah barang tidak ditimbun untuk mendapatkan keuntungan. Muhtasib memiliki kekuasaan yang luas, termasuk pengawasan harta, kepentingan sosial, pelaksanaan ibadah pribadi, pemeriksaan transaksi bisnis. Akram Khan memberikan 3 kewajiban muhtasib ini: 1. Pelaksanaan hak Allah termsuk kegiatan ibadah: semua jenis shalat, pemeliharaan masjid. 2. Pelaksanaan hak hak masyarakat: prilaku dipasar, kebenaran timbangan kejujuran bisnis. 3. Pelaksanaan yang berkaitan dengan keduanya: menjaga kebersihan jalan, lampu jalan, bangunan yang mengganggu masyarakat dan sebagainya. Siddiqi (1982) menjelaskan pada zaman kekhalifahan sudah dikenal Keuangan Negara. Kedaulatan Islam telah memiliki departemen departemen atau disebut Diwan ada Diwan Pengeluaran (Diwan Al-Nafagat), Militer (Diwan AlJayash, Pengawasan, Pemungutan hasil dan sebagainya. Diwan Pengawas Keuangan disebut Diwan Al-Kharaj yang bertugas mengawasi semua hal yang berkaitan dengan Penghasilan Pada zaman Kekhalifahan Mansur dikenal Khitabat al Rasul war Sirr, yang memelihara pencatatan rahasia. Untuk 82 Media Rise! Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 2, No. 2 Agustus fe 57 - 101 menjamin dilaksanakannya hukum maka dibentuk Sahib) al Shurta. Slah satu pejabat didalamnya itulah yang disebtu Muhtasib yang lebih difokuskan pada sisi pengwasan apda pelaksanan agama dan moral misalnya mengenai timbangan, kecurangan dalam penjualan, orang yang tidak bayar utang, orang yang tidak shalat Jumat, tidak puasa, pada bulan rama pelaksanaan masa iddah, bhkan termasuk memeriksa ajaran yang berbeda dengan lima’ (kesepakan Ulama) untuk memumnian Iman. Ja juga menjaga moral masyarakat, hubungan laki perempuan, menjaga jangan ada yang minum arak, melarang musik yang diharamkan, game dan mainan yang tidak baik, transaksilbisnis yang curang, riba, kejahatan pada budak, binatang dan sebagainya. Disisi lain ada juga fungsi Muhtasib yang bukan dalam bidang moral dan agama tetapi bidang pelayanan umum (public servises) misalnya memeriksan kesehatan supply air, memastikan orang miskin mendapat tunjangan, bangunan yang mau rubuh, memeriksa kelays pembangunan rumah, ketidak nyamanan dan keamanan berlalu lintas, jalan untuk penjalan kaki, menjaga keamanan dan kebersihan pasar. Dari berbagai fungsi Shahib al Surta dan Muhtasib ini dapat disipulkan bahwa fungsi utamanya adalah untuk menjegcah pelanggaran terhadap hukum baik hukum sivil maupun hukum agama. | Menurut situasi ini ternyata Akuntansi Islam (kalau itu dapat disebut Akuntarsi Islam) adalah menyangkut semua praktek kehidupan yang lebih luas tidak hanya menyangkut praktek ekonomi dan bisnis pebagaimana dalam sistem kapitalis (Siddiqi, 1982). Akuntansi Islam menurut ini jauh lebih luas dari hanya perhitungan angka, informasi keuangan, atau p , iggungjawaban. Dia menyangkut semua penegakan hukum sehingga tic k ada pelanggarana hukum baik hukum sivil atau hukum yang berkaitan dengan ibadah. Kalau ini yang kita anggap sebagai domain nya akuntansi maka Jebih “compatible” dengan sistem Akuntansi llahiyah dan Akuntansi Amal yang kita kenal dalam Alquran. Atau lebih dekat dengan “Auditor” dalam|bahasa akuntansi kontemporer. Eksistensi Akuntansi Islam menurut para pakar Eksistensi akuntansi sejak Islam lahir tidak diragukan keberadaannya. Dan rasanya benar bahwa akuntansi lehir sejak lahirnya ‘society atau paling tidak transaksi ekonomis antara dua pihak. Dalam buku-buku teori akuntansi Beberapa Dimensi Akuntansi : Menurut Alquran, llahiyah, Sejarah Islam dan Kini 83 masalah sejarah ini telah banyak dibahas. Vernon Kam (1990) dalam buku Accounting Theorynya menyatakan bahwa: “Menurut sejarahnya, kita mengetahui bahwa sistem pembukuan double entry muncul di Italia pada abad ke-13. Itulah catatan yang paling tua yang kita miliki mengenai sistem akuntansi “double entry” sejak akhir abad ke-13 itu, namun adalah mungkin adalah sistem double entry sudah ada sebelumnya. Kita menggarisbawahi kalimat terakhir ini. Artinya ada kemungkinan akuntansi khususnya Akuntansi Islam sudah ada sebelum Pacioli. Pendapat ini banyak didukung oleh berbagai penemuan sebagai berikut: 1. Muhammad Khir (Harahap, 1991) Dalam menanggapi pendapat diatas Khir menyatakan sepenuhnya setuju sikap itu. Namun ia menyatakan: “Saya ingin membahas lebih lanjut pemahaman terhadap pertumbuhan double entry ini dari zaman dulu sampai zaman sekarang ini. Sebagian besar para akuntan dan para ekonom setuju bakwa faktor utama sebagai penyebab perkembangan teknologi akuntansi adalah akibat pembentukan pertumbuhan perusahaan dalam lingkungan pasar yang demikian kompleks”. Pertanyaan lainnya adalah apa kekuatan yang menimbullkan dan mendorong pembentukan dan pertumbuhan perusahaan, jawabnya adalah: 1. Jiwa kapitalis 2. Aspek sosial 3. Tujuan akhir bukan laba tapi kepuasan masyarakat. Pendapat ini juga dapat menjadi dasar untuk menyatakan bahwa akuntansi sudah ada sebelum Pacioli. 2. DR. AliShawki Ismail Shehata Menanggapisoal ini Shehata (Khir dalam Harahap, 1991) menyatakan: “Suatu pengkajian selintas terhadap sejarah Islam menyatakan bahwa akuntansi dalam Islam bukanlah merupakan seni dan ilmu yang baru", sebenarnya bisa dilihat dari peradaban Islam yang pertama yang sudah memiliki “Baitul Maal” yang merupakan | 84 © — Media Risel Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 2, No. 2 Agustus pase lembaga keuangan yang berfungsi sebagai “Bendahara Negara” serta menjamin Kesejahteraan Sosial, Muslim sejak itu telah memiliki jenis akuntansi yang disebutkan dalam: beberapa karya tulis umtmat Islam. Tulisan ini muncul lama sebelum double entry diternukan oleh Lucas Pacioli di Italia tahun 1494”. Shawki Ismail Shatata menyatakan bentuk Akuntansi Is Didalam Alquran ada beberapa teori mengenai sifat akuntansi dan tujuannya, ideologi dan prinsipnya dan teori tentang indeks akuntansi, Ppengumpulan data, penyaluran dan sistem umpan balik untuk maksud menyajikan situasi keuangan pada akhir suatu periode akuntansi. Syariat tidak memberlakukan metode penilaian harta atau penentuan laba rugi dar suatu lemabaga ekonomi dalam suatu periode. Syariat memberikan kepada akuntansi khusus yang mengajarkan manusia dan seluruh amal perbuatannya dari kehidupan dibumi dan dia mempunyai kepentingan terhadap situasi dan perilaku selama suatu peristiwa tertentu seperti periode akuntansi atau periode yang ditentukan Allah. (Harahap, 1999:276) 3.Hendriksen Seorang guru besar akuntansi berkebangsaan Amerika menulis sebagai berikut: “....the introduction of Arabic Numerical greatly facilitated the growth of Accounting” (Penemuan angka Arab sangat membantu perkembangan akuntansi) (Harahap, 1995 ; Hendriksen,1965). Kutipan ini menandai bahwa anggapan tadi dapat kita catat bahwa penggunaaan angka Arab (1,2,3, dan seterusnya) mempunyai andil besar dalam perkembangan ilmu akuntansi. Artinya besar kemungkinan bahwa dalam peradaban Arab sudah ada metode pencatatan akuntansi. 4. Kitab Suci Al Quran Pendapat diatas ternyata didukung oleh kitab suci umat Islam. Dalam Al Quran surat Al Bagarah ayat 282 dapat kita baca sebagai berikut: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar. Dan, janganlah, penulis Beberapa Dimensi Akuntansi : Menurut Alquran, llahiyeh, Sejarah Istam dan Kini = 85. menuliskannya sebagaiimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis,...... dan persaksikanlah dengan dua orang saksi.....” (Al Qur'an dan terjemahannya, 1986). Kemudian dalam catatan kakinya muamalah diartikan seperti kegiatan jual-beli, berutang piutang, sewa menyewa dan sebagainya. Dari ayat ini dapat kita catat bahwa dalam Islam sejak munculnya peradaban Islam sejak Nabi Muhammad saw. Telah ada perintah untuk kebenaran, keadilan antara dua pihak yang mempunyai hubungan muamalah tadi (trend sekarang disebut accountability). Sedangkan pencatatan untuk tujuan lain seperti data untuk pengambilan keputusan tidak diharuskan. Karena ini sudah dianggap merupakan urusan yang sifatnya tidak perlu diatur oleh suatu kitab suci. Dan mengenai hal ini Rasulullah mengatakan: “Kamu lebih tahu urusan duniamu”. Kesimpulan lain Akuntansi bagi Islam adalah kewajiban dan mustahil Rasulullah, sahabatnya, serta para filosof Islam terkenal 700 tahun kemudian tidak mengenal Akuntansi. 5. Robert Amold Russel Russel (Harahap: 1995a) sewaktu menjelaskan perkembangan seorang pengusaha sukses di Italia yang bernama Alberto pada zaman medival (pertengahan) pada saat Pacioli menerbitkan bukunya mengatakan bahwa kemajuan ekonomi pada masa itu terletak pada penerapan sistem akuntansi double entry Arab yang lebih canggih. Ia menyatakan (Harahap, 1993): “Success of the new multiagent, long distance trading and banking business depended on the adoption of the new accounting system. By changing over from the old paragraph style of entry of the small business age to the Arab's more sophisticated double entry system, merchant were able to keep an accurate picture sophisticated double entry system, merchant were able to keep an accurate picture of the various dealings, keep track ofa score of agents, and use their capital to the best advantage. It took the Albert nearly a generation to get on top off the new system, but once it was mastered, it made sure every florish was working for the firm". (Keberhasilan bisnis multiagen, perdagangan dan perbankan jarak jauh tergantung pada penerapan sistem akuntansi yang baru. Dengan merubah dari metode lama yang 86 — Media Risel Akuntansi, Auditing dan tnformasi, Vol. 2, No. 2. Agustus 2002 : §7 - 101 diterapkan pada era bisnis skala kecil ke metode (sistem) akuntansi double entry Arab yang lebih canggih, pedagang telah mampu menyusun gambaran yang tepat tentang berbagai transaksi dagang, mampu mencatat posisi masing-masing, agen, dan mampu menggunakan modalnya untuk investasi (kegiatan) yang lebih menguntungkan. Hampir satu generasi keluarga Albert baru dapat menguasai sistem baru ini, tetapi sekali sistem itu telah dikuasai maka dapat menjamin semua sistem yang ada akan bekerja untuk kepentingan perusahaan). | i \ 6. W.Montgemory Watt Watt (1972, 1995) dalam bukunya the Influence of Islam on Medieval Europe tampaknya sependapat dengan Russel. Pengakuannya adalah sebagai berikut : “Ketika kita menyadari segala keluasan eksperimen, pikiran dan tulisan orang Arab kita akan berpendapat bahwa tanpa orang Arab, ilmu pengetahuan dan filsafat orang Eropa tidak akan bisa berkembang seperti ketika dulu mereka pertama kali mengembangkannya. Orang- orang Arab bukanlah sebagai peryalur pikiran-pikiran Yunani tetapi juga pencipta-pencipta sejati yang mempertahankan disiplin-disiplin yang telah mereka ajarkan dan meluaskannya”. Penemuan yang di Barat termasuk akuntansi tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Arab. | | 7. Zakat dan Baitul Maal | Kewajiban zakat bagi muslim merupakan bukti nyata betapa pentingnya peranan akuntansi bagi masyarakat, perusahaan lembaga/atau perseorangan. Dalam konteks ini akuntansi akan dapat memberikan sumbangan dalam proses perhitungan zakat yang tepat baik zakat maal, penghasilan, profesi, perdagangan, laba, dan lain sebagainya. Nilai asset yang mana yang akan dijadikan sebagai dasar pengénaan zakat. Bagaimana mungkin kita mengetahui beban zakat tanpa bantuan dari akuntansi? Malah di Islam dituntut lagi bidang-bidang khusus akuntansi seperti Akuntansi Pertanian, Akuntansi Peternakan, Akuntansi Sosial, Akuntansi Jaminan Sosial, dan lain-lain, untuk dapat menyelesaikan kewajiban kita sebagai muslim. | Beberapa Dimensi Akuntansi : Menurut Alquran, lahiyah, Sejarah Islam dan Kini 87 Pengelola kekayaan negara melalui lembaga terkenal seperti “Baitul Maal” juga memerlukan akuntansi yang lebih teliti karena menyangkut harta masyarakat yang harus dipertanggungjawabkan baik keopada rakyat maupun kepada Tuhan. Semua ini mendukung hipotesis yang menyatakan akuntansi sangat mutlak dalam Islam. Mustahil Islam tidak memilikinya. Kesimpulan dari berbagai fakta sejarah ini sudah cukup kuat untuk menyatakan bahwa akuntansi sudah dikenal pada masa kejayaan Islam artinya peradaban Islam tidak mungkin tidak memiliki akuntansi. Permasalahannya adalah pemalsuan sejarah yang dilakukan beberapa oknum di Barat dan ketidakmampuan umat muslim untuk menggali khazanah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya sendiri. 8. Profesi Akuntan Publik selaku Saksi Bidang akuntansi melahirkan profesi akuntan. Profesi ini lahir karena anggapan bahwa penyaji laporan keuangan yaitu manajemen dianggap tidak akan dapat berlaku adil dan objektif dalam melaporkan hasil prestasinya. Oleh karenanya diperlukan pihak penyaksi independen yang menilai seberapa jauh laporan yang disusun manajemen sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang ada. Dalam konteks inilah maka Al Qur’an (An Nisa’: 135) memberikan pedoman yang diberikan kepada para akuntan publik sebagai pelaku “attest function” sebagai beikut : “Wahai orang-orang yang beriman jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri, ibu bapakmu, kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin maka Allah lebih tahu kemashlahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan kata-kata atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahuisegala apa yang kamu kerjakan”. Ayat ini jelas menerangkan kualitas penyaksian yang diinginkan yaitu independen dan objektif. 88 Media Rise! Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 2, No. 2 Agustus |2002 : 87 - 101 7. Akuntansi Islam : State of the Art | 1, Islam dan Persepsi Masyarakat | Islam dapat dijelaskan dalam berbagai sudut pandang. la sebagai agama, sistem nilai, ilmu, tata cara ritual, dan sistem kehidupan (way of life). Dalam konteks ini kita akan menggunakan istilah Islam sebagai tata cara kehidupan. Dalam pengertian kami Islam bukan hanya tata cara ritual ibadah khusus, bukan hanya persiapan mati, tetapi ia menyatu dalam kehidupan yang terintegrasi dan holistik tanpa ada garis demarkasi antara persoalan dunia dan akhirat dan tanpa ada dikotomi antara keduanya.Artinya masalah Ekonomi, Manajemen, dan akuntansi pun ada dalam Islam (Alam, 1996, Maududi, 1983). Pengertian ini sejalan dengan pendapat Syed Muhammad Naguib Al Attas (1989) tentang Islam sebagai berikut; “Pengertian agama dalam Islam sama dengan istilah “din” yang berarti bukan saja semata suatu konsep tetapi sesuatu yang harus dijabarkan ke dalam realitas kehidupan secara mendalam dan kental dalam pengalaman hidup manusia”. | Darisisi lain Islam disifat juga sebagai” Rahmatan lil ‘Alamin” rahmat untuk sekalian alam. Kalau sebelumnya agama, kitab, atau kepercayaan. yang dibawa para nabi dan tokoh agama lainnya adalah bersifat lokal, bangsa, atau primordial. Misalnya Nabi Daud AS. Luth AS. Ibrahim AS, Musa AS. Isa (Yesus) AS. Semuanya hanya untuk kaumnya, Islam mengayomi semua makhluk itu. Kalau kapitalisme memiliki kaum pemilik modal dan komunis memayungi kam buruh maka Islam memayungi keduanya bahkan semuanya termasuk segala imakhluk yang ada di bumi ini termasuk flora dan fauna Alam, 1996, Maududi, 1983). Kenyataan di lapangan persepsi masyarakat terhadap Islam menurut pengamatan penulis masih banyak yang keliru, masih melihat Islam sebagai satu unit dari budaya, atau merupakan subsistem sosial. Kami memahami kesalahan persepsi ini karena banyaknya pemikiran yang terpatri dalam literatur yang menilai Islam sama dengan cara menilai agama samawi sebelumnya. Persepsi ini bermula dari sejarah mulanya sivilisasi di Eropa (abad 14 Masehi) di mana Gereja ang dinilai dogmatis bergumpl dengan beberapa paham sekuler seperti: feodalisme, kapitalisme, liberalisme, dan sekulerisme. Dalam pergumulannya akhimya kapitalisme semakin menguat posisinya dalam masyarakat sehingga Gereja yang dianggap dogmatis, mengganggu kebebasan Beberapa Dimensi Akuntansi : Menurut Alquran, llahiyah, Sejarah Istam dan Kini = 89) manusia dan akhirnya masyarakat membuat garis pemisah antara urusan agama (gereja) dan urusan dunia. Sikap sekularisme inilah yang terbawa sampai saat ini. Kalau pengertia tersebut yang mnejadi pegangan maka tentu Akuntansi sebagai instruament yang dikenal dalam dunia ekonomi, bisnis, politik dan sosial harus ada dalam Islam. 2. Eksistensi Akuntansi Apa kaitan ini dengan akuntansi? Jawabannya adalah besar sekali. Pengetahuan terhadap Islam ini mutlak perlu dalam melihat akuntansi dalam perspektif Islam. Perlu diketahui bahwa akuntansi yang kita kenal sekarang ini diklaim berkembang dari peradaban Barat (sejak Pacioli). Kendatipun setelah dilihat dari uraian diata proses lahirnya dan perkembangannya masih dapat dikaji dan terlihat sangat dipengaruhi oleh keadaan masyarakat atau perkembangan peradaban sebelumnya baik Yunani maupun Arab Islam. Hal ini digambarkan oleh Al Dhaffa (1976, 1988) sebagai berikut : Gambar 1 Sumbangan Ielam dan Pengaruhnya pada Kebudayaan Barat Syriac Orang Islam di Wilayah Barat Orang Islam di Wilayah Timur Zaman Keemasan Orang Islam 900-1100 ‘Tehap Kebekuan Dan Kejatuhan Orang Islam Terjemahan ke Bahasa Latin Zaman Pertengahan Renaisans 1100-1300 ‘Sumber: Ali Abdullah Al Dhafia, The Muslim Contribution to Mathematics, Croom LTD. Diterejemahkan oleh -Kemmunculan Universitas Amian Senin: Sumbangan Islam dalam Bidang Mathematics, Dewan . Bahasa dari Pustaka Malaysia 1988 Zaman Lar ‘oad 90 Media Riset Akuntansi, Auditing dan informasi, Vol. 2, No. 2 Agustus| 2002 : §7 - 101 Perkembangan akuntansi sebagai domainnya “Arithmatic quality” sangat ditopang oleh ilmu lain khususnya Arithmatic, Algebra, Mathematics, Algorithm, Imu ini lebih dahulu berkembang sebelum perkembangan bahasa. Imu yang penting ini ternyata dikembangkan oleh filosof Islam yang terkenal Abu Yusof Ya’kub bin Ishaq Al Kindiia lahir tahun 801 Juga Al Karki (1020) dan Alkharizm yang merupakan asal kata dari Algoritm,|Algebra juga berasal dari kata Arab: “Al Jabr”. Demikian juga sistem nomor, decimal, dan angka nol “0” (zero, sifr, kosong, nol) yang kita pakai sekarang yang disebut angka Arab sudah dikenal sejak 874 M, yang sudah diakui oleh Hendriksen merupakan sumbangan Arab Islam terhadap akuntansi (dan juga bagi ilmu Komputer). Sistem ini baru dipakai Eropa 3 abad sesudahnya. Al-Kindi (abad 9 M) juga memberikan sumbangan terhadap ilmu arithmaticini. Tidak kurang 18 buku tentang arithmetic ditulis oleh beliau (Atiyeh, 1994) dalam berbagai topik. Saya tidak dapat membayangkan jika misalnya Neraca disajikan dengan angka Romawi, misalnya angka 1843 akan ditulis MDCCCXLII, Bagaimana jika kita menyajikan Neraca IBM yang memerlukan angka triliunan? Ibn Khaldun (lahir 1332) adalah seorang filosof Islam yang juga telah bicara tentang politik, sosiaologi, ekonomi, bisnis, perdagangan (Enan, 1993). Bahkan ada dugaan bahwa pemikiran mereka itulah sebenamnya yang dikemukakan oleh para filosof Barat nelakangan yang muncul apda abad 18. 3. Perkembangan Ekonomi Islam Kita merasa bersyukur dan gembira saat ini karena kajian tentang ekonomi Islam semakin meluas. Maraknya kajian ekonomi Islam ini juga tentu akan mempengaruhi kajian mikro ekonomi seperti Akuntansi. Saat ini ada kehausan dikalangan mahasiswa dan masyarakat untuk mempelajari Ekonomi/Akuntansi Islam (Chapra, 1996, 1997, 2000). Hal ini dapat dilihat dari berbagai seminar, Kajian, pusat studi, bahkan jenjang pendidikan yang khusus membahas Ekonomi/Akuntansi Islam. Di berbagai Universitas seperti Universitas Indonesia, Universitas Trisakti, Universita Diponegoro, Universitas Brawidjaya, STAN. Bahkan Di luar negerijuga kehausan ini sudah juga menjalar berbagai Universitas. Lembaga serta Pusat Kajian juga telah melakukan berbagai kegiatan seminar dan konferensi secara berkala untuk membahas ekonomi Islam ini termasuk didalamnya perbankan, keuangan, asuransi, dan tentu akuntansi, Harvard Universitry, University of Loughborough, University of Dubrah, Beberapa Dimensi Akuntansi : Menurut Alquran, llahiyah, Sejarah Islam dan Kini = 91. Univerity of Wales, University of Postmouth, University of Wonglongong, University of Western Sydney MacArthur dan lain sebagainya. Mata kuliah ekonomi Islam sudah menjadi satu mata kuliah baik sebagai matakuliah wajib, atau elektif. Konferensi internasional yang memfokuskan diri pada akuntansi Islam telah dilakukan tiga kali, di Sydney, Jordan, Indonesia, dan yang ke empat di Massey University, New Zealand 12-14 Februari tahun 2001. Di berbagai ‘universitas, mahasiswa baik muslim maupunnon muslim telah banyak memilih topik ini untuk menjadi judul skripsi dan mereka ini selalu menanyakan berbagai pertanyaan maupun bahan yang bisa dijadikan rujukan. Buku dan literatur yang mambahas topik ini masih sangat langka. Di Indonesia baru ada empat buku : Pertama Harahap (1992), Akuntansi, Manajemen dan Pengawasan dalam Perspektif Islam, terbitan FE Universitas Trisakti, yang kedua Harahap (1997), Akuntansi Islam, PT Bumi Aksara, Jakarta, dan yang ketiga; Triyuwono (2000), Organisasi dan Akuntansi Syariah, LKiS Yogyakarta. Keempat: Muhammad (2000) Prinsip Prinsip Akuntansi dalam Alquran, terbitan Ull Press Yogyakaria. Artikel dari Muhammad Akhyar Adnan (2000). Buku kelima yang sedang dalam proses penyusunan adalah “Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam” oleh Sofyan S Harahap (2001) Buku ini nanti diharapkan bisa lagi menambah bahan bahan bacaan bagi mahasiswa yang ingin mempelajari topik Akuntansi Islam ini. 4, Konsep Akuntansi Islam Akuntansi sebenarnya merupakan domain “muamalah” dalam kajian Islam. Artinya diserahkan pada kemampuan akal pikiran manusia untuk mengembangkannya. Namun karena pentingnya permasalahan ini maka Allah SWT bahkan memberikannya tempat dalam kitab suci Al Qur’an surat Al Bagarah ayat 282 dan dibeberapa ayat lain. Penempatan ayat ini juga unik dan relevan dengan sifat akuntansi itu. Ia ditempatkan dalam surat Sapi Betina sebagai lambang komoditi ekonomi. la ditempatkan dalam surat ke-2 yang dapat dianalogikan dengan “double entry”, ditempatkan di ayat 282 yang menggambarkan angka keseimbangan atau Neraca “2-8-2”. Bahkan juga bisa dikaji relevansi ayat berikut dalam konteks double entry atau sifat berpasangannya: 92 — Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 2, No. 2 Agustus | 2002 : 57 - 101 “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah” (Adz Dzariyat: 49) “Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuarya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui” (Yasin ayat 36). Inilah beberapa kemungkinan yang kebenarannya hanya Allah.yang mengetahui, Wallahu ‘alam bishawab. Karena akuntansi ini sifatnya urusan muamalah maka pengembangannya diserahkan pada kebijaksanaan mahusia. Al Qur’an dan Sunnah hanya membekalinya dengan beberapa sistem nilai seperti landasan etika, moral, kebenaran, keadilan, kejujuran, terpercaya, bertanggungjawab, dan sebagainya. Dalam A! Qur'an surat Al Bagarah kita melihat dalam kewajiban melakukan pencatatan adalah : 1. Menjadi bukti dilakukannya transaksi (muamalah yang mnejadi dasar nantinya dalam menyelesaikan persoalan selanjutnya. 2. Menjaga agar tidak terjadi manipulasi, tau penipuan baik dalam transaksi maupun hasil dari transaksi itu (laba). wa tekanan Islam Penekanan ini didukung lagi oleh ratusan ayat yang dapat dijadikan sumber moral akuntansi seperti kewajiban bertakwa, |berlaku adil, jujur, menyatakan yang benar, memilih yang terbai, berguna, menghindari yang haram, jangan boros, jangan merusak, jangan menipu, dan lain sebagainya. Instrumen kualitas ini sebenarnya sudah cukup sebagai landasan teoritis dari akuntansi Islam. Sedangkan yang sifatnya teknis diserahkan: sepenuhya kepada umatnya untuk merumuskannya sesuai kebutuhannya. 5. Beberapa Pemikiran Teori dan Konsep Akuntansi Islam Gambling dan Karim (1986, Harahap1992, 1999) menarik hipotetis karena Islam memiliki syariah yang dipatuhi semua umatnya maka wajarlah bahwa masyarakatnya memiliki lembaga keuangan danakuntansinya yang diserahkan melalui pembuktian sendiri sesuai landasan agama. Merka merumuskan tiga model antara lain “Colonial Model” yang menyebutkan jika masyarakatnya Islam maka mestinya pemerintahnya akan menerapkan syariat Islam dan mestinya Teori Akuntansinya pun akan bersifat Teori Akuntan Islami. Mereka Beberapa Dimensi Akuntansi : Menurut Alquran, llahiyah, Sefarah islam dan Kini = 93. juga menekankan bahwa sesuai sifatnya maka mestinya Islam harus memiliki akuntansi karena pentingnya penekanan pada aspek sosial dan perlunya penerapan sistem zakat dan baitul maal. DR. Scott (Harahap, 1993, 1995) adalah seorang penulis yang banyak memperhatikan masalah etika dan moral dalam melahirkan teori akuntansi. Ia selalu menggunakan kriteria keadilan dan kebenaran dalam merumuskan setiap teori akuntansi, model ini disebut Ethical Theory of Accounting. Menurut beliau dalam penyajian laporan keuangan, akuntan harus memperhatikan semua pihak (user) dalam memperlakukannya secara adil dan benar. Danmemberikan data yang akurat jangan menimbulkan salah tafsir dan jangan pula bias. Dalam buku yang sama Harahap (1991) mengemukakan bahwa akuntansi Islam itu pasti ada. la menggunakan metode perbandingan antara konsep syariat Islam yang relevan dengan akuntansi dengan konsep dan ciri akuntansi kontemporer (dalam nuansa komprehensif) itu sendiri. Sehingga ia menimbulkan bahwa nilai-nilai Islam ada dalam akuntansi dan akuntansi ada dalam struktur hukum dan muamalat Islam. Menurutnya keduanya mengacu pada kebenaran kendatipun kadar kualitas dan dimensi dan bobot pertanggungjawabannya bisa berbeda. Dan juga penekanan pada aspek tanggung jawab dan aspek pengambilan keputusan berbeda. Shaari Hamid, Russel Craig, dan Frank Clarke (1993) dalam artikel mereka yang berjudu: “Religion: A Confounding Cultural Element in the International Harmonization of Accounting” mengemukakan dua hal : 1. Bahwa Islam sebagai agama yang memiliki aturan-aturan khusus dalam sistem ekonomi keuangan (misalnya free interest banking system) pasti memerlukan teori akuntansi yang khusus pula yang dapat mengakomodasi ketentuan syariah itu. 2. Kalau dalam berbagai studi disimpulkan bahwa aspek budaya yang bersifat lokal (national boundaries) sangat banyak mempengaruhi perkembangan akuntansi, maka Islam sebagai agama yang melampaui batas negara tidak boleh diabaikan. Islam dapat mendorong Internasionalisasi dan harmonisasi akuntansi. Dalam artikel tersebut dibahas dikemukakan bahwa etika dan perilaku bisnis didasarkan pada tradisi dan filosofi Barat. Ada penulis yang menganggap bahwa tradisi ini dipengaruhi etika Yahudi dan Kristiani, ada yang menganggap dipengaruhi oleh etika Protestan, ada yang menganggap hanya tradisi Barat. 94 Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 2, No. 2 Agustus| 2002 : 57 - 101 Perilaku bisnis melahirkan prinsip dan teknik akuntansi, Kalau konsep dasar bisnis berbeda maka mestinya prinsip dan konsep dasar akuntansinya juga harus berbeda. Menurut penulis banyak konsep bisnis Barat yang tidak sesuai dengan syariat Islam, oleh karenanya maka konsep dan praktek akuntansinya juga ada yang tidak sesuai dengan Islam. Artinya akuntansi berdasarkan Islam harus ada. Toshikabu Hayashi (1989) dalam tesisnya yang berjudul: “On Islamic Accounting” membahas dan mengakui keberadaan tansi Islam. Dalam tulisannya yang berasal dari tesisnya mengambil S beliau mengi Akuntansi Barat yang dinilainya memiliki sifat yang dibuat sendirijdengan berpedoman pada filsafat kapitalisme. Sifat-sifat akuntansi Barat ini menurut dia kehilangan arah bila dihubungkan dengan aspeketika dan sosial dan bebas nilai. Sedangkan trendnya harus bernuansa sosial sebagaimana yang dimiliki akuntansi Islam dan diakui oleh Gambling dan Karim. Dalam akuntansilslam dia katakanbahwa ada “meta rule” yang berada diluar konsep akuntansi yahg harus dipatuhinya yaitu hukum syariah yang berasal dari Tuhan yang bukan ciptaan manusia. Menurut beliau akuntansi Islam sesuai dengan kecenderungan manusia yang menuntut agar perusahaan juga memiliki etika dan tanggung jawab sosial. Dalam tulisannya Hayashi menjelaskan bahwa Konsep tansi sudah ada dalam sejarah Islam yang sangat berbeda dari konsep konvensional sekarang. Dia menunjukkan istilah “muhtasib” sebagai seseorang yang diberikan kekuasaan besar dalam masyarakat untuk memastikan setiap tindakan ekonomi berjalan sesuai syariah.la menerjemahkan akuntansi sebagai “muhasabah”. Bahkan beliau menjelaskan bahwa dalam konsep Islam ada pertanggunugjawaban di akhirat, di mana setiap orang akan mempertanggungjawabkan tindakannya di hadapan|Tuhan. Dan Tuhan memiliki akuntan (Rakib dan Atib) yang mencatat semua tindakan manusia bukan saja bidang ekonomi tetapi sosial dan pelaksahaan hukumsyariah lainnya. Dalam hal zakat ia mengemukakan bahwa di sebagai kewajiban muslim memiliki beberapa konsep pen| dan pelaporan yang berbeda dari konsep Akuntansi persediaan yang harus menggunakan harga pasar, menjakai konsep accrual basis, dan konsep time period yang tegas. Dalam kesimpulannya beliau menyatakan bahwa : 1 Beberapa Dimensi Akuntansi : Menurut Alquran, llahiyah, Sejarah Istam dan Kini = 95 “ Akuntansi Islam yang memiliki makna implisit bidang ekonomi, politik, agama, memiliki kans yang besar untuk menunjukkan kunci kearah akuntansi pasca Newtonian” (pasca kemajuan Barat, pen). Muhammad Akram Khan (Khir dalam Harahap, 1992) merumuskan sifat akuntansi Islam sebagai berikut. Penentuan Laba Rugi yang Tepat Walaupun penentuan laba rugi agak bersifat subjektif dan bergantung nilai, kehati-hatian harus dilaksanakan agar tercapai hasil yang bijaksana (atau dalam Islam sesuai dengan syariah) dan konsisten sehingga dapat menjamin bahwa kepentingan semua pihak pemakai laporan dilindungi. Mempromosikan dan Menilai Efisiensi Kepemimpinan Sistem akuntansi harus mampu memberikan standar berdasarkanhukum sejarah unurk menjamin bahwa manajemen mengikuti kebijaksanaan- kebijaksanaan yang baik. Ketaatan kepada Hukum Syariah Setiap aktivitas yang dilakukan oleh unit ekonomi harus dinilai halal haramnya. Faktor ekonomi tidak harus menjadi alasan tunggal untuk menentukan berlanjut tidaknya suatu organisasi. Keterikatan pada Keadilan Karena tujuan utama dalam syariah adlah penerapan keadilan dalam masyarakat seluruhnya, informasi akuntan harus mampu melaporkan (selanjutnya mencegah) setiap kegiatan atau keputusan yang dibuat untuk menambah ketidakadilan dalam masyarakat. Melaporakn dengan Baik Telah disepakati bahwa peranan perusahaan dianggap dari panangan yang lebih luas (pada dasarnya bertanggungjawab pada masyarakat secara keseluruhan). Nilai sosial ekonomi dari ekonomi Islam harus diikuti dan dianjurkan. Informasi akuntansi harus berada dalam posisi yang terbaik untuk melaporkan hal ini. Perubahan dalam Praktek Akuntansi Peranan akuntansi yang demikian luas dalam kerangka Islam memerlukan perubahan yang sesuai dan cepat dalam praktek akuntansi sekarang.

Anda mungkin juga menyukai