Anda di halaman 1dari 19

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolime distribusi gula oleh

tubuh. Penderita diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah

cukup sehingga terjadilah kelebihan gula darah. Setiap orang membutuhkan

glukosa untuk kesehatannya, karena organ vital membutuhkannya sebagai

sumber energi yang nantinya dibakar oleh oksigen, terutama otak yang

sepenuhnya tergantung pada pasokan gula dan oksigen untuk bisa bekerja

dengan baik (Vitahealth, 2004).

Diabetes mellitus sangat tepat didefinisikan sebagai serangkaian

gangguan atau sindroma, dimana tubuh tidak mampu mengatur secara tepat

pengolahan, atau metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.Ini disebabkan

oleh kekurangan mutlak insulin maupun hormon penting, yang dihasilkan

dan dilepas oleh sel-sel khusus atau sel beta yang terdapat di pankreas

(Bogdan Mc Wright, MD, 2008).

Diabetes mellitus adalah suatu penyakit menahun yang timbul pada

seseorang yang disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula darah

akibat kekurangan insulin absolut maupun relatif (Suyono S, 2002).

B. Patofisiologi Diabetes Mellitus

Tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel

yang rusak, di samping itu badan juga memerlukan energi supaya sel badan

5
6

dapat berfungsi dengan baik. Pada manusia bahan bakar makanan yang yang

terdiri dari karbohidrat (gula dan tepung-tepungan), protein (asam amino) dan

lemak (asam lemak). Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut,

lambung dan selanjutnya ke usus, di dalam saluran pencernaan, makanan

dipecah menjadi bahan dasar dari makanan seperi karbohidrat menjadi

glukosa, protein menjadi asam amino, dan lemak menjadi asam lemak.

Ketiga zat makanan ini akan diserap oleh usus dan diedarkan ke seluruh

tubuh, dipergunakan sebagai bahan bakar, di dalam sel, zat makanan terutama

glukosa dibakar melalui proses kimia yang rumit, hasil akhirnya adalah

timbul energi, proses ini disebut metabolisme. Proses metabolisme, insulin

memegang peranan yang sangat penting, yaitu memasukkan glukosa ke

dalam sel untuk selanjutnya dapat dipergunakan sebagai bahan bakar. Insulin

adalah suatu zat atau hormon yang dikeluarkan dari sel beta pankreas

(Suyono S, 2004).

Pada diabetes mellitus tipe 2 insulin normal atau malah lebih banyak

tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang.

Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke

dalam sel. Pada keadaan tadi lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun

anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor)

kurang, maka glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan

kekurangan bahan bakar (glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh darah

akan meningkat (Suyono S,2004)


7

C. Gejala Diabetes

Pada awalnya gejala diabetes mellitus muncul tiba-tiba pada anak dan

orang dewasa muda, namun pada orang dewasa tua ( >40 tahun) gejala dapat

muncul tanpa disadari. Mereka umumnya baru mengetahui mengidap

diabetes mellitus pada saat medical check up atau pemeriksaan kesehatan

rutin (Dalimartha S, 2005).

Salah satu gejala umum penderita diabetes ialah penderita mengalami

rasa haus yang berlebihan dan menurunnya berat badan secara drastis.Kedua

gejala tersebut mengakibatkan seseorang sering buang air kecil. Umumnya,

tubuh mengeluarkan urine sebanyak 1,5 liter per hari, tetapi penderita

diabetes dapat mengeluarkan urine hingga lima kali lipat. Pengeluran tersebut

mengakibatkan dehidrasi dan hanya dapat diganti dengan minum dalam

jumlah banyak (Fox C & Kilvert, 2010 ).

Berat badan penderita diabetes mellitus memang dapat menurun drastis,

hal ini disebabkan glukosa di dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel

jaringan, seperti diketahui glukosa sangat dibutuhkan tubuh karena

merupakan sumber energi utama . Glukosa sendiri baru bisa di ubah menjadi

enegi atau tenaga bila berada dalam sel jaringan, misalnya otot, untuk masuk

ke dalam otot diperlukan insulin, jika tubuh kekurangan insulin atau sama

sekali tidak mempunyai insulin maka tubuh akan membakar jaringan lemak

supaya terbentuk energi yang dibutuhkan agar bisa bertahan hidup, apabila

keadaan ini berlangsung terus maka dalam waktu relatif singkat berat badan

penderita akan langsung menurun drastis, dampak lain dengan menipisnya

cadangan lemak tubuh menyebabkan energi yang terbentuk semakin


8

berkurang, akibatnya timbul keluhan tubuh terasa berat dan badan terasa

dingin, bahkan sampai menggigil kedinginan, sehingga memerlukan selimut

untuk penghangat (Dalimartha S, 2005).

Gejala kronis yang sering timbul pada penderita diabetes mellitus

disertai dengan tanda-tanda : (1) Kesemutan, (2) Kulit terasa panas, sepeti

ditusuk-tusuk jarum, (3) Terasa tebal di kulit, sehingga kalau berjalan seperti

di atas bantal atau kasur, (4) Kram, (5) Lelah, (6) Mudah mengantuk, (7)

Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata, (8) Gatal disekitar kemaluan,

terutama wanita, (9) Gigi mudah goyah dan lepas (10) Kemampuan seksual

menurun bahkan impoten dan (11) Para ibu hamil sering mengalami

keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir

lebih dari 4 kg (Tjokroprawiro A, 2011).

D. Cara menegakkan diagnosis diabetes mellitus

Tindakan diagnosis dilakukan untuk menentukan apakah seseorang telah

menderita penyakit diabetes mellitus atau belum. Diagnosis umumnya

ditegakkan berdasarkan keluhan penderita yang khas dan adanya peninggian

kadar glukosa darah yang ditentukan berdasarkan pemeriksaan laboratorium.

Pemeriksaan penyaring ialah pemeriksaan laboratorium yang dilakukan

terhadap seseorang untuk mengetahui apakah orang tersebut berdasarkan

gejala dan keluhan penyakitnya benar-benar telah menderita penyakit

diabetes mellitus. Pemeriksaan penyaring yang dilakukan adalah dengan

memeriksa kadar gula darah puasa, pemeriksaan gula darah sewaktu (at

random) atau kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan (post prandial).
9

Pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa darah dengan

metode enzimatik menggunakan bahan plasma darah yang diambil dari vena

(pembuluh darah balik) di sekitar lipat siku. Metode enzimatik bersifat lebih

spesifik karena yang diukur hanya kadar glukosa, seandainya hasil

pemeriksaan menunjukkan bahwa orang tersebut belum pasti menderita

diabetes mellitus biasanya dilakukan pemeriksaan selanjutnya yang

dinamakan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO), bagi kelompok beresiko

tinggi yang hasil pemeriksaaan penyaringnya negatif akan dilakukan

pemeriksaan penyaring yang dilakukan setiap tahun. Pemeriksaan penyaring

dilakukan bagi orang-orang yang belum mengidap diabetes mellitus tetapi

potensial untuk mendapatkan penyakit ini, berikut individu yang termasuk

kelompok dengan risiko tinggi (high risk group) menderita penyakit diabetes

mellitus, antara lain :

1. Kelompok usia dewasa tua (>45 tahun)

2. Kegemukan [BB(kg)] > 120% BB ideal > 27 [kg/m]

3. Dalam keluarga ada yang menderita diabetes mellitus

4. Menderita diabetes mellitus sewaktu hamil

5. Ibu yang melahirkan bayi > 4000 g

6. Tekanan darah tinggi ( >140/90 mm Hg)

7. Dislipidemia (HDL < 35 mg/ dl dan atau trigliserida >250 mg/ dl)

8. Pernah Toleransi Glukosa terganggu (TGT)

9. Pernah glukosa darah terganggu (GDPT) (Dalimartha S, 1996).


10

Kriteria diagnostikdiabetes mellitus PERKENI (2006) atau yang

dianjurkan ADA (American Diabetes Association) yaitu bila terdapat salah

satu atau lebih pemeriksaan kadar gula darah di bawah ini :

1. Kadar glukosa plasma puasa > 126 mg/dl

2. Kadar glukosa 2 jam plasma puasa dengan tes toleransi glukosa adalah

200 mg/dl

3. Atau gejala spesifik dengan kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl,

baru dapat dikatakan sebagai diabetes mellitus.

Tabel 1. Kadar Glukosa Darah sewaktu dan Puasa Sebagai patokan Penyaring dan

Diagnosis Diabetes Mellitus (mg /dl)

Bukan DM Belum Pasti DM DM

Kadar Glukosa darah sewaktu

Plasma vena < 110 mg/dl 110-199 mg/dl > 200 mg/dl

Darah kapiler < 90 mg/dl 90 -199 mg/dl > 200 mg/dl

Kadar Glukosa puasa

Plasma vena < 110 mg/dl 110-125 mg/dl > 126 mg/dl

Darah kapiler < 90 mg/dl 90- 109 mg/dl > 110 mg/dl

Sumber : PERKENI, 2006

E. Klasifikasi diabetes mellitus

Secara umumpenyakit diabetes mellitus didasarkan pada American

Diabetes Association (ADA)-persatuan diabetes Amerika tahun 2009, yaitu :

1. Tipe 1 (Insulin Dependent diabetes mellitus / IDDM ).


11

Sekitar 5-10% dari total penderita diabetes mellitus. Pengobatan pada jenis

ini tergantung 100% pada insulin, karena pankreas tidak bisa

memproduksi insulin. Sebagian besar penyebabnya tidak

diketahui.diabetes mellitus. ini biasa timbul pada anak atau dewasa muda.

2. Tipe 2 (Non Insulin dependent diabetes mellitus / NIDMM).

Diabetes mellitus tipe 2 adalah diabetes mellitus yang kebanyakan

mengenai penderita dewasa terutama umur 40 tahun ke atas.Pengobatan

diabetes mellitus tipe ini tidak bergantung 100% insulin.Insulin

diproduksi, tetapi jumlahnya tidak cukup. Sehingga pengobatannya dapat

menggunakan insulin dibantu dengan obat hipoglikemik oral (OHO) atau

OHO saja

3. Tipe lain

Tipe lain disebabkan oleh beberapa hal , seperti efek genetik fungsi sel

beta pankreas, efek genetik aksi insulin, penyakit eksokrin pankreas, dan

endokrinopati, dicetuskan oleh obat atau zat kimia, infeksi, bentuk lain

pada diabetes yang dipengaruhi oleh imun, dan sindroma genetik lain yang

dihubungkan dengan diabetes.

4. Diabetes mellitus Gestasional / Kehamilan

Diabetes mellitus gestasional atau kehamilan adalah diabetes yang timbul

selama kehamilan, dimana sebelum hamil tidak menderita diabetes.

F. Komplikasi Diabetes Mellitus

Komplikasi-komplikasi diabetes mellitus antara lain :


12

1. Komplikasi akut merupakan keadaan gawat darurat yang terjadi pada

perjalan penyakit diabetes mellitus. Menurut Subekti (2004), komplikasi

akut dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

a. Hipoglikemia

Suatu keadaan klinik gangguan syaraf yang disebabkan penurunan

glukosa darah.Gejala ini dapat ringan berupa koma dengan kejang.

b. Ketoasidosis metabolik

Merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu perjalanan

penyakit diabetes mellitus.

2. Komplikasi kronik merupakan komplikasi yang terjadi dalam waktu yang

lama. Menurut Waspadji (2004), komplikasi kronik dibagi menjadi :

a. Mikrovaskuler

1. Ginjal

Mengalami kegagalan ginjal karena fungsi ginjal makin menurun

ditandai sembab muka.

2. Retina mata

Mengalami kebutaan atau pengurangan penglihatan karena terjadi

kelainan yang timbul pada retina akibat proses retinopati diabetic

menyebabkan lensa, syaraf, otot, selaput pembuluh darah mata

dapat terganggu fungsinya.

b. Makrovaskuler

1. Jantung koroner atau penyakit jantung arteriosklerotik karena otot

jantung kurang mendapatkan darah (makanan) dari pembuluh

jantung.
13

2. Pembuluh darah kaki karena penyempitan hingga penutupan

pembuluh darah sehingga terjadi berkurangnya sampai

berhentinya peredaran darah didalam tungkai dan kaki

menyebabkan kematian jaringan tungkai dan kaki dihilir

permukaan darah tersebut.

G. Karakteristik responden

1. Usia

Perlu diketahui penderita diabetes yang berusia 35-54 tahun memiliki

kemungkinan untuk meninggal 3 kali lebih besar dibandingkan mereka

yang tidak terkena diabetes (Diabetic Medicine, 2006). Manusia

mengalami perubahan fisiologis yang secara drastis menurun dengan cepat

setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang memasuki

usia rawan tersebut, terutama setelah usia 45 tahun pada mereka yang

berat badannya berlebih sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap

insulin (vitahealth, 2004).

Diabetes mellitus timbul setelah umur 40 tahun disebabkan oleh

berbagai hal misalnya bertambah usia harapan hidup, berkurangnya

kematian akibat infeksi dan meningkatnya faktor resiko yang disebabkan

oleh karena cara hidup yang salah karena kegemukan, kurang bergerak,

dan pola makan tidak sehat (Suyono S, 1999).


14

2. Jenis Kelamin

Pria atau wanita memiliki resiko yang sama besar untuk mengidap

diabetes sampai usia dewasa awal, setelah umur 30 tahun wanita memiliki

resiko yang lebih tinggi dibandingkan pria. Wanita terkena diabetes

selama kehamilan yang memiliki resiko lebih tinggi terjangkit diabetes

mellitus pada usia lanjut (Lumenta B, 1989).

3. Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang juga perilaku seseorang

akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk berperan serta dalam

pembangunan kesehatan (notoatmodjo, 2002). Pendidikan untuk kelompok

ini dapat disampaikan melalui media massa setempat, brosur, leaflet, atau

bila tersedia dana dapat dilakukan tatap muka kelompok (Basuki E, 1999).

4. Pendapatan

Peningkatan kemakmuran dan peningkatan pendapatan ekonomi

masyarakat, yang serba kecukupan tidak dapat dipungkiri,cenderung akan

mendorong terjadinya perubahan pola hidup modern yang diikuti oleh

perubahan tingkat konsumsi terhadap makanan siap saji cepat (restoran,

fast food) terutama pada masyarakat yang hidup di kota besar yang

menyebaban penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus (Suyono S,

1996).

Tingkat pendapatan akan berpengaruh seseorang dalam mencari

pengobatan karena untuk memelihara kesehatan diperlukan sejumlah

anggaran atau dana. Permintaan terhadap kesehatan akan meningkat jika

kendala yang ada telah diatasai dengan baik, dengan semakin


15

berkembangnya sistem asuransi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan di

Negara kita, maka masalah biaya pengobatan bukan suatu masalah dan

setiap orang dan memperoleh perawatan dan pengobatan (Lumenta B,

1989).

5. Pengetahuan

Penderita diabetes sebaiknya mendapatkan pengetahuan dan wawasan

yang cukup tentang penyakit ini.Dengan demikian, penderita dapat

melakukan banyak hal untuk mengontrol dan mengurangi risiko diabetes

(Fox C & Kilvert,2010).

H. Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan

Belum berpendapat upaya kesehatan masyarakat dikelompokkan sebagai

berikut :

1. Lingkungan

Lingkungan adalah orang-orang yang beraktivitas bersama-sama

dengan pasien sehari-hari, baik di lingkungan rumah atau lingkungan lain

misalnya lingkungan tempat bekerja, lingkungan sekolah dan lain-lain.

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang mudah dijangkau,

karena di Indonesia pada umumnya seseorang tinggal bersama-sama

keluarganya. Lingkungan lain adalah lingkungan yang dapat berubah-

ubah , tergantung pada aktivitas pasien (Basuki E, 1999).

Aktivitas kurang bisa menyebabkan badan bertambah gemuk.Pada

anak atau remaja yang gemuk, karena tersingkir dalam pergaulan mereka

jadi enggan melakukan aktifitas fisik seperti olahraga. Aktivitas fisik


16

yang kurang juga bisa disebabkan oleh gaya hidup malas, misalnya malas

berjalan, malas naik tangga, dan sebagainya. Faktor lingkungan lainnya

adalah banyaknya makanan yang mengandung gula dan lemak jenuh

(Tanjung A, 2001).

2. Perilaku

Perilaku adalah tindakan seseorang pada saat menderita sakit,

mengobati sendiri sampai mencari pengobatan (Notoatmodjo S, 2005).

Upaya pencegahan yang dilakukan untuk keseimbangan kadar gula

darah, antara lain :

a. Pola makan

Mengetahui jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi

merupakan hal yang penting, kebutuhan diet seseorang berbeda dengan

orang lain. Kebutuhan diet dapat dikonsultasikan dengan ahli

gizi.Hampir 80% orang yang terkena diabetes mellitus mengalami

obesitas dan jika penderita mengalami kegemukan, produksi insulin

dari pankreas menjadi kurang efektif atau disebut resistensi insulin

(Fox C & Kilvert, 2010).

Pola makan rendah karbohidrat dengan kalori yang rendah

diketahui memiliki pengaruh yang sangat baik terhadap berat badan

juga kadar gula darah di dalam tubuh. Penelitian sebelumnya

melaporkan bahwa 16 pasien obesitas yang menderita diabetes mellitus

dan mau mengikuti pola makan rendah karbohidrat ternyata setelah 6

bulan memilki kondisi diabetes dan berat badan yang jauh lebih baik

dibandingkan 15 pasien yang menjalani pola makan biasa. Selain itu


17

hemoglobin A1c sebagai indikator untuk mengontrol gula darah pada

kelompok rendah karbohidrat menurun dari 8% menjadi 7% setelah

setahun. Pola makan rendah karbohidrat dan juga tinggi karbohidrat

sebenarnya memiliki jumlah kalori yang hampir sama (1800 kal untuk

pria dan 1600 kal), namun proporsi karbohidrat, protein, lemak adalah

20% : 30% : 50% untuk pola makan rendah karbohidrat, dan 55% :

60% : 15% : 25%- 30% untuk makan tinggi karbohidrat (nutrition and

Metabolisme, 2006). Penderita diabetes dalam melaksanakan diet

sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J (Jumlah, Jadwal, Jenis )

artinya :

J1 :Jumlah kalori yang diberikan harus habis (tjokroprawiro, 2004).

Makanan sejumlah kalori terhitung, dengan komposisi yang dibagi

dalam tiga porsi besar untuk makan pagi (20%), siang(30%) dan sore

(25%) serta 2- 3 porsi (makanan ringan 10-15%) (Waspdji S, 1999).

Seorang penderita diabetes mellitus juga membutuhkan kalori dan

gizi yang sama sebagaimana layaknya orang sehat. Semua kebutuhan

kalori didapat dari makanan yang dimakan sehari-hari. Jumlah kalori

yang terkandung di dalam bahan makanan dihitung dengan satuan

kilo kalori (kkal) atau kilo joule (kj). Satu kalori ini setara dengan

4,2 kilojoule.

Karbohidrat biasanya didapat dari nasi, roti, mie, kentang, singkong,

dan sebagainya. Protein didapat dari ikan, daging, ayam, susu dan

protein nabati seperti tahu, tempe, golongan kacang- kacangan.


18

Lemak terdapat dalam daging berlemak, mentega, susu full cream,

minyak goreng dan es krim. Ada 2 jenis lemak antara lain :

1. Lemak jenuh terdapat pada minyak hewani, kelapa dan kacang tanah

2. Lemak tak jenuh biasanya terdapat pada tumbuh-tumbuhan seperti

kedelai, bunga matahari, jagung dan olive.

Membatasi konsumsi lemak bukan saja syarat utama bagi penderita

diabetes mellitus tetapi juga baik bagi mereka yang kegemukan

(Dalimartha S, 2005).

J2 :Jadwal diet harus diikuti sesuai dengan intervalnya yaitu tiga jam. Diet

untuk penderita diabetes diberikan dengan cara tiga kali makanan

utama dan tiga kali makanan antara = kudapan (snacks) dengan jarak

intervalnya tiga jam.

J3 :Jenis makanan yang manis harus dihindari, termasuk pantang buah

golongan A (karena mengandung 6% karbohidrat, dan

penggunaannya harus diperhitungkan kalorinya, contohnya sawo,

mangga, jeruk, rambutan, durian, anggur). Buah-buahan yang

dianjurkan adalah buah yang kurang manis atau disebut buah

golongan B, misalnya papaya, kedondong, pisang, apel, tomat, dan

semangka yang kurang manis. Golongan buah B mengandung 3%

karbohidrat, sehingga dapat digunakan agak bebas (Tjokroprawiro,

2004).

Penyusunan menu pada pola makan sebaiknya penderita diabetes

berkonsultasi dengan ahli gizi. Komposisi menu pada makanan

sehari-hari dianjurkan seimbang antara karbohidrat, protein, lemak,


19

sayuran dan buah-buahan. Komposisi standar makanan yang

dianjurkan pada penderita diabetes mellitus sehari-hari adalah :

Karbohidrat : 60-70%

Protein : 10-15%

Lemak : 20-25%

Jumlah kandungan kolesterol < 300 mg/hari

Jumlah kandungan serat 25-30 g/hari, diutamakan serat yang larut

dalam air (seperti pectin, gum, musilago, dan sebagian kecil

hemiselulosa, yang banyak terdapat pada biji-bijian dan kacang-

kacangan). Garam secukupnya saja (jangan banyak-banyak) untuk

menghindari terjadinya tekanan darah tinggi.Pemanis dipakai

secukupnya (Dalimartha S, 2005).

b. Latihan Jasmani

Latihan jasmani salah satu bentuk pengelolaan penyakit diabetes

mellitus yang lain dengan melakukan latihan secara teratur dan

berkesinambungan diharapkan kadar glukosa darah akan menurun.

Keuntungan yang didapat dengan melakukan jasmani secara teratur

antara lain mendapatkan kesegaran tubuh, membuang kelebihan kalori

sehingga mencegah kegemukan, glukosa darah lebih terkontrol,

mengurangi kebutuhan obat atau insulin, mencegah terjadinya diabetes

mellitus dini bagi orang-orang yang termasuk golongan risiko tinggi,

menurunkan tekanan darah tinggi, mengurangi resistensi insulin pada

orang yang kegemukan, dan memperbaiki profil lemak darah yang

terganggu (Dalimartha S, 2005).


20

Berolahraga sangat baik untuk penderita diabetes mellitus.

Olahraga tidak harus berupa aktivitas berat.Olahraga bisa disesuaikan

dengan selera. Tempat fitnes merupakan awal yang bagus untuk

memulai olahraga. Instruktur fitnes akan membimbing penderita

diabetes mellitus dengan program latihan yang sesuai dan memantau

perkembangan fisik penderita. Penderita program latihan ini disarankan

untuk melakukan latihan gerak selama 150 menit per minggu atau

dengan 30 menit per hari dengan 2 hari libur. Jenis latihan tersebut

antara lain berjalan cepat , bersepeda, dan berenang. Olahraga pun

dapat meningkatkan kerja insulin dan mengurangitingkat gula

darah.Dengan bertambah sehatnya tubuh, produksi insulin pun dapat

berkurang (Fox C & Kilvert, 2010).

c. Stres

Stres dapat merangsang hypothalamus dan hipofise untuk

peningkatan sekresi hormon-hormon kontra insulin

seperti :katekolamin, ACTH, GH, Kortisol, Glukagon yang semuanya

merangsang aktivitas simpatis (Tjokroprawiro A,1994).

Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang

manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin

otak. Serotonin ini memiliki efek penenang sementara untuk meredakan

stresnya, tetapi gula dan lemak itulah yang berbahayabagi mereka yang

beresiko kena diabetes (Vitahealth, 2004). Tidur nyenyak diusahakan

minimal 6 jam sehari agar dapat meredam stres, atau usahakan ”tidur
21

semu” (tiduran, tidak bergerak, pejamkan mata, usahakan melepas

semua masalah) (Tjokroprawiro A, 2004).

d. Obat Hipoglikemik

Penyesuaian pola makan, latihan jasmani apabila tidak cukup

berhasil menurunkan kadar glukosa darah sampai ke batas normal

barulah penderita memerlukan obat. Obat untuk penderita diabetes

mellitus dikenal sebagai obat hipoglikemik atau obat yang menurunkan

kadar glukosa dalam darah, walaupun efektif dan mudah dipakai tetapi

harus digunakan sesuai petunjuk dokter, jangan mengubah dosis atau

mengganti jenis obat tanpa berkonsultasi terlebih dahulu. Bahaya yang

terjadi bila dosis obat terlalu rendah yaitu mengakibatkan timbulnya

komplikasi kronis yang lebih dini. Dosis yang berlebih atau cara

pemakaian yang salah dapat menimbulkan hipoglikemia. (Dalimartha S,

2005).

Sarana pengelolaan farmakologis diabetes mellitus dapat berupa :

1. Obat hipoglikemik Oral

Pada umumnya dalam menggunakan obat hipoglikemik oral, baik

golongan sulfonylurea, metformin, maupun inhibitor glukosidase

alfa, harus diperhatikan benar fungsi hati dan ginjal, tidak

dianjurkan untuk memberikan obat-obatan tersebut pada penderita

dengan gangguan fungsi hati atau ginjal (Kadri, Sjafii Piliang,

2001).
22

2. Insulin

Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta pankreas dapat

diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya

glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel glukosa itu

dimetabolisasikan menjadi tenaga, bila insulin tidak ada, maka

glukosa tak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap di

dalam pembuluh darah yang artinya kadarnya didalam darah

meningkat, dalam keadaan seperti ini badan akan jadi lemah karena

tidak ada sumber energi didalam sel (Suyono S, 1999). Pasien diabetes

mellitus akan memerlukan insulin sebanyak 20-25% untuk

mengendalikan kadar glukosa darahnya (Waspadji S, 1999).

Pada umumnya pemberian obat hipoglikemik oral maupun

insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan

secara bertahap sesuai dengan kadar glukosa darah pasien, kalau

dengan sulfonylurea atau metformin sampai dosis maksimal ternyata

sasaran kadar glukosa dalam darah belum tercapai, perlu dipikirkan

kombinasi dua kelompok obat hipoglikemik oral yang berbeda

sulfonylurea ditambahkan metformin atau metformin ditambahkan

sulfonylurea, acarbose ditambahkan metformin atau sulfonylurea.

Kombinasi obat hipoglikemik oral dosis kecil dapat pula digunakan

untuk menghindari efek samping masing-masing kelompok obat,

dapat pula diberikan kombinasi ketiga kelompok obat hipoglikemik

oral, bila belum juga dicapai sasaran yang diinginkan, atau ada alasan

klinik dimana insulin tidak memungkinkan untuk dipakai, ada


23

berbagai cara kombinasi obat hipoglikemik oral dan insulin (obat

hipoglikemik oral ditambahkan insulin, cara kerjanya 3 kali sehari,

obat hipoglikemik oral ditambahkan insulin cara kerjanya pagi , obat

hipoglikemik oral ditambahkan insulin cara kerjanya malam ), yang

banyak digunakan adalah kombinasi obat hipoglikemik oral dan

insulin malam hari mengingat dapat diperoleh keadaan kendali

glukosa darah yang sama, tetapi jumlah insulin yang diperlukan

sedang malam hari (Kadri, Sjafii piliang, 2001).

3. Hereditas

Faktor keturunan dapat berpengaruh pada terjadinya diabetes

mellitus, apalagi kalau orang tuanya mengidap diabetes mellitus

kemungkinan untuk terjadi penyakit diabetes mellitus pada anaknya

jauh lebih besar, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya

tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik (Vitahealth, 2004).

Pada diabetes mellitus ada kemungkinan 50% anak kembar yang

lain akan terkena jika anak yang satu menderitanya, dan 5%

kemungkinannya pada anak dari orang tua penderita diabetes mellitus,

pada diabetes sudah dapat dipastikan bahwa jika salah seorang terkena

yang lain juga pasti akan menderitanya (Bilous WR, 2002).

Anda mungkin juga menyukai