Bab I IV Atau V Daftar Pustaka
Bab I IV Atau V Daftar Pustaka
SKRIPSI
Disusunoleh :
Maftu’ah
NIM. 11220043
Pembimbing:
Drs. Abror Sodik, M.Si
NIP. 19700403 200312 1 001
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu .
Kemudian apabila kamu telah membulat kantekad, maka bertawakkallah kepada
Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”1
1
Departemen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur’an danTerjemah, (Bandung:
Diponegoro, 2008) hal.71
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Aini Khulwati
vi
KATA PENGANTAR
“Bismillahirrohmanirrohiim”
1. Prof. Drs. H. Akh. Minhaji, M.A., Ph.D., selaku rektor Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Dr. Nurjannah, M.Si., selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Muhsin Kalida, S.Ag., MA., selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Konseling Islam (BKI) UIN Sunan Kalijaga Yogyakrta.
4. Drs. Abror Sodik, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus
Pembimbing Skripsi yang bersedia memberikan arahan selama ini.
5. Bapak dan ibu Dosen Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah memberikan ilmu-ilmunya,
sehingga menjadi bekal yang begitu bermanfaat bagi penulis.
6. Bapak dan ibu staf karyawan Tata Usaha Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang telah memberikan
kemudahan bagi penulis saat mengurusi surat ijin penelitian.
7. Pengasuh Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta, Bapak K.H. Abdul
Rozaq Shofawi
vii
8. Ketua Pondok Pesantren Putri Al-Muayyad Surakarta, Ibu Hj. Ari
Hikmawati, S.Ag., M.Pd.
9. Ustadzah Chasanah, S.Ud, Ustadzah Nur Fauziyah, dan Ustadzah
Yuliana yang telah bersedia membantu penulis saat proses penelitian.
10. Seluruh pengurus pondok putri Al-Muayyad Surakarta yang turut
memberi semangat kepada penulis selama penelitian.
11. Santriwati Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta yang telah
memberikan bantuan pada penulis saat penelitian.
12. Keluarga besar yang tak sanggup penulis sebutkan satu persatu.
13. Untuk sahabat-sahabatku Munthink, Bhollink, Jeky, Batul, terimakasih
banyak atas semua semangat dan hiburan kalian semua.
14. Pasukan Kost 602, Kak Lok, Dek Anik, Mb Dyesi, Mb Ulfa, Mb Icha,
dan Bonbon yang selalu cantik-cantik terimakasih banyak atas semua
motivasi dan warna yang telah kalian berikan.
15. Teman-teman BKI angkatan 2011, terimakasih atas semua dukungan dan
motivasinya.
16. Teman-teman Alumni Al-Muayyad Angkatan 2011 yang selalu
kurindukan akan kekompakan kita semua.
17. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini,
penulis mengucapkan terimakasih.
Semoga kebaikan, bantuan, dan semangat yang telah Bapak dan Ibu,
sahabat, serta teman-teman menjadi amal baik dan mendapatkan balasan dari
Allah SWT, Amin. Semoga karya yang banyak kelemahan ini bermanfaat
untuk penulis khususnya dan bagi orang lain pada umumnya.
Maftu’ah
NIM: 11220043
viii
ABSTRAK
ix
DAFTAR ISI
x
C. Visi dan Misi Pondok Pesantren .................................... 52
D. Fungsi Pondok Pesantren............................................... 53
E. Tujuan Pondok Pesantren .............................................. 54
F. Struktur Kepengurusan di Pondok Pesantren ............... 59
G. Keadaan Demografis Pondok Pesantren........................ 60
H. Aktifitas Santri Pondok Pesantren ................................. 62
I. Tata Tertib di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta 64
J. Prosedur Penyelesaian Masalah Santriwati…………… 69
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
1. Penyelesaian Masalah
suatu persoalan.
2. Santriwati
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah santriwati, yaitu seseorang atau
1
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indnesia Edisi Kedua, (Jakarta:Balai Pustaka, 1995),
hlm. 899.
2
ibid, hlm. 633.
3
Ibid, hlm. 878.
1
2
yang artinya menyalahi. Sedangkan tata tertib merupakan kosa kata yang
tertib berasal dari dua kata, yaitu “tata” yang artinya kaidah, aturan, dan
susunan, cara menyusun, sistem4. Kata yang kedua adalah kata “tertib” yang
maka yang dimaksud melanggar tata tertib di sini adalah sebuah tindakan
yang dilakukan oleh santriwati yang menyalahi aturan yang telah dibuat
mengikuti sholat berjama‟ah, wajib izin ketika hendak pulang ke rumah, dan
4
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indnesia Edisi Kedua, hlm. 1014.
5
ibid, hlm. 1049.
6
Tata Tertib Santri Putri Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta
3
4. Pondok Pesantren
berasal dari kata santri, yaitu seseorang yang belajar agama Islam, dengan
kitab, wajib mengikuti sholat berjama‟ah, meminta izin ketika hendak pulang
ke rumah, dan meminta izin jika hendak keluar dari lingkungan pondok yang
7
Tim Penyusun, Kamus Besar… ibid, hlm. 878.
8
WJS, Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1982, hlm. 764.
9
Soegarda Purbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1976, hlm. 223.
4
2014/2015.
pesantren merupakan masalah penting yang perlu mendapat perhatian yang serius
dikalangan ustadzah atau pendidik. Hal tersebut menjadi sangat penting dan harus
diperhatikan karena masalah yang dialami oleh santri tersebut akan membawa
belajarnya.
Begitu pula yang terjadi di lembaga pendidikan formal lainnya seperti di pondok
tergantung dari bagaimana tipe leadershipnya dan metode seperti apa yang
santri dan masyarakat sejak berabad-abad lampau. Pondok pesantren tidak hanya
diterima secara kultural, akan tetapi juga telah ikut serta membentuk dan
5
memberikan corak serta nilai kehidupan kepada santri berikut masyarakat yang
senantiasa tumbuh dan berkembang. Keberadaan pondok pesantren dari dan oleh
Dengan demikian pondok pesantren akan menyadari bahwa setiap proses apapun
Perubahan itu dilakukan secara perlahan dengan melihat kemampuan dan budaya
pada diri santri, hal ini untuk menghindar timbulnya kegoncangan pada diri santri.
nasional. Pendidikan formal yang ada didalamnya yaitu pendidikan tingkat SMP,
secara murni dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berdasarkan
memiliki peraturan atau tata tertib yang diberlakukan pada anggotanya dengan
santri yang keluar dari lokasi pondok pesantren wajib izin kepada pengurus
remaja dan masih duduk dibangku sekolah menengah yang berarti berada di usia
antara 13 sampai 21 tahun, dimana pada usia tersebut termasuk usia remaja.
Kepribadian remaja dapat mengalami naik turun, tambah berkurang, hal tersebut
Usia remaja pada umumnya masih mempunyai jiwa yang labil dan belum
mempunyai pedoman yang kokoh. Seperti yang dikatakan Dr. Zakiah Darajat
bahwa usia remaja, masa bergejolaknya berbagai macam perasaan yang kadang-
yang terjadi pada santri Pondok Pesantren Al-Muayyad, mereka juga banyak yang
mengalami hal tersebut, terlebih jika melihat letak geografis pondok tersebut
berada pada tengah-tengah kota Surakarta, seperti yang dikemukakan oleh Panut
Panuju dan Ida Umami, bahwasannya faktor yang sangat memudahkan rusaknya
moral para remaja ialah pengaruh negatif lingkungan sekitar, apalagi jika para
remaja tersebut bertempat tinggal di tengah kota besar, mereka lebih banyak
dihadapkan pada pengaruh kebudayaan asing yang negatif, pluralitas budaya yang
diiringi dengan pergaulan bebas, dimana segala bentuk kebudayaan asing mudah
10
Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), hlm. 77
7
masuk melalui berbagi jalan misalnya, film, bacaan-bacaan porno dan alat-alat
dari berbagai negara dengan berbagai macam model, sikap, dan tindakan
mereka.11
bingung dan tergoncang. Akibat kegoncangan pada diri remaja itulah yang
menyebabkan adanya pengaruh negatif dari luar dirinya, terlebih seorang remaja
tersebut, sehingga hal itulah yang menyebabkan seorang remaja melakukan suatu
pelanggaran.
telah ditetapkan, maka akan dikenakan hukuman atau biasa disebut dengan Ta‟zir.
11
Panut Panuju dan Ida Umami, Psikologi Remaja, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1999)
hlm. 58.
8
bertujuan agar para santri jera dan tidak akan mengulangi perbuatannya lagi
(melanggar tata terib), apabila santri masih mengulangi perbuatannya lagi, maka
dari pihak pengurus pondok akan memberi hukuman yang lebih berat, bahkan
menyelesaikan masalah santri yang melanggar tata tertib di Pondok Pesantren Al-
menjadi objeknya.
C. Rumusan Masalah
1. Tujuan Penelitan
Muayyad.
9
2. Kegunaan Penelitian
E. Telaah Pustaka
ini antara lain tentang betuk-bentuk kenakalanan remaja dan upaya yang
penelitian ini adalah subyek yang diteliti yaitu santriwati saja, sedangkan
12
Eti Durratun Nafisah, “Bentuk-bentuk kenakalan dan upaya mengatasi di pondok pesantren
Al-Muayyad Surakarta”, Skripsi Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam, IAIN Sunan
Kalijaga, tahun 2002.
10
santri.
13
Ahmad Nasihun Amin “Perilaku Menyimpang pada Santri Pondok Pesantren Mu‟allimin
Muhammadiyah Yogyakarta”. Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Bimbingan dan
Konseling Islam Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2008.
14
Badiatul Husna”Metode bimbingan keagamaan terhadap perilaku menyimpang santri (studi
kasus di pondok pesantren Al-Munawwir Komplek Q Krapyak Yogyakarta)", Skripsi Fakultas
Dakwah, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, UIN Sunan Kalijaga, tahun 2007.
11
tersebut.
ta'zir sebagai sanksi dari tindak pidana pencurian. Seorang pencuri tidak
harus dihukum potong tangan, akan tetapi dengan hukuman ta'zir karena
bentuk pelanggaran tata tertib dan upaya para pengurus dan pengasuh dalam
15
Muhammad Ihsan Muhlason, “Ta‟zir Sebagai Sanksi Bagi Tindak Pidana Pencurian;Studi
Kasus di Pondok Pesantren Mamba‟ul Ma‟arif”, Skripsi Jurusan Jinayah Siyasah Fakultas Syariah UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008
12
Surakarta.
F. Kerangka Teori
1. Pondok Pesantren
16
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir, Kamus Arab Indonesia, (Yogyakarta: Unit pengadaan
buku-buku ilmiah keagamaan pondok pesantren al-Munawwir Krapyak, 1984), hlm. 1154.
17
Zamakhsyari Dhofir, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3S, 1982),
hlm. 18.
18
WJS, Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), hlm. 764
19
Soegarda Purbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1976), hlm. 223
13
atau masjid oleh seorang kyai dengan berapa orang yang datang
santri yang belajar dan masjid sebagai tempat beribadah dan sentral
pendidikan.
baik.
orang „alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh kyai yang
20
Isma‟il S.M. dkk (Edit), Dinamika Pesantren dan Madrasah.(Yogyakarta: Fak. Tarbiyah IAIN
Wali Songo, Semarang bekerja sama dengan Pustaka Pelajar, 2002), hlm. 99.
21
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum. (Jakarta: Bina Aksara 1995). hlm. 248.
15
kyai.
22
M. Amin Haedari dkk, Masa Depan Pesantren: Dalam Tantangan Modernitas dan
Tantangan Komplesitas Global, (Jakarta: IRD Press, 2004), hlm. 39.
16
nonklasik
dan koligial
ini adalah:
23
In‟am Sulaiman, Masa Depan Pesantren (Eksistensi Pesantren di Tengah Gelombang
Modernisasi), (Malang: Madani, 2010), hlm. 4.
24
In‟am Sulaiman, Masa Depan Pesantren … ibid. hlm. 6.
18
1) Sorogan
25
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999)
hlm. 50.
19
2) Bandongan
dimana dalam pengajian kitab yang dibaca oleh kyai hanya satu,
26
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan …. Ibid, hlm. 50.
20
3) Musyawarah
bersidang. 27
27
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren (Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya
Mengenai Masa Depan Indonesia), (Jakarta: LP3ES, 2011), hlm. 57.
21
imbuhan-imbuhan baru, pada awalnya tata tertib berasal dari dua kata,
yaitu kata “tata” yang artinya susunan, peletakan, pemasangan atau bisa
juga sebagai ilmu, contohnya, tata boga, tata graham, dan lain sebagainya.
Kata yang kedua adalah kata “tertib” yang artinya teratur, tidak acak-
mempunyai pengertian baru, tapi masih ada keterkaitan dengan arti dari
kedua kata tersebut, jadi kosakata tata tertib artinya adalah sebuah aturan
yang dibuat secara tersusun dan tertatur, serta saling berurutan, dengan
tertib dalam penelitian ini adalah sebuah aturan yang dibuat secara tersusun
oleh pengasuh pondok pesantren kepada para santri agar nantinya kegiatan-
sekolah, baik yang formal maupun non formal, setidaknya memiliki tujuan
sebagai berikut :
28
http://starawaji. Wordpress.com/2009/05/11/pengertian-tata-tertib/dipsted pada tanggal 12
Oktober pukul 13.15 WIB
22
yang jelas dengan citra diri sebagai lembaga yang memiliki dedikasi
yang shaleh dan shalihah haruslah bercitra mulia dan positif dari
negatif yang ada. Dengan dua alasan mendasar ini, sangatlah penting
29
http://fatsheringilmiah.blogspot.com/2011/06/dasar-dan-tujuan-tata-tertib-di.html diunduh
pada hari Kamis tgl 13 November 2014 pukul 11.25 wib
23
agama.
yang ada di dalamnya. Dengan tata tertib, siswa atau santri akan
membentuk mental santri yang shalih dan juga berkualitas dari segi
Dalam hal ini santri harus dapat meningkatkan disiplin dalam perilaku
30
http://fatsheringilmiah.blogspot.com/2011/06/dasar-dan-tujuan-tata-tertib-di.html diunduh
pada hari Kamis tgl 13 November 2014 pukul 11.25 wib
24
sebagainya. Perilaku siswa atau sanri dalam mentaati tata tertib pondok
perbuatan atau perkara melanggar (UU, Hukum, dsb).31 Sedangkan tata tertib
santri.
kebutuhan secara spiritual, moral dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut juga
perlu bagi santri yang mengalami kondisi jiwa yang belum stabil, yaitu kondisi-
(goyah, tidak mantap, tidak kokoh, tidak tenang, tidak tetap, tidak stabil,
oleh dirinya.
31
Tim Penyusun, Kamus Besar, Ibid., hlm. 561.
32
Ibid, hlm. 1025.
25
2) Hal sikap dan moral, kurang pertimbangan terhadap nilai-nlai moral dan ada
4) Hal statis yang sukar ditentukan, kadang masih dianggap masa kanak-kanak,
kemampuan dirinya.
6) Masa kritis, karena pemecahan masalah dan adanya penyesuaian yang baik
pemikiran dan jiwa para santri yang berdampak ada pelanggaran tata tertib
33
Andi Mapire, Buku Pegangan Pengantar Bimbingan dan Konseling Sekolah. (Surabaya:
Usaha Nasional, 1984), hlm. 31.
26
dialami oleh santri dan pada penelitian ini penulis mengkhususkan pada
Pada saat ini banyak terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah yang
dilakukan oleh para siswa, tidak terkecuali santri di pondok pesantren yang
menginjak usia remaja, yang perlu mendapatkan perhatian secara khusus, guna
secara berlebihan.
sacara garis besar bahwa tingkah laku kenakalan yang bersifat amoral dan
34
Andi Hakim Nasution, Pendidikan Agama dan Akhlak bagi Anak dan Remaja, cet 1.
Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 2002, hlm.135.
27
2) Kabur atau pergi meninggalkan rumah tanpa izin orang tua, menentang
sekolah.
Seperti mengganggu teman yang sedang belajar atau tidur di dalam kelas
baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Akan tetapi belum
35
Dra. Singgih D. Gunarsa dan Dr. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1991), hlm. 20-21.
28
atau mencontek.
kepada diri sendiri maupun kepada orang lain, masyarakat dan negara
timbulnya kenakalan-kenakalan.
36
Sukamto, “Kenakalan Remaja”, Paper Diskusi Ilmiah, (Dosen IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2001), hlm. 15-16.
37
Singgih D. Gunarsa dan Dr. Singgih D. Gunarsa, Psikologi … ibid. hlm. 161.
29
pesantren diharapkan dapat mengembangkan pola sikap dan tingkah laku yang
lebih disiplin dan produktif dari para santriwan dan santriwati. Dengan tata
tertib tersebut, santriwan dan santriwati memiliki pedoman dan acuan dalam
program, dan kegiatan pondok pesantren. Tata tertib sangat penting sebagai
aturan yang harus dipatuhi oleh santriwan dan santriwati, namun, tidak jarang,
bahwa tata tertib yang sudah ditetapkan oleh pondok pesantren tersebut
dilanggar oleh santri, dengan berbagai macam alasan, mulai dari faktor
eksternal maupun internal, sehingga pihak pondok pesantren pun harus pandai-
pandai memberi nasehat kepada para santri pelanggar tata tertib tersebut, dan
juga kualitas baik buruk. Jika manusia memahami dengan baik kemudian
melaksanakan ajaran Islam, maka pastilah mereka akan menjadi umat yang
baik. Seperti yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya Surat Ali „Imron ayat
104:
30
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari
Darajat, apabila keyakinan beragama itu telah menjadi bagian integral dari
tindakan, perkataan bahkan perasan. Jika terjadi tarikan orang kepada sesuatu
bertindak meneliti apakah hal tersebut boleh atau terlarang oleh agamanya.
Andai kata termasuk hal-hal yang terlarang, betapapun tarikan dari luar itu,
agamanya.
sedari dini diajarkan tentang agama dan dituntut untuk memahaminya, maka
dorongan nafsu atau ego untuk melanggar tata tertib akan selalu digagalkan
oleh imannya. 39 Oleh karena masalah pelanggaran tata tertib pondok pesantren
oleh santri banyak menimbulkan kerugian material dan kesengsaraan batin baik
38
Surat Ali „Imron ayat 104.
39
Zakiah Darajat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: CV. Haji Masagung,
1990), hlm. 53.
31
santri.
masyarakat, dan norma sosial lainnya. Sehubungan dengan itu, berikut adalah
a. Upaya Represif
40
Singgih D. Gunarsa dan Dr. Singgih D. Gunarsa, Psikologi … ibid. hlm. 161.
41
Patut Panuju & Ida Umami, Psikologi Remaja,(Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 2005),
hlm, 163.
42
Zakiyah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, (Jakarta, Bulan Bintang, 1971),
hlm. 102.
32
bahwa mereka jahat dan pantas dihukum atau dibenci, tapi anggaplah
mereka orang baik yang terlanjur berbuat kesalahan karena suatu sebab.
pengertian dan kasih sayang maka tujuan pendidikan dapat tercapai dengan
baik.
Menurut Patut Panuju dan Ida Umami, upaya represif bagi remaja
orangtu terhadap pelanggaran tata tertib dan tata cara keluarga. Dalam
hal ini perlu diperhatikan bahwa pelaksanaan tata tertib dan tata cara
dianggap adil, dan bisa menggugah brfungsinya hati nurani sendiri untuk
positif bagi remaja, terkadang ada beberapa pengaruh negatif yang akan
43
Patut Panuju & Ida Umami,Psikologi…ibid, hlm, 170.
44
Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003),
hlm. 96.
34
bertindak.
besar kesalahannya.
pikirannya pun masih belum matang, sehingga wajar saja setiap perbuatan
kurang, dan antara baik dan buruk.47 Begitu juga yang dialami oleh para
pengasuh maupun pengurus pondok. Dalam hal ini, pengasuh dan pengurus
tata tertib, agar santri tersebut merasa bahwa apa yang telah dilakukannya
berjanji dalam hatinya untuk tidak mengulangi lagi perbuatan yang serupa.
kelakuan dan budi pekerti anak didik. Walaupun hasilnya tentu dapat
b. Upaya Kuratif
47
Syaikh M. Jamaluddin Maffuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2001), hlm. 132.
48
Sofyan S Willis, Kenakalan Remaja (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), hlm. 37.
37
bidangnya.49
cara:
4. Memberikan latihan bagi para remaja untuk hidup tertib dan teratur.
49
Patut Panuju & Ida Umami,Psikologi…ibid, hlm. 171.
38
Tindakan ini tidak hanya ditujukan pada anak atau remaja yang
pesantren, dan jika santri tersebut dirasa tidak bisa dinasehati lagi, maka
c. Upaya Preventif
berencana dan terarah kepada tujuan untuk menjaga agar kenakalan itu
1) Usaha pembinaan
50
Kartini Kartono, Patologi Sosial 2… ibid. hlm. 97.
51
Sofyan S Willis, Kenakalan …. Ibid. hlm. 37.
39
remaja.
di pondok pesantren.
upaya ini juga dilakukan untuk santriwati lain yang tidak melanggar
tata tertib agar pelanggaran tersebut tidak terjadi, upaya ini dilakukan
lepas dari peran berbagai pihak dan lingkungan sekitar santri dalam
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
53
Kunjoro, Metode Penelitian Masyarakat, ( Jakarta: PT Gramedia,1999), hlm. 13.
54
Dudung Abdurrahman, Pengantar Metode Penelitian (Yogyakarta : Kurnia Kalam
Semesta, 2003), hlm.7.
55
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2009), hlm. 60.
42
orang atau individu, kelompok yang dijadikan unit satuan (kasus) yang
diteliti.56 Dalam hal ini, yang menjadi subjek dalam penelitian ini
diantaranya:
Al-Muayyad Surakarta.
Surakarta
Pesanten Al-Muayyad.
melakukan pelanggaran.
56
Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, (Jakarta: Rajawali Press, 1989), hlm.
109.
43
diteliti.57 Adapun yang menjadi objek dalam pelitian ini adalah seluruh
Muayyad Surakarta.
a. Metode observasi
57
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Tehnik, (Bandung:Tarsito,
1990), hlm.143.
58
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm.
109
44
b. Metode wawancara
Muayyad Surakarta.
c. Metode dokumentasi
59
Dedy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif Paradigama Baru Komunikasi Dan Ilmu Sosial Lainnya,
(Bandung: Rosda Karya, 2001), hlm. 181.
60
Suharmi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1989), hlm. 236.
45
4. Analisis Data
dikandung oleh data tersebut. Teknik analisis data dipakai setelah data
yaitu setelah semua data yang diperlukan terkumpul kemudian disusun dan
dan logis. Dalam melakukan metode analisis di atas digunakan dengan pola
berfikir yaitu indukatif yaitu metode berfikir yang berangkat dari fakta-
sifat umum61.
deskriptif dengan metode induksi, yaitu suatu pemikiran yang bertolak dari
PENUTUP
A. Kesimpulan
secara sistematis, terencana dan terarah kepada tujuan untuk menjaga agar
B. Saran-saran
109
110
pendekatan yang lebih intensis dan melihat dari segi psikologis para
santriwati tersebut.
C. Kata Penutup
atas rahmat pertolongan Allah SWT dan dukungan para pembimbing, maka
skripsi ini dapat terealisasikan walaupun dalam bentuk dan isi yang masih
kekurangan dan jauh dari sempurna.Oleh karena itu, saran dan kritik yang
Arifin, M. 1993. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum. Jakarta: BumiAksara.
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta.
---------. 2003. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
M, Isma‟il S.. dkk (Edit). 2002. Dinamika Pesantren dan Madrasah. Yogyakarta:
Fak. Tarbiyah IAIN Wali Songo, Semarang bekerja sama dengan Pustaka
Pelajar.
111
112
Mapire, Andi. 1984. Buku Pegangan Pengantar Bimbingan dan Konseling Sekolah.
Surabaya: Usaha Nasional.
Nasution, Andi Hakim. 2002. Pendidikan Agama dan Akhlak bagi Anak dan Remaja.
cet 1. Ciputat: Logos Wacana Ilmu.
Panuju, Panut dan Ida Umami. 1999. Psikologi Remaja. Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya.
Tim Penyusun. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai
Pustaka.
Surakarta?
Surakarta?
Surakarta?
Surakarta?
Pesantren Al-Muayyad?
Muayyad Surakarta?
B. Untuk Ketua Pondok Pesantren Putri Al-Muayyad
Muayyad Surakarta?
tersebut?
C. Untuk Pengurus Seksi Keamanan Pondok Pesantren Putri Al-Muayyad
Surakarta?
Muayyad Surakarta?
D. Untuk Santriwati yang Melakukan Pelanggaran Tata Tertib
Al-Muayyad Surakarta?
CATATAN LAPANGAN I
Deskripsi Data:
Informan adalah Ketua Pondok Putri Al-Muayyad Surakarta. Wawancara kali ini
peneliti lakukan dengan informan di kediamannya, yaitu di Jl.K.H Samanhudi no.64
Mangkuyudan, Surakarta pada hari Jum’at pukul 12.30-14.30 WIB. Materi-materi
yang beliau sampaikan mengenai pelanggaran-pelanggaran yang sering dilakukan
santri dan upaya yang dilakukan pengasuh dalam menangani pelanggaran.
Deskripsi Data :
Deskripsi Data :
Deskripsi Data :
Dari hasil wawancara tersebut terungkap bahwa santriwati tersebut pernah melakukan
pelanggaran yaitu keluar pada malam hari pukul 22.30 dan pulang kepondok pukul
02.30 dini hari. Menurut pengakuannya, dirinya melakukan hal tersebut karena rasa
penasaran yang besar ketika ada acara tahunan di Keraton Solo yaitu pada setiap
bulan puasa ada ritual memandikan keris dan mengarak Kerbau Kyai Slamet. Selain
itu, dirinya mengaku bahwa situasi pondok pada saat itu sedikit lengah, gerbang
pondok putri belum terkunci dan tidak ada penjagaan dari pengurus pondok, sehingga
dirinya merasa ada kesempatan untuk keluar. Penanganan yang ia dapatkan dari
pengurus pondok putri yaitu dengan memberi bimbingan dan nasehat, selain itu
dirinya juga diberi arahan langsung oleh ketua pondok putri. Kemudian diberi sanksi
berupa membersihkan jemuran, membersihkan aula pondok putri serta menguras
beberapa kamar mandi.
CATATAN LAPANGAN VI
Deskripsi Data :
Deskripsi Data :
Dari hasil wawancara tersebut terungkap bahwa upaya yang dilakukan ketua
pondok pesantren putri yaitu melakukan kerjasama dengan pengasuh, pengurus, serta
guru-guru untuk sama-sama bertanggung jawab dalam membina akhlak santriwati.
Selain itu pondok pesantren juga melakukan usaha-usaha diantaranya usaha represif,
preventif dan kuratif untuk meminimalisir terjadinya pelanggaran tata tertib oleh para
santriwati.
CURRICULUM VITAE
A. BIODATA
Nama : Maftu’ah
Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 28 Februari 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA Al-Muayyad Surakarta
Status : Belum Menikah
Alamat Yogyakarta : Sapen Gk 01 no.602A Rt.19 Rw.06 Kec.
Demangan, Yogyakarta
Alamat Rumah : Pademangan Timur Gg.36 no.64. Jakarta Utara
No. Hp : 089672127570
Email : Aahchuuy@ymail.com
B. ORANG TUA
Ayah : Asmawi Irsyad
Pekerjaan : Wiraswasta
Ibu : Fatimah
Pekerjaan : Wiraswasta
C. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SDN KLERO 01 Kec. Tengaran lulus tahun 2005
2. SMP AL-MUAYYAD Surakarta lulus tahun 2008
3. SMA AL-MUAYYAD Surakarta lulus tahun 2011
4. UIN Sunan Kalijaga Fakultas Dakwah dan Komunikasi, masuk tahun
2011
D. RIWAYAT ORGANISASI
1. PMII UIN Sunan Kalijaga komisariat Fakultas Dakwah dan Komunikasi
dari tahun 2011
2. Panitia OPAK UIN SunanKalijaga Fakultas Dakwah dan Komunikasi
tahun 2012
Yogyakarta, 16 Juni 2015
Mahasiswa
Maftu’ah
11220043