6245-Article Text-20660-1-10-20160625
6245-Article Text-20660-1-10-20160625
ABSTRAK
Pisang ambon (Musa paradisiaca L.) merupakan salah satu jenis pisang yang banyak dikonsumsi
masyarakat Indonesia. Selain daging buah yang memiliki gizi yang tinggi, kulit pisang juga memiliki aktivitas
antioxidant. Antioksidan memiliki kemampuan dalam mengurangi kerusakan oksidatif pada tubuh penderita
diabetes melitus. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antidiabetes ekstrak air
kulit buah pisang ambon dan menentukan dosis efektif ekstrak air kulit buah pisang ambon sebagai antidiabetes
terhadap mencit model hiperglikemia. Penelitian ini menggunakan mencit jantan yang sebelumnya telah
diinduksi dengan aloksan 50 mg/kgBB secara intravena. Mencit-mencit tersebut kemudian dibagi menjadi lima
kelompok. Dua kelompok pertama mendapat Na.CMC 0,5% (kontrol negatif), Glibenklamid 0,65 mg/kgBB
(kontrol positif), sedangkan ketiga kelompok lainnya mendapat ekstrak air kulit buah pisang ambon dengan
dosis 400, 800, dan 1200 mg/kgBB. Hasil data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan ANOVA
(analysis of variance) pada taraf kepercayaan 95% dengan parameter selisih penurunan kadar glukosa darah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak air kulit buah pisang ambon memiliki efek antidiabetes dan dosis
400 mg/kgBB merupakan dosis efektif sebagai antidiabetes pada mencit model hiperglikemia yang sebanding
dengan glibenklamid.
ABSTRACT
Pisang Ambon (Musa paradisiaca L.) is one type of bananas usually consumed by Indonesian people.
Besides its flesh which has high nutrition, its peels also has antioxidant activity. Antioxidants has the ability to
reduce oxidative damage in people’s body with diabetes mellitus. Therefore, this study aimed to determine the
antioxidant activity of the aqueous extract of Pisang Ambon peels and to determine it’s effective dose as an
antidiabetic agent in hyperglycemic mice. This study used male mice which all have been intravenously induced
with alloxan at a dose of 50 mg/kgBW. They were then divided into five groups. The first two groups got Na
CMC 0.5% (negative control) and glibenclamide 0.65 mg/kgBW (positive control), while the other three got the
aqueous extract of Pisang Ambon peels successively at doses of 400, 800, and 1200 mg/kgBW. The data were
statistically analyzed using ANOVA (Analysis of Variance) at 95% confidence interval with parameter of blood
glucose levels difference between before and after treatment. The results showed that the aqueous extract of
Pisang Ambon peels had antidiabetic activity at an effective dose of 400 mg/kgBW in hyperglycemic mice
which was comparable to glibenclamide.
133
Indrawati et al./Galenika Journal of Pharmacy
134
Indrawati et al./Galenika Journal of Pharmacy
135
Indrawati et al./Galenika Journal of Pharmacy
136
Indrawati et al./Galenika Journal of Pharmacy
sebanyak 14,2 gram dengan rendemen yang kemampuannya untuk membuat hewan uji
diperoleh sebesar 4,06%. terkondisi sama seperti pasien diabetes
Penapisan fitokimia dilakukan dengan melitus. Selain itu, keadaan hiperglikemia
tujuan untuk mengetahui golongan senyawa pada hewan uji dapat dicapai dalam waktu
yang terkandung dalam ekstrak uji yang yang cukup singkat yaitu 2-3 hari setelah
digunakan. Hasil penapisan yang diperoleh induksi aloksan.
menunjukkan bahwa ekstrak air kulit buah Uji pendahuluan dilakukan untuk
pisang ambon memberikan hasil yang positif memperoleh dosis efektif yang akan
adanya golongan senyawa flavonoid, fenolik, digunakan. Rentang dosis aloksan yang harus
saponin dan tanin. diberikan kepada hewan uji untuk
Pengujian hipoglikemik pada penelitian menghasilkan keadaan diabetes aloksan sangat
ini dilakukan dengan metode induksi aloksan sempit. Apabila dosis sedikit lebih besar maka
pada mencit jantan normal dengan kisaran hewan uji dapat mengalami toksik pada bagian
kadar glukosa darah antara 62-175 mg/dL sel tubulus ginjal atau bahkan kematian. Pada
(Malole & Pramono, 1989). Pengujian ini penggunaannya, secara umum aloksan dengan
menggunakan mencit karena mudah didapat dosis 65 mg/kg BB dapat menyebabkan
dan mudah ditangani, murah, dan telah ada hiperglikemia pada tikus (Szkudelski, 2001),
penelitian sebelumnya yang berhasil. Mencit namun hewan uji yang berbeda dan kondisi
jantan dipilih karena memiliki kondisi yang berbeda akan menghasilkan dosis yang
hormonal yang lebih stabil dibanding betina berbeda. Hasil orientasi dosis menunjukkan
dimana mencit jantan tidak mengalami siklus hewan uji yang diberikan dosis 50 mg/kg BB
estrus, masa kehamilan dan menyusui yang secara intravena telah mampu memberikan
mempengaruhi psikologis hewan uji. Mencit keadaan hiperglikemia.
jantan pada usia 2-3 bulan adalah mencit Hari keempat setelah diinduksikan
dewasa muda yang mempunyai keadaan aloksan diamati efek hiperglikemia yang
fisiologik yang optimum. Mencit yang terjadi pada hewan uji, karena bisa terjadi
digunakan terlebih dahulu diadaptasi selama 7 kemungkinan hewan uji hiperglikemia menjadi
hari agar dapat menyesuaikan diri dengan normal kembali sebelum mengalami
lingkunganya selama penelitian berlangsung. hiperglikemia permanen. Hal ini karena
Hewan uji diukur kadar glukosa darah fluktuasi kadar glukosa darah selama 24-36
awal dan hasil pengukuran menunjukkan jam, hewan uji dapat mengalami hipoglikemia
bahwa kadar glukosa darah masing-masing dan hiperglikemia secara bergantian. Bila hal
mencit berkisar antara (90,50±15,76) – tesebut terjadi maka hewan uji akan
(139,00±39,06) mg/dL maka dapat dipastikan diinduksikan aloksan kembali dengan dosis
bahwa mencit yang digunakan dalam keadaan yang sama.
normal, selanjutnya diberikan induksi aloksan. Pada hari pengukuran setelah
Aloksan adalah senyawa analog glukosa yang penginduksian, peningkatan kadar glukosa
bersifat toksik dimana pengubahannya menjadi darah hewan uji yang hiperglikemia bervariasi
ion radikal hidroksi dapat mengakibatkan dengan kisaran kadar glukosa darah antara
kematian sel β pankreas yang kemudian (392,25±139,83) – (541,50±97,34) mg/dL. Hal
menghambat sekresi insulin. ini karena daya tahan tubuh masing-masing
Aloksan dipilih sebagai diabetogen hewan uji yang berbeda terhadap aloksan yang
karena aloksan didalam tubuh mengalami menyebabkan kondisi diabetes yang variatif.
metabolisme oksidasi reduksi menghasilkan Variasi data yang cukup beragam ini juga
radikal bebas dan radikal aloksan. Radikal ini terlihat dari simpangan masing-masing
mengakibatkan kerusakan pankreas kelompok yang jauh lebih besar dibandingkan
(Szkudelski, 2001). Pemilihan aloksan sebagai standar deviasi keadaan glukosa darah awal.
agen penginduksi diabetes dikarenakan Hewan uji yang mengalami hiperglikemia
137
Indrawati et al./Galenika Journal of Pharmacy
dapat terlihat dengan ciri seperti kadar glukosa menyebabkan data memiliki standar deviasi
tinggi, berat badan menurun, dan keadaan yang cukup besar. Hal ini disebabkan karena
poliuria pada hewan uji yang terlihat pada keadaan patofisiologik hewan uji, kemampuan
kondisi kandang hewan yang selalu lembab. untuk mengabsorbsi bahan uji dan kemampuan
Hewan uji hiperglikemia kemudian hewan uji untuk beradaptasi dengan kondisi
diberikan perlakuan sesuai kelompok selama hiperglikemia.
14 hari. Pada penelitian ini diberikan 3 Profil rerata kadar glukosa darah mencit
kelompok perlakuan yaitu kontrol positif, (Gambar 1) terlihat bahwa kontrol positif dan
kontrol negatif dan kontrol perlakuan (ekstrak kontrol uji menunjukkan penurunan kadar
sesuai dosis). Kontrol positif dalam penelitian glukosa darah secara bertahap. Sedangkan
ini adalah glibenklamid, hal ini diperlukan kontrol negatif masih mengalami
untuk melihat pengaruh obat antidiabetik oral hiperglikemia. Sehingga dapat dilihat bahwa
yang telah terbukti khasiatnya untuk setelah pemberian perlakuan, semua kelompok
menurunkan kadar glukosa darah. mengalami penurunan kadar glukosa darah
Glibenklamid merupakan obat golongan kecuali kontrol negatif.
sulfonilurea generasi kedua, yang sering Hasil uji Anova digunakan untuk
digunakan pada pasien diabetes melitus. mengetahui adanya perbedaan penurunan
Glibenklamid tidak larut dalam air sehingga kadar glukosa darah pada tiap kelompok. Pada
disuspensikan dengan zat pensuspensi Na perlakuan hari ke 7, 9, 11 dan 18 kelompok
CMC 0,5%.Dosis glibenklamid yang kontrol negatif, kontrol positif dan kontrol uji
digunakan adalah 0,65 mg/kg BB. Dosis dosis 400 mg/kg BB, 800 mg/kg BB, dan 1200
tersebut digunakan berdasarkan dosis efektif mg/kg BB menunjukkan hasil yang berbeda
oral pada manusia yaitu 5 mg/hari yang signifikan dengan nilai p masing-masing
kemudian dikonversi ke dosis mencit. Alasan berturut-turut 0,010 , 0,023 , 0,008 , dan 0,000
pemilihan Na CMC dikarenakan sistem (p<0,05). Sehingga uji dilanjutkan dengan Post
pencernaan mencit tidak memiliki enzim Hoc Duncan untuk mengetahui kelompok
selulase. Maka penggunaan Na CMC tidak perlakuan yang berbeda signifikan dibanding
akan berpengaruh pada kadar glukosa darah. kelompok perlakuan lainnya. Hasil uji lanjut
Akan tetapi untuk menghilangkan pengaruh Duncan terhadap selisih penurunan kadar
Na CMC pada hasil penelitian maka kelompok glukosa darah menunjukkan bahwa kontrol
kontrol negatif diberikan suspensi Na CMC negatif berbeda signifikan dengan kontrol
sebagai pengganti bahan uji. Kontrol negatif positif dan kontrol uji ekstrak air kulit buah
yang diinduksi dengan aloksan sehingga pisang ambon dosis 400 mg/kg BB, 800 mg/kg
menjadi diabetes diperlukan untuk mengetahui BB, dan 1200 mg/kg BB. Hal ini berarti,
penurunan kadar glukosa darah. Bahan uji glibenklamid dan ketiga ekstrak uji
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mempunyai efek antidiabetes.
ekstrak airkulit buah pisang ambon dengan Hasil uji statistik selisih penurunan
dosis 400 mg/kg BB, 800 mg/kg BB dan 1200 kadar glukosa darah pada hari ke 7, 9, 11, dan
mg/kg BB, pemberian bahan uji satu kali 18 menunjukkan adanya perbedaan yang tidak
sehari peroral dengan menggunakan sonde signifikan antara kelompok kontrol positif
lambung selama 14 hari berturut-turut, dan glibenklamid dan kontrol bahan uji ekstrak air
dilakukan pengukuran kadar glukosa darah kulit buah pisang ambon dosis 400 mg/kg BB,
pada hari ke 7, 9, 11, dan 14. 800 mg/kg BB, dan 1200 mg/kg BB.
Hasil rata-rata kadar glukosa darah Peningkatan dosis obat seharusnya
dapat dilihat pada Tabel 1. Data pengukuran meningkatkan respon yang sebanding dengan
menunjukkan adanya penurunan kadar glukosa dosis yang ditingkatkan. Namun dengan
darah yang beragam pada setiap kelompok meningkatnya dosis, peningkatan respon pada
mulai hari ke–7 hingga hari ke–18 yang akhirnya akan menurun karena sudah tercapai
138
Indrawati et al./Galenika Journal of Pharmacy
dosis optimum. Hal ini sering terjadi karena dengan dosis 400 mg/kg BB, 800 mg/kg BB
komponen senyawa pada bahan obat alam dan 1200 mg/kg BB menunjukkan perbedaan
tidaklah tunggal melainkan terdiri dari yang tidak signifikan secara statistik terhadap
berbagai macam senyawa bioaktif yang saling penurunan kadar glukosa darah. Sehingga
bekerja sinergis menimbulkan efek. ekstrak dengan dosis 400 mg/kg BB telah
Glibenklamid memberikan efek mampu memberikan efek hipoglikemik
hipoglikemik dengan bekerja sebagai insulin (antidiabetes) terhadap mencit model
secretagogues yang merangsang sekresi hiperglikemia.
insulin. Rangsangannya melalui interaksi
dengan ATP- sensitive K Channel yang DAFTAR PUSTAKA
menimbulkan depolarisasi sehingga ion Ca2+
masuk kedalam sel beta pankreas, serta Anonim. (2005). Pharmaceutical Care Untuk
merangsang sekresi insulin konsentrasi plasma Penyakit Dibates Melitus. Departemen
puncak dicapai setelah 2-4 jam setelah Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
pemberian.
Ekstrak air kulit buah pisang ambon Anonim. (2014). InfoDATIN: Pusat Data dan
memiliki efek hipoglikemik karena adanya Informasi Kementrian Kesehatan RI.
efek sinergis senyawa bioaktif yang Kementrian Kesehatan Republik
terkandung antara lain flavonoid, fenolik, Indonesia. Jakarta.
saponin dan tanin. Kulit buah pisang memiliki
aktivitas sebagai antioksidan. Berdasarkan Dipiro, T. Joseph. (2005). Pharmacotherapy.
A Pathophysiologic Approach, 6th
penelitian Someya (2002) dalam Peni Sri
Edition. McGRAW-HILL. New York.
(2012), jenis senyawa antioksidan yang dapat
diisolasi dari kulit buah pisang yaitu flavonoid. Firdous, M., Koneri, R., Sarvaraidu, C.H., dan
Kulit buah pisang mengandung aktivitas Shubhapriya, K.H. (2009). NIDDM
antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan Antidiabetic Activity Of Saponins Of
dengan daging buahnya. Antioksidan Momordica Cymbalaria In
bermanfaaat dapat mengurangi kerusakan Streptozotocin-Nicotinamide NIDDM
Mice. Journal of Clinical and
oksidatif pada penderita diabetes sehingga
Diagnosis Research3: 1460-1465.
mampu mengontrol kadar glukosa darah dan
mencegah komplikasi (Widowati, 2008). Harbone. (1987). Tumbuhan Berguna
Saponin dapat memberikan efek Indonesia (Vol. III). Badan Litbang
hipoglikemik karena mampu meregenerasi Kehutanan. Jakarta.
pankreas yang menyebabkan adanya
Hembing W. (2004). Bebas Diabetes Ala
peningkatan jumlah sel β pankreas dan pulau-
Hembing. Puspaswara.
pulau langerhans sehingga sekresi insulin akan
mengalami peningkatan. Peningkatan sekresi Imam, Zafar Mohammad., and Akter, S.
insulin tersebut akan membantu penurunan (2011). Musa paradisiaca L. and
kadar glukosa darah (Firdous et., al., 2009). Musa sapientum L.: A Phytochemical
Tanin dapat menurunkan kadar glukosa darah and Pharmacological Review.Journal
dengan cara menangkap radikal bebas dan of Applied Pharmaceutical Science. 01
(05), 14-20.
mengurangi peningkatan stres oksidatif pada
penderita diabetes sehingga mampu Malole, M. B. M., & Pramono, C. S. U.
mengontrol kadar glukosa darah (Widowati, (1989). Penggunaan Hewan-Hewan
2008). Percobaan dalam Laboratorium.
Peningkatan dosis umunya sebanding Departemen Pendidikan dan
dengan meningkatkan efek yang diberikan, Kebudayaan Direktorat Jendral
namun hasil yang didapatkan bahwa ekstrak
139
Indrawati et al./Galenika Journal of Pharmacy
140