Anda di halaman 1dari 14

Jiapi : Jurnal Ilmu Administrasi dan Pemerintahan Indonesia Vol. 2 No.

1 June 2021
Website Journal : http://jiapi.ut.ac.id/index.php/jiapi/index

NILAI-NILAI PUBLIK DALAM KEBIJAKAN


PELESTARIAN CENDANA (SANTALUM ALBUM L)
DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

Nursalam¹

ABSTRACT
1
Universitas Nusa Cendana Public values provide a normative consensus about rights, benefits, and
nursalamjeppu@yahoo.com prerogatives; obligations of citizens to society, the state, and one another; and
the principles upon which government and policies must be based. Public values
as a way to understand government activity, inform policy-making and build
Received : 11 May 2021
Revised : 07 June 2021
service delivery. This study aims to determine the implementation of public values
Accepted : 17 June 2021 in the conservation policy of sandalwood (Santalum Album L) in Timor Tengah
Published : 21 June 2021 Selatan district. This study uses a qualitative research method which collected
data through interviews, observation, and documentation. A purposive sampling
technique was used to select informants. For example, they are community
leaders, such as Pemangku Adat (adat functionary), policymakers, and policy
implementers. The study results indicate that public values are fundamental as
a basis for formulating and implementing sandalwood conservation policies.
Values such as social justice, accountability, and sustainability, have not been fully
accommodated in the sandalwood conservation policy. Some of the implications
that arise due to the neglect of values are; the community (the public) does not
have the enthusiasm to get involved in conservation efforts, and there is still a
view that sandalwood is a high-value local natural resource, but it also brings
many problems. The research recommendation is to revitalize public values so
that conservation policies can increase the sandalwood population.

Keywords: public values; public policies; social justice; accountability;


sustainability

ABSTRAK
Nilai-nilai publik adalah nilai yang memberikan konsensus normatif tentang: hak,
manfaat, dan hak prerogatif; kewajiban warga negara kepada masyarakat, negara,
dan satu sama lain; serta prinsip-prinsip yang menjadi landasan pemerintah
dan kebijakan. Nilai publik sebagai cara untuk memahami aktivitas pemerintah,
menginformasikan pembuatan kebijakan dan membangun penyampaian layanan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan nilai-nilai publik dalam
kebijakan pelestarian Cendana (santalum album L) di kabupaten Timor Tengah
Selatan. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik
pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Pemilihan
informan ditetapkan dengan menggunakan teknik purposif kepada tokoh-tokoh
masyarakat sebagai pemangku kepentingan adat, pengambil kebijakan dan
pelaksana kebijakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai publik sangat
penting dijadikan sebagai landasan dalam proses perumusan dan pelaksanaan
kebijakan pelestarian Cendana. Nilai-nilai seperti nilai keadilan sosial, akuntabiltas,
dan nilai keberlanjutan, belum maksimal diakomodir pada kebijakan pelestarian
Cendana. Beberapa implikasi yang muncul akibat terabaikannya nilai adalah;
masyarakat (publik) tidak mempunyai semangat untuk ikut terlibat dalam upaya
pelestarian dan masih adanya pandangan bahwa Cendana sebagai sumber daya
alam lokal yang bernilai tinggi, namun menuai juga banyak masalah. Rekomendasi
penelitian adalah perlunya revitalisasi nilai-nilai publik (public values) agar
kebijakan pelestarian dapat meningkatkan populasi cendana.

Kata Kunci: nilai publik; kebijakan publik; keadilan sosial; akuntabilitas;


keberlanjutan

1
JIAPI: Jurnal Ilmu Administrasi dan Pemerintahan Indonesia Volume 02 No 01 June 2021
Pages 1-14

PENDAHULUAN Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan


Paradigma nilai publik semakin Daerah maka hal ini berdampak pada penyerahan
terasa perannya dalam upaya menghasilkan berbagai kewenangan kepada daerah kabupaten/
kebijakan publik yang berorientasi pada kota untuk melaksanakan urusan pemerintahan
pemenuhan kebutuhan publik. Berbagai studi dan pembangunan. Kegiatan pengelolaan
menggambarkan bahwa betapa pentingnya Cendana selanjutnya diserahkan ke pemerintah
menciptakan nilai publik untuk mendukung kabupaten masing-masing daerah penghasil
efektivitas kebijakan (Smith:2004). Nilai publik pohon Cendana. Kebijakan yang mengatur
menurut O’Flynn (2007) digambarkan sebagai segala hal yang berkaitan dengan pengelolaan
konstruksi multi-dimensi, cerminan dari Cendana di Kabupaten Timor Tengah Selatan
preferensi yang diekspresikan secara kolektif, terdapat dalam Perda Kabupaten Timor Tengah
dimediasi secara politik dan dikonsumsi oleh Selatan Nomor 25 tahun 2001 tentang Cendana
warga negara, diciptakan tidak hanya melalui yang selanjutnya Perda ini kemudian direvisi dan
’hasil’ tetapi juga melalui proses yang dapat diganti dengan Perda Kabupaten Timor Tengah
menghasilkan kepercayaan atau keadilan. Fokus Selatan Nomor 03 tahun 2013.
pembahasan tentang nilai publik memungkinkan Salah satu perubahan mendasar dari Perda
perdebatan tentang nilai-nilai, kelembagaan, Kabupaten Timor Tengah Selatan Nomor 03
sistem, proses, dan nilai seseorang. Selain itu tahun 2013 adalah menyangkut kepemilikan
memungkinkan juga menghubungkan wawasan pohon, dimana dalam Perda ini mengakui tentang
dari perspektif yang berbeda, yang meliputi, kepemilikan pohon Cendana yang dimiliki oleh
kebijakan publik, analisis kebijakan, manajemen, para petani/masyarakat. Disebutkan bahwa
ekonomi, ilmu politik dan governance. tanaman Cendana yang tumbuh di lahan
Dalam konteks pelestarian Cendana pemerintah dimiliki oleh pemerintah, tanaman
(satalum Album L) nilai publik belum terasa Cendana yang tumbuh pada lahan swasta
maknanya karena kebijakan pelestarian Cendana dimiliki oleh swasta, dan pohon Cendana yang
belum banyak mengakomodir kepentingan tumbuh pada lahan masyarakat dimiliki oleh
publik yang diidikasikan dari masih lebarnya masyarakat. Hal ini merupakan langkah maju
gap dalam upaya pelestarian Cendana. dalam upaya pengelolaan Cendana selanjutnya.
Cendana (santalum album L) merupakan Sejak tahun 1997 jumlah pohon Cendana di
aset daerah dan masyarakat di pulau Timor yang kabupaten TTS menurut data Dinas Kehutanan
selalu menjadi perbincangan hangat karena nilai kabupaten TTS adalah sebanyak 350.940 pohon,
ekonomi dan nilai budaya yang dimilikinya. namun saat ini populasinya semakin berkurang,
Masyarakat di kabupaten Timor Tengah Selatan yaitu tinggal 70.620 pohon (UPT Kehutanan
(TTS), menganggap Cendana adalah tanaman kabupaten TTS, 2020). Data yang tersaji ini
penting dan menjadi Ikon di daerah ini. Semenjak menunjukkan bahwa program pelestarian tidak
ribuan tahun yang lalu Cendana hidup secara terlaksana sebagaimana yang diharapkan.
alami dan tersebar di seantero pulau timor. Bagi Meskipun telah ada pengakuan tentang
masyarakat Timor pada zaman lampau, Cendana hak kepemilikan Cendana namun animo dan
tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kehidupan semangat membudidayakan (melestarikan)
masyarakat sehari-hari. Cendana ternyata masih rendah. Berdasarkan
Menurut Rohadi et al (2001), Cendana hasil wawancara penulis dengan warga
mempunyai banyak manfaat, yaitu antara lain; (1) masyarakat terungkap bahwa, salah satu
dalam bentuk gelondongan dapat dimanfaatkan faktor yang menyebabkan animo tersebut
untuk membuat mobiler (kursi, meja, lemari dan masih rendah adalah pemerintah kurang
berbagai asesoris); (2) karena baunya sangat mengakomodir nilai publik pada kebijakan
wangi/harum, maka Cendana diproses menjadi pelestarian Cendana. Nilai-nilai publik seperti
minyak Cendana dan bahan baku parfum; (3) nilai, ketidakberpihakan, keadilan, kejujuran,
serbuk Cendana dipakai sebagai dupa (biasanya akuntabilitas, transparansi, dan daya tanggap
digunakan jika ada upacara kematian, serta kurang diperhatikan oleh pengambil kebijakan
banyak lagi kegunaan lainnya, sehingga Cendana dalam pelestarian Cendana.
memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Menurut Colebatch (2010) bahwa
Seiring dengan terbitnya Undang-Undang memasukkan nilai publik dalam perumusan dan
2
Nilai-Nilai Publik dalam Kebijakan Pelestarian Cendana (Santalum Album L) di Kabupaten Timor Tengah Selatan
Nursalam

pelaksanaan kebijakan akan membantu para ekonomi. Akibatnya, pertanyaan tentang


manajer publik dalam meningkatkan kinerja bagaimana mempromosikan nilai-nilai dan
kebijakan publik, Nilai publik sangat penting kebajikan publik dalam pemerintahan menjadi
dalam memberikan tolak ukur dan menentukan perhatian bersama dari banyak praktisi dan
bagaimana tujuan publik harus dicapai, yaitu akademisi di bidang Administrasi Publik dan
tentang bagaimana tata kelola yang baik, kebijakan publik (Kernaghan et al, 2000).
bagaimana lembaga publik melakukan urusan Nilai-nilai ditetapkan dalam literatur
publik dan mengelola sumber daya publik untuk dalam berbagai cara, tetapi definisi kerja yang
menjamin realisasi hak asasi manusia. baik tampaknya menunjukkan bahwa nilai-nilai
dibagikan dan dipertahankan untuk meyakinkan
Tinjauan Pustaka tentang pentingnya apa yang diinginkan dan
apa yang tidak. Dengan demikian nilai telah
Nilai Publik menjadi standar, prinsip, atau tolok ukur untuk
memandu dan menilai perilaku dan kebijakan.
Nilai-nilai publik didefinisikan sebagai
Nilai-nilai paling dasar untuk sektor publik
nilai-nilai yang memberikan konsensus normatif diberikan dalam ’Deklarasi Hak Asasi Manusia’
tentang; (1) hak, manfaat, dan hak prerogatif yang diadopsi dari Sidang Umum Perserikatan
yang seharusnya atau tidak seharusnya (2) Bangsa-Bangsa pada tahun 1948, menurut
kewajiban warga negara kepada masyarakat, Majelis Umum, standar pencapaian yang sama
negara, dan satu sama lain;dan (3) prinsip- bagi semua orang. Kalimat pertamanya berbunyi
prinsip yang menjadi landasan pemerintah dan bahwa martabat yang melekat dan hak yang
kebijakan (Bozeman, 2007). Nilai-nilai publik setara dan tidak dapat dicabut dari semua
telah menjadi pusat perhatian administrasi anggota keluarga manusia, harus diakui sebagai
publik selama bertahun-tahun dan nilai-nilai dasar kebebasan, keadilan, dan perdamaian
utama seperti kesetaraan, ketidakberpihakan, di dunia. Ini segera diikuti dengan penekanan
keadilan, kejujuran, kejujuran, kesinambungan, pada pentingnya kebebasan berbicara dan
kerahasiaan, akuntabilitas, transparansi, berkeyakinan, dan kebebasan dari rasa takut dan
daya tanggap, dan sebagainya, mengalami keinginan, dan perlindungan oleh supremasi
penggerusan dalam beberapa tahun terakhir. hukum (United Nations, 1999). Nilai-nilai di
Bozeman (2002) sebenarnya telah atas menentukan apa yang harus dicapai oleh
memperingatkan tentang masalah ini dengan pemerintah, dan membedakan sifat pekerjaan
menyatakan bahwa telah muncul “kegagalan administrator publik dari karyawan di sektor
nilai publik” dalam mengatur kebijakan swasta.
publik. Kegagalan nilai publik terjadi ketika: Nilai-nilai dasar seperti itu juga ditemukan
(1) mekanisme artikulasi dan agregasi nilai dalam banyak konstitusi dan menggambarkan
telah rusak; (2) terjadi “monopoli” yang tidak apa yang harus diperjuangkan oleh masyarakat,
sempurna; (3) terjadi manfaat penimbunan dan apa yang menjadi tolok ukur dasar untuk
(4) ada kelangkaan penyedia nilai publik; menilai kebijakan publik dan membangun
(5) ancaman jangka pendek pada nilai lembaga yang sesuai, karena yang terutama
publik; (6) substitusi aset yang mengancam adalah pemerintah yang bertanggung jawab
konservasi sumber daya publik; (7) transaksi menjunjung tinggi nilai-nilai ini. Nilai juga
pasar mengancam kehidupan manusia yang penting dalam memberikan tolak ukur dan
fundamental. Pertanyaan mendasar kemudian menentukan bagaimana tujuan tersebut
muncul tentang nilai publik adalah; apa harus dicapai, yaitu tata kelola yang baik, dan
sebenarnya nilai-nilai publik itu dan nilai- bagaimana lembaga publik melakukan urusan
nilai spesifik mana yang paling penting (Beck publik dan mengelola sumber daya publik untuk
Jørgensen dan Bozeman, 2007); sedangkan dari menjamin realisasi hak asasi manusia (United
de Bruijn dan Dicke (2006) bagaimana nilai- Nations, 1999).
nilai publik dapat dijaga dan direkonsiliasikan. Penjelasan lebih lanjut tentang nilai publik
Nilai publik seringkali tidak dapat telah didefinisikan ulang melalui interaksi
diakomodir oleh kebijakan publik mengingat sosial dan politik. Interaksi tersebut melibatkan
penekanan yang berlebihan pada individualisme politisi, pejabat, dan komunitas (Smith, 2004).
3
JIAPI: Jurnal Ilmu Administrasi dan Pemerintahan Indonesia Volume 02 No 01 June 2021
Pages 1-14

Berfokus pada nilai publik memungkinkan secara keseluruhan yang mengabaikan isu
seseorang untuk mengumpulkan isu-isu untuk kelembagaan dan kebijakan publik; (3) isu yang
analisis ilmiah dalam istilah yang masuk akal muncul saat ini mempertanyakan tentang nilai
bagi warga dan komunitas, aktivis politik dan publik mungkin bisa membantu para aktivis,
orang-orang yang bertanggung jawab untuk politisi, dan para manajer dalam memberikan
memberikan layanan publik. perhatian tentang nilai publik.
Menurut Smith (2004) nilai publik Fokus pembahasan tentang nilai publik
mengeksplorasi 3 tema utama, yaitu; (1) ide memungkinkan seseorang memperdebatkan
tentang nilai publik dan penekanannya pada tentang nilai-nilai, kelembagaan, sistem, proses,
penelitian dan interaksi sebagai dasar bagi dan nilai seseorang. Selain itu memungkinkan
pemimpin politik dan para manajer; (2) dampak juga menghubungkan wawasan dari perspektif
dari agenda perubahan sektor publik dan sektor yang berbeda, yang meliputi, kebijakan publik,
lain mempengaruhi sektor-sektor tersebut analisis kebijakan, manajemen, ekonomi, ilmu
Matriks Pendekatan Nilai Pada Manajemen Publik
Dimensi Nilai Publik
Kepentingan Publik Pilihan-pilihan individu dan publik adalah hasil dari deliberasi publik
Sasaran Kinerja Berbagai sasaran: output pelayanan, kepuasan, hasil, mempertahankan
kepercayaan/legitimasi
Model dominan Berbagai model; Warga negara mengawasi pemerintahan; customer sebagai
akuntabilitas pengguna; pembayar pajak sebagai funders.
Preferred Menu alternatif dipilih secara praktis (agen sektor publik, perusahaan
swasta,
Pendekatan terhadap Tidak ada satu sektor yang memonopoli etika dan tidak ada etika yang
etika pelayanan selalu tepat. Etika sebagai sumber daya masyarakat dikelola secara hati-
publik hati
Peranan partisipasi Krusial dan multifaceted (customer, warganegara sebagai pemangku
publik kepentingan utama.
Tujuan para Manajer Menanggapi pilihan-pilihan warganegara/pengguna, memperbaharui
mandat dan kepercayaan melalui jaminan pelayanan
Sumber: Kelly and Muers (2002).

politik dan governance. Berikut ini ditampilkan timbul karena ketidakcocokan antara kebijakan
pendekatan nilai terhadap manajemen publik yang diambil dengan keadaan di lapangan, yaitu
sebagaimana pandangan Kelly and Muers berkaitan dengan sistem nilai, perbedaan budaya,
(2002), yaitu; pemahaman atau persepsi, rasa keadilan, dan
Nilai Publik dan Kebijakan Publik keterusterangan, dan lain sebagainya.
Setiap keputusan yang menyangkut Perhatian terhadap dimensi nilai ini juga
kepentingan umum seharusnya karena memperhatikan kondisi dari hancurnya
mempertimbangkan nilai-nilai yang berlaku dikotomi kebijakan-administrasi (Waldo,
dalam masyarakat. Menurut Edward III 1949), yang memperjelas bahwa, nilai-nilai dan
(1980), bahwa jika kebijakan publik dipandang kekuasaan politik telah beroperasi mulai dari
dari perspektif pelanggan kebijakan, maka tahap agenda setting sampai kepada proses
pertimbangan nilai adalah sesuatu yang tak kebijakan ke street-level implemementasi
terelakkan. Pandangan ini mempertegas kebijakan.
bahwa kebijakan yang berhasil dilaksanakan Asumsi yang dibangun dalam pengambilan
harus memperhatikan kondisi dari masyarakat keputusan ini juga didasarkan kepada pendapat
tersebut, oleh karena mereka-lah yang yang menyatakan bahwa politik umumnya
akan terkena dampak dari suatu kebijakan. ditegaskan sebagai pengalokasian nilai-nilai
Sebagaimana juga telah dikemukakan oleh secara otoritatif, atau proses penetapan, siapa
Saefullah (2008), bahwa, masalah yang sering mendapat apa, dimana, dan bagaimana?, sejalan
4
Nilai-Nilai Publik dalam Kebijakan Pelestarian Cendana (Santalum Album L) di Kabupaten Timor Tengah Selatan
Nursalam

dengan pandangan Frederickson (1996), yang Pengambil keputusan yang rasional selalu
menyatakan pentingnya kesesuaian antara bersikap untuk rasional, yaitu memperhatikan
tujuan-tujuan perubahan dan nilai-nilai yang cara yang efektif agar kebijakan dapat dapat
dominan dalam masyarakat. Nilai-nilai seperti dilaksanakan. Rasionalitas didasarkan kepada
empati., kejujuran, kemampuan berinovasi, dan cara-tujuan logis, yang mengasumsikan bahwa
nilai kepedulian terhadap kepentingan umum pilihan yang terbaik disetujui berdasarkan
sangat membantu implementer kebijakan tujuan kebijakan. Di dalam proses pengambilan
menjalankan tugas-tugas yang diembankan keputusan, alternatif yang telah dipilih dianggap
kepadanya. cara yang tepat bagi pencapaian tujuan. Oleh
Nilai-nilai yang dipakai sebagai dasar karena itu di dalam teori keputusan, rasionalitas
dalam pengambilan kebijakan dipengaruhi juga adalah untuk meminimalkan resiko dan
oleh faktor-faktor lain dalam proses pengambilan menjamin kelangsungan kelembagaan sebagai
keputusan. Persoalannya kemudian adalah suatu tujuan atau nilai (Simon, 1947).
kriteria (nilai-nilai atau ukuran-ukuran) seperti Rasionalitas dalam proses pengambilan
apakah yang mempengaruhi para pembuat keputusan bersangkut paut dengan pemilihan
keputusan politik? Untuk menjawab pertanyaan alternatif, sebenarnya dimaksudkan tidak
tersebut kita akan dihadapkan pada banyak semata-mata untuk memaksimasi nilai-
faktor yang berpengaruh terhadap para pembuat nilainya, melainkan untuk sekedar mencapai
keputusan, seperti misalnya tekanan-tekanan tingkat cukup memuaskan atau cukup baik
politik dan sosial, kondisi-kondisi ekonomi, (Wahab,1990). Kepuasan yang digambarkan dan
persyaratan-persyaratan procedural, komitmen- sikap rasional memungkinkan administrator
komitmen sebelumnya, waktu yang sempit dan yang menghadapi keputusan tertentu,
sebagainya (Winarno, 2002). menyederhanakan persoalannya dengan cara
Nilai dapat mengarahkan para pembuat tidak menelaah semua alternatif yang mungkin.
kebijakan, Anderson (2003) mengemukakan Dalam hal ini administrator agaknya mengikuti
bahwa, terdapat berbagai nilai yang melingkupi akal sehatnya, sehingga pilihan-pilihan yang
dan mengarahkan para pembuat kebijakan dalam penting mungkin terabaikan. Oleh karena itulah
proses pengambilan keputusan, yaitu nilai-nilai konsep rasional menurut Simon (1947) dinamai
organisasi, nilai-nilai profesional, nilai pribadi, rasionalitas terbatas (bounded rationality).
nilai-nilai kebijakan, dan nilai-nilai ideologi. Para analis kebijakan tentu saja hati-hati
Keseluruhan nilai-nilai ini dipertimbangkan membuat rekomendasi yang bias dari sasaran-
secara luas oleh pengambil keputusan. Terdapat sasaran dan nilai-nilai, karena rekomendasi
kecenderungan dari pengambil keputusan tersebut sangat membantu para analis untuk
publik mengabaikan nilai-nilai yang dimiliki ini memberikan masukan agar kesimpulan tentang
dalam proses pengambilan keputusan, padahal alternatif utama dalam pengambilan keputusan
sebenarnya sangat membantu mereka dalam benar-benar dapat diterapkan sehingga menjadi
menetapkan apa yang baik, yang buruk, yang problem Solving bagi persoalan yang dihadapi
diinginkan atau tidak diinginkan. oleh publik. Berkaitan dengan hal ini, Wahab
Hubungan antara pengambilan keputusan (1990), mengemukakan beberapa saran agar
dan perhatian kepada nilai-nilai publik atau keputusan yang rasional dapat dicapai yaitu;
kepentingan publik digambarkan oleh Michael (1) mengetahui seluruh nilai-nilai masyarakat
(2003), dengan mengemukakan bahwa terdapat beserta pemberian bobotnya; (2) mengetahui
5 elemen utama dari setiap keputusan yang secara tepat alternatif-alternatif kebijakan yang
dianggap mewakili kepentingan publik/nilai- tersedia; (3) mengetahui semua akibat yang
nilai publik yaitu;(1) pengakuan terhadap hak- mungkin terjadi dari tiap alternatif kebijakan
hak individu; (2) perhatian kepada publik; (3) yang dipilih; (4) menghitung nisbah antara
pertanggungjawaban pengambil keputusan nilai yang dicapai oleh masyarakat dengan
kepada publik; (4) keterwakilan publik; (5) pengorbanan yang sudah diberikan oleh mereka
proses formal untuk memisahkan dan membatasi bagi tiap alternatif kebijakan yang dipilih; (5)
peranan dari pengambil keputusan (decision- memilih alternatif yang paling efisien.
makers).

5
JIAPI: Jurnal Ilmu Administrasi dan Pemerintahan Indonesia Volume 02 No 01 June 2021
Pages 1-14

METODE PENELITIAN Proses Penetapan Informan


Penelitian ini menggunakan pendekatan Penetapan informan pelelitian dilakukan
kualitatif, istilah kualitatif menunjuk pada secara purposif, yaitu ditetapkan secara sengaja
proses dan makna yang tidak diuji atau diukur dengan mempertimbangkan bahwa mereka
secara ketat, baik dari segi kuantitas, intensitas, yang dipilih mengetahui persis tentang nilai-
maupun frekuensi. Penekanan diberikan pada nilai utama masyarakat dalam melestarikan
sifat konstruksi sosial dan realitas serta mencari Cendana, mereka itu diantaranya adalah, tokoh
jawaban bagaimana pengalaman sosial dibentuk
masyarakat , aparat pemerintah desa, dan aparat
dan diberi makna (Denzim dan Lincoln,
UPT Kehutanan Kabupaten Timor Tengah
1994). Penekanan utama pada pendekatan
kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada Selatan (TTS).
pertimbangan, bahwa fokus penelitian ini
mengungkap tentang nilai publik yang dilakukan HASIL PENELITIAN
dalam pelestarian pohon cendana. Menurut Pemerintah kabupaten TTS berkomitmen
Strauss dan Corbin (1991), untuk penelitian yang mengembangkan cendana yang dijabarkan
berfokus pada pengungkapan proses yang relevan kedalam program dan kegiatan. Tahun anggaran
adalah pendekatan kualitatif, mendeskripsikan
2018 dan 2019 telah dilaksanakan program dan
proses dari model yang berkaitan dengan nilai-
nilai masyarakat dalam kebijakan pelestarian kegiatan seperti yang tertuang pada Tabel 1.
Cendana. Berdasarkan data yang dikutip dari laporan
Lakip pada UPT Kehutanan kabupaten Timor
Fokus Penelitian Tengah Selatan diperoleh informasi tentang
Penelitian tentang nilai publik dalam jumlah anggaran untuk pengembangan cendana
pelestarian cendana difokuskan pada; (1) dimensi di kabupaten Timor Tengah Selatan cukup besar,
nilai keadilan dalam pelestarian cendana di yaitu seperti pada Tabel 2.
kabupaten TTS; (2) dimensi nilai akuntabilitas Berdasarkan Tabel 2 anggaran untuk
dalam pelestarian cendana di kabupaten TTS pengembangan cendana cukup besar yang
dan; (3) dimensi nilai keberlanjutan dalam bersumber dari APBD kabupaten Timor
pelestarian cendana di kabupaten TTS. Tengah Selatan, APBD provinsi Nusa Tenggara
Tabel 1. Program Pengembangan Cendana di Kabupaten TTS
No Kegiatan Pengembangan Cendana Realisasi Kegiatan
1 Pembuatan Bibit Tanaman Cendana 31.000 Pohon
2 Pembuatan Hutan Rakyat Cendana (lahan milik) 20 Ha (4000 Pohon)
3 Pemeliharaan Tanaman Cendana 40 Ha
4 Pembuatan Arboretum 2 Unit
5 Pendistribusian Bibit Kepada Kelompok Tani 125.000 Pohon
6 Pendampingan Kerjasama dengan LSM 45 Desa
Sumber: UPT Kehutanan Kab.TTS, 2020

Tabel 2. Alokasi Anggaran Kegiatan Pelestarian Cendana di Kabupaten TTS


No Tahun Sumber Pembiayaan Jumlah Anggaran
1 2017 Pemda Provinsi NTT Rp. 250.000.000,-
Pemda Kabupaten TTS Rp. 150.000.000,-
Penyertaan Modal Koperasi Kelompok Tani Rp. 25.000.000,-
2 2018 Pemda Provinsi NTT Rp. 275.000.000,-
Pemda Kabupaten TTS Rp. 175.000.000,-
Penyertaan Modal Koperasi Kelompok Tani Rp. 22.000.000,-
3 2019 Pemda Provinsi NTT Rp. 300.000.000,-
Pemda Kabupaten TTS Rp. 210.000.000,-
Penyertaan Modal Koperasi Kelompok Tani 20.000.000,-
Sumber: UPT Kehutanan Kabupaten TTS, 2020.

6
Nilai-Nilai Publik dalam Kebijakan Pelestarian Cendana (Santalum Album L) di Kabupaten Timor Tengah Selatan
Nursalam

Timur dari anggaran program dekonsentrasi kecamatan, hanya ada beberapa kecamatan yang
Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup. populasinya masih cukup.
Pemerintah memiliki peran khusus sebagai
Persebaran populasi pohon cendana penjamin nilai-nilai publik, tetapi warga negara,
Dari 21 kecamatan yang ada di kabupaten kelompok bisnis dan organisasi nirlaba juga
Timor Tengah Selatan terdapat 5 kecamatan yang penting sebagai pemecah masalah publik yang
memiliki pohon cendana yang paling banyak aktif (Bryson et al, 2014). Pada setiap paradigma
populasinya yaitu; kecamatan Mollo Utara, dan model administrasi senantiasa terdapat
Mollo Selatan, Amanuban Barat, Batu putih, dan nilai publik, jika nilai utama pada Old Public
Amanuban Tengah. Selengkapnya mengenai Administration adalah nilai efisiensi, pada
persebarannya dapat dilihat pada Tabel 3. New Public Management adalah efisiensi dan
efektivitas, maka pada paradigma New Public
Tabel 3. Persebaran populasi pohon cendana Service nilai utama adalah keadilan sosial dan
di kabupaten Timor Tengah Selatan demokrasi, (Denhardt and Denhardt, 2011).
Menurut Bryson et al, 2014, pendekatan baru
Populasi ini memberikan penekanan pada: nilai-nilai
No Kecamatan Pohon Pohon Jml publik; pengakuan bahwa pemerintah memiliki
tua muda peran khusus sebagai penjamin nilai-nilai
1 Mollo Utara 1670 6537 8207 publik; keyakinan akan pentingnya manajemen
2 Fatumnasi 438 1174 1612 publik yang dipahami secara luas, dan layanan
3 Mollo Selatan 1776 6860 8636 untuk publik; dan penekanan yang tinggi pada
4 Pollen 477 1250 1727 kewarganegaraan dan pemerintahan yang
5 Kota SoE 123 1350 1473 demokratis dan kolaboratif.
6 Amanuban Barat 1863 5862 7725 Berdasarkan pandangan ini dan masalah
7 Batu Putih 1520 5825 7345 yang telah dikemukan pada sebelumnya,
8 Amanuban 499 1225 1724 maka fokus penelitian tentang nilai publik
Selatan dan pelestarian Cendana adalah bagaimana
9 Kuanfatu 302 1703 2005 mengungkap kontribusi nilai publik, khususnya
10 Kualin 331 1231 1562 nilai keadilan, akuntabilitas, dan nilai
11 Amanuban 1737 6425 8162 keberlanjutan dalam kebijakan pelestarian
Tengah Cendana. Dalam pelayanan pelestarian Cendana
12 Oenino 298 1350 1648 senantiasa diperlukan penciptaan nilai publik
13 Kolbano 169 1421 1590 agar hak-hak publik menikmati/memanfaatan
14 Amanuban 279 1362 1641 sumber daya Cendana dapat terpenuhi.
Timur Penciptaan nilai publik melalui pelayanan
15 KiE 850 4730 5580 publik yang menghasilkan apa yang dihargai
16 Kot’olin 252 1205 1457 oleh publik, termasuk menambah ruang publik,
17 Amanuban 274 1705 1979 adalah kriteria nilai publik (Benington, 2011).
18 Selatan 274 1250 1524
Nunkolo Nilai Keadilan Sosial
19 Boking 574 1150 1720 Keadilan (equity) adalah adalah suatu
20 Amanuban 272 1642 1914 konsep yang menggambarkan tentang bagaimana
21 Utara 279 1110 1389 memperlakukan semua orang adalah sama di
Toinas mata hukum. Konsep kesetaraan dan ekuitas
Jumlah 14.252 56.367 70.620 memiliki kesamaan orientasi seputar konsep
Sumber: UPT, Kehutanan Kabupaten Timor keadilan. Namun, ada perbedaan mendasar,
Tengah Selatan, 2020 kesetaraan berarti identik dengan kesamaan
dalam distribusi layanan pemerintah atau
Berdasarkan Tabel 3, maka tingkat implementasi kebijakan publik. Keadilan adalah
populasi pohon Cendana di kabupaten Timor lebih penting dari efisiensi dalam pengelolaan
Tengah Selatan, populasinya semakin berkurang sektor publik, keadilan juga sebagai pilar
dan persebarannya tidak merata lagi pada tiap normatif dari administrasi publik membutuhkan
7
JIAPI: Jurnal Ilmu Administrasi dan Pemerintahan Indonesia Volume 02 No 01 June 2021
Pages 1-14

birokrat yang dapat mengalokasi barang dan kehancuran Cendana dapat ditelusuri dari
jasa publik lebih adil, dan mewakili mereka yang Widiyatmika yang dikutip dari Rohadi et al
tidak memiliki akses kepada proses kebijakan (2001) disebutkan bahwa pada awalnya seluruh
publik. Cendana yang ada di pulau Timor dikuasai oleh
Keadilan juga berarti distribusi layanan Raja, selanjutnya Raja menunjuk “Tuan Tanah”
atau kebijakan secara adil, keadilan mencakup; (fetor atau uis pah) untuk mengawasi produksi
koreksi terhadap ketidakseimbangan dalam Cendana yang ada di daerah ini. Tuan tanah ini
distribusi nilai-nilai sosial dan politik. Namun kemudian ditunjuk menjadi ketua adat untuk
berbeda pengertiannya dengan perlakuan yang memelihara dan mengamankan pohon-pohon
sama untuk semua, keadilan mengutamakan Cendana yang ada dan melakukan upacara
manfaat lebih besar bagi mereka yang kurang ritual jika akan dilakukan pengambilan hasil
beruntung (Denhardt and Denhardt, 2011), cendana. Jika seeluruh aktifitas pengambilan
bahkan Frederickson (1996) menyatakan hasil Cendana telah selesai, akar Cendana
bahwa keadilan dalam konteks pemerintahan menjadi milik Raja, batang diberikan kepada
dan pembangunan adalah keadilan sosial Tuan Tanah, dan ranting kepada pemilik pohon
yang merupakan; (1) dasar bagi masyarakat Cendana (Ormeling dalam Rohadi, 2001).
demokratis; (2) dapat mempengaruhi perilaku Praktik pengelolaan seperti ini berlangsung
organisasi; dan (3) sebagai dasar legal dan sampai zaman pendudukan Hindia Belanda, dan
praktis dalam mendistribusikan pelayananan sejak itu pula terjadi perubahan sangat mendasar
publik. dalam pengelolaan cendana. Perubahan terjadi
Cendana sebagai sumber daya alam dalam hal penebangan,
yang mempunyai akses terbuka bagi publik, Pada zaman kolonial Belanda, telah terjadi
dieksploitasi terus-menerus sehingga perubahan sistem penggajian dalam eksploitasi.
mengakibatkan sumber daya alam ini mengalami Belanda memberikan kepastian kompensasi
tekanan luar biasa. Tekanan dipicu oleh nilai dalam setiap pengambilan hasil Cendana, namun
Cendana, baik secara ekonomis, politik, sosial, kompensasi yang diberikan itu belum jelas kepada
budaya, dan ekologi. Nilai ekonomi Cendana penguasa lokal, demikian juga kompensasi
cukup menjanjikan, sekitar Rp.120.000 per-kg. dari penguasa lokal kepada rakyat. Aturan ini
Nilai politik adalah dapat memberikan legitimasi kemudian diprotes dan ditolak oleh rakyat. Pada
bagi pemimpin politik informal, mereka yang tahun 1925 sistem kompensasi diganti dengan
menjadi pemilik lahan Cendana memiliki posisi sistem pajak, pada saat itu pengelolaan Cendana
tawar politik yang cukup strategis. Nilai budaya dipegang oleh pemerintah Swapradja. Cendana.
Cendana bagi masyarakat di wilayah Kabupaten Pada tahun 1925 diberlakukan Sandalwood
Timor Tengah Selatan, Cendana dianggap Ordinance. Diumumkan pada waktu itu bahwa
tanaman yang memiliki nilai budaya karena seluruh cendana menjadi milik swapraja.
dianggap oleh masyarakat lokal kedatangannya Pemerintah swapradja kemudian mengawasi
bersamaan dengan leluhur orang Timor, Cendana mulai dari tempat asal sampai tempat
tanaman ini kemudian bagi sebagian masyarakat tujuan perdagangan.
dianggap sakral. Sedangkan dari nilai ekologis, Sejak kemerdekaan Republik Indonesia
Cendana adalah penstabil ekologis. Cendana tahun 1945 hingga saat ini (era reformasi
punya akar yang kuat untuk menahan gerusan air pemerintahan), Cendana tetap dikuasai oleh
yang dapat berpotensi menimbulkan longsor dan pemerintah. Dalam Undang-undang dasar 1945
kerusakan tanah. Sejumlah nilai ini kemudian pasal 33, disebutkan bahwa bumi, air, udara
menjadikan Cendana sebagai sumber daya yang beserta segala isinya dikuasai oleh Negara
dilirik oleh banyak pihak untuk dieksploitasi dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk
dan dimanfaatkan. Eksploitasi dan pemanfaatan kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Jika
yang berlangsung sejak sebelum dan sesudah mengacu kepada aturan tersebut sebenarnya
kemerdekaan Republik Indonesia menyebabkan ingin melindungi sumber daya alam dan
populasinya semakin menurun, angka terakhir bermanfaat untuk mensejahterakan seluruh
dari populasi cendana berkisar 70.620 pohon bangsa Indonesia. Namun dalam implementasi
(UPT Kehutanan kabupaten TTS, 2020). berbagai kebijakan untuk mencapai tujuan
Kronologi tentang bagaimana proses tersebut masih jauh dari yang diharapkan,

8
Nilai-Nilai Publik dalam Kebijakan Pelestarian Cendana (Santalum Album L) di Kabupaten Timor Tengah Selatan
Nursalam

sehingga masyarakat tetap menjadi korban dari individu yang menjalankan kekuasaan dibatasi
janji dan tekad yang sudah disampaikan. oleh cara-cara eksternal dan oleh norma-norma
Kegiatan eksploitasi hutan cendana internal” (Chandler dan Plano,1988). Definisi ini
didasarkan pada kewenangan negara dan kemudian dimaknai oleh Kopplell (2005) bahwa
masyarakat untuk melakukan pengelolaan pembatasan kekuasaan dari eksternal berasal dari
sumber daya alam demi kepentingan masyarakat arahan warga negara, badan legislatif, eksekutif
secara keseluruhan (Mulyana, 2005). Penguasaan yang dipilih dan ditunjuk, dan pengadilan. Selain
hutan oleh negara yang telah berlangsung cukup itu; hukum, peraturan, dan prinsip moral, juga
lama, dinilai telah gagal dalam melaksanakan membatasi individu menjalankan kekuasaan.
wewenang dengan adil, lestari, dan berkelanjutan Oleh karena itu akuntabilitas memerlukan
untuk kesejahteraan rakyat. Alasan utama faktor deliberasi agar kebijakan yang ditempuh
atas kegagalan ini adalah karena telah terjadi tidak bertentangan dengan kepentingan publik,
deforestasi dan degradasi sumber daya hutan, diperlukan partisipasi stakeholder sehingga
merebaknya sengketa dengan masyarakat lokal kebijakan tersebut benar-benar mengakomodari
yang telah kehilangan haknya oleh kebijakan nilai publik.
pemerintah, meluasnya permasalahan sosial, Menurut Simon, Smithburg, dan
dan lahirnya krisis kehutanan. Thompson (1950), prasyarat pertama dari
Nilai keadilan (equity) selanjutnya manajemen yang bertanggung jawab adalah
menghasilkan nilai kesetaraan (equality value). akuntabilitas, yang dapat didefinisikan
Keadilan sosial menjadi standar bagi penilaian sebagai ”metode, prosedur, dan kekuatan yang
dan tindakan publik. Betapa pentingnya menentukan nilai apa yang akan tercermin
nilai keadilan sosial dalam perumusan dan dalam keputusan administratif. Kim (2009)
pelaksanaan kebijakan publik sehingga mengakui bahwa akuntabilitas merupakan
Frederickson (1997) mengemukakan hal salah satu karakteristik inti dari tata kelola
sebagai berikut; teori kesetaraan sosial (social yang baik. Ini pada dasarnya adalah kewajiban
equality) memerinci bagaimana bentuk-bentuk untuk melakukan seperti yang diharapkan atau
persamaan alternatif dan saling bersaing, menanggung konsekuensi kegagalan. Namun
berfungsi menginformasikan pekerjaan pelayan konsep akuntabilitas tetap tidak jelas. Berkenaan
publik menjadi lebih baik. Tugas mereka adalah dengan akuntabilitas pejabat publik, beberapa
menyeimbangkan kebutuhan efisiensi, ekonomi, istilah sering digunakan adalah; transparency,
keadilan sosial, tugas tersebut sangat sulit liability, controllability, responsibility dan,
tercapai bila mereka tidak dapat memahami responsiveness. Di negara berkembang, arti yang
rincian tentang keadilan dan kesetaraan. paling mendasar dari akuntabilitas bagi pejabat
Melalui Penekanan pada keadilan publik adalah kepatuhan terhadap peraturan
adalah menjadi instrumen yang efektif untuk perundang-undangan, namun kewajiban hukum
menyampaikan kepada pembuat kebijakan dan ini hanyalah landasan dasar untuk mengambil
pelaksana kebijakan bahwa masalah distribusi langkah selanjutnya.
biaya dan manfaat yang adil seringkali sama Mengacu kepada pandangan para ahli
pentingnya dengan masalah efisiensi dan dalam kaitan dengan nilai akuntabilitas
ekonomi (Lineberry, 1977), lebih jauh Gooden kebijakan pelestarian Cendana, dapat dilihat
(2015) mengemukakan, dengan keadilan sosial dalam sejumlah Peraturan Daerah (Perda) yang
mengakui pengaruh sejarah, politik, sosial, diterbitkan oleh pemerintah daerah, baik oleh
dan ekonomi yang secara struktural juga pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur
memengaruhi prospek untuk akses, peluang, maupun oleh pemerintah kabupaten Timor
dan hasil. Keadilan sosial dalam administrasi Tengah Selatan.
publik mengakui pentingnya organisasi sektor a. Perda Peraturan Daerah Provinsi Nusa
publik dalam memenuhi prinsip demokrasi dari Tenggara Timur Nomor 16 tahun 1986
keadilan. tentang Cendana.
Terdapat beberapa pasal dari Perda Peraturan
Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor
Nilai Akuntabilitas
16 tahun 1986 tentang Cendana, yang nilai
Kamus Administrasi Publik mendefinisikan akuntabilitasnya dianggap rendah, antara lain:
akuntabilitas sebagai ”suatu kondisi di mana (1) pemerintah daerah Provinsi menguasai
9
JIAPI: Jurnal Ilmu Administrasi dan Pemerintahan Indonesia Volume 02 No 01 June 2021
Pages 1-14

semua Cendana, baik yang berupa tumbuhan Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur
hidup, ataupun mati ataupun potongan, mengambil langkah untuk menyelamatkan
belahan kepingan, akar yang belum diolah di populasi dari kepunahan, dengan mengeluarkan
dalam maupun di luar kawasan hutan dalam Intruksi Gubernur Provinsi Nusa Tenggara
daerah provinsi Nusa Tenggara Timur (pasal Timur Nomor 12 tahun 1997 Tentang Larangan
2 ayat 1); (2) pendapatan dari hasil penjualan
Penebangan Pohon Cendana.
cendana diberikan kepada daerah Kabupaten
penghasil sebanyak 50 % setelah dikurangi Dasar pertimbangan dari instruksi
seluruh biaya-biaya eksploitasi (pasal 10 ayat Gubernur ini adalah bahwa kayu Cendana
1); (3) pembagian hasil kepada pemerintah sebagai aset kekayaan pemerintah Provinsi NTT
daerah kabupaten penghasil dipisahkan dan masyarakat yang merupakan tumbuhan
25 % untuk biaya pembinaan, penanaman langka dan populasinya sudah berkurang dan
kembali, dan pemeliharaan cendana di memprihatinkan, maka perlu dilestarikan
daerah kabupaten penghasil (pasal 10 ayat 2); keberadaanya. Inti dari instruksi Gubernur ini
(4) barang siapa yang memotong, menebang, adalah :
yamg hidup maupun yang mati atau menggali Agar para Bupati Kepala Daerah melarang
akar Cendana, baik di dalam maupun di luar penebangan dan penggalian akar cendana
kawasan hutan negara, tanpa izin Dinas
serta mendorong seluruh warga masyarakat,
Kehutanan, akan dihukum selama-lamanya
3 bulan atau denda sebanyak-banyaknya baik perorangan maupun Badan hukum untuk
Rp.25.000,- (Dua puluh lima ribu rupiah) melakukan penanaman pohon cendana dalam
(pasal 11 ayat 1 poin a) wilayah Provinsi NTT (point a dan b instruksi
Gubernur nomor 12 tahun 1997).
b. Perda Provinsi Nusa Tenggara Timur nomor Seiring dengan otonomi daerah yang
6 tahun1996 tentang Perubahan Pertama diberikan oleh pemerintah pusat melalui UU
Peraturan Daerah Propinsi Nusa Tenggara No.32/2004, berdampak pada penyerahan
Timur nomor 16 tentang cendana. Beberapa berbagai kewenangan kepada daerah Kabupaten/
hal yang mendasar dari perda ini antara
kota untuk melaksanakan urusan pemerintahan
lain; (1) setiap penduduk diwajibkan untuk
membudidayakan dan memelihara cendana dan pembangunan, maka kegiatan pengelolaan
diatas tanah miliknya secara swakelola cendana selanjutnya diserahkan pemerintah
(pasal 5A ayat 1); (2) setiap perorangan atau Kabupaten masing-masing daerah penghasil
Badan Hukum yang mengusahakan pabrik pohon cendana. Kebijakan ini diatur melalui
penyulingan dan atau industri kerajinan Perda Propinsi NTT Nomor 2 tahun 1999 tentang
cendana diwajibkan untuk membudidayakan pencabutan Perda Nomor 16 tahun 1996 tentang
dan memelihara tanaman cendana, baik cendana.
secara langsung maupun tidak langsung Dengan Perda ini, maka Pemerintah
(pasal 5A ayat 2); (3) dinas kehutanan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS)
melindungi dan memulihkan pohon cendana mengeluarkan kebijakan untuk mengatur segala
yang tumbuh dalam kawasan hutan negara,
hal yang berkaitan dengan pengelolaan cendana
juga yang tumbuh alamiah diatas tanah
perorangan atau badan hukum yang sedang di Kabupaten TTS, yaitu Perda Kabupaten
diusahakan., (pasal 5A ayat 4). Timor Tengah Selatan Nomor 25 tahun 2001
tentang cendana. Perda Nomor 25 Tahun 2001
Sampai dengan tahun 1997, eksploitasi dianggap belum mampu meningkatkan populasi
Cendana semakin gencar dilakukan, baik untuk Cendana yang menyebabkan dilakukan revisi
memenuhi kebutuhan industri kerajinan maupun dengan diterbitkannya Perda Kabupaten Timor
untuk tujuan ekspor berupa minyak cendana, Tengah Selatan Nomor 3 tahun 2013 Tentang
gelondongan, dan serbuk untuk pembuatan Cendana.
dupa menyebabkan populasi cendana semakin Kopplell (2005), lebih jauh mengemukakan
berkurang dan memprihatinkan. Sesuai dengan bahwa dalam konteks politik, konsepsi
data yang dikumpulkan Dinas kehutanan akuntabilitas terkait dengan keyakinan tentang
Kabupaten TTS Provinsi NTT, jumlah populasi sifat pemerintahan yang adil, peran warga
cendana tinggal 350.940 pohon (Laporan negara dalam menetapkan kebijakan, dan
tahunan Dinas Kehutanan Kabupaten TTS interaksi antara pejabat terpilih dan pegawai
Provinsi NTT 1997). Kondisi ini menyebabkan negeri karier. Dengan demikian, definisi
10
Nilai-Nilai Publik dalam Kebijakan Pelestarian Cendana (Santalum Album L) di Kabupaten Timor Tengah Selatan
Nursalam

operasional dari akuntabilitas mencerminkan Nilai Keberlanjutan


pemahaman seseorang tentang tempat birokrasi Berdasarkan hasil wawancara dengan
di negara demokratis Dalam konteks lain, sejumlah informan disimpulkan bahwa
definisi akuntabilitas mencerminkan keyakinan kapasitas indikator ekologi kebijakan pelestarian
tentang hubungan ideal antar aktor. Misalnya, Cendana dikategorikan rendah, Kebijakan
definisi ”akuntabel kepala eksekutif” bergantung tentang Cendana yang diharapkan berdampak
pada visi seseorang tentang hubungan antara pada peningkatan populasi Cendana ternyata
dewan direksi, manajemen, pemegang saham, berimplikasi pada rendahnya kapasitas
dan sebagainya. Untuk organisasi nirlaba, ekologi di wilayah pengembangan Cendana.
akuntabilitas mencerminkan hubungan ideal Rasionalisasinya adalah, kegiatan eksploitasi
antara pemimpin, kontributor (hidup dan mati), yang dilakukan telah mengambil semua bagian-
komunitas, dan masyarakat. bagian pohon Cendana, termasuk akarnya.
Koppell (2005) menegaskan bahwa aspek Menurut informan penelitian, pada bagian akar
utama dari akuntabilitas adalah transparansi, Cendana itu aromanya sangat bagus (harum),
kewajiban, kontrol, tanggung jawab, dan saat dilakukan eksploitasi pada bagian akarnya,
kesesuaian. Namun Romzek dan Dubnick (1987) maka merusak semua permukaan tanah,
di sisi lain, menerapkan dua kriteria: sumber sehingga dapat mempengaruhi tangkapan
tuntutan akuntabilitas (pengendalian agensi), air dan kesuburan tanah. Dilain pihak jika
baik eksternal maupun internal agensi yang eksploitasi terus menerus dilakukan, maka
bersangkutan; dan tingkat kendali atas tindakan keanekaragaman hayati yang lain dan sumber
agensi, apakah tinggi atau rendah. Sedangkan daya hutan disekitar tempat Cendana hidup
Oliver (1991) lebih memfokuskan pengertian juga ikut tergerus.
akuntabilitas pada perbedaan kelembagaan Berkaitan dengan upaya penilaian terhadap
seperti kepada menteri dan parlemen (politik); indikator keberlanjutan, maka diperlukan
ke pengadilan (legal); kepada badan non- pengembangan sistem untuk mengukur dan
parlemen seperti ombudsman (administratif); mengelola indikator keberlanjutan pada dimensi
dan langsung ke publik. ekologi kebijakan pelestarian Cendana, dalam
Tabel 4. Kapasitas Nilai Sustainability Kebijakan Pelestarian Cendana
Kapasitas Nilai
Dimensi Indikator
Tinggi Rendah
Mendatangkan Keuntungan bagi masyarakat - Rendah
Inovasi Tinggi -
Kualitas Program - Rendah
Ekonomi Efisiensi - Rendah
Ketepatan waktu dan biaya Tinggi -
Dukungan Bisnis lokal Tinggi -
Menjamin akuntabilitas dan transparansi - Rendah
Memberikan manfaat bagi masyarakat - Rendah
Menciptakan lapangan pekerjaan Tinggi -
Sosial
Menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tinggi -
Melindungi hak masyarakat - Rendah
Melindungi budaya lokal - Rendah
Melindungi sumber air - Rendah
Melindungi kesuburan tanah - Rendah
Melindungi keanekaragaman hayati - Rendah
Ekologi
Melindungi Hutan - Rendah
Meningkatkan Sistem manajemen lingkungan - Rendah
Meningkatkan kinerja kebijakan lingkungan - Rendah
Sumber: Diolah dari hasil wawancara, 2020, dan diadaptasi dari Yu et al (2018)

11
JIAPI: Jurnal Ilmu Administrasi dan Pemerintahan Indonesia Volume 02 No 01 June 2021
Pages 1-14

hal ini; bagaimana menetapkan indikator dan (7) terhadap kriteria apa objek nilai tersebut
kualitas, yang tidak hanya memperhatikan diukur. Pertanyaan ini penting untuk dijawab
aspek finansial tetapi juga sosial, lingkungan, agar dapat memenuhi kepentingan publik dalam
pendidikan, budaya, dan geografis (Frare proses kebijakan publik, sehingga benar-benar
(2020). Selain itu, juga pemahaman yang dapat mengakomodasi seluruh kepentingan.
lebih baik dari organisasi pelaksanan kegiatan Disamping itu, masih juga terdapat persepsi
pelestarian tentang dimensi-dimensi efektivitas yang berbeda tentang nilai publik (public Value)
implementasi dan umpan baliknya. dan penciptaan nilai publik (creating public
Kegiatan ini dimaksudkan untuk value), dimana kedua dikembangkan dan
mengevaluasi manajemen publik, yang memainkan peranan dalam ranah publik (public
bermanfaat untuk evaluasi kinerja dan sphere) dalam rangka mencapai tujuan publik.
memantau tindakan, proyek, area tertentu, dan Setidaknya terdapat 3 (tiga) nilai publik
kebijakan. Berdasarkan hasil ini, maka penting dalam kebijakan pelestarian Cendana, yaitu;
bagi pemerintah daerah untuk memperkenalkan nilai keadilan sosial, nilai akuntabilitas, dan nilai
solusi inovatif, memprioritaskan tata kelola keberlanjutan. Berdasarkan hasil penelitian,
kelembagaan yang berkelanjutan untuk ketiga nilai tersebut masih perlu ditingkatkan
mengatasi masalah yang berkaitan dengan perannya sehingga upaya untuk meningkatkan
ekonomi, lingkungan, dan Sosial. populasi Cendana yang dianggap sebagai sumber
daya dan ikon bagi masyarakat dapat tercapai.
KESIMPULAN Dikaitkan dengan pandangan Smith (2004)
Menurut Denhardt and Denhardt (2011), bahwa dengan memfokuskan kepada nilai publik
dengan penekanan pada nilai publik maka dalam upaya kebijakan pelestarian Cendana,
terdapat; pengakuan bahwa pemerintah maka memungkinkan pemerintah (pemerintah
memiliki peran khusus sebagai penjamin nilai- daerah) dan publik untuk menemukan kembali
nilai publik; meyakinan kita akan pentingnya tindakan yang relevan dan sesuai dengan nilai
manajemen publik yang dipahami secara luas, publik yang terabaikan. Melalui pendekatan nilai
dan layanan untuk publik; dan juga penekanan publik, maka (1) mendorong deliberasi ’nilai’ dan
yang lebih tinggi pada kewarganegaraan dan cara untuk mencapainya; (2) memberikan fokus
pemerintahan yang demokratis dan kolaboratif. bagi deliberasi politik pada organisasi publik
Pemerintah berperan menyampaikan dialog skala besar dan sektor terkait; (3) berfokus pada
dan mengkatalisasinya serta menanggapi sikap hasil dan strategi, tidak hanya pada struktur dan
aktif kewarganegaraan dalam mengejar apa sarana; (4) mendorong kekayaan dan fleksibilitas
yang dihargai publik dan apa yang baik bagi dalam hubungan antara warga negara dan
publik. Para pejabat pemerintahan, baik yang pemerintah;(5) berfokus pada kemampuan yang
dipilih maupun yang diangkat menciptakan nilai diperlukan publik dan sektor terkait, kapabilitas
publik, sehingga masalah-masalah publik dapat tersebut dikembangkan dan dipertahankan agar
ditangani secara efektif dan apa yang baik untuk tujuan publik tercapai.
publik senantiasa diperjuangkan.
Konsepsi tentang nilai telah banyak DAFTAR PUSTAKA
dikemukakan oleh para ahli, namun perdebatan Anderson, James E.1978. Public Policy Making. Chicago:
substansi utama nilai sampai saat ini masih Holt, Renehart and Winston.
terdapat sejumlah pertanyaan substansial juga Arnold, M. (2017). Fostering sustainability by linking co‐
creation and relationship management concepts,
yang sering muncul berkaitan dengan nilai sebagai SI Systematic leadership towards sustainability.
nilai publik sebagaimana telah diungkapkan oleh Journal of Cleaner Production, 140(1), 179–188.
Bryson et al, (2015), yaitu; (1) apakah objek-objek https:// doi.org/10.1016/j.jclepro.2015.03.059
nilai adalah keadaan subjektif psikologis atau Arnold, Marlen Gabriele, 2018, Sustainability value
merupakan keadaan dunia obyektif; (2) apakah creation in frugal contexts to foster Sustainable
Development Goals, Bus Strat Dev. 2018;1:265–275.
nilai itu intrinsik, ekstrinsik, atau relasional;
Sustainability value creation in frugal contexts
(3) apakah sesuatu itu berharga untuk dirinya to foster Sustainable Development Goals -
sendiri atau sebagai alat untuk sesuatu yang Arnold - 2018 - BUSINESS STRATEGY &
lain; (4) apakah ada hierarki nilai; (5) siapa yang DEVELOPMENT - Wiley Online Library.
menilai; (6) bagaimana penilaian dilakukan; Beck Jorgensen, T. B. and B. Bozeman. 2007. The Public
12
Nilai-Nilai Publik dalam Kebijakan Pelestarian Cendana (Santalum Album L) di Kabupaten Timor Tengah Selatan
Nursalam

Values Universe: An Inventory. Administration and Koppell, Jonathan GS.,2005., Pathologies of


Society, 39, 3: 354–381 Accountability: ICANN and the Challenge of
Benington, John. 2011. From Private Choice to Public “Multiple Accountabilities Disorder”, Public
Value? In Public Value: Theory and Practice, Administration Review, Vol. 65, No. 1
edited by John Benington and Mark Moore, 31–49. Michael, Ewen J.,2003,The Foundation of Public Policy,
Basingstoke, UK: Palgrave Macmillan. Bundoora: La Trobe University.
Bozeman, B. 2002. Public Value Failure: When Efficient Mulyana, A. 2007. Melangkah Diatas Batu Karang,
Markets May Not Do. Public Administration Pengelolaan Sumber daya Alam Berbasis
Review, 522: 145–161 Masyarakat di Nusa Tenggara. Sumba Timur NTT
Bryson, John M., Barbara C. Crosby., Laura : Koppesda
Bloomberg.,2014, Public Value Governance: Moving Oliver, D. 1991. Government in the United Kingdom:
beyond Traditional Public Administration and the The Search for Accountability, Effectiveness and
New Public Management, Public Administration Citizenship. Milton Keynes, UK: Open University
Review, Vol. 74, Iss. 4, pp. 445–456, DOI: 10.1111/ Press.
puar.12238. Rohadi, Dede Dkk. 2002. A Case Study of The Production-
Chandler, Ralph C., and Jack C. Plano. 1988. The Public to-Consumtion System of Sandalwood (Santalum
Administration Dictionary. Santa Barbara, CA: Album) in South Central Timor, Indonesia. Melalui
ABC-Clio. < http ://www.cifor.cgior.org/scrip/new scripts/
Colebatch, H.K.,2010., Valuing Public Value: Recognising publication.pdf > (23/5/2006)
and Applying Knowledge About the Governmental Romzek, B. and M. Dubnick. 1987. ‘Accountability in
Process, The Australian Journal of Public the Public Sector: Lessons from the Challenger
Administration, vol. 69, no. 1, pp. 66–78 doi:10.1111/ Tragedy.’ Public Administration Review 47(3):227–
j.1467-8500.2009.00665.x 238.
Denhardt, Janet V., and Robert B. Denhardt. 2011. The Saefullah, A.Djadja, 2007. Pemikiran Kontenmporer
New Public Service: Serving, Not Steering, Third Administrasi Publik, Bandung: LP3An Fisip Unpad.
Edition. Armonk, NY: M. E. Sharpe Simon, Herbert S., 1957. Administrative Behavior, 2nd
Denzin, Norman K., Yvonna S.Lincoln (Eds), 1994. Edition, New York, Mac Milan.
Handbook of Qualitative Research, London: Sage Simon, Herbert A., Donald W. Smithburg, and Victor A.
Pub Inc. Thompson. 1950. Public Administration. New York:
de Bruijn, H. and W. Dicke. 2006. Strategies for Knopf.
Safeguarding Public Values in Liberalized Utility Smith, RFI, 2004., Focusing on public value: Something
Sectors. Public Administration, 84, 3: 717–735. new and something old, Australian Journal of
Edward III, George.1980, Implementing Public Policy, Public Administration 63(4):68–79, December
Washinton DC: Congresional Quartely Press. 2004, National Council of the Institute of Public
Frare, Matheus B., Ana P. C. Clauberg., Simone Sehnem., Administration.
Lucila M. S. Campos., Juliano Spuldaro.,2020., Strauss, Anselm., Juliet Corbin, 1991. Basic if Qualitative
Toward a sustainable development indicators Research: Grounded Theory and Technique,
system for small municipalities, Sustainable California: Sage Pub Inc.
Development. 2020;1–20, DOI: 10.1002/sd.2065. United Nations. 1999. Public Service in Transition:
Frederickson, H. G. 1996. Comparing the Reinventing Enhancing its Role, Professionalism, Ethical Values
the Government Movement with the New Public and Standards, New York: United Nations.
Management. Public Administration Review, 563: UPT Kehutanan TTS, 2020, Laporan Akuntabilitas Tahun
265. 2020
Frederickson, H. G. 1996., 2003.The Spirit of Public Wahab, Solichin Abdul, 1990. Pengantar Analisis
Administration, San Francisco: Jossey-bass Kebijaksanaan Negara, Jakarta: Rineka Cipta.
Publishers. Waldo, Dwight., 1946, Administrative State, San
Gooden, Usan T.,2015, PAR’s Social Equity Footprint, Francisco:Chandler.
Public Administration Review, Vol. 75, Iss. 3, DOI: Widiyatmika, M.1986. Laporan Penelitian Masalah Sosial
10.1111/puar.12346. Budaya Dalam Pengelolaan Cendana di Propinsi
Kelly, G & S Muers 2002 Creating Public Value, Strategy Nusa Tenggara Timur. Kupang: Pusat Penelitian
Unit, Cabinet Office, UK, . Universitas Nusa Cendana.
Lineberry, R.I.,1977, Equality and Urban Policy: The Winarno, Budi., 2003, Teori dan Proses Kebijakan Publik,
Distribution of Urban Public Service, Thousand Yogyakarta: Med Press.
Oaks, Calif: Sage.
Kernaghan, Kenneth. 2000. The Post-Bureaucratic Peraturan - Peraturan
Organization and Public Service Values. Undanng-Undang Nomor Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
International Review of Administrative Sciences, Pemerintahan Daerah.
66: 91–104. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan
Kim, Pan Suk.,2009., Enhancing Public Accountability Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Nusa Tenggara
for Developing Countries: Major Constraints Timur Nomor 16 Tahun 1986 Tentang Cendana.
and Strategies, The Australian Journal of Public Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Administration, vol. 68, no. S1, pp. S89–S100 Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Nusa Tenggara Timur
doi:10.1111/j.1467-8500.2009.00626.x Nomor 2 Tahun 1996 Tentang Perubahan Pertama

13
JIAPI: Jurnal Ilmu Administrasi dan Pemerintahan Indonesia Volume 02 No 01 June 2021
Pages 1-14

Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Pohon Cendana. Gubernur Provinsi Nusa Tenggara
Tentang Cendana. Pemerintah Provinsi Nusa Timur.
Tenggara Timur. Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Timor Tengah
Peraturan Daerah (Perda) Propinsi Nusa Tenggara
Selatan Nomor 25 Tahun 2001 Tentang Cendana.
Timur Nomor 2 Tahun 1999 Tentang Pencabutan
Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Perda Nomor 16 Tahun 1996 Tentang Cendana.
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Peraturan daerah (Perda) Kabupaten Timor Tengah
Intruksi Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor Selatan Nomor 03 tahun 2013 Tentang Pengelolaan
12 Tahun 1997 Tentang Larangan Penebangan Cendana. Pemerintah Kabupaten TTS.

14

Anda mungkin juga menyukai