Small Group Discussion Komponen Vital: Dalam Problem-Based Learning
Small Group Discussion Komponen Vital: Dalam Problem-Based Learning
NIA FRANSISKA
PUTU GEDE SUDIRA
NI PUTU WARDANI
i
2
BAB I
PENDAHULUAN
seiring dengan kemajuan zaman. Saat ini metode pembelajaran kedokteran sudah
Based Learning (PBL), yaitu metode pembelajaran dengan penyelesaian kasus yang
PBL dapat melalui lecture dan Small Group Discussion (grup diskusi kecil) yang saat
meraih standar yang lebih tinggi dalam pendidikan kedokteran (Hameed dkk, 2013).
Melalui diskusi kecil, mahasiswa dituntut untuk berperan aktif dalam pembelajaran
dengan menyumbangkan ide dan pikiran terhadap suatu permasalahan yang dibahas.
dibentuk dalam SGD sehingga mahasiswa dapat secara efektif berpartisipasi dalam
mahasiswa, terutama mahasiswa baru, untuk membangun relasi dengan anggota SGD
bagi mahasiswa untuk memonitor cara belajar mereka dalam menyelesaikan masalah
2
sehingga dapat membangun pengalaman mengarahkan diri sendiri dalam menuntut ilmu
di fakultas kedokteran. Oleh sebab itu efektifitas SGD perlu ditingkatkan dan dalam
pelaksanaannya harus rencanakan dengan baik agar dapat mencapai hasil yang
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat penulisan ini yaitu dapat menjadi baha pertimbangan dalam
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
memperdalam key-concept dari lecture yang diberikan oleh dosen maupun dari hasil
pembelajaran sendiri (Dent dan Harden, 2013). Anggota Small-group discussion terdiri
dari 8-10 siswa (Zubair dan Khoo Hoon, 2006). Menurut McCrorie (2006) penelitian di
United Kingdom, sebuah diskusi dapat dikatakan sebagai diskusi kecil apabila terdiri
dari 6-8 mahasiswa. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, jumlah tersebut
adalah jumlah yang ideal dan efektif untuk SGD daripada jumlah anggota yang lebih
dari 10 mahasiswa.
SGD berperan penting dalam menunjang PBL. Hal ini dikarenakan mahasiswa
diberikan kesempatan untuk belajar berpikir lebih kritis dan aktif dalam menyampaikan
SGD memberi suasana pembelajaran yang lebih interaktif. Jumlah anggota yang tidak
menyelesaikan masalah dari perspektif fasilitator dan dari anggota diskusi lainnya
3
8
Jumlah anggota yang sedikit memberikan kesempatan lebih kepada setiap mahasiswa
menyampaikan pendapat atau ide pribadi maupun dalam kerja kelompok berpengaruh
terhadap efektifitas diskusi. Pembentukan sub-grup dalam SGD dapat dilakukan untuk
2.2.2 Face-to-face
bukan hanya secara verbal tetapi juga dengan non-verbal seperti postur, gerak tubuh,
ekspresi wajah, dan bahasa tubuh. Melalui kontak secara langsung atau face-to-face,
dapat mengobservasi bahasa non-verbal yang dimiliki oleh mahasiswa lain. Posisi
duduk dan model ruangan mempengaruhi interaksi face-to-face. Observasi bahasa non-
verbal akan lebih mudah jika anggota SGD duduk dalam posisi melingkar (Jeffries dan
Hugget, 2010).
Karakteristik yang ketiga adalah aktifitas dengan tujuan jelas. Diskusi akan
berjalan dengan efektif jika kegiatan yang dilakukan direncanakan dengan baik dan
dengan tujuan yang jelas. Beberapa fakultas kedokteran memberikan tugas tetentu
seperti diskusi topik atau penyelesaian kasus cerita untuk mengarahkan jalannya
3
8
fakultas. Beberapa format yang sering digunakan di fakultas kedokteran adalah tutorial,
seminar, dan clinical-teaching session. Format tersebut harus berbasis pada prinsip
utama seperti pengenalan topik, peraturan dasar, peran dalam grup dan tugas peran,
tahap awal individu menyesuaikan diri dengan kelompok. Tahap kedua adalah storming
(keributan), yaitu tahap dimana terjadi terjadi argumen mengenai perbedaan pendapat
maupun tentang permasalahan yang terjadi di dalam kelompok. Tahap ketiga adalah
norming (penormaan) yang ditandai dengan adanya hubungan yang baik antar anggota
dan adanya kesepakatan tentang norma dan peran dalam kelompok. Tahap selanjutnya
adalah performing (pelaksanaan). Pada tahap ini ditandai dengan adanya kerjasama
diri sendiri atau self-directing , pembelajaran aktif, dan regulasi diri. Melalui SGD
3
8
Kepasifan salah satu atau beberapa anggota karena terlalu bergantung dengan anggota
lain dalah salah satu permasalahan yang dapat ditemui dalam SGD. Hal ini dikarenakan
salah satu atau beberapa mahasiswa lebih aktif dan agresif dalam berpartisipasi dalam
kegiatan SGD sehingga mahasisiwa yang lain hanya mengikuti tanpa kontribusi yang
berarti. (Edmunds dan Brown, 2013). Contoh dari hal ini adalah saat pembuatan tugas
kelompok.
Konflik pribadi antar anggota SGD juga merupakan hal yang sulit dihindari dalam
SGD karena dasar perbedaan karakter dari tiap individu. Masalah lainnya adalah
penggunaan waktu SGD yang disalahgunakan oleh mahasiswa untuk kegiatan yang
tidak berhubungan dengan pembelajaran merupakan hal yang sering terjadi ketika
fasilitator tidak hadir dalam diskusi (Gunn, 2007, pp. 4-6). Kekurangan dalam SGD
dapat diminimalisir apabila ada kerjasama dan kesadaran diri dari setiap anggota SGD.
yang maksimal. Menurut Steinert (1996) ada 12 cara untuk meningkatkan efektifitas
SGD, yaitu :
3
8
3
8
diketahui bahwa menurut penelitian yang sudah dilakukan, kolaborasi yang seimbang
antara SGD dengan lecture lebih efektif apabila dibandingkan dengan penggunaan
metode SGD saja (Hafezimoghadam dkk., 2013). Lecture memberikan garis besar
diselesaikan.
3
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Small group discussion mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang
PBL karena dalam SGD mahasiswa lebih banyak memiliki kesempatan untuk
mengasah kemampuan dalam bersosialisasi yang sangat dibutuhkan oleh seorang calon
cara dapat dilakukan untuk meningkatkan efektifitas SGD dan salah satunya adalah
9
DAFTAR PUSTAKA
Dent, J. and Harden, R. (eds). 2013. A practical guide for medical teachers. 4th ed.
Edinburgh: Elsevier Churchill Livingstone, pp. 69-74
Edmunds, S & Brown, G 2013, Effective small group learning, Dundee: Association
for Medical Education in Europe, viewed 21 July 2016, pp. 20-21,
https://www.amee.org/getattachment/AMEE-Initiatives/ESME-Courses/AMEE-ESME-
Face-to-Face-Courses/ESME/ESME-Online-Resources-China-Dec-2015/Effective-
small-group-learning-Guide-No-48.pdf
Meo, SA 2013, Basic steps in establishing effective small group teaching sessions in
medical schools. Pak J Med Sci, vol. 29, no. 4, pp. 1071-76.
Steinert, Y 1996, Twelve tips for effective small-group teaching in the health
professions. Medical Teacher, vol.18, no. 3, pp.203-07.
10
11
Zubair, A & Khoo Hoon Eng 2006, Basics in Medical Education, Singapore: World
Scientific, viewed 21 July 2016, pp. 115-116,
http://toniau.ac.ir/doc/books/basics%20in%20medical%20education.pdf.