TITRASI REDOKS
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
1. Leo Paldi Adya Saputra
2. Nabila Amanda Riani
3. Puspa Indah Pramulasari
KELAS : 1KD
DOSEN PENGAMPU:
Meilianti, S.T., M.T.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………i
Daftar Isi………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………….................1
B. Dasar Teori…………………………………………………………………..................1
C. Rumusan Masalah…………………………………………………………...................2
D. Tujuan………………………………………………………………………..................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Titrasi Redoks……………………………………….....……..….............…....3
B. Macam-macam Titrasi Redoks……………………………………..……….............….4
C. Prinsip Kerja Titrasi Redoks……...............................................…………............…….8
D. Indikator Redoks.............................................................................………….................8
E. Kurva Titrasi Redoks........................................................................................................9
F. Kegunaan Titrasi Redoks.............................................................................................….9
G. Kelebihan Titrasi Redoks.................................................................................................9
H. Kekurangan Titrasi Redoks..............................................................................................9
I. Metode Diazotasi…........................................................................................................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....………………………………………………………………….............11
B. Saran……………………………………………………………………………...........11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jenis metode titrasi didasarkan pada jenis reaksi kimia yang terlibat dalam
proses titrasi. Berdasarkan jenis reaksinya, maka metode titrimetri dapat dibagi
menjadi empat golongan, yaitu; asidi-alkalimetri, oksidimetri, kompleksometri,
dan titrasi pengendapan. Namun dalam makalah ini kita hanya akan membahas
tentang titrasi oksidimetri (redoks) secara khusus.
B. Dasar Teori
Titrasi redoks melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi antara titran dan
analit. Titrasi redoks banyak digunakan untuk penentuan kadar logam atau
senyawa yang bersifat sebagai oksidator maupun reduktor.
Titrasi redoks merupakan analisis titrimetri yang didasarkan pada reaksi
redoks. Pada titrasi redoks, sampel yang dianalisis dititrasi dengan suatu
indikator yang bersifat sebagai reduktor atau oksidator, tergantung sifat dari
analit sampel dan reaksi yang diharapkan terjadi dalam analisis. Prosedur titrasi
yang berdasarkan reaksi redoks dapat memerlukan suhu yang dinaikkan,
penambahan katalis, atau pereaksi berlebih disusul dengan titrasi kembali.
Pereaksi berlebih biasanya ditambahkan dan kita harus dapat mengambil
kelebihannya dengan mudah sehingga ia tidak akan bereaksi dengan titran pada
titrasi selanjutnya. Titik ekuivalen pada titrasi redoks tercapai saat jumlah
ekuivalen dari oksidator telah setara dengan jumlah ekuivalen dari reduktor.
Titrasi merupakan metode analisa kimia secara kuantitatif yang biasa
digunakan dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari suatu
reaktan. Karena pengukuran volum memainkan peranan penting dalam titrasi,
maka teknik ini juga dikenali dengan analisa volumetrik.
Titrasi adalah pengukuran volume suatu larutan dari suatu reaktan yang
dibutuhkan untuk bereaksi sempurna dengan sejumlah tertentu dengan reaktan
lainnya. Seringkali titrasi digunakan untuk mengukur volume larutan yang
ditambahkan pada suatu larutan yang telah diketahui volumenya. Biasanya
konsentrasi dari salah satu larutan, dikenal sebagai larutan standar, telah
diketahui dengan tepat.
Reaksi redoks secara luas digunakan dalam analisa titrimetri baik untuk
zat anorganik maupun organik. Reaksi redoks dapat diikuti dengan perubahan
potensial, sehingga reaksi redoks dapat menggunakan perubahan potensial
untuk mengamati titik akhir satu titrasi. Selain itu cara sederhana juga dapat
dilakukan dengan menggunakan indikator. Berdasarkan jenis oksidator atau
reduktor yang dipergunakan dalam titrasi redoks, maka dikenal beberapa jenis
titrimetri redoks seperti iodometri, iodimetri dan permanganometri.
C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan titrasi redoks ?
2. Sebutkan jenis-jenis titrasi redoks ?
3. Apa prinsip titrasi redoks ?
4. Bagaimana penggunaan titrasi redoks ?
D. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian titrasi redoks.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis titrasi redoks.
3. Untuk mengetahui prinsip titrasi redoks.
4. Untuk mengetahui penggunaan titrasi redoks.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Titrasi Redoks
Titrasi redoks adalah metode penentuan kuantitatif yang reaksi utamanya
adalah reaksi redoks, reaksi ini hanya dapat berlangsung kalau terjadi interaksi
dari senyawa/unsure/ion yang bersifat oksidator dengan unsure/senyawa/ion
bersifat reduktor. Jadi kalau larutan bakunya oksidator, maka analit harus
bersifat reduktor atau sebaliknya (Hamdani, S: 2011).
Reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan
penangkapan dan pelepasan elektron. Dalam setiap reaksi redoks, jumlah
elektron yang dilepaskan oleh reduktor harus sama dengan jumlah elektron yang
ditangkap oleh oksidator.
Titrasi redoks itu melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi antara titrant dan
analit.Titrasi redoks banyak dipergunakan untuk penentuan kadar logam atau
senyawa yang bersifat sebagai oksidator atau reduktor. Aplikasi dalam bidang
industri misalnya penentuan sulfite dalam minuman anggur dengan
menggunakan iodine, atau penentuan kadar alkohol dengan menggunakan
kalium dikromat.
Titik akhir titrasi dalam titrasi redoks dapat dilakukan dengan membuat
kurva titrasi antara potensial larutan dengan volume titrant, atau dapat juga
menggunakan indicator. Dengan memandang tingkat kemudahan dan efisiensi
maka titrasi redoks dengan indicator sering kali yang banyak dipilih. Beberapa
titrasi redoks menggunakan warna titrant sebagai indicator contohnya penentuan
oksalat dengan permanganate, atau penentuan alkohol dengan kalium dikromat.
Beberapa titrasi redoks menggunakan amilum sebagai indicator,
khususnya titrasi redoks yang melibatkan iodine. Indikator yang lain yang
bersifat reduktor/oksidator lemah juga sering dipakai untuk titrasi redoks jika
kedua indicator diatas tidak dapat diaplikasikan, misalnya ferroin, metilen, blue,
dan nitroferoin. Atau ada juga yang tidak menggunakan indikator seperti
permanganometri.
Reduksi–oksidasi adalah proses perpindahan elektron dari suatu oksidator
ke reduktor. Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi
terjadinya penurunan bilangan oksidasi. Sedangkan reaksi oksidasi adalah
pelepasan elektron atau reaksi terjadinya kenaikan bilangan oksidasi. Reaksi
redoks secara umum dapat dituliskan sebagai berikut :
Ared + Boks Aoks + Bred
Jika suatu logam dimasukkan ke dalam larutan yang mengandung ion
logam lain, ada kemungkinan terjadi reaksi redoks, misalnya:
Ni(s) + Cu2+(l) Ni2+ + Cu(s)
Artinya logam Ni dioksidasi menjadi Ni 2+ dan Cu2+ di reduksi menjadi logam
Cu.
Titrasi redoks banyak dipergunakan untuk penentuan kadar logam atau
senyawa yang bersifat sebagai oksidator atau reduktor. Perlu diingat dari
penyetaraan reaksi kita akan mendapatkan harga equivalen tiap senyawa untuk
perhitungan (Hamdani, S: 2011).
Titik akhir titrasi dalam titrasi redoks dapat dilakukan dengan
membuat kurva titrasi antara potensial larutan dengan volume titrant
(potensiomteri), atau dapat juga menggunakan indicator. Dengan memandang
tingkat kemudahan dan efisiensi maka titrasi redoks dengan indicator sering kali
yang banyak dipilih. Beberapa titrasi redoks menggunakan warna titrant sebagai
indicator contohnya penentuan oksalat dengan permanganate, atau penentuan
alkohol dengan kalium dikromat (Hamdani, S: 2011).
Reaksi yang terjadi : Perubahan warna indikator pada titik akhir titrasi adalah
dari merah menjadi biru pucat.
kebaikan serium sulfat:
Sangat stabil pada penyimpanan yang lama dan tidak perlu terlindung dari
cahaya dan pada pendidihan yang terlalu lama tidak mengalami perubahan
konsentrasi.
keburukan serium sulfat:
Larutan serium (IV) sulfat dalam asam klorida pada suhu didih tidak stabil
karena terjadi reduksi oleh asam dan terjadi pelepasan klorin (Zulfikar,
2010).
5. Nitrimetri
Metode Nitrimetri merupakan titrasi yang dipergunakan dalam analisa
senyawa-senyawa organik, khususnya untuk persenyawaan amina primer.
Penetapan kuantitas zat didasari oleh reaksi antara fenil amina primer (aromatic)
dengan natrium nitrit dalam suasana asam menbentuk garam diazonium. Reaksi
ini dikenal dengan reaksi diazotasi, dengan persamaan yang berlangsung dalam
dua tahap seperti dibawah ini :
NaNO2 + HCl → NaCl + HONO
Ar- NH2 + HONO + HCl → Ar-N2Cl + H2O
Reaksi ini tidak stabil dalam suhu kamar, karena garam diazonium yang
terbentu mudah tergedradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen.
Sehingga reaksi dilakukan pada suhu dibawah 15 oC. Reaksi diazotasi dapat
dipercepat dengan panambahan garam kalium bromida.
Reaksi dilakukan dibawah 15 oC, sebab pada suhu yang lebih tinggi garam
diazonium akan terurai menjadi fenol dan nitrogen. Reaksi diazonasi dapat
dipercepat dengan menambahkan kalium bromida.
Titik ekivalensi atau titik akhir titrasi ditunjukan oleh perubahan warna dari
pasta kanji iodide atau kertas iodida sebagai indicator luar.
Kelebihan asam nitrit terjadi karena senyawa fenil sudah bereaksi seluruhnya,
kelebihan ini dapat berekasi dengan yodida yang ada dalam pasta kanji atas
kertas, reaksi ini akan mengubah yodida menjadi iodine diikuti dengan
perubahan warna menjadi biru.
6. Bromometri dan Bromatometri
Bromometri merupakan penentuan kadar senyawa berdasarkanreaksi
reduksi-oksidasi dimana proses titrasi (reaksi antara reduktor dan bromine
berjalan lambat) sehingga dilakukan titrasi secara tidak langsung dengan
menambahkan bromine berlebih. Sedangkan bromatometri dilakukan dengan
titrasi secara langsung karena proses titrasi berjalan cepat.
Bromatometri merupakan salah satu metode oksidimetri dengandasar reaksi
oksidasi dari ion bromat ( BrO3 ).
BrO3 + 6 H + 6 e —-> Br + 3 H2O
C. Prinsip Kerja Titrasi Redoks
Reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan
penangkapan dan pelepasan elektron. Dalam setiap reaksi redoks, jumlah
elektron yang dilepaskan oleh reduktor harus sama dengan jumlah elektron yang
ditangkap oleh oksidator. Ada dua cara untuk menyetarakan persamaan reaksi
redoks yaitu metode bilangan oksidasi dan metode setengah reaksi (metode ion
elektron). Hubungan reaksi redoks dan perubahan energi adalah sebagai berikut:
Reaksi redoks melibatkan perpindahan elektron; Arus listrik adalah perpindahan
elektron; Reaksi redoks dapat menghasilkan arus listrik, contoh: sel galvani;
Arus listrik dapat menghasilkan reaksi redoks, contoh sel elektrolisis. Sel
galvani dan sel elektrolisis adalah sel elektrokimia.
Persamaan elektrokimia yang berguna dalam perhitungan potensial sel
adalah persamaan Nernst. Reaksi redoks dapat digunakan dalam analisis
volumetri bila memenuhi syarat. Titrasi redoks adalah titrasi suatu larutan
standar oksidator dengan suatu reduktor atau sebaliknya, dasarnya adalah reaksi
oksidasi-reduksi antara analit dengan titran (Steven, 2012).
D. Indikator Redoks
Indikator yang umumnya digunakan untuk digunakan dalam titrasi redoks
adalah amilum, yang membentuk kompleks biru degan iodin. Penampakan
warna dari indicator ini sangat spesifik untuk titrasi ini. Indikator spesifik
lainnya ialah indikator tiosanat yang mana digunakan pada titrasi Fe(III) sebagai
partisipan. Sebagi contoh hilangnya warna merah dari Fe(III) atau kompleks
tiosanat merupakan tanda titik akhir titrasi dengan standar titanium(III).
Syarat Indikator redoks
Indikator harus bisa megalami reaksi reduksi atau oksidasi dengan cepat.
Indikator harus dapat mengalami reaksi redoks reversibel dengan cepat
sehingga bila terjadi penumpukan massa titrant atau analit maka sistem tidak
akan mengalami reaksi oksidasi atau reduksi secara gradual.
E. Kurva Titrasi Redoks
Sebelum kita belajar untuk menggambar kurva titrasi redoks maka kita
harus mempelajari terlebih dahulu bagaimana mencari konstanta kesetimbangan
reaksi redoks. Konstanta tersebut dapat dipakai untuk mencari konsentrasi
spesies yang terlibat dalam reaksi redoks pada saat titik equivalent terjadi.
Potensial sel akan benilai “nol” pada saat kesetimbangan tercapai atau dengan
kata lain penjumlahan potensial setengah reaksi reduksi dan setengah reaksi
oksidasi akan sama dengan “nol”, dengan demikian persamaan Nernst untuk
keduanya dapat disamakan.
I. Metode Diazotasi
Salah satu metode yang termasuk dalam titrasi redoks adalah diazotasi
(nitritometri). Titrasi diazotasi berdasarkan pada pembentukan garam diazonium
dari gugus amin aromatis bebas yang direaksikan dengan asam nitrit, dimana
asam nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan natrium nitrit dengan suatu
asam
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada reaksi diazotasi :
1. Suhu
Titrasi diazotasi sebaiknya dilakukan pada suhu rendah, lebih kecil dari
15°C karena asam nitrit yang terbentuk dari reaksi natrium nitrit dengan asam
tidak stabil dan mudah terurai, dan garam diazonium yang terbentuk pada hasil
titrasi juga tidak stabil.
2. Kecepatan reaksi
Reaksi titrasi amin aromatis pada reaksi diazotasi barjalan agak lambat,
titrasi sebaiknya dilakukan secra perlahan-lahan, dan reaksi diazotasi dapat
dikatalisa dengan penambahan natrium dan kalium bromida sebagai katalisator.
Diazotasi adalah reaksi antara amin aromatis primer dengan asam nitrit yang
berasal dari natrium nitrit dalam suasana asam untuk membentuk garam
diazonium.
Diazotasi ini telah digunakan secara umum untuk penetapan senyawa-senyawa
dalam industri zat warna, senyawa farmasi dan dapat dipakai untuk penetapan
semua senyawa-senyawa yang mengandung gugus amina aromatis primer.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi reduksi dipergunakan
secara luas oleh analisis titrimetrik. Reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks
adalah reaksi yang melibatkan penangkapan dan pelepasan elektron. Titrasi
redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya,
diantaranya :Permanganometri, Bikromatometri, Cerimetri Iodimetri, iodometri,
iodatometri, Bromometri, bromatometri, Nitrimetri. Titrasi redoks adalah titrasi
suatu larutan standar oksidator dengan suatu reduktor atau sebaliknya, dasarnya
adalah reaksi
oksidasi-reduksi antara analit dengan titran:
1. Jenis-jenis titrasi redoks antara lain : Permanganometri, serimetri,
iodimetri, iodometri, dikromatometri, bromometri, bromatometri, nitrimetri.
2. Indikator yang umumnya digunakan dalam titrasi redoks adalah amilum,
indikator spesifik lainnya ialah indikator tiosanat yang mana digunakan pada
titrasi Fe(III) sebagai partisipan. Serta beberapa indikator lainnya sesuai dengan
metode titrasi yang digunakan.
3. Pemahaman metode permanganometri, serimetri, iodo-iodimetri, bromato-
bromometri, iodatometri, bikromatometri dan nitritometri sangat penting
terutama untuk penetapan kadar maupun pembakuansuatu bahan atau
menganalisis senyawa obat.
B. Saran
Titrasi redoks yang telah disajikan dalam makalah ini, dapat dijadikan
referensi ataupun tambahan wawasan bagi pembaca sehingga dapat
membedakannya dan dapat menerapkanya secara tepat.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://everlastingchemistry.wordpress.com/2013/12/11/titrasi-redoks/
[Diakses 14 September 2023]
2. https://almipharmaachy.blogspot.com/ [Diakses 14 September 2023]
3. https://www.academia.edu/8765606/Titrasi_Reduksi_-_oksidasi
[Diakses 14 September 2023]
4. https://auroracahya.wordpress.com/2012/06/12/titrasi-redoks/
[Diakses 14 September 2023]