Anda di halaman 1dari 14

100.

Promosi Kesehatan

A. Pengertian

Kegiatan penyuluhan yang ditampilkan di institisi bersangkutan seperti rumah


sakit/puskesmas ataupun RS/Puskesmas pembantu.

B. Tujuan

Tercapainya perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan positif dari


individu/masyarakat dalam bidang kesehatan.

C. Sasaran

Petugas promosi kesehatan yang melakukan penyuluhan dalam gedung.

D. Prosedur

Alat:

1) Leaflet
2) Poster
3) Lembar balik
4) Komputer
5) LCD Proyektor

Bahan : ATK
- Persiapan
1) Menentukan maksud dan tujuan penyuluhan
2) Menentukan sasaran pendengar
3) Mempersiapkan materi
4) Topik yang dikemukakan hanya satu masalah sesuai dengan kebutuhan
kelompok sasaran
5) Mempersiapkan alat peraga
6) Absensi peserta
7) Mempersiapkan tempat dan waktu yang tepat
8) Mempersiapkan bahan bacaan (jika diperlukan)
- Pelaksanaan
1) Perkenalkan diri
2) Mengemukakan maksud dan tujuan
3) Menjelaskan point-point isi penyuluhan
4) Menyampaikan penyuluhan dengan suara jelas dan irama yang tidak
membosankan
5) Tunjukan tatapan mata pada setiap pendengar dan tidak duduk ditempat
6) Selingi dengan humor segar
7) Pergunaan bahasa sederhana
8) Ciptakan suasana relax ( santai ), pancinglah pendengar agar turut
berpartisipasi
9) Jawab setiap pertanyaan secara jujur dan meyakinkan
10) Sediakan waktu untuk Tanya jawab
11) Menyimpulkan penyuluhan sebelum mengakhiri penyuluhan
12) Tutuplah penyuluhan anda dengan mengucapkan terimakasih
13) Bila ada bahan bacaan sebaiknya dibagikan setelah penyuluhan selesai.

101. Edukasi Pencegahan Infeksi

A. Pengertian
Tindakan administrative yang berhubungan dengan system pelaporan bila ada
permasalahan dalam pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi.

B. Tujuan

Sebagai cuan melaksanakan koordinasi dalam pencegahan dan pengendalian


infeksi di RS.
C. Kebijakan
1. SK direktur pelayanan kesehatan RS
2. SK direktur tentang kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi.

D. Prosedur

1) Perawat yang bertugas sebagai infection prevention and control nurse (IPCN)
menerima laporan IPCN, perawat atau dokter yang bertugas atau menemukan
sendiri diruangan perawatan ada permasalahan pencegahan dan pengendalian
infeksi, kemudian memberikan rekomendasi dan tidak lanjut terhadap
permasalahan tersebut.
2) IPCN yang memberikan rekomendasi dan tindak lanjut pada poin 1 membuat
laporan kegiatan dan laporan tersebut diberikan kepada coordinator IPCN.
3) Bila IPCN pada poin 1 tidak mampu memberikan rekomendasi dan tindak lanjut
terhadap permasalahan yang ditemukan.

102. Edukasi Pencegahan Jatuh

A. Pengertian
Adalah melakukan asesmen resiko pasien jatuh di ruang rawat inap dan kamar
operasi.
B. Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menilai kondisi pasien yang
berisiko cedera karena jatuh di ruangan rawat inap dan kamar operasi.
C. Prosedur
A. Persiapan

1. Status Rekam Medis Pasien


2. Tanda risiko pasien jatuh (stiker kuning)
3. Segitiga kuning resiko jatuh
4. Formulir asesmen awal risiko jatuh
B. Pelaksanaan :
1. Ucapkan salam
2. Lakukan hand hygiene
3. Sebut nama dan peran anda (perkenalkan diri) dan pastikan identitas pasien
yang akan dikaji
4. Informasikan pada pasien tentang kegiatan pengkajian risiko jatuh yang akan
dilakukan beserta tujuannya.
5. Kaji tingkat risiko pasien jatuh (sesuai dengan format pengkajian risiko
jatuh).
6. Tentukan tingkat risiko pasien jatuh pasien (ringan, sedang, berat)
7. Informasikan pada pasien tentang tindakan yang dilakukan untuk mencegah
risiko jatuh (sesuai dengan format dokumentasi pemberian informasi risiko
pasien jatuh)
8. Berikan intervensi berdasarkan pedoman resiko jatuh pasien rawat inap sesuai
dengan tingkat resiko jatuh yang ditemukan
9. Beri edukasi mengenai pencegahan jatuh pada pasien dan keluarga
10. Lakukan pengkajian awal resiko jatuh paling lama 24 jam setelah pasien
masuk ruang rawatan.
11. Jika ditemukan pasienberesikojatuh rendah, lakukan pengkajian jatuh
setiap hari (pagi), jika ditemukan pasien beresiko jatuh sedang dan tinggi
pasangkan stiker kuning resiko jatuh pada gelang identitas pasien dan
pasang segitiga penanda resiko jatuh di tepat tidur arah kaki pasien
bagian tengah atas dan jelaskan fungsinya.
12. Lakukan penilaian ulang pada keadaan sebagai berikut:
o Setelah mengalami jatuh

o Setelah menerima pindahan pasien

o Adanya perubahan kondisi pasien

o Pada pasien resiko jatuh sedang dan tinggi dilakukan pengkajian setiap
pergantian shift jaga Pada pasien resiko jatuh rendah dilakukan
pengkajian setiap hari (pagi)
13. Stiker kuning resiko jatuh dan penanda segi tiga kuning resiko jatuh di tempat
tidur pasien dilepas jika pasien menjadi beresiko jatuh rendah (skala Morse
<45, skala Humty Dumpty<12 dan lansia < 4) dalam 3 (tiga) kali pengukuran
14. Dokumentasikan semua kegiatan pencegahan risiko jatuh pada catatan
keperawatan.
15. Ucapkan terima kasih selesai melakukan kegiatan pengkajian dan pencegahan
16. Lakukan hand hygiene

103. Edukasi Pencegahan Luka Tekan

A. Pengertian

Luka tekan merupakan luka pada kulit yang disebabkan karena duduk atau
berbaring pada satu posisi yang sama dalam jangka waktu lama.

B. Tujuan

1. Mencegah terjadinya luka tekan

2. Memberikan kenyamanan pasien dan meningkatkan patient safety

C. Alat dan Bahan

1. Bantal

2. Kain sprei

3. Kursi atau kursi roda

4. Lotion
D. Prosedur

1. Identifikasi adanya risiko luka tekan pada setiap pasien baru menggunakan form
skala Norton/skala Barden.

2. Identifikasi kondisi pasien atau factor lain yang dapat menyebabkan pasien
mengalami luka tekan/

3. Pastikan pasien berada berada ditempat tidur yang nyaman dan lembut untuk
mengurangi tekanan.

4. Perhatikan kondisi keamanan dan keselamatan pasien saat mengubah posisi pasien.

5. Selalu memeriksa kondisi kulit setiap hari secara rutin terutama pada bagian tulang
yang menonjol.

6. Ubah posisi secara teratur setiap 2 jam sekali.

7. Saat berada pada posisi duduk di tempat tidur, pastikan untuk tidak menaikkan
posisi kepala lebih dari 30 derajat.

8. Jangan pernah menyeret tubuh pasien saat hendak mengubah posisi di tempat tidur.
Cara yang tepat yaitu angkat dan pindahkan tubuh pasien secara bersamaan sesuai
aba-aba atau perintah dengan menggunakan kain/sprei yang dapat menopang tubuh
pasien. Pastikan sprei dan pakaian tetap halus (rata), tidak kusut, bersih dan kering
terutama dari fases dan urin. Hindari pemakaian dan sprei yang berlapis-lapis

9. Tempatkan bantal pada area tulang yang menonjol atau area yang sering
bersentuhan langsung dengan tempat tidur (umumnya area bokong, tulang ekor,
tumit dan betis).

10. Saat memindahkan ke kursi atau kursi roda, ikuti langkah berikut:

- Pastiksan kursi roda harus berada sedekat mungkin dengan posisi 450 dari arah
tempat tidur pasien dan pastikan kursi tidak mudah bergeser atau kursi roda
terkunci.

- Pindahkan pasien ke samping tempat tidur.


- Apabila pasien membutuhkan bantuan untuk duduk, maka posisikan pasien
miring kearah pengasuh atau keluarga dengan lutut ditekuk.

104. Edukasi Penggunaan Obat Topikal

A. Pengertian

Pemberian obat secara local dengan cara mengoleskan obat pada permukaan
kulit tergantung dimana letak penyakit itu terjadi.

B. Tujuan / Manfaat

Tujuan pemberian pada kulit yaitu:

a. Mempertahankan hidrasi

b. Melindungi permukaan kulit

c. Mengurangi iritasi kulit

d. Mengatasi infeksi

C. Persiapan Kerja

1. Persiapan perawat

 Perawat yakin sudah memahami prosedur pemberian obat topical


 Perawat yakin mampu melaksanakan prosedur pemberian obat topikal

2. Persiapan alat

 Baki berisi obat – obatan topical


 Kartu rencana pengobatan
 Buku catatan dan pulpen

3. Persiapan pasien

 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan tujuan
 Menjelaskan prosedur secara umum
 Menyiapkan posisi pasien
4. Persiapan lingkungan

 Meminta pengunjung/keluarga meninggalkan ruangan


 Menutup pintu/jendela atau memasang sampiran

105. Edukasi Perawatan Kulit

A. Pengertian

Merupakan prosedur perawatan untuk mempertahankan integritas kulit untuk


mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.

B. Tujuan

Mencegah dan mengatasi terjadinya luka decubitus akibat tekanan lama dan
tidak hilang.

C. Alat dan bahan

1. Baskom cuci 5. Balutan

2. Sabun 6. Pelindung kulit

3. Air 7. Plester

4. Agens pembersih 8. Sarung tangan

D. Prosedur

o Jelaskan prosedur pada klien


o Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
o Atur posisi pasien dengan miring kanan atau kiri
o Kaji luka/kulit tekan dengan memperhatikan :
- Warna
- Penampilan sekitar kulit
- Ukuran diameter kulit
- Ukuran kedalaman luka
o Cuci kulit sekitar luka dengan air hangat atau sabun cuci secara menyeluruh
o Dengan perlahan, keringkan kulit secara menyeluruh dengan masase.
o Bersihkan luka secara menyeluruh dengan cairan normal atau agens pembersih,
gunakan semprit irigasi luka pada luka yang dalam.
o Setelah selesai berikan obat atau agens topical.
o Catat hasil
o Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

106. Identifikasi Penggunaan Obat

A. Pengertian

Merupakan proses verifikasi identitas pasien sebelum memberikan obat.

B. Tujuan

1. Mengurangi terjadinya kesalahan dalam mengidentifikasi pasien

2. Sebagai acuan dalam pemberian obat

3. Terpelihara mutu pelayanan

4. Menjaga keselamatan pasien

C. Prosedur

1. Persiapan alat

 Status pasien
 Obat – oabatan sesuai dengan dosis
 Daftar buku obat / jadwal pemberian obat
2. Pelaksanaan
 Mencuci tangan
 Mengucapkan salam
 Petugas memperkenalkan diri
 Tanya nama pasien ( pasien langsung atau keluarga)
 Lihat gelang identitas pasien yang terpasang
 Cocokkan antara status, nama yang disebut dengan gelang identitas yang
terpasang
 Siapkan obat yang akan dimasukkan / diberikan
 Lakukan verivikasi ulang pada obat dengan prinsip lima (5) benar yaitu:
- Benar jenis obat
- Benar dosis obat
- Benar pasien
- Benar waktu
- Benar cara pemberiannya
 Setelah verivikasi pada identitas sesuai, dan obat yang ada sesuai dengan
identitas pasien, masukkan/berikan obat sesuai advis dokter.
 Evaluasi kondisi pasien setelah pemberian obat
 Dokumentasikan pemberian obat dalam status pasien.

107. Identifikasi Reaksi Alergi

A. Pengertian

Identifikasi pasien adalah suatu prosedur konfirmasi identitas pasien untuk


ketetapan identifikasi agar tidak terjadi kesalahan dan agar sesuai dengan identitas
yang ada didalam rekam medis. Adanya riwayat alergi, harus diidentifikasi dan
dicantumkan dalam rekam medis sehingga pasien terhindar dari reaksi alergi yang
bisa mengancam nyawa maupun reaksi yang ringan saja yang mengganggu
kenyamanan pasien.

B. Tujuan

1. Menjamin pengenalan pasien sadar dan tidak sadar dengan benar.


2. Melaksanakan administrasi pasien sadar.
3. Memastikan pasien yang tepat sudah mendapatkan terapi/ perawatan yang
benar.
4. Menghindari kesalahan medis yang dapat berakibatkan kejadian yang tidak
diharapkan pada pasien (patient safety).
C. Prosedur
1. Perawat menanyakan riwayat alergi yang dimiliki pasien.
2. Setelah diketahui riwayat alerginya, perawat memasang pin penanda alergi
warna merah pada gelang identitas pasien yang sudah dipakai.
3. Jika pasien baru diketahui adanya alergi di ruangan rawat inap maka pin
penanda alergi warna merah dipasang oleh perawat tuang rawat inap.
4. Perawat menjelaskan kegunaan pemasangan pin penanda alergi kepada
pasein/keluarga
5. Perawat/dokter mendokumentasikan riwayat alergi direkam medis.

108. Identifikasi Risiko Keamanan

A. Pengertian

Adalah suatu kegiatan untuk mengetahui/mengidentifikasi area/gedung yang


mempunyai resiko keamanan dan keselamatan area/gedung itu tersendiri yang berada
dilingkungan rumah sakit.

Identifikasi area yang berisiko keamanan dilingkungan ada 3 bagian yaitu:

- Area/gedung Pelayanan
- Area/gedung Perawatan
- Area/gedung Manajemen

Resiko adalah kemungkinan dari kerugian yang dihasilkan dari ancaman, insiden
atau kejadian yang berdampak pada keamanan.

Penilaian resiko adalah proses evaluasi resiko – resiko yang diakibatkan adanya
bahaya – bahaya, dengan memperhatikan kecukupan pengendalian yang dimiliki dan
dan menetukan apakah resikonya dapat diterima atau tidak.

Analisa resiko adalah pengujian detail termasuk manajemen resiko, evaluasi resiko
dan alternative manajemen resiko, konsekuensi negative kehidupan manusia.

Keamanan adalah kondisi dinamis kedamaian dan ketetraman yang merupakan


hasil integritas dan integritas factor-faktor dinamis yang memungkinkan semua
kegiatan dapat berkembang sesuai dengan kemampuan dan tuntutan tugasnya.

B. Tujuan

Tersedianya pedoman mengenai identifikasi area yang beresiko keamanan


lingkungan RS.
C. Prosedur

Identifikasi area yang beresiko keamanan lingkungan RS dibagi menjadi 3


bagian yaitu area/gedung pelayanan, area/gedung perawatan dan area/gedung
manajemen.

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Melakukan identifikasi area keamanan yang sensitive atau rawan resiko


dilingkungan RS.
2. Melakukan identifikasi area perawatan sensitive dilingkunga RS.
3. Melakukan identifikasi keamanan di masing-masing area/gedung hasil dari
identifikasi sesuai dengan keadaan.
4. Penilaian resiko keamanan masing-masing area/gedung hasil dari identifikasi
sesuai keadaan.
5. Pelaksanaan evaluasi hasil identifikasi dan penilaian resiko keamanan oleh
direktur bersama dengan kepala bagian tata unit usaha (unit kerja satuan
keamanan).
6. Melakukan penetapan sasaran dan program serta pengendalian keamanan di
lingkungan RS dengan cara antara lain
7. Melakukan pengajuan program yang sudah dibuat kebagian umum melalui
bagian rumah tangga.
8. Pelaksanaan sasaran dan program keamanan yang telah disetujui oleh
Direktur, maka sasaran dan program bisa dilaksanakan oleh satuan keamanan.
9. Apabila sasaran dan program tersebut tidak berjalan/tidak sesuai dengan
sasaran/program yang diinginkan, maka perlu mengevaluasi dari hasil temuan
dan setelah itu diadakan perbaikan dan pencegahan sesuai hasil temuan dan
setelah itu diadakan perbaikan dan pencegahan sesuai hasil temuan di
lapangan.

109. Pemantauan Resiko Jatuh

A. Pengertian
Prosedur kegiatan untuk menilai dang mengevaluasi ulang serta mengambil
tindakan pada pasien yang mempunyai resiko jatuh di bangsal rawat inap.

B. Tujuan

Untuk meminilisasi kejadian pasien jatuh dibangsal rawat inap di RS.

C. Prosedur

1. Dokter dan perawat melakukan srenning pada setiap pasien yang masuk rawat inap
dengan resiko jatuh dengan gejala yaitu:

 Penurunan kesadaran
 Kelemahan anggota gerak
 Kejang
 Riwayat penggunaan alcohol
 Riwayat penggunaan obat psikotropika

2. Perawat memberi tanda resiko jatuh pada rekam medis pasien.

3. Perawat menempatkan pasien dengan resiko jatuh pada bed yang memiliki
pengaman di samping kanan-kiri pasien.

4. Perawat memastikan pengaman dapat berfungsi dengan baik.

5. Perawat memastikan bahwa bel pemanggil perawat berfungsi dengan baik dan
dapat dijangkau oleh pasien.

6. Perawat menempatkan pasien dengan resiko jatuh diruangan yang mudah diawasi
perawat.

7. Perawat memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarga pasien dengan resiko
jatuh tidak mengubah posisi pengaman tanpa zeizin perawat.

8. Perawat melakukan pemantauan terhadap pasien dengan resiko jatuh secara berkala
sesuai kondisi pasien.

9. Perawat menyampaikan informasi kepada perawat yang bertugas selanjutnya pada


pergantian shift.

10. Dokter/perawat mengevaluasi ulang seluruh pasien rawat inap bila ditemukan
resiko jatuh seperti diatas maka dilakukan langkah sesuai prosedur no 2 s/d no 8.
110. Pemasangan Alat Pengaman

A. Pengertian

Suatu tindakan yang di berikan pada pasien – pasien beresiko jatuh.

B. Tujuan: Mencegah pasien jatuh/cidera.

C. Peralatan: Tempat tidur dengan pengaman.


D. Prosedur pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Tempat tidur lengkap disiapkan
3. Pasien di tidurkan sesuai dengan posisi yang nyaman.
4. Bed plang dipasang
5. Keluarga diberi penjelasan
6. Pasien diawasi secara teratur sesuai keadaan
7. Bila perlu keluarga diizinkan menunggu
8. Cuci tangan

111. Pencegahan Pasien Jatuh

A. Pengertian

Tindakan pencegahan resiko jatuh nerupakan tindakan pencegahan terjadinyan


insiden pasien jatuh selama dalam perawatan di RS.

Tindakan pencegahan jatuh berdasarkan pada:

1. Kategori resiko jatuh (rendah, sedang, tinggi)


2. Kebutuhan dan keterbatasan per-pasien
3. Riwayat jatuh sebelumnya dan penggunaan alat pengaman (safety devices)
4. Pengkajia klinis harian

Tindakan pencegahan jatuh terbagi atas:

1. Tindakan pencegahan pasien dengan resiko jatuh rendah.


2. Tindakan pencegahan pasien dengan resiko jatuh sedang.
3. Tindakan pencegahan pasien dengan resiko jatuh tingggi.

B. Tujuan
Mencegah terjadinya insiden pasien jatuh dan melindungi pasien dari cidera
selama dalam perawatan di RS

C. Prosedur

1. Petugas penanggung jawab :


Perawat penanggung jawab pelayanan perawatan ( ketua tim / penanggung jawab
shift.
2. Perangkat kerja :
a. Status rekam medis pasien
b. Tanda resiko pasien jatuh ( tanda identifikasi warna kuning)
c. Formulir pengkajian pasien jatuh
d. Formulir pemberian informasi pasien jatuh
e. Formulir catatan kegiatan perawat tentang pencegahan jatuh.
3. Pelaksanaan :
a. Tindakan pencegahan umum pasien dengan resiko jatuh:
- Ucapkan salam
- Sebutkan nama dan peran anda
- Informasi kepada pasien dan keluarga pasien tentang tindakan
yang dilakukan untuk mencegah resiko jatuh.

Anda mungkin juga menyukai