Anda di halaman 1dari 11

J. Tek. Ling Vol.11 No.2 Hal.

227 - 237 Jakarta, Mei 2010 ISSN 1441-318X

PERHITUNGAN FAKTOR EMISI


DI SISTEM JARINGAN KETENAGALISTRIKAN
JAWA-MADURA-BALI
Irhan Febijanto

Peneliti di Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi,


Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Abstract

The methodology of calculation for emission factor for grid connection is determined by
IPCCC Intergovernmental Panel Climate Change). The methodology is revised periodically,
and become comprehensive calculation. Mainly in developed countries, the emission factor
is provided by government related institution yearly. Therefore the developers who need
that value can get easily, and they can save a time and money in the developing Clean
Development Mechanism Project. In Indonesia, until now there is no government institution
or other related institutions that have an obligation to provide and calculate that number.
PTPSE-BPPT has initiated to calculate the emission factor of grid system of Jawa-Madura-
Bali using data between 2002 and 2006. The Approved Consolidated Methodology 0002 and
Approved Methodology Simple I-D were used in the calculation. Based on the calculation
result, it was proved that the emission factor of JAMALI grid increased 18.2%, resulted to coal
consumption increased. The value of this emission factor has been adopted by Directorate
General Electricity and energy Utilization and recognized by Indonesian Designated National
Authority, as a National Number of emission factor in JAMALI in 2008.

Keywords : faktor emisi, emisi karbon, sistem JAMALI, pembangkit listrik,


Clean Development Mechanism,

Gambar 1. Sistem Ketenagalistrikan Jawa-Madura-Bali

Perhitungan Faktor Emisi..., J. Tek. Ling. 11 (2): 227-237 227


1. PENDAHULUAN 1.2. Tujuan

1.1 Latar Belakang Tujuan dari perhitungan ini adalah


memberikan pembaharuan angka Emisi
Untuk membantu memecahkan Faktor untuk sistem kelistrikan JAMALI
permasalahan pemanasan global secara untuk kurun waktu 2004-2007. Angka ini
lokal, maka dirasakan perlu melakukan dibutuhkan untuk memprediksi jumlah
perhitungan Emission Factor, EF untuk sistem emisi GRK yang dihasilkan untuk setiap
ketenagalistrikan Jawa-Madura Bali (sistem pembangkit yang terkoneksi dengan jaringan
JAMALI, gambar 1) Perhitungan ini akan kelistrikan JAMALI.
membantu pemerintah Indonesia sendiri, dalam Data perhitungan yang dipakai adalah
membuat perencanaan dalam mengurangi energi listrik yang dibangkitkan oleh seluruh
emisi GRK (Gas Rumah Kaca) terutama di pembangkit listrik yang tersambung dengan
sektor energi, khususnya emisi GRK yang jaringan ketenagalistrikan di sistem JAMALI
dihasilkan oleh kegiatan pembangkit listrik yang dan jumlah konsumsi bahan bakar dalam
terkoneksi di jaringan JAMALI. Angka EF juga kurun waktu 2002-2006. Dari kurun waktu
membantu Departement Lingkungan Hidup tersebut untuk penentuan EF, hanya data
untuk mempromosikan Indonesia sebagai rata-rata dari kurun waktu 2004-2007 yang
negara yang berpotensi untuk memberikan dipakai untuk perhitungan.
kontribusi pengurangan emisi gas GRK secara
global. Di samping itu angka EF juga dipakai 2. METODOLOGI
oleh para investor CDM untuk menentukan
jumlah pengurangan emisi karbon dari proyek Metodologi perhitungan dilakukan
yang mereka rencanakan. sesuai dengan metodologi terbaru yang
Perhitungan EF, pernah dilakukan telah ditetapkan oleh Executive Board,
oleh Chevron Texaco yang membentuk yaitu Tool to calculate the emission factor
tim nasional pada tahun 2006(1), namun for an electricity system” (3). Metoda ini
sayang kelanjutan dari tim ini tidak ada merupakan tatacara yang digunakan IPCC
sehingga perhitungan EF tidak mengalami untuk menetapkan parameter-parameter
pembaharuan. Pembaruan nilai EF tiap yang didefinisikan sesuai dengan ACM002
tahun ini dipandang perlu mengingat (Approved Consolidation Methodology 0002)
pembangunan Pusat Pembangkit Listrik di version ke 7, “Consolidated methodology
Indonesia ini sangat cepat karena adanya for grid-connected electricity generation
Program Percepatan Pembangunan PLTU from renewable sources”. (4) dan AMS
Batubara dengan total 1000MW (2). I.D (Approved Methodology) untuk tipe
Sampai saat ini di Indonesia belum : renewable energy dengan kategori ID
ada institusi pemerintah maupun swasta (version 11) : ”grid connected renewable
yang berwenang atau pun berkewajiban electricty generation (5).
memberikan perhitungan EF. Hal ini berbeda
dengan beberapa negara maju seperti 2.1 Emisi Karbon dari
Jepang dan negara – negara Eropa, dimana Pembangkit Listrik
pihak pemerintahnya memberikan angka
EF yang menjadi acuan dari kebijakan Perhitungan emisi karbon yang
pemerintah untuk mengurangi gas GRK dan dihasilkan dari pembakaran bahan bakar
angka tersebut dapat dipakai dengan bebas fosil kegiatan operasional unit pembangkit
tanpa biaya oleh para pengembang/investor listrik dihitung nilai – nilai parameter
pembangkit yang berminat mengajukan yang dikeluarkan berdasarkan IPCCC
proyeknya ke dalam mekanisme CDM. (Intergovernmental Panel on Climate

228 Febijanto I, 2010


Change) dan PERTAMINA (Perusahaan proyek-proyek CDM saat ini, dan untuk
Minyak Nasional) seperti ditunjukkan di mendukung prediksi potensi pengurangan
tabel 4. Jumlah volume bahan bakar dan emisi CO2 yang dihasilkan pusat pembangkit
energi listrik yang dibangkitkan diambil dari listrik saat ini dan masa yang akan datang.
buku Statistik PLN(6), (7), (8), (9), (10) dan anak Langkah-langkah perhitungan Faktor
perusahaannya(11), (12), (13), (14), (15), (16)terbitan Emisi , EF, adalah sebagai berikut (3),
tahun 2002-2006. Khusus untuk batubara
diambil dari sumber yang berbeda(17), (18). Langkah 1. Penentuan Faktor Emisi
Data dari PLN dan anak perusahaan Operating Margin (EFOM,y)
selalu diterbitkan dengan keterlambatan Metoda Simple Operating Margin
sekitar 2 tahun. Walaupun perhitungan (OM) dipilih(6) untuk perhitungan faktor emisi
ini dilaksanakan tahun 2008, namun data Operating Margin karena alasan sebagai
statistik terbaru yang ada adalah tahun 2006. berikut :
Hal ini terjadi pada pihak Chevron, yang
menghitung EF pada tahun 2006, dengan 1. Dispatch Data Analysis Emission
data terbaru tahun 2004. Factor tidak dapat dipenuhi karena
data-data yang dibutuhkan tidak dapat
2.2 Faktor Emisi Karbon dipublikasikan.
2. Pembangkit yang termasuk kategori
Dalam perhitungan Faktor Emisi system “Low-Cost and Must-Run/LCMR”
JAMALI, yang menjadi target perhitungan jumlah nya kurang 50% dari total
adalah jumlah karbondioksida (CO2) yang seluruh pembangkit yang terkoneksi
dihasilkan oleh pusat pembangkit yang ke grid JAMALI dalam kurun waktu 5
telah ada/beroperasi dihitung sesuai dengan tahun (2001-2005).
metodologi yang telah ditetapkan oleh
UNFCCC. Emisi Faktor Simple Operating Margin
Berdasarkan metodologi “Consolidated dihitung dengan menggunakan persamaan
methodology for grid-connected electricity seperti di bawah ini.
generation from renewable sources”. (4) dan
AMS I.D (Approved Methodology) untuk
..... (1)
tipe : renewable energy dengan kategori
ID (version 11) : ”grid connected renewable
electricty generation (8) jumlah bahan bakar
yang dikonsumsi pusat pembangkit listrik Perhitungan Faktor Emisi Build
yang dikoneksikan ke sistem JAMALI selama Margin menunjukkan besarnya emisi CO2
kurun waktu 3 tahun terakhir berturut- ketika pembangunan pembangkit listrik
turut dikonversikan ke dalam jumlah emisi berbahan bakar fosil tidak dibangun, atau
karbon melalui langkah-langkah perhitungan pembangunannya mengalami pemunduran
tertentu. waktu.
Pada studi ini, hasil perhitungan
koefisien faktor emisi sistem JAMALI, Perhitungan EFBM,y, dipilih sekumpulan
merupakan hasil perbaikan dari hasil unit pembangkit yang baru dibangun dimana
perhitungan Chevron-Texaco Co.(1) yang dari kumpulan grup unit pembangkit tersebut
dilaksanakan pada proyek CDM untuk dipilih unit pembangkit yang mempunyai
PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas jumlah produksi daya listrik yang terbesar
Bumi) Darajad unit 3. Namun karena angka di tiap tahun dengan pemilihan sebagai
tersebut memakai data lama, diperlukan berikut :
pembaharuan untuk mendukung perhitungan

Perhitungan Faktor Emisi..., J. Tek. Ling. 11 (2): 227-237 229


1. Lima unit pembangkit yang terakhir Langkah 3. Perhitungan baseline emission
selesai dibangun, atau factor (combined margin emission factor
2. Penambahan kapasitas pembangkit (EFy)
ke dalam sistem kelistrikan dengan
jumlah 20% dari total kapasitas sistem EFy = wOM EFOM , y + wBM EFBM , y………..(3)
kelistrikan (dalam MWh), dan unit
pembangkit-pembangkit tersebut baru Dimana, perbandingan untuk wOM and wBM,
selesai dibangun. ditentukan masing-masing 50% (wOM = wBM
Dari kumpulan/grup pembangkit = 0.5).
tersebut, dipilih yang menghasilkan energi Langkah 4, Perhitungan baseline emission
listrik yang lebih besar untuk menghitung (BEy)
Emisi faktor Build Margin dihitung dengan Baseline emission dihitung sebagai berikut
persamaan. :
dimana, BEy(tCO2e/year)=EGy* EFy….......……..(4)
F : Jumlah bahan bakar, i (massa
i ,j, y atau volume) yang dikonsumsi Langkah 5, Perhitungan pengurangan emisi
pembangkit yang terkait, j di tahun
(ERy)
y (2002-2006)
ERy=BEy-PEy-Ly y………………………..(5)
j : Pembangkit yang menyalurkan
listrik ke grid, tetapi tidak termasuk
pembangkit yang termasuk
Pada proyek ini tidak ada kebocoran,Ly=0,
low-operating cost and must dan karena merupakan pembangkit energi
run power plants pembangkit terbarukan maka kebocoran dan Emisi
yang berbahan bakar energi Proyek tidak ada, PEy=0.
terbarukan(7).
COEF : .RH¿VLHQ HPLVL &22 emission EFgrid,CM,y = EFgrid,OM, y x wOM + EFgrid,BM, y x
i,j untuk bahan bakar i (tCO2/mass wBM……(6)
atau volume untuk tiap unit bahan
bakar), dipakai untuk menghitung dimana:
kandungan karbon tiap bahan EF grid, CM, y = Combined margin CO2
bakar di tiap pembangkit emissions factor dalam tahun
pembangkit, j. y (tCO2/MWh)
GEN : Besarnya daya .listrik (MWh) EF grid, BM, y = Build margin CO2 emission
j,y yang dikoneksikan ke grid dari factor dalam tahun y (tCO2/
pembangkit j pada tahun y. MWh)
Langkah 2, Perhitungan emisi factor build EF grid, OM, y = Operating margin CO2
margin (EFBM,y) emission factor dalam tahun y
(tCO2/MWh)
wOM = Besaran dari operation
.....(2) margin emissions factor (%)
(=50%)
WBM = Besaran dari build margin
dimana, emissions factor (%)
F i,m,y, COEF i,m and GEN m,y dianalogikan
sebagai variable yang sama seperti pada Dimana Build Margin dan Operating
metodologi perhitungan OM untuk kelompok Margin CO 2 Emission Factor ditentukan
unit pembangkit, m. oleh persamaan (7) dan (8), yang tertulis di
bawah ini.

230 Febijanto I, 2010


Dari hasil persamaan (7) dan (8) didapat
.....(7) dua faktor emisi, yang kemudian kedua nilai
faktor tersebut digabungkan sesuai dengan
dimana: persamaan (3), sehingga didapat Combined
margin CO2 emissions factor.
Average operating margin CO
2
EF = emission factor dalam tahun y
grid,OMaverage,y
(tCO /MWh) 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
2
Jumlah bahan bakar fosil tipe
i yang dikonsumsi oleh sebuah
FC
i,y
=
system proyek pembangkit listrik
4.1 Kondisi Operasi dan Konsumsi
dalam tahun y Bahan Bakar Pembangkit di sistem
1HW FDORUL¿F YDOXH bahan bakar JAMALI
NCV = fosil tipe i dalam tahun y (GJ /
i,y
mass or volume unit)
Faktor emisi CO dari bahan
2
EF = bakar fosil tipe i dalam tahun y
CO2,i,y
(tCO /GJ)
2
Net listrik yang dibandkitkan dan
disalurkan ke system grid yang
disuplai oleh seluruh pembangkit
EG =
y listrik, termasuk low-cost / must-
run power plants / units, dalam
tahun y (MWh)
Seluruh tipe bahan bakar
fosil yang dibakar di seluruh
i = pembangkit listrik di sistem yang
tersambung dengan pembangkit
listrik di proyek ini dalam tahun y
Tahun yang menunjukkan Gambar 2 Pertumbuhan Kapasitas Pembangkit
waktu data terbaru saat itu yang & Daya Listrik Yang Dibangkitkan
y = memungkinkan untuk diserahkan Dalam Kurun Waktu 5 tahun
ke validator untuk memenuhi
prosedur CDM.
Gambar 2, menunjukkan pertambahan
NCV (Net Caloric Value) yang dipakai kapasitas pembangkit dan daya listrik yang
dalam studi ini ditunjukkan di tabel 3. dibangkitkan di sistem JAMALI dalam kurun
waktu 9 tahun (1998-2006). Sumbu tegak
sebelah kiri menunjukkan besarnya daya
........(8) listrik yang dibangkitkan, dan sumbu tegak
sebelah kanan menunjukkan kapasitas
dimana : pembangkit di sistem JAMALI. Pertumbuhan
Build margin CO2 emission daya listrik dalam kurun waktu di atas adalah
EF grid, BM, y = factor dalam tahun y (tCO2/
sesuai dengan peningkatan kebutuhan
MWh)
Jumlah net listrik yang dibang- pasokan listrik di sistem, dimana dari tahun
kit kan dan disuplaikan ke grid ke tahun mengalami kenaikan sebesar
EGm,y =
dari unit pembangkit listrik m rata-rata antara 5-10%. Tanda panah pada
dalam tahun y (MWh) gambar 2 menunjukkan kurun waktu 2002-
Faktor emisi CO2 untuk unit 2006, data yang dipakai dalam perhitungan
EF EL,m,y = pembangkit listrik m dalam
Faktor Emisi tahun 2006, EF2006.
tahun y (tCO2/MWh)
Unit-unit pembangkit listrik
m = yang termasuk dalam perhi- Kenaikan kebutuhan pasokan listrik
tungan build margin. tidak diikuti dengan peningkatan kapasitas
Tahun-tahun terbaru yang be- listrik, dimana dalam kurun waktu 2000-
y = rurutan untuk data pembangkit 2004, pertumbuhan kapasitas pembangkit
listrik.
tidak mengalami peningkatan. Kondisi ini

Perhitungan Faktor Emisi..., J. Tek. Ling. 11 (2): 227-237 231


Gambar 3 Kapasitas Faktor Rata-rata di Sistem Gambar 4 Perubahan Rasio Emisi Karbon Tiap
JAMALI Bahan Bakar

menyebabkan peningkatan kapasitas faktor nilai kalor dari masing masing pembangkit,
rata – rata (CFaverage) untuk pembangkit yang juga bergantung kepada efisiensi panas
terkoneksi di sistem JAMALI meningkat dari pembangkit. Parameter nilai kalor
seperti ditunjukkan pada gambar 3. Pada dan kandungan karbon adalah tetap,
tahun 2006 dengan penambahan kapasitas sedangkan efisiensi panas pembangkit akan
pembangkit PLTU batubara Tanjung Jati B selalu berubah bergantung kepada sistem
(1320 MW) dan PLTGU gas Cilegon (740 pengoperasian pembangkit, seperti telah
MW), CF average turun drastis sebesar dijelaskan sebelumnya.
5%. Dari gambar 4 ditunjukkan bahwa
Peningkatan konsumsi bahan bakar rasio emisi karbon untuk batubara adalah
jelas akan meningkatkan emisi karbon. terbesar dibandingkan dengan gas dan
Besarnya jumlah emisi karbon, selain BBM (Bahan Bakar Minyak), sehingga untuk
bergantung kepada jumlah konsumsi bahan membangkitkan 1 kWh bahan bakar batubara
bakar, juga bergantung kepada efisiensi akan menghasilkan emisi karbon lebih
panas pembagkit itu sendiri, dimana efisiensi banyak dibandingkan dengan gas dan BBM.
panas pembangkit akan berubah-ubah BBM terdiri dari bahan bakar MFO (Marine
bergantung kepada load factor pembangkit. Fuel Oil), HSD (High Speed Diesel) dan
Semakin tinggi load faktor (mendekati 100%) IDO (Industrial Diesel Oil). Rasio batubara
maka nilai efisiensi panas pembangkit akan dan BBM cenderung mengalami penurunan
mendekati nilai disain efisiensi panas, atau dalam kurun waktu 2001-2006, sedangkan
dengan kata lain, semakin tinggi load faktor untuk gas mengalami kenaikan. Peningkatan
pembangkit maka pembangkit tersebut akan kebutuhan listrik yang meningkat tidak diikuti
semakin efisien. dengan penambahan kapasitas pembangkit
Dari gambar 4 dapat diketahui rasio diduga menyebabkan kenaikan load factor di
emisi karbon terhadap konsumsi bahan tiap tiap pembangkit, Hal ini menyebabkan
bakar untuk membangkitkan 1 kWh di sistem kenaikan efisiensi pembangkit, atau dengan
JAMALI. Emisi karbon ini merupakan hasil kata lain karena pengoperasian load faktor
pembagian dari nilai rata rata emisi karbon pembangkit meningkat maka pada saat itu
yang dihasilkan oleh seluruh pembangkit pengoperasian efisiensi panas pembangkit
di sistem JAMALI dalam satu tahun dibagi mendekati nilai disain efisiensi panas
dengan jumlah daya listrik yang dibangkitkan pembangkit. Dalam kondisi ini, rasio emisi
oleh pembangkit tersebut dalam kurun waktu karbon akan cenderung menurun. Rasio
1 tahun. emisi karbon ini sangat bergantung kepada
Besaran emisi karbon ini selain efisiensi panas pembangkit. Kecenderungan
bergantung kepada kandungan karbon dan penurunan rasio emisi karbon batubara dan

232 Febijanto I, 2010


BBM ditunjukkan dengan jelas di gambar Peningkatan emisi karbon dari batubara
4. Kenaikan rasio emisi karbon pada gas ini diprediksi akan meningkat tajam dalam
disebabkan karena penurunan konsumsi gas kurun waktu 2-3 tahun mendatang sejalan
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004 terjadi dengan beroperasinya PLTU batu bara yang
penurunan rasio batubara dan kenaikan telah diprogramkan pembangunannya oleh
pada BBM. pemerintah melakukan beberapa percepatan
Peningkatan kebutuhan listrik yang pembangunan PLTU 10.000 MW(5).Secara
diikuti dengan peningkatan daya listrik kuantitatif jumlah emisi karbon dalam kurun
selama kurun waktu 5 (2002-2006), juga waktu 5 tahun (2002-2006) meningkat dari
diikuti dengan peningkatan konsumsi 67.833 kt-CO 2 menjadi 86.824 kt-CO 2.
bahan bakar. Komposisi bahan bakar Peningkatan ini seperti dijelaskan di atas
ditunjukkan di gambar 5. Rasio jumlah dikarenakan adanya peningkatan jumlah
konsumsi BBM cenderung mengalami konsumsi bahan bakar dan peningkatan
kenaikan, konsumsi batubara juga cenderung rasio konsumsi batubara.
mengalami kenaikan dan mencapai nilai Dari kondisi ini diketahui dengan jelas
tertinggi pada tahun 2004, sedangkan gas komposisi pembangkit di sistem JAMALI yang
mengalami penurunan dari tahun ke tahun. didominasi oleh PLTU batubara, merupakan
Kondisi perubahan jumlah konsumsi BBM & salah tahu kondisi yang menyebabkan emisi
batubara ini mempengaruhi perubahan rasio karbon akan terus meningkat dari tahun ke
emisi karbon untuk kedua bahan bakar ini tahun.
pada tahun 2004 seperti yang ditunjukkan
gambar 4. 4.2 Perhitungan Operating Margin
Dari komposisi bahan bakar pembangkit
di sistem JAMALI sebagaimana ditunjukkan Dari data pemakaian bahan bakar
pada di gambar 5, rasio penggunaan di jaringan JAMALI selama kurun waktu
batubara, mendominasi lebih dari 65% yang 5 tahun (2002-2006) dan, produksi listrik,
diikuti oleh BBM. Sedangkan konsumsi gas yang ditunjukkan di tabel 1 dan tabel 2,
cenderung turun dari tahun ke tahun. dengan memakai persamaan 7 dilakukan
perhitungan EFOM(2003-2005).
Tabel 1. Konsumsi Bahan Bakar pada Sistem
JAMALI tahun 2002-2006(6)(7)(8)
Fuel year
unit
type 2002 2003 2004 2005 2006

HSD kl ltr 2,056 2,331 3,428 4,407 3,621

MFO kl ltr 1,957 2,093 2,235 1,944 2,054


IDO kl ltr 4 4 4 4 2

Gas MMBTU 163,792 160,044 144,675 140,498 144,244

Coal ton 10,423 11,437 10,541 12,016 13,753

4.3 Perhitungan Build Margin

Dalam perhitungan Buid Margin sesuai


Gambar 5. Komposisi Bahan Bakar Penghasil
dengan ACM0002, sebelumnya dilakukan
Emisi Karbon
pemilihan 2 kelompok unit pembangkit. Ada
dua pilihan grup pembangkit yaitu: grup
pembangkit yang terdiri dari 5 pembangkit
terbaru dan grup pembangkit yang

Perhitungan Faktor Emisi..., J. Tek. Ling. 11 (2): 227-237 233


menghasilkan 20% (atau lebih) dari total JAMALI 2006
listrik terkoneksi dengan sistem JAMALI. Dari
dua cara ini, dipilih kumpulan pembangkit
penghasil listrik yang lebih besar. Perbedaan
listrik hasil dari kedua kelompok tersebut
ditunjukkan di tabel 3.
Dengan menggunakan jumlah emisi
karbon dalam t-CO2, dan MWh dan dengan
menggunakan persamaan 8, didapat EFBM2006
= 0.938 t-CO2/MWh. Dalam perhitungan BM
ini beberapa pembangkit terbaru dimiliki oleh
pembangkit listrik swasta atau Independent Gambar 6 Perubahan Faktor Emisi JAMALI
Power Producer. Data konsumsi bahan
bakar dari pembangkit-pembangkit ini tidak waktu tahun 2002-2006. Dari Gambar 4,
diketahui (tidak tercatat di buku stastik dapat diketahui dengan jelas konsumsi
PLN). Untuk itu konsumsi bahan bakar dari batubara cenderung meningkat dari tahun ke
pembangkit swasta dihitung berdasarkan tahun. Batubara memiliki nilai rasio karbon
disain efisiensi unit pembangkit listrik. Hasil terbesar dari pembangkit lainnya (gambar
perhitungan tersebut ditunjukkan di tabel 4. 4). Pelaksanaan Program Percepatan
Gambar 6 menunjukkan hasil Pembangunan PLTU batubara dengan
perhitungan EFJAMALI2004 oleh Chevron(1) yang kapasitas total 10.000 MW(2), mempunyai
dihitung tahun 2006 dengan data statistik dampak meningkatkan besarnya emisi
tahun 2002-2004, dan EF JAMALI2006 oleh karbon setahap demi setahap.
PTPSE-BPPT(19), dihitung tahun 2008 dengan Untuk menghitung EF2006 ini digunakan
data statistik tahun 2004-2006. Perhitungan rata rata jumlah emisi karbon dalam t-CO2
EFJAMALI 2006 memakai persamaan (1), yang dan net listrik yang dihasilkan dalam kurun
merupakan nilai rata rata EF OM(2003-2005) waktu 3 tahun terakhir. Hasilnya adalah 0.844
.dan EFBM2006. Hasilnya adalah 0.891 t-CO2/ t-CO2/MWh. Pemilihan pemakaian nilar rata-
MWh. Sebagai perbandingan dipakai EF rata ini berdasarkan ACM0002 dimana jika
dari tenaga kelistrikan di grid Semenanjung rasio pembangkit LCMR lebih besar 50%
Malaysia pada tahun 2004(20). selama 5 tahun berturut-turut maka dapat
Dari hasil perhitungan, EF JAMALI2006, menggunakan cara nilai rata-rata. Rasio
dibandingkan dengan EFJAMALI2004, mengalami tersebut ditunjukkan pada tabel 3.
kenaikan sebesar 18.2%, dari 0.754 t-CO2/ Emisi faktor dari grid Malaysia, 0,597
MWh meningkat ke 0.891 t-CO2/MWh. t-CO2/MWh(20) pada tahun 2004 dimana angka
Peningkatan EF ini disebabkan adanya ini jelas lebih rendah dari grid JAMALI di tahun
pembangunan pembangkit listrik berbahan yang sama. Nilai EF lebih rendah ini tercapai
bakar fosil pada kurun waktu 2004-2006. karena komposisi pembangkit di grid Malaysia
Pembangkit tersebut adalah PLTG BBM sekitar 59.8% adalah PLTGU gas.
Muara Tawar Blok 2 & 4 (858 MW), PLTU Dimana efisiensi PLTGU jelas lebih
batubara Tanjung Jati B (1320MW) dan tinggi dari PLTU batubara dan emisi faktor
PLTGU gas Cilegon (740 MW). Pertambahan dari gas lebih rendah dari batubara. Kondisi ini
pembangkit listrik di sistem JAMALI ini tidak membuat emisi faktor lebih rendah walaupun
diimbangi dengan penambahan pembangkit jumlah daya listrik yang terkoneksi dengan
berbahan bakar energi terbarukan atau grid Malaysia pada tahun 2004 adalah 80.277
peningkatan efisiensi pembangkit yang GWh. Sebagai perbandingan daya listrik yang
ada sehingga menyebabkan emisi karbon terkoneksi di grid JAMALI pada tahun yang
meningkat dari 68% ke 71%, dalam kurun sama adalah 102.413 GWh dengan PLTU

234 Febijanto I, 2010


konsumsi batubara di atas 68%. letter concerning baseline emission
Untuk mengejar pemenuhan kebutuhan factor for CDM projects connected to
listrik di sistem ketenagalistrikan JAMALI, JAMALI grid, September 12, 2006,
pembangunan PLTU berbahan bakar batubara No: B-5915/Dep.III/LH/09/06
merupakan alternatif yang tidak terelakkan. 2) Anonim, 2006,Perpres No. 71 Tahun
Dampak dari pembangunan ini membuat 2006 tentang penugasan kepada
sistem JAMALI sama sekali tidak mendukung PT. PLN (Persero) untuk melakukan
usaha pengurangan emisi karbon dalam percepatan pembangunan pembangkit
rangka pengurangan pemanasan global. tenaga listrik dengan menggunakan
Pengurangan emisi karbon dari bahan bakar batubara.
hasil pembakaran dapat diusahakan 3) Anonim, 2007,Tool to calculate the
dengan membangun PLTU batubara yang emission factor for an electricity
mempunyai efisiensi tinggi sehingga akan system” (version 01, 19 October 2007,
mengurangi rasio CO 2/MWh dari PLTU EB35, Annex 12).
batubara. Pembangunan PLTU berbahan 4) Anonim, 2006, ACM (Approved
bakar gas dan pembangunan pembangkit Consolidation Methodology)
energi terbarukan skala besar, PLTA atau 0002 version ke 6, “Consolidated
PLTN akan dapat mengurangi emisi karbon methodology for grid-connected
di sistem JAMALI. electricity generation from renewable
sources”. 19 May 2006, UNFCCC.
5. KESIMPULAN 5) Anonim, 2006, “Approved small-scales
methodologies”, http://cdm.unfccc.int/
Komposisi pembangkit di grid JAMALI methodologies/SSCmethodologies/
yang 50% lebih adalah PLTU batubara approved.html
menyebabkan emisi karbon yang dihasilkan 6) Anonim, 2002, Buku Statistik PT PLN
pembangkit listrik yang terkoneksi dengan (Persero)
grid JAMALI menjadi cenderung tinggi. Hasil 7) Anonim, 2003, Buku Statistik PT PLN
perhitungan faktor emisi dalam 2004 dan 2006, (Persero)
juga menunjukkan kecenderungan kenaikan. 8) Anonim, 2004, Buku Statistik PT PLN
Terkait dengan issue pemanasan global (Persero)
perencanaan dan pengoperasian pembangkit 9) Anonim, 2005, Buku Statistik PT PLN
lsitrik di grid JAMALI belum memprioritaskan (Persero)
untuk usaha pengurangan emisi karbon masih 10) Anonim, 2006, Buku Statistik PT PLN
memprioritaskan pemenuhan energi nasional (Persero)
untuk mendukung pembangunan nasional. 11) Anonim, 2002, Buku Statistik PT
Hasil perhitungan EF JAMALI 2006 oleh Indonesia Power (PT IP)
PTPSE-BPPT diakui dan telah diadopsi oleh 12) Anonim, 2003,Buku Statistik PT IP
Direktorat Jenderal Listrik & Pemanfaatan 13) Anonim, 2004,Buku Statistik PT IP
Energi (19) serta Komisi Nasional Mekanisme 14) Anonim, 2005,Buku Statistik PT IP
Pembangunan Bersih (21) untuk dijadikan 15) Anonim, 2006,Buku Statistik PT IP
National Number bagi perhitungan emisi 16) Anonim, 2006, Buku Statistik PT
karbon untuk pembangkit listrik yang Pembangkit Jawa Bali, 2002-2006
terkoneksi dengan JAMALI grid, untuk kurun 17) Anonim, 2004, Buku Statistik,
waktu 2004-2006. Indonesia Coal & Mineral 2004,
Direktorat Jenderal Geologi dan
DAFTAR PUSTAKA Sumberdaya Mineral, Departement
Energi & Sumberdaya Mineral.
1) Anonim, 2006,Indonesian DNA official

Perhitungan Faktor Emisi..., J. Tek. Ling. 11 (2): 227-237 235


18) Anonim, 2006,Buku Statistik, 20) Anonim, 2005, Mitsubishi Securities
Indonesia Coal & Mineral 2006, Clean Energy Finance Committee,
Direktorat Jenderal Geologi dan PDD document, entitle of “MIMD
Sumberdaya Mineral, Departement biomass power generation project in
Energi & Sumberdaya Mineral. Kuantan, Malaysia (The Project)”.
19) Anonim, 2008, Baseline Faktor Emisi 21) Anonim, 2009, Informasi terbaru
Sistem ketenagalistrikan Sumatera dan baseline faktor emisi untuk proyek
Updating baseline Faktor Emisi Sistem CDM pada system ketenagalistrikan
JAMALI, No:3783/21/600.5/2008 Sumatera dan JAMALI, No: B-277/Dep.
DJLPE- Departement ESDM. III/LH/01/2009, Kementerian Negara
Lingkungan Hidup, 19 Januari 2009.
Tabel 2. Pembangkit Listrik di Sistem JAMALI (6)(7)(8)
Operation Year
Source of Power Plant fuel 2002 2003 2004 2005 2006
GWh
Hydro 6,910 5,346 6,042 7,057 5,339
Diesel Oil 87 60 66 128 101
Gas Turbine Gas 62 508 709 642 505
Oil 7,023 7,20 9 6,879 7,522 6,054
Geothermal 5,981 6,099 6,393 6,328 6,330
Coal 37,915 42,308 43,980 46,202 52,838
Steam Oil 6,645 7,226 7,292 6,668 7,162
Gas 1,324 1,177 1,030 646 669
Oil 6,660 7,233 7,299 6,673 7,171
Combined Cycle Gas 19,016 18,098 17,486 16,559 16,224
Oil 3,976 3,860 5,237 7,943 7,473
TOTAL NET PRODUCTION 95,599 99,124 102,413 106,367 109,867

Table 3: Pemilihan Grup Pembangkit Listrik


“The power plants capacity
addition to the electricity
³7KH ¿YH SRZHU SODQWV
system that comprises 20%
6DPSOH JURXS P &ODVVL¿FDWLRQ that have been built Comments
of system generation ( in
recently” (MWh)
MWh) and that have been
built most recently”
Electricity quantity 8,168.2 28,973,555 Total
generation
is 100,104
Proportion(ratio JAMALI grid) 0.01% 28.95% (GWh) in
JAMALI grid
Selected group O

236 Febijanto I, 2010


Table 6: Grup Pembangkit untuk perhitungan Build Margin 2006(9)(10)(11)

Generated Power Thermal Fuel Consumption Effective CO2 emission


Capacity Capacity NCV factor
convert value
Power Plant Efficiency
No. fueltype operation year Factor Actual Data calculation data Actual data calculation data Emission Reduction

unit
MW GWh net GJ/GWh GJ/k t fuel GJ/ k ltr fuel (t- CO2/GJ) (GJ/MMBTU) t-CO2

references
Owner Power Plant A B C C=AxBx8760/1000 D E F G= CxD/I G= 1000x CxD/E H I G=(ExF)xH/1000 G=ExGxH

1 PT Paiton Energi Paiton I Steam-Coal 1999 1,290.0 9,116.0 24,030.8 4,437,332 ton 0.0961 10,243,842
2 PT Java Power Paiton II Steam-Coal Nov, 2000 1,220.0 9,109.0 24,030.8 4,273,017 ton 0.0961 9,864,511
3 PT Magma Nusantara LisWayangwindu Geothermal 2001 110.0 922.0 0 0
4 I
Chevron Texaco EnergiDarajad Geothermal 2001 89.3 735.0 0 0
5 PT Geo Dipa Energi Dieng Geothermal 2002 50.0 319.0 0 0
6 PT Indonesia Power Pemaron GT-Oil 2003 97.6 23.55% 201.3 11,015.36 5 36.11 61,422 kltr 0.0741 164,255.5
7 PT Cikarang Listrindo PoCikarang GT-Gas 2003 150.0 403.0 10,656.24 6 4,070,300.0 MMBTU 0.0561 1.0551 240,919.5
8 PT Krakatau Daya ListrikKrakatau Steam-Coal 2003 80.0 2.2 9,005.05 1 24,030.8 835.6 ton 0.0961 1,929.1
9 Muara Tawar Block 3 GT-Oil 2004 858.0 1,618.0 10,625.43 2 16,294,548.7 MMBTU 0.0561 1.0551 964,468.3
Block 4 GT-Oil 2004
10 PT Sumberenergi Sakti CPilacap Steam-Coal 2006 600.0 1,937.0 9,479.00 3 24,030.8 764,054.0 ton 0.0961 1,763,863.7
11 Tanjung Jati B Tanjung Jati B Steam-Coal 2006 1,320.0 3,869.0 9,479.00 3 24,030.8 1,526,135.8 ton 0.0961 3,523,174.3
12 Cilegon Cilegon CCGT-Gas 2006 740.0 742.0 9,479.00 4 6,666,284.2 MMBTU 0.0561 1.0551 394,574.9
TOTAL 28,973.6 27,161,539.0

Perhitungan Faktor Emisi..., J. Tek. Ling. 11 (2): 227-237


237

Anda mungkin juga menyukai